Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN DIARE DENGAN KADAR CD4 DAN PENGOBATAN PENCEGAHAN KOTRIMOKSASOL SEBAGAI TERAPI PROFILAKSIS INFEKSI OPORTUNISTIK PADA PASIEN HIV/AIDS DI RSUP SANGLAH JANUARI 2014 – SEPTEMBER 2015 Fitriana Melinda; Dewa Ayu Agus Sri Laksemi; Putu Ayu Asri Damayanti
E-Jurnal Medika Udayana Vol 7 No 10 (2018): Vol 7 No 10 (2018): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.381 KB)

Abstract

Saat ini Human Immunodeficiency Virus Infection (HIV)/ Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan di Indonesia. Human Immunodeficiency Virus Infection/ Acquired Immunodeficiency Syndrome dapat menyebabkan penurunan sistem imunitas yang ditandai dengan menurunnya kadar CD4 dalam darah. Penurunan kadar CD4 ini mengakibatkan pasien rentan terhadap infeksi opurtunistik, salah satunya adalah kuman penyebab diare. Salah satu pencegahan terhadap diare pada pasien HIV/AIDS adalah pengobatan pencegahan kotrimoksasol. Pengobatan pencegahan kotrimaksasol diduga dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas pada pasien HIV/AIDS. Pasien dengan HIV/AIDS kejadian diare merupakan penyebab mayor dari kesakitan serta penanda buruknya prognosis. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan utuk mengetahui hubungan kejadian diare dengan kadar CD4 dan pengobatan pencegahan kotrimoksasol sebagai profilaksis infeksi oportunistik pada pasien HIV/AIDS. Penelitian analitik cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar pada Januari 2014 - September 2015 dengan 209 kasus diare pada pasien HIV/AIDS, ditemukan kejadian diare pada severe immunosupression, advanceed immunosupression, mild immunosupression, non-significant immunosupression secara berurutan adalah 93,75%, 3,13%, 0%, 3,13% dan kejadian diare pada subjek yang mendapatkan kotrimoksasol sebesar 59,38%. Kadar CD4 memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian diare (p=0,000), akan tetapi tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengobatan pencegahan kotrimoksasol dengan kejadian diare (p=0,767). Kata Kunci : kadar CD4, pengobatan pencegahan kotrimoksasol (PPK), HIV/AIDS
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS LARUTAN AIR JERAMI 10% DAN YOGHURT 10% SEBAGAI ATRAKTAN OVITRAP NYAMUK AE. AEGYPTI IN VITRO Jody Erlangga; Putu Ayu Asri Damayanti; Ni Luh Ariwati
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 5 (2021): Vol 10 No 05(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i5.P02

Abstract

ABSTRAK Nyamuk Ae. aegypti merupakan vektor penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Salah satu cara memutus siklus nyamuk adalah menggunakan oviposition trap (ovitrap). Pada ovitrap dapat diberikan atraktan untuk menarik nyamuk menempatkan telurnya. Larutan yoghurt mengandung asam laktat yang dapat mengundang nyamuk menempatkan telurnya sedangkan larutan air jerami 10% telah sering digunakan sebagai atraktan ovitrap. Tujuan penelitian adalah membandingkan efektivitas antara atraktan larutan air jerami 10% dan larutan yoghurt 10%. Data diolah menggunakan uji One-Way ANOVA untuk data berdistribusi normal post hoc LSD atau Tamhane tergantung homogenitasnya. Data yang tidak berdistribusi normal diuji menggunakan Kruskal Wallis post hoc Mann- Whitney. Penelitian dilakukan dengan membandingkan jumlah telur tiap larutan di hari pertama hingga keenam. Hari ketiga merupakan puncak jumlah telur pada larutan air jerami 10%, yoghurt 10%, dan akuades dengan rata-rata masing-masing 30,5±6,106, 9,11±5,085, dan 9.89±5,326 telur. Penelitian menyatakan larutan air jerami 10% lebih efektif dibandingkan larutan yoghurt 10% dengan hasil nilai masing-masing p= 0,000 (p< 0,05) pada hari kedua hingga ke enam dan tidak ada perbedaan pada hari pertama p= 0,779 (p> 0,05). Hasil penelitian menunjukan perbedaan jumlah telur selama 6 hari pada larutan air jerami 10% dengan larutan yoghurt 10% memiliki nilai signifikansi p= 0,000 (p< 0,05). Hal ini menunjukan atraktan larutan air jerami lebih efektif dibandingkan dengan atraktan larutan yoghurt. Kata kunci : Larutan Air Jerami, Ovitrap, Larutan Yoghurt.
Mosquito-specific viruses (family Flaviviridae, genus Flavivirus) Diisolasi pada Nyamuk Anopheles vagus di Bali Putu Ayu Asri Damayanti; I Nyoman Mantik Astawa; Anak Agung Ayu Mirah Adi; I Made Sudarmaja; I Kadek Swastika; Dewa Ayu Agus Sri Laksemi; Ni Luh Putu Eka Diarthini
Jurnal Veteriner Vol 22 No 2 (2021)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.933 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2021.22.2.189

