Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pelatihan pengembangan kecerdasan majemuk anak bagi guru tk Aisyiyah Ebni Sholikhah; Arif Rohman; Farida Hanum; Ariefa Efianingrum; Joko Sri Sukardi
Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Vol 12, No 2 (2019): September
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (479.213 KB) | DOI: 10.21831/jpipfip.v12i2.26920

Abstract

Usia anak adalah usia emas untuk mengembangkan potensi kecerdasan majemuk yang dimiliki. Akan tetapi, selama ini kegiatan pendidikan sering direduksi sebagai kegiatan pengajaran dan persekolahan yang terpusat pada transfer pengetahuan secara statis dan terkadang lupa untuk mengembangkan kecerdasan non akademik. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelatihan guru Aisyiyah kabupaten Banyuwangi dalam mengembangkan potensi kecerdasan majemuk anak usia dini. Metode yang digunakan berupa ceramah dialogis, latihan (simulasi), dan pendampingan. Dari 38 sasaran, hasilnya menunjukkan bahwa 49.74% puas, 48.70% sangat puas, dan hanya 1.56% tidak puas terhadap isi, metode, maupun fasilitas yang disediakan. Hal ini menunjukkan bahwa isi materi sesuai dan dapat menambah pengetahuan guru untuk diaplikasikan di lingkungan kerjanya. Guru juga merasa mendapat pengalaman baru karena belum pernah mengikuti pelatihan serupa sebelumnya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan profesionalitas guru, pelatihan semacam ini perlu dilanjutkan dan ditingkatkan. Children's intelligence development training for Aisyiyah kindergarten teachersEarly childhood is the golden age to develop their potential multiple intelligences. However, educational activities have often been reduced as teaching and schooling which centered on static transfer of knowledge and sometimes forget to develop non-academic intelligence. This paper aims to describe Aisyiyah teachers training in Banyuwangi Regency to develop the potential multiple intelligence in early childhood. We used dialogical lectures, exercises (simulations), and assistance as the methods. The results showed that 49.74% of 38 participants were satisfied, 48.70% were very satisfied, and only 1.56% were dissatisfied with the contents, methods, and facilities provided. This shows that contents of the material improve teacher's knowledge and could be applied in the teaching environment. The teacher also feels that they gained new experience because never attended a similar training before. Therefore, this kind of training needs to be continued and improved to improve teacher professionalism.  
Pemetaan kultur sekolah untuk mendiseminasikan keunggulan: Model gugus dari sekolah inti ke sekolah imbas Joko Sri Sukardi; Ariefa Efianingrum; Dwi Siswoyo
FOUNDASIA Vol 10, No 1 (2019)
Publisher : Prodi Filsafat dan Sosiologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/foundasia.v10i1.27555

Abstract

Belum meratanya capaian kualitas pendidikan di sekolah dapat berimplikasi pada ketimpangan kualitas pendidikan antarsekolah. Pada era otonomi daerah, Pemerintah Daerah khususnya Dinas Pendidikan memiliki keleluasaan dan kewenangan dalam memajukan kualitas pendidikan di daerahnya. Pemetaan kultur sekolah yang efektif dengan model gugus penting dilakukan untuk mendapatkan gambaran kualitas serta mengetahui keunggulan dan kelemahan sekolah. Keunggulan sekolah inti dapat didiseminasikan kepada sekolah imbas. Keunggulan yang dimaksud meliputi kualitas akademik maupun non akademik. Praktik yang baik di sekolah inti dapat menjadi rujukan dan inspirasi bagi sekolah imbas. Sekolah imbas dapat mengadopsi dan mengadaptasinya untuk meningkatkan keunggulan sekolah. Sekolah imbas dapat menentukan keunggulan yang sesuai dengan konteks sekolah dan wilayahnya masing-masing. Dengan demikian, semua sekolah berpeluang untuk berkembang dalam memajukan sekolahnya dan ketimpangan kualitas pendidikan antarsekolah dapat diminimalisir. Kata kunci: Diseminasi, Kultur Sekolah, Model Gugus
PELATIHAN PENGEMBAGAN KARAKTER ANAK BAGI GURU TK DI UPT PENDIDIKAN KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN Ariefa Efianingrum; Farida Hanum; Arif Rohman; Joko Sri Sukardi; Murtamadji Murtamadji; Ebni Sholikhah
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.811 KB) | DOI: 10.21831/diklus.v3i2.26789

