Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Studi Pengaruh Desain Peralatan Postural pada Efisiensi Aktivitas dan Kestabilan Postur Pada Anak dengan Cerebral palsy Farah Aulia Rahma; Djoko Kuswanto
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (701.099 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v6i2.27992

Abstract

Anak-anak dengan cerebral palsy (CP) memiliki otot yang lebih kecil, lebih lemah dan lebih tahan terhadap peregangan dibandingkan dengan orang yang biasanya berkembang. CP mengacu pada kondisi permanen, anak-anak dapat belajar untuk mengatasi kondisi saat mereka tumbuh. Terapi dapat memberikan pengobatan seperti terapi untuk duduk pada anak CP. Occupation Treatment merupakan salah satu terapi untuk anak CP yang terdapat pada sekolah luar biasa. Berdasarkan data Kemendikbud, ada 1.962 sekolah khusus di Indonesia dengan 26.617 siswa serta sekitar 1.000 siswa adalah anak-anak dengan CP pada tahun 2016. Namun penggunaan peralatan postural sebagian besar masih menggunakan produk yang digunakan untuk anak normal. Anak-anak dengan CP memiliki kebutuhan yang berbeda untuk tubuh mereka, seperti adanya kemiringan postur akibat aktivitas yang tidak baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh peralatan postural terhadap stabillitas postural dan efisiensi aktivitas belajar pada anak dengan cerebral palsy. Perlengkapan postural yang didesain khusus. Empat peralatan postural digunakan dalam penelitian ini: 1) Seat Postural Equipment, 2) Side Support, 3) sabuk, dan 4) meja pada kursi roda. Pengguna pada penelitian ini merupakan Anak-anak dengan Cerebral Palsy di SDLBD YPAC Surabaya. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa peralatan postural berpengaruh terhadap aktivitas belajar pada anak-anak dengan cerebral palsy dan direkomendasikan rancangan peralatan postural siswa dengan cerebral palsy dalam kegiatan belajar yang diharapkan akan membantu mengoreksi anak dengan postur CP.  
Desain Alat Periksa Mata Fundus Portable Berbasis Rapid Prototyping untuk Mendukung Diagnosa Secara Telemedicine di Indonesia Fauzziyah Wahyu Aprilia; Djoko Kuswanto
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.035 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v7i1.29933

Abstract

Mata merupakan salah satu anggota tubuh yang paling penting sebagai penglihatan manusia. Karena tanpa indera penglihatan, kebebasan, kepercayaan diri, dan produktivitas manusia akan terganggu. Diperlukan adanya pencegahan dini dan pengobatan terhadap penyakit mata dengan melakukan pemeriksaan mata. Salah satunya dengan menggunakan oftalmoskopi atau funduskopi, khususnya funduskopi indirek dengan medan periksa yang lebih luas. Namun Alat tersebut tidak dapat dibawa maupun dipindah dengan mudah, mengingat ukurannya yang cukup besar dan berat. Selain itu, harga jual produk mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah per unit nya. Maka pengembangan produk dimulai dengan pengambilan data primer dan sekunder. Analisis pertama yang dilakukan yaitu pemilihan fitur produk yang akan diaplikasikan pada desain, hingga kebiasaan pengguna untuk mengidentifikasi peluang desain. Lalu dilakukan analisis posisi arm untuk mengetahui posisi yang tepat dalam perancangan produk. Serta studi genggaman tangan untuk mendapatkan rekomendasi desain yang terkait dengan kenyamanan pengguna. Setelah itu, dilakukan pengembangan desain dimulai dari ideasi sketsa, alternatif desain, pengembangan alternatif desain ke dalam beberapa varian desain. Dari varian desain desain tersebut dapat kembali dikembangan menjadi beberapa varian desain final yang lebih fokus, serta dapat dikembangkan lebih lanjut.
Desain Kaki Palsu untuk Membantu Aktivitas Berjalan pada Tuna Daksa Transtibial dengan Menggunakan Rapid Prototyping dan Reverse Engineering Agung Dwi Junianto; Djoko Kuswanto
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (686.023 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v7i1.29934

