Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

Various Language Expressions in The Criticism of Madurese People on Social Media Field Akhmad Sofyan; Panakajaya Hidayatullah; Ali Badrudin
Karsa: Journal of Social and Islamic Culture Vol. 28 No. 1 (2020)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/karsa.v28i1.2352

Abstract

The Madurese community in Situbondo is a group of people who are still 'unfamiliar' with the internet media (social media). Their lack of understanding in using social media often creates problems in society. This article is the result of ethnography of communication research which discusses criticism behavior of Madurese people in Situbondo in social media. It comprehensively analyzes aspects of use of language choice, motive of language choice and language formulation expressed by informants. Research findings show that: 1) Situbondo people express criticism in social media by using code of Madurese language and mixed Madurese-Indonesia and Madurese-English, and they are expressed through some patterns which are humor, figurative, threatening and affirmative, direct and indirect satire, Kiyai quote and lyrical/poetical pattern; 2) Some motives background of choice of language code in expressing criticism are influenced by aspects of hierarchy in a context of diglosia society, politic of identity; dimension of ethnic group and psychological and cultural motives. Formulation of these findings explain that most of criticism model of Madurese people in Situbondo through social media is manifestation of habit in expressing criticism in real world. Something avoided is criticism model using sarcasm sentence, containing hate speech, offending pride, social status, family and feeling of interlocutors. Expressive and outspoken criticism in social media are also considered to be dangerous and unacceptable by people because they create ‘floating’ (unclear) interpretation, and potential to be misinterpreted. While some acceptable criticism are criticism model expressed by fine language and expressed by humor, figurative, fine satire and lyrical/poetical patterns.
The Analysis of Conversational Implicature Between Students and Teachers at Al-Azhar Islamic Boarding School Akhmad Sofyan; Riantino Yudistira; Muta’allim; Fahmi Reza Alfani; Abdul Azizul Ghaffar
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa Vol. 8 No. 1 (2022)
Publisher : Magister of Linguistic, Postgraduated Program, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.336 KB) | DOI: 10.55637/jr.8.1.4042.65-72

