Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Kebijakan sekolah dalam membangun budaya tanggap bencana Ebni Sholikhah; Siti Irene Astuti Dwiningrum; Dyah Respati Suryo Sumunar
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi Vol 7, No 2 (2019): December
Publisher : Graduate School, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jppfa.v7i2.27023

Abstract

Indonesia adalah negara dengan tingkat kerawanan bencana yang tingi. Di DIY jumlah bencana mengalami kenaikan signifikan dari tahun 2017-2018. Namun demikian, sekolah beberapa sekolah belum mengimplementasikan siaga bencana dan bahkan ada yang tidak memiliki kebijakan sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan sekolah untuk mewujudkan budaya siaga bencana di SMK Muhammadiyan Pakem dan SMAN 1 Pundong. Data dikumpulkan melalui FGD dan dianalisis menggunakan model interaktif. Hasilnya menunjukkan bahwa SMK Muhammadiyah Pakem adalah Sekolah Siaga Bencana yang memiliki kebijakan lebih komprehensif daripada SMAN 1 Pundong ditinjau dari sosialisasi, simulasi, kerjasama, pengintegrasian kesiapsiagaan bencana dalam program pembelajaran, serta ketersediaan fasilitas siaga bencana. Lancarnya implementasi kebijakan siaga bencana didukung oleh guru yang berberan sebagai leading implementor karena menjadi penggerak kultur siaga bencana. Beberapa kendala juga ditemui dari kedua sekolah seperti siswa yang kurang serius ketika simulasi bencana dan terbatasnya pendanaan untuk menyiapkan fasilitas tahan bencana.AbstractIndonesia is a country with a high level of disaster vulnerability. In DIY the number of disasters has increased significantly from 2017-2018. However, some schools have not implemented disaster preparedness and the others do not have their own policies. This study aims to analyze school policies to create a culture of disaster preparedness at Muhammadiyan Pakem Vocational High School and Pundong 1 High School. Data was collected through FGDs and analyzed using interactive models. The results show that Muhammadiyah Vocational School Pakem is a Disaster Preparedness School that has a more comprehensive policy than SMAN 1 Pundong in terms of socialization, simulation, cooperation, integration of disaster preparedness in learning programs, and the availability of disaster preparedness facilities. The smooth implementation of disaster preparedness policies is supported by teachers who play the role of leading implementors because they are the drivers of disaster preparedness culture. Some obstacles were also encountered from the two schools such as students who were less serious when simulating a disaster and limited funding to prepare disaster-resistant facilities.
SCHOOL STRATEGIES IN STRENGTHENING STUDENT RESILIENCE IN DISASTER-PRONE AREAS Siti Irene Astuti Dwiningrum; Khirjan Nahdi; Aswasulasikin Aswasulasikin; Dyah Respati Suryo Sumunar; Rukiyati Rukiyati; Ebny Sholikhah
Jurnal Cakrawala Pendidikan Vol 39, No 3 (2020): CAKRAWALA PENDIDIKAN, VOL. 39, NO. 3, OCTOBER 2020
Publisher : LPMPP Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/cp.v39i3.30249

Abstract

Resilience is needed by students who live in disaster-prone areas. With strong resilience, students can implement disaster mitigation. This study aims to describe the profile of students' resilience and the strategies carried out by students in strengthening personal resilience. The mixed method research approach was conducted on a research population of SMA/SMK in Lombok Regency, specifically North Lombok, East Lombok, and West Lombok. The respondents were 779 people from 10 schools in disaster-prone areas determined by the Slovin formula. Student resilience profiles were explored according to Reivich and Shatte. Data on how teachers increase students’ resilience were obtained from a focus group discussion (FGD) with 20 teachers from 10 schools. The results of the research prove that the personal resilience profile of students in Lombok from the seven aspects is still not optimal, which is not enough to form resilience personalities (less than 60%). This study affirms that personal resilience is essential in building school resilience to provide a massive contribution to education and disaster mitigation. Regarding recommendations for schools to increase student resilience, it can be done by increasing resilience resources, strengthening social support, having resilient teachers, building resilient school, all aspects of which must work systemically and synergistically.
Pelatihan pengembangan kecerdasan majemuk anak bagi guru tk Aisyiyah Ebni Sholikhah; Arif Rohman; Farida Hanum; Ariefa Efianingrum; Joko Sri Sukardi
Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Vol 12, No 2 (2019): September
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (479.213 KB) | DOI: 10.21831/jpipfip.v12i2.26920