Abstract

Mosquito-specific viruses (MSVs) adalah virus yang hanya dapat bereplikasi pada sel nyamuk. Virus ini terdiri dari berbagai genus, salah satunya yang paling banyak ditemukan adalah dari famili Flaviviridae, genus Flavivirus. Namun, data keberadaan dan karakteristik MSVs dan vektornya di Bali saat ini sangat terbatas. Oleh karena itu, pengamatan untuk memperluas penemuan keragaman vektor dan filogenetik MSVs famili Flaviviridae, genus Flavivirus di Bali dilakukan pada tahun 2016-2018. Nyamuk dewasa ditangkap menggunakan light trap dan dikelompokkan berdasarkan spesies. Isolasi dan propagasi virus dilakukan pada galur sel C6/36 dan baby hamster kidney-21 (BHK-21). Identifikasi virus dilakukan dengan menggunakan one step reverse-transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR). Terdapat dua pool yang berasal dari nyamuk Anopheles vagus menampakan cythopathic effect (CPE) hanya pada galur sel C6/36 dari total 158 pool. Virus yang diisolasi memiliki persentase identity sekuen nukleotida tertinggi 97% dan sekuen asam amino 96% dengan virus Culex theileri Flavivirus isolat JKT-8650 yang diisolasi pada tahun 1981. Selanjutnya, virus dinamakan Mosquito Flavivirus Isolate Bali (MFB) dengan accession numbers KY995166 dan KY290258. Analisis filogenetik menunjukan bahwa MFB berada satu kluster dengan Culex theileri Flavivirus (CTFV) dari Indonesia, Culex Flavivuruses-Myanmar, Culex theileri Flavivirus-Portugal, dan Mosquito Flavivirus-Turki. Terdapat delapan nukelotida dan enam asam amino yang berbeda antara MFB dan CTFV Indonesia. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa MSVs dari famili Flaviviridae, genus Flavivirus berhasil diisolasi dari nyamuk An. vagus di Bali.
Ethanol Extract of Spondias pinnata Leaves Reduce Parasite Number and Increase Macrophage Phagocytosis Capacity of Mice Infected by Plasmodium berghei Dewa Ayu Agus Sri Laksemi; I Gusti Kamasan Arijana; I Made Sudarmaja; Ni Luh Ariwati; Ketut Tunas; Putu Ayu Asri Damayanti; Ni Luh Putu Eka Diarthini; I Kadek Swastika; Ida Ayu Dewi Wiryantini
The Indonesian Biomedical Journal Vol 13, No 1 (2021)
Publisher : The Prodia Education and Research Institute (PERI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18585/inabj.v13i1.1286

Abstract

BACKGROUND: Currently, there is no vaccine against malaria in humans, the development of resistance to anti-malarial drugs, causing the need to find new alternatives to overcome malaria infections. This study aimed to determine effect of Spondias pinnata in increasing cellular immunity, especially phagocytosis activity of peritoneal macrophages against Plasmodium berghei infection.METHODS: This was an experimental study with two stages of research, each stage requires 36 Balb/c mice, aged 2 months and weight 20-25 grams. After one week of acclimatization, the mice were put into 6 different groups, each group consisted of 6 mice. The negative control was a group of mice given distilled water for 14 days then infected by P. berghei in the 15th day. Meanwhile, T1, T2, T3, T4 and T5 groups were given S. pinnata leaves ethanol extract with dose of 25, 50, 100, 200 and 400 mg/kg body weight (BW)/day, respectively, and then infected by P. berghei in the 15th day.RESULTS: The results showed that the lowest parasitemia and the highest capacity of macrophage to phagocytose latex was found in treatment group T3 that received 50 mg/kg BW of S. pinnata leaves ethanol extract. Based on analysis of the Pearson correlation test, there was a significant correlation between percent phagocytosis and parasitemia (p<0.05).CONCLUSION: Ethanol extract of S. pinnata leaves lower the parasite number of P. berghei in Balb/c mice and increase the capacity of macrophage to phagocytose latex. However, the mechanisms of how S. pinnata leaves extract in activating phagocytosis capacity and reducing parasitemia still need further investigation.KEYWORDS: phagocytosis, Plasmodium berghei, parasite number, Spondias pinnata
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN DAUN KEMANGI (Ocimum Sanctum) SEBAGAI KRIM OBAT ANTI-NYAMUK Aedes aegypti Kristoforus William; Putu Ayu Asri Damayanti; Ni Putu Wardani
E-Jurnal Medika Udayana Vol 11 No 4 (2022): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2022.V11.i4.P10