Abstract

Pesantren is an environment that is very well known as religiousness in which there are several rules that must be obeyed by teachers and students. The purpose of this discipline is to build humanist relationships. This study aims to uncover and describe the meanings and types of conversational implicatures contained in the conversations of teachers and students at the Salafiyah Syafi'iyah Al-Azhar Islamic boarding school. This study uses data analysis. Qualitative methods are methods that aim to obtain descriptive data. The data in this study are conversational implicatures that transcribed into written text. Data were collected using selection, description and verification techniques. Data were analyzed using qualitative descriptivewhich is based on Siswantoro's theory. The results of this study indicate that there are four types of conversation implicatures, namely general conversation implicatures, scaled implicatures, special conversation implicatures and conventional implicatures.
PEMBANGUNAN DESA WISATA BUDAYA BERBASIS TRADISI MAMACA DI KEBUNDADAP BARAT, KECAMATAN SARONGGI, KABUPATEN SUMENEP Agustina Dewi S.; Akhmad Sofyan; Dewi Angelina; Panakajaya Hidayatullah
UNEJ e-Proceeding 2020: E-PROSIDING SEMINAR NASIONAL PEKAN CHAIRIL ANWAR
Publisher : UPT Penerbitan Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mamaca merupakan tradisi masyarakat Madura yang berupa kegiatan membaca teks berupa puisi dengan cara dinyanyikan yang bersumber dari cerita babad, kisah para nabi, kisah para tokoh sejarah, maupun cerita yang diambil dari kisah atau tokoh fiktif yang bermuatan petotor atau nasihat. Hal ini membuat mamaca sangat berpengaruh bagi pembentukan eksistensi masyarakat Madura. Melihat pentingnya tradisi ini bagi masyarakat Madura, tentu menjadi penting untuk melestarikan tradisi yang mulai punah ini. Pelestarian tradisi mamaca ini salah satunya bisa dilakukan melalui desa wisata budaya di Madura, khususnya di Sumenep. Penelitian ini mencoba menganalisis peluang munculnya desa wisata di Sumenep dengan berbasis tradisi mamaca. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk memahami suatu gejala sosial secara holistik (utuh). Metode kualitatif ini memungkinkan peneliti untuk memahami masyarakat dan memandang mereka sebagaimana mereka mengungkapkan pandangan terhadap dirinya. Dengan adanya tradisi mamaca di Desa Kebundadap Barat, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep, harusnya dapat dirintis destinasi desa wisata budaya melalui peraturan desa (Perdes). Dengan adanya destinasi desa wisata budaya diharapkan tradisi mamaca akan dapat dilestarikan sebagai aset budaya desa. Selain itu, dengan adanya destinasi desa wisata budaya diharapkan perekonomian masyarakat Desa Kedungdadap Barat dapat meningkat. Kata kunci: desa wisata budaya, kearifan lokal, dan tradisi mamaca
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA MADURA DI SEKOLAH Akhmad Sofyan
FKIP e-PROCEEDING 2017: SEMINAR NASIONAL #3: BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DALAM KONTEKS GLOBAL
Publisher : Pendidikan Fisika FKIP UNEJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mengungkapkan problematika pembelajaran Bahasa Madura di sekolah selama ini serta mencari solusi atas problematika tersebut. Problematika pembelajaran BM di sekolah secara umum bersumber dari 2 persoalan pokok, yakni ketersediaan bahan ajar dan kompetensi pengajar. Kedua persoalan pokok tersebut harus segera ditangani secara sinergis dan simultan. Dalam hal ketersediaan bahan ajar, sampai sekarang belum ada buku pegangan yang dapat digunakan sebagai materi pembelajaran BM yang lengkap, praktis, dan mudah. Untuk itu, perlu segera disusun buku ajar BM yang materinya: lebih mudah dipelajari baik oleh guru maupun oleh siswa, sesuai dengan GBPP,  dan sesuai dengan tingkat sekolah. Dalam hal kompetensi pengajar, saat ini, tidak seorang pun guru yang  memiliki kompetensi sebagai guru BM. Tidak jarang pembelajaran BM di banyak sekolah dilakukan oleh guru yang  ketika bersekolah dulu tidak mendapatkan pelajaran BM. Bahkan di beberapa sekolah ada guru yang bukan penutur asli BM. Untuk mengantisipasi problematika ketersediaan guru BM, perlu segera dilakukan pembukaan Jurusan Pendidikan Bahasa Madura di perguruan tinggi di Jawa Timur.  Kata Kunci: guru, kompetensi, pembinaan, regenerasi, dan solusi.
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA MADURA DI SEKOLAH Akhmad Sofyan
FKIP e-PROCEEDING 2017: PROSIDING SEMINAR NASIONAL #3: BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DALAM KONTEKS GLOBAL
Publisher : Pendidikan Fisika FKIP UNEJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk mengungkapkan problematika pembelajaran Bahasa Madura di sekolah selama ini serta mencari solusi atas problematika tersebut. Problematika pembelajaran BM di sekolah secara umum bersumber dari 2 persoalan pokok, yakni ketersediaan bahan ajar dan kompetensi pengajar. Kedua persoalan pokok tersebut harus segera ditangani secara sinergis dan simultan. Dalam hal ketersediaan bahan ajar, sampai sekarang belum ada buku pegangan yang dapat digunakan sebagai materi pembelajaran BM yang lengkap, praktis, dan mudah. Untuk itu, perlu segera disusun buku ajar BM yang materinya: lebih mudah dipelajari baik oleh guru maupun oleh siswa, sesuai dengan GBPP, dan sesuai dengan tingkat sekolah. Dalam hal kompetensi pengajar, saat ini, tidak seorang pun guru yang memiliki kompetensi sebagai guru BM. Tidak jarang pembelajaran BM di banyak sekolah dilakukan oleh guru yang ketika bersekolah dulu tidak mendapatkan pelajaran BM. Bahkan di beberapa sekolah ada guru yang bukan penutur asli BM. Untuk mengantisipasi problematika ketersediaan guru BM, perlu segera dilakukan pembukaan Jurusan Pendidikan Bahasa Madura di perguruan tinggi di Jawa Timur. Kata-kata Kunci: guru, kompetensi, pembinaan, regenerasi, dan solusi.
Ungkapan Kritik dalam Ranah Keluarga Masyarakat Madura di Besuki Raya Akhmad Sofyan; Panakajaya Hidayatullah; Ali Badrudin
MOZAIK HUMANIORA Vol. 21 No. 1 (2021): MOZAIK HUMANIORA VOL. 21 NO. 1
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mozaik.v21i1.26282

