Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati

Respons Poliembrioni Dari Biji Duku (Lansium domesticum Corr.) yang Dibelah Tiga Secara In Vitro Rana, Syafia Diang; Dewi, Reza Puspita; Adjie, Agung Purnomo; Isda, Mayta Novaliza
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 4, No 2 (2019): June 2019
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.246 KB) | DOI: 10.24002/biota.v4i2.2472

Abstract

Duku (Lansium domesticum Corr.) adalah salah satu buah tropis bernilai ekonomis yang diminati oleh masyarakat dengan rasa manis dan bernilai gizi tinggi. Biji duku memiliki sifat poliembrioni yang akan menghasilkan tanaman lebih banyak dan seragam sesuai dengan induknya. Perbanyakan dengan teknik in vitro akan menghasilkan tanaman dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan secara konvensional. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui respon poliembrioni biji duku yang dibelah tiga secara membujur  dengan penambahan BAP (Benzyl Amino Purine)  secara in vitro. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan konsentrasi BAP = 0, 1, 3, 5 dan 7 mg/L BAP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu muncul tunas tercepat yaitu 2,20 MST pada konsentrasi 1 mg/L BAP. Jumlah tunas tertinggi pada perlakuan 3 mg/L BAP yaitu 2,00 tunas, namun perlakuan pemberian konsentrasi BAP belum mampu meningkatkan jumlah tunas.
Respons Pembentukan Kalus Daun Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) dengan Penambahan Naphtalene Acetic Acid dan Benzyl Amino Purin Secara In Vitro Anwar, Nurhayati; Isda, Mayta Novaliza
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 3 (2020): October 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v5i3.3232

Abstract

AbstractGotu kola (Centella asiatica (L.) Urb.) is a medicinal plant that contains chemical compounds as triterpenoids and saponins.  The chemical compounds can be produced quickly using in vitro callus induction.  The callus is a very important source of planting material in regenerating new plants.  Therefore, by inducing callus the need for seedling in large quantities achievable in a short time.  This study aimed to determine the effect of the BAP single and combination of BAP and NAA, and determine the effective concentration of a BAP single and combination of BAP and NAA on callus induction of gotu kola leaf explant using in vitro method.  This study used Complete Randomized Design (CRD) which consisted of nine treatments (control, 1 mg/l BAP, 2 mg/l BAP, 1 mg/l BAP + 0,1 mg/l NAA, 2 mg/l BAP + 0,1 mg/l NAA, 1 mg/l BAP + 0,3 mg/l NAA, 2 mg/l BAP + 0,3 mg/l NAA, 1 mg/l BAP + 0,5 mg/l NAA, 2 mg/l BAP + 0,5 mg/l NAA) with five replication for each treatment. Data obtained from observation were analyzed descriptively.  