Abstract

Usia anak adalah usia emas untuk mengembangkan potensi kecerdasan majemuk yang dimiliki. Akan tetapi, selama ini kegiatan pendidikan sering direduksi sebagai kegiatan pengajaran dan persekolahan yang terpusat pada transfer pengetahuan secara statis dan terkadang lupa untuk mengembangkan kecerdasan non akademik. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelatihan guru Aisyiyah kabupaten Banyuwangi dalam mengembangkan potensi kecerdasan majemuk anak usia dini. Metode yang digunakan berupa ceramah dialogis, latihan (simulasi), dan pendampingan. Dari 38 sasaran, hasilnya menunjukkan bahwa 49.74% puas, 48.70% sangat puas, dan hanya 1.56% tidak puas terhadap isi, metode, maupun fasilitas yang disediakan. Hal ini menunjukkan bahwa isi materi sesuai dan dapat menambah pengetahuan guru untuk diaplikasikan di lingkungan kerjanya. Guru juga merasa mendapat pengalaman baru karena belum pernah mengikuti pelatihan serupa sebelumnya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan profesionalitas guru, pelatihan semacam ini perlu dilanjutkan dan ditingkatkan. Children's intelligence development training for Aisyiyah kindergarten teachersEarly childhood is the golden age to develop their potential multiple intelligences. However, educational activities have often been reduced as teaching and schooling which centered on static transfer of knowledge and sometimes forget to develop non-academic intelligence. This paper aims to describe Aisyiyah teachers training in Banyuwangi Regency to develop the potential multiple intelligence in early childhood. We used dialogical lectures, exercises (simulations), and assistance as the methods. The results showed that 49.74% of 38 participants were satisfied, 48.70% were very satisfied, and only 1.56% were dissatisfied with the contents, methods, and facilities provided. This shows that contents of the material improve teacher's knowledge and could be applied in the teaching environment. The teacher also feels that they gained new experience because never attended a similar training before. Therefore, this kind of training needs to be continued and improved to improve teacher professionalism.  
PEMANFAATAN DANA PROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP) OLEH SISWA SMPN 2 GEDANGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Ebni Sholikhah
FOUNDASIA Vol 9, No 1 (2018): EDISI SEPTEMBER
Publisher : Prodi Filsafat dan Sosiologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/foundasia.v9i1.26160

Abstract

Program Indonesia Pintar (PIP) merupakan program pemberian dana kepada siswa dari keluarga kurang mampu. Program ini menyaratkan bahwa dana harus dimanfaatkan untuk keperluan personal siswa sehingga anak terlepas dari ancaman putus sekolah. Meskipun ada PIP, ternyata putus sekolah masih terjadi di Kecamatan Gedangsari. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pemanfaatan dana PIP oleh siswa jenjang SMP di Kecamatan Gendangsari khususnya SMPN 2 yang memiliki siswa putus sekolah tertinggi. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Hasilnya menunjukkan bahwa sekolah melakukan diskresi dalam pengelolaan dana. Dana telah digunakan untuk pembiayaan personal siswa, meskipun masih ada item yang tidak seharusnya dibiayai dana tersebut. Dilihat dari besaran dana, PIP baru mampu mengover pembiayaan personal siswa sebesar 55-58%. Jika melihat kondisi ekonomi masyarakat yang mayoritas masuk kategori miskin, maka diperlukan inisiatif pihak sekolah untuk merancang usaha dana secara mandiri atau kerjasama dengan sektor swasta untuk turut terlibat dalam pembiayaan pendidikan. Kata Kunci: Program Indonesia Pintar (PIP), Pendanaan Pendidikan, SMP
Peminjaman kebijakan (policy borrowing) untuk perencanaan pendidikan Ebni Sholikhah
FOUNDASIA Vol 10, No 1 (2019)
Publisher : Prodi Filsafat dan Sosiologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/foundasia.v10i1.27312