Abstract

Penelitan ini bertujuan mengurai fenomena penggunaan ungkapan kritik dalam ranah keluarga masyarakat Madura di Besuki Raya. Fokus penelitian ini mengungkap tentang (1) bentuk dan model kritik yang digunakan, (2) konteks bagaimana kritik tersebut diproduksi di masyarakat, dan (3) formulasi pemilihan bentuk kritik di masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode etnografi komunikasi yang dipadukan dengan teknik simak. Temuan dalam penelitian ini menghasilkan (1) bentuk dan model kritik yang digunakan yakni (a) kritik langsung, (b) kritik menggunakan orang ketiga, (c) kritik menggunakan penanda bunyi, dan (d) kritik menggunakan bahasa metafora; (2) kritik disampaikan dalam beberapa konteks komunikasi dalam ranah keluarga, seperti hubungan orang tua kepada anak, mertua kepada menantu, menantu kepada mertua, istri kepada suami, suami kepada istri, kakek kepada cucu, dan cucu kepada nenek; (3) dalam formulasi pemilihan bentuk kritik di masyarkat Madura dapat dipetakan bahwa ada beberapa kritik yang dapat diterima seperti (a) kritik langsung yang disampaikan dengan pemilihan diksi kalimat yang baik, intonasi yang halus, dan disampaikan secara privat, (b) melalui orang ketiga, (c) penanda bunyi, dan (d) bahasa metafora (kiasan). Adapun bentuk kritik yang dihindari adalah bentuk kritik langsung yang disampaikan secara kasar (menggunakan kalimat yang menyinggung perasan) dan disampaikan secara di depan publik.
STRATEGI TINDAK TUTUR JURU BICARA TIM KAMPANYE NASIONAL DALAM ACARA “DUA ARAH” DI KOMPAS TV Ikromal Hasin; Akhmad Sofyan; Edy Hariyadi
SEMIOTIKA: Jurnal Ilmu Sastra dan Linguistik Vol 21 No 1 (2020): Semiotika: Jurnal Ilmu Sastra dan Linguistik
Publisher : Diterbitkan oleh Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember bekerja sama dengan Himpunan Sarjana - Kesusastraan Indonesia (HISKI), Himpunan Pembina Bahasa Indonesia (HPBI) dan Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/semiotika.v21i1.12159

Abstract

Presidential Election is a democratic party to elect new leaders. A spokesperson is needed to attract the public to choose the candidate pairs who compete to win the party. A spokesperson for TKN-Jokowi's National Campaign Team (Indonesian: Tim Kampanye Nasional) is one example of a spokesperson who carried out this task. This article aims to discuss the national campaign team's speech acts strategy in Kompas TV program entitled "Dua Arah". The researcher will categorize articulation carried out by the spokesperson of TKN into four types of speech works: persuasive, defending, attacking, and challenging. The data analysis method used analyses speech based on the specified categories in speech acts, presuppositions, implicatures, cooperative principles, and the principle of manners found in the address based on the context of the talk. The results showed that the spokesperson for the TKN placed persuasive action in the first position, fending effort in the second position, attacking movement in the third position, and challenging activities in the last part. Convincing story at the first position aims to attract the people's sympathy to choose Jokowi-Ma'ruf Amin with the most utterances telling Jokowi's government program's success. The challenging action in the last position contains a request to the spokesman of BPN-Prabowo's election campaign team (Indonesian: Badan Pemenangan Nasional) to do something and explain their statement in detail.
TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI PASAR TEMPUREJO, JEMBER Resti Purnama Sari; Akhmad Sofyan; A. Erna Rochiyati S.
SEMIOTIKA: Jurnal Ilmu Sastra dan Linguistik Vol 21 No 2 (2020): Semiotika: Jurnal Ilmu Sastra dan Linguistik
Publisher : Diterbitkan oleh Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember bekerja sama dengan Himpunan Sarjana - Kesusastraan Indonesia (HISKI), Himpunan Pembina Bahasa Indonesia (HPBI) dan Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/semiotika.v21i2.16551

