Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengaruh Injeksi Selenium dan Vitamin E pada Ayam Petelur Fase Molting (force molting) terhadap Performa Produksi Nur Saidah Said; Sulmiyati Sulmiyati
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 6, No 1 (2019): JITRO, Januari
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.186 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v6i1.5616

Abstract

ABSTRAKMolting merupakan kejadian alami, tetapi ini dapat dilakukan secara buatan yang disebut dengan force molting. Pada saat ayam petelur mengalami fase molting maka tingkat stres menjadi tinggi. Setelah force molting, yaitu ketika bulu baru sudah tumbuh, ayam akan kembali bertelur meski jumlah produksinya tidak setinggi masa bertelur normal.Selenium dengan kombinasi vitamin E memperbaiki stres dan daya tahan terhadap penyakit sebagai hasilnya performa produksi dan reproduksi meningkat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh injeksi Selenium dan Vitamin E pada ayam petelur fase molting (force molting) terhadap performa produksi. Hewan coba yang digunakan adalah ayam petelur strain isa brown berumur 80 minggu sebanyak 80 ekor yang dibagi menjadi 4 perlakuan dengan 20 ulangan yaitu P0 (0,3 ml PBS), P1 (0,3 ml), P2 (0,6 ml) dan P3 (0,9 ml). Injeksi selenium dan vitamin E menggunakan obat Introvit-E-Selen (Sodium-selenite 0.5 mg/ml dan tocopherol acetate 50.0 mg/ml) pada saat dilakukannya force molting.Penelitian dilakukan dengan mengukur konsumsi pakan,berat telur dankonversi pakan sebagai variabel performa produksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analisis Sidik Ragam dan jika perlakuan berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan P2 (0,6 ml Introvit-E-Selen) memiliki pengaruh terhadap nilai konsumsi pakan, berat telur dan konversi pakan dengan rataan nilai 97,35±7,77a, 69,66±3,79a dan 1,40±0,13a. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian injeksi selenium dan vitamin E pada ayam petelur fase molting (force molting) memberi pengaruh yang nyata terhadap performa produksi.Kata kunci: force molting, performa produksi, selenium, vitamin EABSTRACT               Molting is a natural occurrence, but this can be induced artificially using the method called force molting. When laying hens experience molting phase, the stress level becomes high. After force molting, new feathers will grow and the chicken will lay eggs even though the production is not as high as the normal laying period. Selenium with a combination of vitamin E improves resistance to stress and diseases as a result of increased production and reproductive performance. The purpose of this study was to determine the effect of Selenium and Vitamin E injection on laying hens in force molting phase on production performance. The experiment used 80 hens of 80 weeks old Isa brown strain layers which were divided into 4 treatments with 20 replications; P0 (0.3 ml PBS), P1 (0.3 ml), P2 (0.6 ml) and P3 (0.9 ml). Type of injection used was Introvit-E-Selen (Sodium-selenite 0.5 mg/ml and tocopherol acetate 50.0 mg/ml) at force molting. The study was conducted by measuring feed consumption, egg weight and feed conversion for production performance variables. The data obtained were analyzed by Analysis of Variance, if the treatment was significant, then followed by Duncan test. The results showed that treatment P2 (0.6 ml Introvit-E-Selen) affected feed consumption, egg weight and feed conversion by average of 97.35 ± 7.77a, 69.66 ± 3.79a, and 1.40 ± 0.13a, respectively. This study concluded that injection of selenium and vitamin E in laying hens at molting (force molting) phase had a significant effect on production performance.Keywords: force molting, vitamin E, selenium, production performance
Prevalensi Penyakit Baliziekte pada Sapi Potong di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat Deka Uli Fahrodi; Nur Saidah Said; Ferbian Milas Siswanto; Hendro Sukoco
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 9, No 1 (2022): JITRO, Januari 2022
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.627 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v9i1.19470