Abstract

Penggunaan krim anti-nyamuk yang mengandung DEET dapat menimbulkan efek samping bagi penggunanya, Bahan dasar alternatif alami yang dapat memberikan perlindungan terhadap gigitan nyamuk Ae. aegypti perlu dikaji dan diteliti lebih lanjut. Daun kemangi berpotensi sebagai bahan dasar krim obat anti-nyamuk karena mengandung minyak atsiri. Sediaan krim memiliki efek yang lebih baik dibandingkan sediaan losion. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektifitas krim anti-nyamuk dengan bahan dasar kemangi (Ocimum sanctum) 75.000 ppm dengan krim anti-nyamuk AutanÒ dengan bahan dasar DEET dalam memberikan perlindungan terhadap gigitan nyamuk pada menit ke-30, 60, dan 120. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan desain penelitian Post Test Only Control Group Design. Hasil penelitian ini adalah jumlah gigitan nyamuk pada menit ke-30, 60, dan 120 pada krim kemangi 75.000 ppm berbeda bermakna dibandingkan dengan kontrol/plasebo dengan p<0,05. Sedangkan jumlah gigitan nyamuk pada menit ke-30, 60, dan 120 pada krim kemangi 75.000 ppm tidak berbeda dibandingkan dengan AutanÒ dengan p>0,05. Kesimpulan pada penelitian ini adalah krim kemangi 75.000 ppm efektif sebagai krim anti nyamuk dan memiliki efektifitas yang sama dengan AutanÒ selama kurun waktu 120 menit.
PERBEDAAN ANTARA METODE PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DAN PEER ASSISTED LEARNING (PAL) TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM ANATOMI PADA MAHASISWA SEMESTER I FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA Ida Ayu Kanaka Puspita; Putu Ayu Asri Damayanti; Ni Putu Wardani; Ni Luh Putu Eka Diarthini
E-Jurnal Medika Udayana Vol 11 No 5 (2022): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2022.V11.i5.P11

Abstract

Metode pembelajaran peer assisted learning (PAL) mampu meningkatkan pemahanan dan interaksi sosial yang baik untuk mahasiswa tahun pertama yang tengah mengalami masa penyesuaian. Anatomi sebagai dasar pengetahuan preklinik sangat penting dan cenderung disampaikan dengan metode konvensional (teacher-centered). Penelitian in bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil pembelajaran anatomi antara metode konvensional dan PAL pada mahasiswa tahun pertama di Fakultas KedokteranmUniversitas Udayana. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental semu (metode konvensional: kontrol; metode PAL: intervensi) dengan pretest dan post-test. Sampel diambil menggunakan teknik pengambilan acak pada mahasiswa tahun pertama di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana setelah mendapat persetujuan. Hasil pembelajaran diolah dengan SPSS melalui uji Wilcoxon dan Mann-Whitney. Dari penelitian ini ditemukan adanya perbedaan hasil pembelajaran antara metode konvensional dan PAL. Melalui uji Mann-Whitney didapatkan rerata peringkat kelompok dengan metode konvensional (145,67) lebih tinggi daripada kelompok dengan PAL (91,04) (p<0,05) dari total 238 mahasiswa. Temuan ini bermanfaat memberikan pemahaman metode pembelajaran lain terhadap mahasiswa tahun pertama dan menjadi analisa perbedaan kedua metode pada pembelajaran anatomi di Fakultas Kedokteran Universitasi Udayana. Kata Kunci: metode pembelajaran, konvensional, peer assisted learning.
Faktor resiko terjadi infestasi kutu pada anak-anak di panti asuhan Haritharan Ganesan; Putu Ayu Asri Damayanti
Intisari Sains Medis Vol. 8 No. 3 (2017): (Available online: 1 December 2017)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (668.875 KB) | DOI: 10.15562/ism.v8i3.137