Abstract

Tempurejo Market is a traditional market mostly visited by people who live in Tempurejo Village and its surroundings to varying the speech acts used. Sellers and buyers have an interesting narrative method or strategy so that they achieved a deal. The speech acts that are often used in buying and selling interactions at Tempurejo Market are illocutionary speech acts and bargaining strategies so that the research problem is how illocutionary speech acts and bargaining strategies are used between sellers and buyers in Tempurejo Market, Jember Regency. This study describes illocutionary speech acts and bargaining strategies in buying and selling interactions at this market. The method used in this research is descriptive and equivalent. The second method is used to match the data with illocutionary speech act theory. The results showed five kinds of illocutionary speech acts: assertive, directives, expressive, commissives, and declarative. Illocutionary speech acts often used in buying and selling interactions at Tempurejo Market are assertive speech and expressive speech. The bargaining strategies used in the buying and selling interactions at Tempurejo Market offer strategy, bargaining strategy, the bid approval strategy, and the seller strategy to reject the offering. The bargaining strategy often used in buying and selling interactions at Tempurejo Market is the offering strategy.
Pangalem Tradisional dalam Masyarakat Etnik Madura di Kabupaten Jember Maulidia Hasanah; Akhmad Sofyan; Agus Sariono
SEMIOTIKA: Jurnal Ilmu Sastra dan Linguistik Vol 18 No 1 (2017): Semiotika: Jurnal Ilmu Sastra dan Linguistik
Publisher : Diterbitkan oleh Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember bekerja sama dengan Himpunan Sarjana - Kesusastraan Indonesia (HISKI), Himpunan Pembina Bahasa Indonesia (HPBI) dan Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.94 KB) | DOI: 10.19184/semiotika.v18i1.5181

Abstract

Abstract Pangalem is one of the oral traditions of Madurese society in the form of proverb. Pangalem is a proverb containing compliments that is uttered by a speaker when sees others’ beauty of body shape, kindness of attitude, and goodness of characteristic. In Madurese society pangalem is described by using metaphors of fruits, animals, foods, dead things, and natural condition. Such metaphors are used because they see similarity of their shape, color, or attitude. Pangalem is not merely utterances without meaning, because when someone is praising other person, actually there is something implied in his or her mind. For example, when he or she sees beautiful lips, in his or her mind he will imagine to kiss the lips when he or she praises it. Such imagination drives him or her to praise someone with something near to taste sense, such as bibirra jherruk saloné 'her lips are like one segment of an orange'. Therefore, this research will explain kinds of pangalem, the forming of pangalem based on society’s point of view, and Madurese society’s degree of understanding toward such pangalem. I use comparative and semiotic method, because the determination of meaning is not only from the text of pangalem, but also from context of situation and culture. Key words: Madurese society, oral tradition, pangalem, and metaphor.
Pasemon Sebagai Bahasa Kritik Dalam Seni Pertunjukan Masyarakat Madura Akhmad Sofyan; Panakajaya Hidayatullah; Ali Badrudin
Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya. Vol. 21 No. 2 (2020): Agustus
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52829/pw.306

Abstract

Artikel ini merupakan hasil penelitian antropologi seni yang membahas perihal pasemon sebagai bahasa kritik dalam seni pertunjukan masyarakat Madura. Secara komprehensif menelaah tentang klasifikasi model pasemon sebagai bahasa kritik dalam seni pertunjukan masyarakat Madura ditinjau secara semiotik. Temuan penelitian menunjukkan bahwa pasemon dalam seni pertunjukan terbagi atas 3 model yakni Model Papareghân/paparèkan; Model sindiran langsung; dan Model penokohan; Model Paparèkan merupakan model kritik yang disampaikan melalui bentuk pantun tradisional berbahasa Madura baik secara langsung maupun melalui kèjhungan(nyanyian). Paparèkan digunakan untuk mengkritik lawan main dalam pertunjukan, maupun untuk mengkritik fenomena sosial masyarakat. Model sindiran langsung, merupakan moda kritik yang diucapkan secara langung dengan kalimat yang lugas oleh aktor/pelawak di atas panggung. Umumnya sindiran diucapkan dengan gaya humor. Sindiran langsung digunakan untuk mengkritik penonton, tuan rumah, situasi sosial maupun perilaku masyarakat hari ini. Model penokohan, adalah moda kritik