Abstract

Dari keseluruhan jumlah penduduk di Indonesia dengan disabilitas mencapai 2.126.000 jiwa, dengan total jumlah tuna daksa 717.312 dan Tuna Daksa dengan grahita berjumlah 149.458 jiwa, sama dengan menyumbang 47.4% dari total keseluruhan jumlah difabel. Hidup sebagai penyandang cacat di tengah-tengah rmasyarakat membuat mereka merasa terisolasi dalam kehidupan sosial dan memiliki kebutuhan yang tak terpenuhi dalam kaitannya dengan keuangan, pekerjaan dan kegiatan sosial, sementara. Dengan keadaan demikian, maka dibutuhkan alat bantu gerak untuk penyandang tuna daksa kaki, khususunya jenis amputasi bagian bawah lutut. Dengan proses pembuatan yang konvensional, harga kaki palsu masih terbilang mahal bagi golongan menengah ke bawah. Karena itu, metode rapid prototyping menjadi alternatif proses pembuatan modern untuk menekan biaya. Metode dimulai dengan mengambil data primer, shadowing, dan deep interview. Konsep yang digunakan untuk kaki palsu ini adalah curvy agar kaki palsu lebih terlihat seperti kaki manusia pada umumnya guna meningkatkan rasa percaya diri pengguna. Selain itu, flexi foot untuk memberikan mekanisme pada jari jari agar kaki ketika melangkah, gerakan toe off mampu memberikan efek yang sama seperti manusia berjalan pada umumnya.
Pengembangan Desain Endoscope Portable dengan Pendekatan Aktivitas Endoscope Tower dan Komponen pada Produk Sejenis Hamasah Dinillah; Djoko Kuswanto; Taufik Hidayat
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.513 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v8i1.38394

Abstract

Pemeriksaan menggunakan alat endoscope dibidang THTKL sangan membantu viusalisasi bagian dalam organ yang ditarget. Di Indonesia alat endoscope yang tersedia berbentuk tower dengan biaya pengadaan alat yang relative mahal sehingga seringkali biaya penggunaan dibebankan pada pasien yang mengakibatkan mahalnya fasilitas endoscope. Banyak penelitian yang mengembangkan pembuatan endoscope portable agar biaya penggunaan dapat ditekan. Dalam pembuatan alat endoscope portable diperlukan studi aktivitas, studi produk sejenis, studi jenis smartphone yang ada dipasaran kemudian menentukan kebutuhan desain serta melakukan pengembangan produk untuk menemukan ide-ide dan solusi dari permasalahan yang ditemukan. Saat ini produk endoscope portable yang dihasilkan dapat mengakomodasi dimensi smartphone dengan ukuran diagonal 5”-5.5” dengan letak kamera di bagian tengah dan samping kiri dengan hasil gambar atau video yang bergantung pada kualitas kamera pada smartphone.
Pengembangan Desain Treadmill Sebagai Alat Latihan Berjalan Pada Cerebral Palsy Dengan Memanfaatkan Realitas Virtual Irma Mayla Andreani; Djoko Kuswanto
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.976 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v8i1.41828

Abstract

Cerebral Palsy (CP) adalah suatu kelainan statis nonprogresif yang disebabkan oleh cedera otak pada periode prenatal, perinatal dan postural. Kelainan ini mempengaruhi ketidakmampuan penderita untuk mengendalikan fungsi motorik, postur/sikap dan pergerakan akibat kerusakan sistem saraf pusat. Belum ada pengobatan yang mampu mengobati kelainan ini. Namun, terdapat beberapa metode yang bisa digunakan untuk melatih fungsi gerak penderita berdasarkan potensi dan kemampuan mereka, salah satunya adalah latihan fungsi gerak motorik kasar, khususnya untuk latihan berjalan. Latihan berjalan membutuhkan ruang gerak yang cukup luas dengan pengawasan dari beberapa orang terapis karena apabila terjatuh, dikhawatirkan akan terjadi cedera pada bagian otot kaki. Selain itu, suasana ruang terapi sangat mempengaruhi psikis penderita CP sehingga tak sedikit kasus penderita yang berpindah tempat terapi demi untuk mencari suasana terapi yang berbeda. Tujuan dari perancangan ini adalah untuk menciptakan alat latihan berjalan yang lebih aman, dapat diawasi dengan mudah serta memberikan suasana latihan yang menyenangkan. Proses desain dimulai dengan pengumpulan data melalui metode komparasi jurnal, observasi dan pendekatan terhadap stakeholder. Melalui pengumpulan data tersebut didapatkan permasalahan dan kebutuhan penderita CP dalam melakukan latihan berjalan yang kemudian diolah bersama dengan literatur yang berkaitan sehingga menjadi produk dengan konsep desain stability dan fun. Hasil perancangan ini berupa alat latihan berjalan berupa Treadmill yang dilengkapi dengan safety belt dan memanfaatkan lingkungan virtual sebagai pengganti suasana ruangan latihan yang dapat dijelajahi oleh penderita.
Penerapan Sistem Modular Untuk Konsep Grow dan Personalized pada Makeup Organizer Portable Olivia Yolanda Simarmata; Djoko Kuswanto
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373520.v9i1.51971