Abstract

Peminjaman kebijakan merupakan bagian dari studi komparasi pendidikan. Meminjam kebijakan dari negara lain menjadi hal biasa di era globalisasi untuk merencanakan pendidikan di suatu negara. Hanya saja, tidak semua ekspektasi atas keberhasilan kebijakan yang diadopsi dari negara lain mampu di capai negara peminjam. Kebijakan baru yang disusun mungkin malah mengandung dan mengundang masalah baru. Artikel ini menggambarkan tentang peminjaman kebijakan dalam perencanaan pendidikan. Beberapa hal yang tercakup antara lain sejarah peminjaman kebijakan, peminjaman kebijakan dalam konteks perencanaan pendidikan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan peminjaman kebijakan. Kata Kunci: Peminjaman Kebijakan (Policy Borrowing), Pendidikan Komparatif, Perencanaan Pendidikan
PELATIHAN PENGEMBAGAN KARAKTER ANAK BAGI GURU TK DI UPT PENDIDIKAN KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN Ariefa Efianingrum; Farida Hanum; Arif Rohman; Joko Sri Sukardi; Murtamadji Murtamadji; Ebni Sholikhah
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.811 KB) | DOI: 10.21831/diklus.v3i2.26789

Abstract

Globalisasi membuat dunia semakin terbuka dan berdampak pada semakin mudahnya pertukaran budaya yang belum tentu sesuai dengan konteks masyarakat Indonesia. Sayangnya guru dinilai belum berhasil dalam mengembangkan karakter anak dalam mentransformasikan budaya bangsa karena dinilai lebih focus pada materi pelajaran. Untuk itu, keterampilan pengembangan karakter anak diperlukan para guru agar tidak hanya menciptakan anak yang cerdas namun juga berkarakter. Program pelatihan dipilih sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru-guru TK se Kecamatan Ngaglik Sleman sebagai upaya mengembangkan karakter anak di lingkungan sekolah. Pelatihan dilakukan dengan cara penyampaian materi dan action plan. Keberhasilan pelatihan dievaluasi menggunakan model Ralph W. Tyler yang berorientasi pada tujuan. Tujuan dari pelatihan adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru terhadap pengembangan karakter anak. Pre-test dan post-test digunakan untuk mengukur peningkatan pengetahuan guru terhadap pengembangan karakter anak. Sedangkan evaluasi terhadap action plan dilakukan dengan melihat catatan yang diserahkan para guru kepada tim PPM. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan Guru TK terhadap pengembangan karakter anak rata-rata 21.81 poin. Sedangkan action plan menunjukkan peningkatan keterampilan guru dari cara-cara yang digunakan dalam mengembangkan karakter anak
Digital literacy requires school resilience Siti Irene Astuti Dwiningrum; Safitri Yosita Ratri; Rukiyati Rukiyati; Annisa Setyaningrum; Ebni Sholikhah; Nopita Sitompul; Anindita Ayu Nisa Utami
Jurnal Kependidikan Penelitian Inovasi Pembelajaran Vol 7, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jk.v7i1.54642

Abstract

Digital literacy requires school resilience. The purpose of this study is to describe the profile of school resilience and strategies for strengthening school resilience in order to strengthen digital literacy. The method used in this study is a descriptive method that combines quantitative and qualitative (mix method). The research was conducted at SMN N 1 Mungkid involving 40 teachers and 100 students with a multistage random sampling model. The sampling technique in this study was determined using the Lameshow formula, with a total sample of 140 people. Data collection techniques were also carried out using a questionnaire technique through online media (google form) and documentation. The analytical technique used is descriptive with the Excel program using a categorization method based on percentage calculations. The results showed that the overall resilience of Mungkid Junior High School in facing the digital literacy era according to teachers and students was at the lower score, which is in the category of positive resilience building scale (teachers: 31%; Students: 40%). The strategy for strengthening school resilience in the digital literacy era are (1) adapting to situations and conditions, (2) school intervention in overcoming environmental risks and transitions, (3) identifying factors that can help schools overcome crises, (4) skills mapping to identify training needs, (5) identifying the strengths and weaknesses of the education system, and (6) documenting the learning gained by taking into account the availability of school human resources (HR), continuous professional development, communication, network support, adaptation and knowledge-based development.