Abstract

Infestation with lice is most common among preschool- and elementary school-age children and their household members and caretakers hence becoming an increasing problem in orphanage because of the poor hygiene and knowledge of children on lice. This study explores about the risk factor of knowledge, social risk and personal risk among the students who are living in the orphanage. Study design chosen for this research is descriptive study with 98 student from two orphanages home as respondents. Questionnaires were given to answer to all the 98 respondents. The questionnaire were subdivided into three section to determine the respondent’s knowledge, social and personal risk. Later on the risk factors were evaluated according to the score and categorized into categories to determine the risk level. Among all the 98 respondents it is known most of the students have adequate knowledge about lice and infestation of lice shows that the students knows about lice, and average risk in social history which shows there is a chance of infestation from this risk factor because of the close living conditions, it was also show that the students have good personal history which shows that the responders have good personal behavior and hygiene, the risk factors was also researched using the difference between the orphanages and the age of the responder for a better understand of the risk factor. Thus, it is concluded that lice infestation risk in the orphanage is low considered as the students have adequate knowledge, social and personal risk. The results of this research could be applied as an analytical studies for further research in lice infestation.
Sikap mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2016 Fakultas Kedokteran Universitas Udayana terhadap peran media sosial sebagai alternatif small group discussion secara online Ida Bagus Made Mahendra Wisma; Putu Ayu Asri Damayanti; Ni Putu Wardani
Intisari Sains Medis Vol. 11 No. 2 (2020): (Available online: 1 August 2020)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.815 KB) | DOI: 10.15562/ism.v11i2.681

Abstract

Background: The rapid development of information and communication technology provides an alternative in disseminating knowledge, especially accessing information in the field of education. Increasing access to information through social media can develop cognitive power in student groups, such as through discussion learning methods based on Small Group Discuccion (SGD) at the Faculty of Medicine, Udayana University.Aim: To evaluate the attitude of students batch 2016 Medical Faculty and Doctor Professional Study Program (PSSKPD) Faculty of Medicine of Udayana University towards the role of social media as an alternative to online SGDMethod: This study was an observational study using a cross sectional descriptive design of the batch 2016 PSSKPD students of the Faculty of Medicine, Udayana University in the period August-November 2019.Result and Conclusion: The most commonly used social media by PSSKPD students batch 2016 at the Faculty of Medicine of Udayana University in carrying out SGD was social media LINE (83.5%). The description related to knowledge about the role and benefits of social media is 84.4%. The description of students' attitude towards social media-based SGD has a high positive value of 97.9%. The description of students' attitudes towards the amount of information obtained through SGD based on social media namely 89.6% agreed and 20.8% strongly agreed. The role of social media as an alternative to SGD online greatly helps students learn. understanding the topic of discussion as well as interacting, arguing, and add insights.  Latar Belakang: Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat memberikan alternatif dalam menyebarluaskan ilmu pengetahuan terutama mengakses informasi dalam bidang pendidikan. Peningkatan akses informasi melalui media sosial dapat mengembangan daya kognitif pada kelompok pelajar, seperti melalui metode pembelajaran diskusi berbasis Small Group Discuccion (SGD) di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.Tujuan: Untuk mengetahui sikap mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter (PSSKPD) angkatan 2016 Fakultas Kedokteran Universitas Udayana terhadap peran media sosial sebagai alternatif SGD secara online Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang menggunakan rancangan deskriptif cross sectional terhadap mahasiswa PSSKPD angkatan 2016 Fakultas Kedokteran Universitas Udayana periode Agustus-November 2019.Hasil dan Simpulan: Media sosial yang paling sering digunakan oleh mahasiswa PSSKPD angkatan 2016 Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dalam melaksanakan SGD adalah media sosial LINE (83,5%). Gambaran terkait pengetahuan mengenai peran dan manfaat media sosial adalah sebesar 84,4%. Gambaran sikap pernyataan mahasiswa terhadap SGD berbasis media sosial memiliki nilai positif yang tinggi sebesar 97,9%. Gambaran sikap mahasiswa terhadap besarnya informasi yang didapatkan melalui SGD berbasis media sosial yakni 89,6% menyatakan setuju dan 20,8% sangat setuju. Peran media sosial sebagai alternatif SGD online sangat membantu mahasiswa belajar. memahami topik diskusi serta, berinteraksi, berargumentasi, serta saling menambah wawasan. 
Status resistensi larva nyamuk Aedes aegypti terhadap temefos di Desa Peguyangan Kaja, Kota Denpasar tahun 2020 Ida Bagus Putra Adyatma; Putu Ayu Asri Damayanti; I Kadek Swastika
Intisari Sains Medis Vol. 12 No. 1 (2021): (Available online : 1 April 2021)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.424 KB) | DOI: 10.15562/ism.v12i1.944