Abstract

Modular merupakan sistem yang dibangun dari modular-modular yang dapat dibuat secara independen, mudah dikonfigurasi dan dapat dikonfigurasi ulang dalam sistem yang berbeda. Penerapan modular terhadap makeup organizer portable yang ditujukan untuk juru rias pemula, dimaksudkan untuk mempermudah seorang juru rias pemula untuk tetap menggunakan organizer yang sama hingga ia menjadi seorang juru rias professional. Makeup organizer portable yang biasanya dipasarkan di Indonesia merupakan makeup organizer case yang memiliki fitur banyak pada produknya, namun memiliki penyimpanan yang kurang. Akibatnya, juru rias sering mengganti makeup organizer yang ia punya dan mencoba mengganti/menambahkan organizer yang ia punya. Maka dari itu, penggunaan sistem modular pada makeup organizer portable akan menjadi alternatif baru untuk seorang juru rias pemula yang ada di Indonesia.
Pengembangan Desain Lower Limb Eksoskeleton untuk Penderita Disabilitas Pasca Strok dengan Memperhitungkan Movement Differences Rahma Kurnia Sari; Djoko Kuswanto
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373520.v9i1.51835

Abstract

Stroke adalah salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Sekitar dua puluh satu persen masyarakat Indonesia meninggal dunia diakibatkan oleh serangan penyakit ini dan yang lainnya mengalami kecacatan yang ditimbulkan pada pasien pasca stroke. Beberapa usaha terapi dilakukan, salah satunya dengan terapi alternatif berbasis teknologi, yaitu penggunaan Eksoskeleton. Penelitian ini melanjutkan dan melengkapi penelitian terdahulu, yaitu dengan melakukan rancang bangun eksoskeleton untuk anggota gerak tubuh bagian bawah mulai pinggul hingga mata kaki. Hasil penelitian ini memiliki bentuk dan sistem yang efisien, menggunakan dua derajat kebebasan dalam sumbu sagital, memiliki variasi gerakan lebih banyak sesuai kebutuhan rehabilitasi, menyediakan levelling gerakan yang bisa menyesuaikan kondisi pasien, serta didukung adanya tombol remote sebagai kontroler. Eksoskeleton ini juga dilengkapi penyangga tubuh bagian belakang sehingga proses rehabilitasi dapat dilakukan secara kontinyu, yang diharapkan mengoptimalkan penyembuhan.
Snap-Fit Joinery System Using Pinewood Material Elasticity Properties MY Alief Samboro; Djoko Kuswanto
Journal of Engineering and Technological Sciences Vol. 52 No. 6 (2020)
Publisher : Institute for Research and Community Services, Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/j.eng.technol.sci.2020.52.6.2

Abstract

The elasticity of pinewood gives it the potential to be applied in a snap-fit system, a connection system that utilizes the elasticity of a material to connect separate parts to one another. This research was aimed at finding the right shape of the stress-relievers for pinewood snap-fit modules. An experiment was performed using a computer-numerical-control (CNC) router for fabrication with detailed precision.
Analisa Akurasi Geometri Penggunaan Metode Injection Moulding Berbasis Printer 3D Untuk Produksi Implan Pada Bedah Cranioplasty Djoko Kuswanto; Alva Edy Tontowi; Taufik Hidayat; Agus Windharto; Arie Kurniawan
Jurnal Desain Idea: Jurnal Desain Produk Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Vol 16, No 1 (2017)
Publisher : LPPM, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.281 KB) | DOI: 10.12962/iptek_desain.v16i1.2832