Abstract

ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan prevalensi penyakit Baliziekte pada sapi potong di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan analisis data sekunder. Data kasus kejadian Baliziekte pada sapi potong di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat pada tahun 2018-2020 didapatkan dari Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Majene. Hasil analisis menunjukkan bahwa prevalensi penyakit Baliziekte pada sapi potong di Kabupaten Majene mengalami peningkatan dalam rentang waktu  dua tahun terakhir. Jumlah prevalensi penyakit Baliziekte pada tahun 2018 adalah 0,789 %, pada tahun 2019 terjadi penurunan menjadi 0,716 % dan meningkat pada tahun 2020 menjadi 1,257 %. Kecamatan Sendana merupakan satu-satunya daerah dengan peningkatan jumlah kasus Baliziekte pada sapi potong setiap tahunnya, sedangkan Kecamatan Banggae Timur mengalami penurunan jumlah kasus Baliziekte yaitu dari prevalensi 0,078% di tahun 2018 menjadi 0% di tahun 2019 dan 2020. Kecamatan Tubo Sendana merupakan daerah dengan jumlah kasus dan prevalensi tertinggi pada tahun 2020, sedangkan Kecamatan Banggae dan Pamboang merupakan daerah dengan data kasus dan prevalensi 0%. Kata kunci: sapi potong, prevalensi, baliziekte, Kabupaten MajeneThe Prevalence of Baliziekte Disease in Beef Cattle in Majene, West SulawesiABSTRACTThe purpose of this study was to illustrate the prevalence of Baliziekte disease in beef cattle in Majene, West Sulawesi. This study was quantitative research by analyzing the secondary data analysis approach. Data on the Baliziekte incidence in beef cattle in Majene, West Sulawesi in 2018-2020 were obtained from the Department of Agriculture, Livestock and Plantation of Majene Regency. The results of the analysis showed that the prevalence of Baliziekte disease in beef cattle in Majene Regency has increased in the last two years. The prevalence of Baliziekte disease in 2018 was 0.789%, decreased to 0.716% in 2019, and increased sharply to 1.257% in 2020. Sendana District was the only area with an increase in the number of Baliziekte cases in beef cattle every year, while the East Banggae District underwent depletion in the number of Baliziekte cases, from a prevalence of 0.078% in 2018 to 0% in both 2019 and 2020. Tubo Sendana District was the area with the highest number of cases and prevalence in 2020, while the Districts of Banggae and Pamboang were both maintained a 0% case and prevalence throughout the years.Keywords: beef cattle, prevalence, baliziekte, Majene
Pembuatan Kosmetik Berbahan Dasar Kefir sebagai Potensi Usaha di Kelurahan Lembang Kabupaten Majene Sulawesi Barat Taufik Dunialam Khaliq; Nur Saidah Said; Adli Putra Ermanda; Marsudi Marsudi; Deka Uli Fahrodi; Andi Sukma Indah
ABDI: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Vol 6 No 2 (2024): Abdi: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat
Publisher : Labor Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/abdi.v6i2.688

Abstract

Kefir merupakan suatu teknologi pengolahan hasil ternak yaitu susu yang diolah secara fermentasi dengan bantuan Bakteri Asam Laktat (BAL) dan yeast yang dapat diolah menjadi produk kecantikan seperti masker wajah, sabun, yang dapat dijual sehingga menambah penghasilan keluarga. Permasalahan yang dihadapi mitra ibu PKK Kelurahan Lembang yaitu Pertama: Permasalahan SDM; Terbatasnya pengetahuan dan keterampilan ibu PKK karena tidak maksimalnya kegiatan yang meningkatkan kreatifitas; Kedua: Permasalahan Ekonomi; Penurunan penghasilan yang signifikan akibat dampak dari pandemi. Solusi yang ditawarkan adalah pelatihan pengolahan kefir menjadi masker wajah kefir dan sabun kefir serta pelatihan membuat laporan keuangan dan business plan yang sederhana, manajemen kewirausahaan, manajemen keuangan dan manajemen pemasaran. Metode pelaksanaan kegiatan yaitu penyuluhan partisipatif, pelatihan, pembimbingan dan pendampingan. Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini yaitu meningkatnya persentase pengetahuan dan keterampilan mitra dalam pembuatan kosmetik berbahan dasar kefir sebanyak 84-92%, persentase pengetahuan mengenai strategi pemasaran meningkat menjadi 89%. Secara umum pelaksanaan kegiatan ini memberikan informasi kepada anggota kelompok PKK bahwa produk hasil ternak khususnya susu bukan saja dapat diolah menjadi bahan makanan namun juga dapat diolah menjadi produk kosmetik seperti masker dan sabun sehingga menjadi peluang usaha untuk menambah penghasilan keluarga.