Abstract

Globalisasi membuat dunia semakin terbuka dan berdampak pada semakin mudahnya pertukaran budaya yang belum tentu sesuai dengan konteks masyarakat Indonesia. Sayangnya guru dinilai belum berhasil dalam mengembangkan karakter anak dalam mentransformasikan budaya bangsa karena dinilai lebih focus pada materi pelajaran. Untuk itu, keterampilan pengembangan karakter anak diperlukan para guru agar tidak hanya menciptakan anak yang cerdas namun juga berkarakter. Program pelatihan dipilih sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru-guru TK se Kecamatan Ngaglik Sleman sebagai upaya mengembangkan karakter anak di lingkungan sekolah. Pelatihan dilakukan dengan cara penyampaian materi dan action plan. Keberhasilan pelatihan dievaluasi menggunakan model Ralph W. Tyler yang berorientasi pada tujuan. Tujuan dari pelatihan adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru terhadap pengembangan karakter anak. Pre-test dan post-test digunakan untuk mengukur peningkatan pengetahuan guru terhadap pengembangan karakter anak. Sedangkan evaluasi terhadap action plan dilakukan dengan melihat catatan yang diserahkan para guru kepada tim PPM. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan Guru TK terhadap pengembangan karakter anak rata-rata 21.81 poin. Sedangkan action plan menunjukkan peningkatan keterampilan guru dari cara-cara yang digunakan dalam mengembangkan karakter anak
Kesadaran multikultural generasi Z dan implikasinya pada pendidikan Ariefa Efianingrum; Maryani Maryani; Joko Sri Sukardi; Farida Hanum; Siti Irene Astuti Dwiningrum
Humanika Vol 22, No 1 (2022): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v22i1.49102

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan profil dan perbedaan kesadaran multikultural generasi Z yang direpresentasikan oleh mahasiswa UNY. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif (metode campuran). Populasi penelitian adalah mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta sejumlah 29.983 mahasiswa dengan pengambilan sampel secara acak multistage random sampling. Pelaksanaannya dilakukan dengan membagi populasi menjadi dua bagian, yaitu kelompok mahasiswa eksakta dan mahasiswa sosial-humaniora kemudian diambil sampelnya. Teknik penarikan sampel menggunakan rumus Lemeshow diperoleh sampel sebesar 95,73. Untuk menghindari adanya respon yang droup out maka jumlah sampel dibulatkan menjadi 200 orang untuk masing-masing kelompok mahasiswa eksakta dan mahasiswa sosial-humaniora dengan total 400 mahasiswa untuk kedua kelompok. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang diadopsi dari kuesioner yang dikembangkan oleh Tim Zamroni dan kawan-kawan. Analisis data penelitian ini menggunakan teknik analisis data kuantitatif dengan statistik uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kesadaran multikultural mahasiswa berdasarkan latar belakang keilmuan, yaitu mahasiswa dari fakultas sosial humaniora dan mahasiswa dari fakultas sains. Perbedaan ini menunjukkan bahwa latar belakang sosial budaya berimplikasi pada perbedaan kesadaran budaya. Diperlukan program yang holistik untuk memperkuat kesadaran multikultural di kalangan generasi Z. The purpose of this research was to describe the profile of multicultural awareness of the students’ of Yogyakarta State University (UNY). This study used a descriptive approach by combining quantitative and qualitative methods (mix methods). The quantitative approach is used as the main method and the qualitative approach as the secondary method. The research population was students of Yogyakarta State University with a total of 29983 people. Multistage random sampling was conducted by dividing the population into two parts, namely groups of exact science students and social-humanities students, then the samples were taken. The sampling technique using the Lemeshow formula, obtained a sample of  95.73. To avoid a dropout of responses, the number of samples was rounded up to 200 people for each group of exact science students and social-humanities students with a total of 400 students for both groups. The data collection technique used a questionnaire which was adopted from the questionnaire developed by Tim Zamroni et al. Data analysis was quantitative analysis using T-test statistics. The results indicate that there are differences of the students’multicultural awareness based on scientific backgrounds, such as social humanities and science. This difference shows that scientific backgrounds can form different multicultural awareness. Socio-cultural background influences multicultural experiences in cultural communication and adaptation in social interactions. A holistic program is requiered to strengthen multi-cultural awareness among generation Z.