Abstract

Perkembangan teknologi printer 3D untuk medis, memungkinkan aplikasi produksi implan pra-operasi dengan keunggulan akurasi geometri yang baik, mengurangi waktu operasi dan resiko kehilangan banyak darah. Teknologi printer 3D paling populer dan potensial untuk dikembangkan masal di Indonenesia adalah fused deposition modeling/FDM. Akan tetapi memiliki kekurangan: single material, jenis material terbatas dan temperatur yang tinggi sehingga tidak bisa dicampur dengan material/senyawa bioaktif yang sensitif terhadap panas. Pengembangan metode injection moulding berbasis printer 3D telah dilakukan pada penelitian ini dengan melakukan modifikasi alat, material, tahapan dan sistim produksi implan pra-operasi yang mengacu pada teknologi printer 3D untuk cranioplasty yang sudah dilakukan di negara maju. Untuk memastikan modifikasi ini bisa menghasilkan implan pra-operasi dengan akurasi geometri yang diinginkan, dilakukan karakterisasi terhadap deviasi dimensi implan yang diproduksi yaitu deviasi volume, deviasi tebal, deviasi panjang linear dan deviasi sudut kelengkungan permukaan implan, pada dua metode berbeda yang diuji, yaitu metode cranial/intra operatif dan metode injection moulding dengan menggunakan material polymethylmethacrylate/ PMMA.Hasil yang didapatkan adalah deviasi volume implan yaitu sebesar 1.87  ± 1.27 % (injection moulding) dibandingkan 11.39 ± 3.71 % (metode cranial), deviasi tebal sebesar 2.54 ± 0.86 % (injection moulding) dibandingkan 7.35 ± 1.43 % (metode cranial), deviasi panjang linear sebesar 2.61 ± 0.47% (injection moulding) dibandingkan 5.76 ± 0.79 % (metode cranial) dan deviasi sudut kelengkungan permukaan sebesar 0.98  ± 0 % (injection moulding) dibandingkan 15.45 ± 3.94 % (metode cranial). Dapat diambil kesimpulan bahwa metode injection moulding lebih baik daripada metode cranial/intra operatif.Perkembangan teknologi printer 3D untuk medis, memungkinkan aplikasi produksi implan pra-operasi dengan keunggulan akurasi geometri yang baik, mengurangi waktu operasi dan resiko kehilangan banyak darah. Teknologi printer 3D paling populer dan potensial untuk dikembangkan masal di Indonenesia adalah fused deposition modeling/FDM. Akan tetapi memiliki kekurangan: single material, jenis material terbatas dan temperatur yang tinggi sehingga tidak bisa dicampur dengan material/senyawa bioaktif yang sensitif terhadap panas. Pengembangan metode injection moulding berbasis printer 3D telah dilakukan pada penelitian ini dengan melakukan modifikasi alat, material, tahapan dan sistim produksi implan pra-operasi yang mengacu pada teknologi printer 3D untuk cranioplasty yang sudah dilakukan di negara maju. Untuk memastikan modifikasi ini bisa menghasilkan implan pra-operasi dengan akurasi geometri yang diinginkan, dilakukan karakterisasi terhadap deviasi dimensi implan yang diproduksi yaitu deviasi volume, deviasi tebal, deviasi panjang linear dan deviasi sudut kelengkungan permukaan implan, pada dua metode berbeda yang diuji, yaitu metode cranial/intra operatif dan metode injection moulding dengan menggunakan material polymethylmethacrylate/ PMMA.Hasil yang didapatkan adalah deviasi volume implan yaitu sebesar 1.87  ± 1.27 % (injection moulding) dibandingkan 11.39 ± 3.71 % (metode cranial), deviasi tebal sebesar 2.54 ± 0.86 % (injection moulding) dibandingkan 7.35 ± 1.43 % (metode cranial), deviasi panjang linear sebesar 2.61 ± 0.47% (injection moulding) dibandingkan 5.76 ± 0.79 % (metode cranial) dan deviasi sudut kelengkungan permukaan sebesar 0.98  ± 0 % (injection moulding) dibandingkan 15.45 ± 3.94 % (metode cranial). Dapat diambil kesimpulan bahwa metode injection moulding lebih baik daripada metode cranial/intra operatif.
Studi Kebutuhan Desain Wearable Chair untuk Mengurangi Faktor Kelelahan pada Tenaga Medis Nadya Paramitha Jafari; Djoko Kuswanto; M Yoma Alief Samboro; Bambang Tristiyono
Jurnal Desain Idea: Jurnal Desain Produk Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Vol 20, No 2 (2021)
Publisher : LPPM, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/iptek_desain.v20i2.11597

