Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Tadrisuna : Jurnal Pendidikan Islam dan Kajian Keislaman

TRANSFORMASI PERAN ULAMA INDONESIA PADA ERA INDONESIA MODERN : DARI ORDE BARU KE ORDE REFORMASI Indrawati, Indrawati
Tadrisuna : Jurnal Pendidikan Islam dan Kajian Keislaman Vol 1 No 1 (2018): March 2018
Publisher : Prodi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Santri Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (519.624 KB)

Abstract

Persoalan hubungan agama (Islam) dan pollitik di Indonesia selalu menjadi kajian yang tidak pernah habis. Peran Islam lewat ulama dalam mempengaruhi kekuatan politik di Indonesia sudah dimulai jauh sebelum era modern, bahkan semenjak kelahiran Islam di bumi nusantara, ia telah memainkan perannya secara signifikan, baik dalam membentuk maupun memapankan kekuatan politik. Bahkan dalam era Indonesia modern, baik di era Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi, menunjukkan konsistensinya. Fokus tulisan ini adalah mengkaji pergeseran/transformasi peran ulama pada masa Indonesia modern, yaitu pada masa Orde Baru ke masa Orde Reformasi. Adapun teori yang digunakan adalah strukturasi Anthony Giddens. Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa peran ulama pada masa orde baru cenderung mandul akibat kuatnya institusi politik orde baru yang otoritarian, kecuali satu fatwa yang menunjukkan independensi agensi terhadap struktur, sehingga terjadi situasi kontrol dua arah. Sedangkan sebaliknya peran ulama pada masa orde reformasi cenderung independen karena struktur politik menjadi memampukan (enabling) ulama untuk berperan bebas, sehingga situasi kontrol dua arah benar-benar nyata pada masa ini. Sedangkan pola peran ulama Indonesia di dua masa ini, mengalama transformasi dari yang semula berperan sebagai pelayan penguasan berubah menjadi pelayan masyarakat/umat.
TRANSFORMASI PEMIKIRAN MUHAMMADIYAH DARI ISLAM MODERNIS KE ISLAM KONSERVATIF PERIODE 1995-2015 (PERSEPEKTIF SOSIOLOGI PENGETAHUAN KARL MANHEIM) Indrawati, Indrawati
Tadrisuna : Jurnal Pendidikan Islam dan Kajian Keislaman Vol 2 No 1 (2019): March 2019
Publisher : Prodi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Santri Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (625.404 KB)

Abstract

Fenomena muktamar Muhammadiyah yang diadakan lima tahun sekali, menjadi media bagi para sarjana muslim untuk mengamati dinamika perkembangan pemikiran Muhammadiyah. Lewat muktamar tersebut, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan untuk merefleksikan dinamika pemikiran Muhammadiyah dari waktu ke waktu. Melalui muktamar ke?43 (1995) hingga muktamar ke?45 (2015), terdapat indikasi adanya transformasi pemikiran pada Muhammadiyah. Fokus tulisan ini ingin mengkaji pergeseran pemikiran Muhammadiyah tersebut melalui peristiwa?peristiwa yang terjadi di Muktamar tersebut. Adapun masalah yang hendak dijawab apa saja dinamika pemikiran yang dialami dan faktor?faktor apa saja yang mendorong lahirnya perubahan pemikiran pada kurun 20 tahun tersebut. Adapun teori yang digunakan adalah Teori Sosiologi Pengetahuan Karl Mannheim. Sedangkan metode penyusunan tulisan ini menggunakan metode library research. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa pemikiran Muhammadiyah pada muktamar ke?43 (1995), memiliki pemikiran modernis dengan indikasi lahirnya nama baru majelis tarjih dan pengembangan pemikiran Islam, kemudian pada muktamar ke?44 (2000), Islam modernis Muhammadiyah semakin berkibar, dengan indikasi lahirnya PSAP, Institut Ma?arif, dan JIMM. Tetapi pada tahun 2005, terjadi transformasi pemikiran, Muhammadiyah cenderung menjadi konservatif, dengan indikator tersingkirnya figur?figur pemimpin modernis dari bursa pemilihan kepemimpinan Muhammadiyah. Kedua, majelis tarjih dan pengembangan pemikiran Islam berubah menjadi majelis tarjih dan tajdid (kembali seperti namanya semula), ketiga, kepemimpinan perempuan tidak ada karena dilarang, keempat, lewat peran Dien Syamsudin di MUI, Muhammadiyah mendukung fatwa haram atas Sekularisme, Pluralisme, dan Liberalisme, termasuk menganggap JIL adalah organisasi sesat, implikasi lebih lanjut dibubarkannya JIMM. kelima, memecat anggota?anggotanya yang berseberangan dengan kebijakan organisasi di atas, seperti Dawam Raharjo dan Mohammad Shofan. Adapun faktor pergeseran pemikiran ini dari sudut pandang sosiologi pengetahuan, karena dilatarbelakangi usaha untuk mengerem sisi liberalime/modernisme Muhammadiyah yang dianggap terlalu berlebihan, dan faktor eksternal, karena adanya penyusupan gerakan Islam transnasional, yang mengusung wacana Islam Konservatif di dalam tubuh Muhammadiyah ini.