The results of this research showed that a single BAP and combine of BAP and NAA were able provide a response in the form of colour, swelling and callus formation.  The best concentration that from the most optimal callus and the highest callus growth (+++) is the treatment of P5 ( 1 mg/l BAP + 0,3 mg/l NAA) which is equal to 100% with the caracteristics of green callus and callus covering the entire surface of explants.  All the callus produced was textured compact, while the colour of the callus was green and brown.Keywords: Gotu Kola (Centella asiatica (L.) Urb.), Callus, BAP, NAA AbstrakPegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) merupakan tanaman berkhasiat obat yang mengandung berbagai bahan aktif seperti triterpenoid dan saponin.  Bahan aktif tersebut dapat diproduksi dengan cepat menggunakan teknik induksi kalus secara in vitro.  Kalus merupakan sumber bahan tanam yang sangat penting dalam meregenerasi tanaman baru.  Oleh karena itu, dengan menginduksi kalus kebutuhan bibit dalam jumlah banyak dapat dicapai dengan waktu singkat.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan BAP tunggal dan kombinasi BAP dan NAA, dan menentukan konsentrasi terbaik dari penambahan BAP tunggal dan kombinasi BAP dan NAA terhadap pembentukan kalus dari eksplan daun pegagan secara in vitro. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 9 (sembilan) perlakuan (kontrol, 1 mg/l BAP, 2 mg/l BAP, 1 mg/l BAP + 0,1 mg/l NAA, 2 mg/l BAP + 0,1 mg/l NAA, 1 mg/l BAP + 0,3 mg/l NAA, 2 mg/l BAP + 0,3 mg/l NAA, 1 mg/l BAP + 0,5 mg/l NAA, 2 mg/l BAP + 0,5 mg/l NAA) dan masing-masing diulang sebanyak 5 (lima) ulangan.  Data hasil pengamatan yang diperoleh dibahas secara deskriptif karena tidak semua ulangan menghasilkan kalus.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian perlakuan BAP tunggal dan kombinasi penambahan BAP dan NAA mampu memberikan respons pada eksplan daun pegagan berupa perubahan warna, pembengkakan dan terbentuknya kalus.  Konsentrasi terbaik yang mampu membentuk kalus paling optimal dan pertumbuhan kalus paling tinggi (+++) yaitu perlakuan P5 ( 1 mg/l BAP + 0,3 mg/l NAA) yakni sebesar 100% dengan ciri-ciri kalus berwarna hijau dan kalus menutupi seluruh permukaan eksplan.  Semua kalus yang dihasilkan bertekstur kompak, sedangkan warna kalus yang dihasilkan hijau dan coklat.Katakunci: Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.), Kalus, BAP, NAA
Respons Poliembrioni Dari Biji Duku (Lansium domesticum Corr.) yang Dibelah Tiga Secara In Vitro Syafia Diang Rana; Reza Puspita Dewi; Agung Purnomo Adjie; Mayta Novaliza Isda
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 4, No 2 (2019): June 2019
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v4i2.2472