Abstract

Abstrak—Operasi membutuhkan gerakan yang tepat menggunakan ketelitian beberapa milimeter, "stabilitas batang tubuh" sangat mempengaruhi stabilitas operasi. Proses operasi dilakukannya mampu mencapai 8 sampai 12 jam lamanya. Proses operasi yang lama dan dilakukan pada postur berdiri selama berjam-jam menyebabkan kasus yaitu beban dalam punggung bagian bawah dan kaki semakin tinggi sebagai akibatnya mengakibatkan kelelahan dan sakit dalam bagian tersebut. Terdapat alasan mengapa tidak disediakan kursi ataupun kursi disediakan hanya terbatas yaitu lingkungan ruang operasi didesain untuk melakukan operasi pada postur berdiri. Ahli bedah bisa mengganti posisi mereka tergantung dalam area dan perawatan yang dilakukan selama operasi. Selain itu, banyak orang bekerja sama pada operasi sementara banyak sekali kabel untuk alat kesehatan terletak pada lantai, sebagai akibatnya tidak terdapat ruang cukup untuk kursi apa pun.. Wearable chair layaknya kursi yang dapat diduduki tetapi tetap melekat pada tubuh saat digunakan untuk kegiatan berjalan ataupun berpindah tempat. Dalam beberapa sumber mengungkapkan bahwa penggunaan wearable chair dapat mengurangi rasa lelah dan sakit ketika berkativitas menggunakan posisi berdiri pada waktu yg lama. Tetapi sayangnya alat ini belum dipakai di Indonesia, padahal kebutuhan akan wearable chair sangat tinggi dan dapat dipakai tidak hanya untuk proses operasi pada rumah sakit tetapi bisa dipakai pula untuk pabrik atau perusahaan yang mempunyai sistem kerja menggunakan posisi berdiri dalam waktu yang lama. Selain belum dipakai di Indonesia, alat yang telah ada mempunyai harga yang relatif mahal dan sulit dijangkau oleh rumah sakit maupun perusahaan yang membutuhkan alat ini. Penulis pada penelitian ini mengembangkan dan menciptakan desain wearable chair yang mempunyai bentuk simple, easy to use, kuat, mempunyai sudut yang dapat dirubah dan memiliki harga yang terjangkau.Abstract— Surgery requires specific motion with a precision of several millimetres, "balance of the torso" significantly impacts the steadiness of the surgical treatment. The surgical treatment system may be up to eight to twelve hours. The long system of surgical treatment and is done in a standing posture for hours causes problems, namely, the burden at the lower back and legs increased, inflicting fatigue and ache with inside the part. There is a purpose why no seats or chairs are provided only restrained i.e. the working room surroundings is designed to carry out operations in a standing posture. Surgeons can alternate their function relying upon the place and the treatment performed during the surgical treatment. In addition, many humans cooperate with inside the operation while numerous cables for medical devices are positioned on the floor, so there isn't sufficient area for any chair. A wearable chair is sort of a chair that may be occupied however nevertheless connected to the frame while used for on foot or shifting activities. A few sources point out that using wearable chairs can lessen fatigue and ache while advantages with the standing position for a long time. But unfortunately, this device has not been utilized in Indonesia, however, the need for wearable chairs may be very excessive and may be used not only for the operating system in hospitals however may be used additionally for factories or organizations which have a working system with standing positions for a long time. In addition to not yet being utilized in Indonesia, existing tools have a pretty highly-priced charge and are hard to attain by hospitals and organizations that want this device. The authors on this look at advanced and made a wearable chair layout that has a simple shape, clean to use, is strong, has a revamped angle, and has a low-cost price.