Abstract

Introduction: Temephos 1% larvicide (Abate 1SG) has been used en mass and for a long time in an effort to control the Ae. aegypti mosquito population. Due to that usage, it might have induced a certain degree of resistance. The purpose of this study was to determine the resistance status, the temephos lethal concentration for the 50% (LC50) and 99% (LC99) of the A. aegypti larvae population from Peguyangan Kaja Village, Denpasar.Methods: This research is an experimental study to assess resistance status and determine the 24-hour LC50 and LC99 values with control and 4 treatment groups, namely the temephos concentration group 0.012 mg/l; 0.025 mg/l; 0.125 mg/l; and 0.625 mg/l. Resistance testing is carried out by biological testing according to WHO standard.Results: The results showed that the percentage of mortality of A. aegypti larvae on exposure to temephos with WHO diagnostic concentration (0.012 mg/l) was 54%. The results of the probit analysis showed that the LC50 24 hours ranged from 0.003-0.017 mg/l with an average of 0.011 mg/l, while the 24-hour LC99 ranged from 0.049-13.64 mg/l with an average of 0.112 mg/l.Conclusion: This research shows that A. aegypti larvae in Peguyangan Kaja Village, Denpasar have shown resistance against temephos larvicide.  Pendahuluan: Larvasida temefos 1% (Abate 1SG) telah digunakan secara massal dan dalam jangka waktu yang lama dalam upaya pengendalian populasi nyamuk A. aegypti.  Hal ini dapat memicu terjadinya resistensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status resistensi, nilai konsentrasi temefos yang efektif membunuh 50% (LC50) dan 99% (LC99) larva dari larvasida temefos terhadap populasi larva A. aegypti dari Desa Peguyangan Kaja, Kota Denpasar.Metode: Penelitian ini merupakan studi eksperimental untuk menilai status resistensi dan mengetahui nilai LC50 dan LC99 24 jam dengan kontrol dan 4 kelompok perlakuan yaitu kelompok konsentrasi temefos 0.012 mg/l; 0.025 mg/l; 0.125 mg/l; dan 0.625 mg/l. Uji resistensi dilakukan dengan uji hayati sesuai standar WHO.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan persentase kematian larva A. aegypti terhadap paparan temefos dengan konsentrasi diagnostik WHO (0,012 mg/l) sebesar 54%. Hasil analisis probit menunjukkan bahwa nilai LC50 24 jam berkisar antara 0,003-0,017 mg/l dengan rata-rata 0,011 mg/l, sedangkan LC99 24 jam berkisar antara 0,049-13,64 mg/l dengan rata-rata 0,112 mg/l.Simpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa larva A. aegypti di Desa Peguyangan Kaja, Kota Denpasar telah memiliki sifat resisten terhadap larvasida temefos.
The Association between Community Knowledge Level and Behavior on Dengue Hemorrhagic Fever Prevention in Tourism Area Celuk-Benoa, South Kuta Regency Putu Saras Widar Yuliantari; Putu Ayu Asri Damayanti; Made Rini Damayanti
Journal of A Sustainable Global South Vol 6 No 2 (2022): August 2022
Publisher : Institute for Research and Community Services Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/jsgs.2022.v06.i02.p02

Abstract

Abstract. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is still endemic in Bali, including in the Banjar Celuk tourist area, Benoa Village, South Kuta. Mosquito control plays an important role in reducing DHF cases due to the absence of vaccines and drugs to date. Therefore this study was to determine the level of knowledge-behavior and their relationship of the community towards DHF prevention in Benoa. The study carried out in February-July 2019 with a cross sectional design. The relationship of community knowledge and behavior in the prevention of DHF was examined using the Chi-Square test. This study was followed by 68 subjects through simple random sampling technique. Result of the study were the most respondents aged 36-45 years in 23 (33.9%) subjects, education level senior high school in 35 (51.5%) subjects, and work as housewives in 22 (32,4%) subjects. The level of knowledge and behavior both were included in the category sufficient in 45 (66.2%) subjects and 40 (58.8%) subjects respectively. The chi-square analysis obtained that there was a relationship between the level of knowledge with behavior in the prevention of DHF (p value = 0.002) where the better of the knowledge would followed by better behavior.The conclusion: there was association between level of knowledge and subject's behavior in preventing DHF. The community knowledge and behavior still need to be improved through various health promotion programs to support tourism industry in Banjar Celuk, Benoa Village, South Kuta