Abstract

Duku (Lansium domesticum Corr.) adalah salah satu buah tropis bernilai ekonomis yang diminati oleh masyarakat dengan rasa manis dan bernilai gizi tinggi. Biji duku memiliki sifat poliembrioni yang akan menghasilkan tanaman lebih banyak dan seragam sesuai dengan induknya. Perbanyakan dengan teknik in vitro akan menghasilkan tanaman dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan secara konvensional. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui respon poliembrioni biji duku yang dibelah tiga secara membujur  dengan penambahan BAP (Benzyl Amino Purine)  secara in vitro. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan konsentrasi BAP = 0, 1, 3, 5 dan 7 mg/L BAP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu muncul tunas tercepat yaitu 2,20 MST pada konsentrasi 1 mg/L BAP. Jumlah tunas tertinggi pada perlakuan 3 mg/L BAP yaitu 2,00 tunas, namun perlakuan pemberian konsentrasi BAP belum mampu meningkatkan jumlah tunas.
Respons Pembentukan Kalus Daun Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) dengan Penambahan Naphtalene Acetic Acid dan Benzyl Amino Purin Secara In Vitro Nurhayati Anwar; Mayta Novaliza Isda
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 3 (2020): October 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v5i3.3232

Abstract

Gotu kola (Centella asiatica (L.) Urb.) is a medicinal plant that contains chemical compounds as triterpenoids and saponins.  The chemical compounds can be produced quickly using in vitro callus induction.  The callus is a very important source of planting material in regenerating new plants.  Therefore, by inducing callus the need for seedling in large quantities achievable in a short time.  This study aimed to determine the effect of the BAP single and combination of BAP and NAA, and determine the effective concentration of a BAP single and combination of BAP and NAA on callus induction of gotu kola leaf explant using in vitro method.  This study used Complete Randomized Design (CRD) which consisted of nine treatments (control, 1 mg/l BAP, 2 mg/l BAP, 1 mg/l BAP + 0,1 mg/l NAA, 2 mg/l BAP + 0,1 mg/l NAA, 1 mg/l BAP + 0,3 mg/l NAA, 2 mg/l BAP + 0,3 mg/l NAA, 1 mg/l BAP + 0,5 mg/l NAA, 2 mg/l BAP + 0,5 mg/l NAA) with five replication for each treatment. Data obtained from observation were analyzed descriptively.  The results of this research showed that a single BAP and combine of BAP and NAA were able provide a response in the form of colour, swelling and callus formation.  The best concentration that from the most optimal callus and the highest callus growth (+++) is the treatment of P5 ( 1 mg/l BAP + 0,3 mg/l NAA) which is equal to 100% with the caracteristics of green callus and callus covering the entire surface of explants.  All the callus produced was textured compact, while the colour of the callus was green and brown. Keywords: Gotu Kola (Centella asiatica (L.) Urb.), Callus, BAP, NAA   Abstrak Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) merupakan tanaman berkhasiat obat yang mengandung berbagai bahan aktif seperti triterpenoid dan saponin.  Bahan aktif tersebut dapat diproduksi dengan cepat menggunakan teknik induksi kalus secara in vitro.  Kalus merupakan sumber bahan tanam yang sangat penting dalam meregenerasi tanaman baru.  Oleh karena itu, dengan menginduksi kalus kebutuhan bibit dalam jumlah banyak dapat dicapai dengan waktu singkat.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan BAP tunggal dan kombinasi BAP dan NAA, dan menentukan konsentrasi terbaik dari penambahan BAP tunggal dan kombinasi BAP dan NAA terhadap pembentukan kalus dari eksplan daun pegagan secara in vitro. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 9 (sembilan) perlakuan (kontrol, 1 mg/l BAP, 2 mg/l BAP, 1 mg/l BAP + 0,1 mg/l NAA, 2 mg/l BAP + 0,1 mg/l NAA, 1 mg/l BAP + 0,3 mg/l NAA, 2 mg/l BAP + 0,3 mg/l NAA, 1 mg/l BAP + 0,5 mg/l NAA, 2 mg/l BAP + 0,5 mg/l NAA) dan masing-masing diulang sebanyak 5 (lima) ulangan.  Data hasil pengamatan yang diperoleh dibahas secara deskriptif karena tidak semua ulangan menghasilkan kalus.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian perlakuan BAP tunggal dan kombinasi penambahan BAP dan NAA mampu memberikan respons pada eksplan daun pegagan berupa perubahan warna, pembengkakan dan terbentuknya kalus.  Konsentrasi terbaik yang mampu membentuk kalus paling optimal dan pertumbuhan kalus paling tinggi (+++) yaitu perlakuan P5 ( 1 mg/l BAP + 0,3 mg/l NAA) yakni sebesar 100% dengan ciri-ciri kalus berwarna hijau dan kalus menutupi seluruh permukaan eksplan.  Semua kalus yang dihasilkan bertekstur kompak, sedangkan warna kalus yang dihasilkan hijau dan coklat. Katakunci: Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.), Kalus, BAP, NAA
Induksi Tunas dari Eksplan Epikotil Jeruk Kasturi (Citrus microcarpa Bunge.) dengan Penambahan BAP dan Kinetin secara In Vitro Putri Maisarah; Mayta Novaliza Isda
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 6, No 3 (2021): October 2021
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v6i3.3416

Abstract

Jeruk kasturi (Citrus microcarpa) adalah salah satu jenis buah yang termasuk ke  dalam genus Citrus, memiliki kandungan vitamin C, dan anti oksidan juga termasuk tinggi. Perkembangan secara generatif setelah berumur 5 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dan menentukan konsentrasi BAP dan Kinetin terbaik secara tunggal atau kombinasi dari kedua regulator pertumbuhan untuk pembentukan tunas dari eksplan epikotil jeruk kasturi secara in vitro pada media Ms. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 16 taraf perlakuan (kontrol, 0,5 mg/l BAP, 1 mg/l BAP, 1,5 mg/l BAP, 0,5 mg/l Kinetin, 1 mg/l Kinetin, 1,5 mg/l Kinetin, 0,5 mg/l BAP+ 0,5 mg/l Kinetin, 0,5 mg/l BAP + 1 mg/l Kinetin, 0,5 mg/l BAP + 1,5 mg/l Kinetin, 1 mg/l BAP + 0,5 mg/l Kinetin, 1 mg/l BAP + 1    mg/l Kinetin, 1  mg/l BAP + 1,5 mg/l Kinetin, 1,5 mg/l BAP + 0,5 mg/l Kinetin, 1,5 mg/l BAP + 1 mg/l Kinetin, 1,5 mg/l BAP + 1,5 mg/l Kinetin). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian perlakuan BAP dan Kinetin tunggal atau kombinasi mampu memberikan respons pada eksplan epikotil jeruk kasturi berupa waktu muncul tunas, jumlah tunas, jumlah daun dan panjang tunas. Konsentrasi terbaik yang mampu membentuk jumlah tunas paling banyak yaitu perlakuan P6 (1,5 mg/l Kinetin) sebesar 1,6 tunas.
Co-Authors Adil Azzahwantara Adjie, Agung Purnomo Afragenia Zelfira Agung Purnomo Adjie Alzira Salsabillah Anwar, Nurhayati Appriliya Destiyana Ariya Permata Asih Rahayu Ajeng Agesti Asri Ria Lestari Ayu Azhari Chica Ollivia Fibrianti Defila Yanti Desita Salbiah DESTI ZARLI MANDARI, DESTI ZARLI Dewi, Reza Puspita Dhini Yulianti Diana Agriani Diandra Prudentia Dyah Iriani EFENDI, RANNY ARIESTA Elli Indriana Putri Elsya Desviyanti Elvianis Elvianis Ennie Chahyadi ERWINA JULIANTARI, ERWINA Fajar Nugraha Febby Ika Desyana Fitmawati Fitmawati Fitmawati Fitmawati Fitmawati Fitmawati Fitmawati Fitmawati Fitria Elysye Ningrum Fransisca Elvarina Hariono, Eko Haris Gunawan Ikhwan Taufik Ilahi, Rizky Nanda Kurnia Ismu Sodaqti Isra Fariza KHAIRIJON, KHAIRIJON Lailani Sabrina Laura Aprilia Ayu Kusuma Wahyu Priyadika M. Athallah Dzikri Alhady M. Rizqy Pratama Syah Marlina Agustina Sitinjak Maulana Ishak Maya Sari Meutia Hanum Meyla Suhendra Mimi Safitri Muhammad Asyraf Muhammad Tamyis Lutfi Hakim Nadia Kristina Najmi Fadhila Nithami Nery Sofiyanti Nia Ivanka Noto Prasetio Nurhafidha Ramadhani Nurhayati Anwar Oriza Athalia Ronald Pangeran Saud Fransisco Putri Maisarah Qintara Sahira Rafi Shadiq Alvi Rahmi Fitri Rana, Syafia Diang Ranny Wirmasari Rasyidah Ulfa Reza Puspita Dewi Riche Afrilla Riski Saputra Rizal Noor Rodesia Mustika Roza Rosmaina Rosmaina Saputra, Agus Sarah Novita Sari Umayah, Sari Savanah Zahra Sinaga, Patar Siti Fatonah Siti Fatonah Siti Fatonah SRI CAHYATI, SRI Surjawati Surjawati Syafia Diang Rana syafroni Pranata Syahrul M. Tirtha Juliana Titrawani Titrawani Vina Dwi Amanda Wahyu Lestari Wahyu Lestari Wulan refolla Yana Lisa Warni Yulia Rahmi