Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Representasi Anak-Anak dalam Film Jermal Satrya Wibawa
Jurnal ILMU KOMUNIKASI Vol. 17 No. 2 (2020)
Publisher : FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.844 KB) | DOI: 10.24002/jik.v17i2.2195

Abstract

Artikel ini menyajikan hasil riset tentang karakter tokoh anak-anak dalam film Jermal (2009). Film ini mengeksplorasi pekerja anak di sebuah jermal, platform pencarian dan pengolahan hasil laut yang berlokasi di tengah laut. Riset ini menggunakan pendekatan analisis naratif dan tekstual untuk mengeksplorasi penggambaran tokoh anak-anak melalui elemen-elemen sinema. Hasil riset menunjukkan bahwa anak-anak dikonstruksi sebagai pihak penurut dalam relasi anak dan orang dewasa. Pekerja anak tereksploitasi oleh industri yang dijalankan orang dewasa. Anak juga harus menerima kondisi dalam keluarga di bawah kendali orang tua. Hasil riset ini juga menunjukkan dominasi laki-laki karena tokoh perempuan hanya dimunculkan melalui narasi.
PELATIHAN KOMUNIKASI PEMASARAN DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI MENTE DESA SOKET LAOK, KABUPATEN BANGKALAN, MADURA Rani Sukma Ayu Suteja; Santi Isnaini; Liestianingsih Dwi Dayanti; Yayan Sakti Suryandaru; Yuyun Wahyu Izzati Surya; Andria Saptyasari; Titik Puji Rahayu; Dina Septiani; Nisa Kurnia Illahiati; Angga Prawadika Aji; Igak Satrya Wibawa
Jurnal Layanan Masyarakat (Journal of Public Services) Vol. 4 No. 2 (2020): JURNAL LAYANAN MASYARAKAT
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jlm.v4i2.2020.312-317

Abstract

Desa Soket Laok adalah desa yang berada di Kecamatan Tragah, Kabupaten Bangkalan Madura yang memiliki sekitar 4173 jiwa penduduk. Desa Soket Laok masih dapat dibilang daerah yang tertinggal dan belum dapat memaksimalkan potensi desa untuk kesejahteraan warganya. Potensi besar dari desa Soket Laok adalah mente. Akan tetapi, petani mentenya sendiri kurang paham bagaimana mengolah dan menjual mente tersebut ke luar wilayah Soket Laok. Selain itu, kurangnya pemahaman dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi juga menjadi salah satu permasalahan. Oleh karena itu, Departemen Komunikasi FISIP UNAIR melaksanakan kegiatan pengadian masyarakat berjudul Pelatihan Komunikasi Pemasaran dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Petani Mente Desa Soket Laok, Kabupaten Bangkalan, Madura. Pelatihan ini meningkatkan pemahaman para peserta kegiatan tentang pentingnya komunikasi pemasaran.
PELATIHAN BRANDING DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI MENTE DESA SOKET LAOK, KABUPATEN BANGKALAN, MADURA Santi Isnaini; Dina Septiani; IGAK Satrya Wibawa; Rani Sukma Ayu Suteja; Irfan Wahyudi; Andria Saptyasari; Suko Widodo; Kristian Jaya Hamonangan Pasaribu
Jurnal Layanan Masyarakat (Journal of Public Services) Vol. 5 No. 2 (2021): JURNAL LAYANAN MASYARAKAT
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jlm.v5i2.2021.418-425

Abstract

AbstractSoket Laok is a village located in Tragah District, Bangkalan Regency, Madura. This village has the greatest economic potential in agriculture because the majority of its residents, which are around 4000 people, work as farmers. However, the village, which is not far from the city of Surabaya, is still lagging behind and has not been able to properly utilize the village's potential for community empowerment. Cashew product is the greatest potential by the residents of Soket Laok Village, but the community does not understand how to create and design proper packaging for their cashew products. In addition, Soket laok community also has no experience and knowledge utilising information and communication technology to optimalise the marketing of the cashew products. Therefore, the Communications Department of FISIP Unair conducts a community service program entitled Branding Workshop for Economic Empowerment of the Cashew Farmer in Soket Laok Village, Bangkalan Regency, Madura. This program is an extended program that has been carried out in 2020. This community service focuses on creating and training to manage the community website, training on packaging and brands, as well as registration of brands and business license for their business.Keywords: Economic Potential, Marketing Communications, BrandingAbstrakSoket Laok merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Tragah, Kabpupaten Bangkalan, Madura. Desa ini  memiliki potensi ekonomi terbesar di bidang pertanian karena mayoritas warganya yang berjumlah sekitar 4000 jiwa berprofesi sebagai petani. Meskipun demikian, desa yang berada tidak jauh dari Kota Surabaya tersebut masih tertinggal dan belum mampu memanfaatkan dengan baik potensi desa untuk pemberdayaan masyarakat. Produksi mente merupakan potensi terbesar yang dimiliki oleh warga Desa Soket Laok namun para petaninya sendiri belum mengerti cara mengemas produk mente untuk dipasarkan di luar daerah Soket Laok sesuai dengan standar yang berlaku. Ditambah lagi dengan kurangnya pemahaman terkait penggunaan teknologi informasi dan komunikasi juga menjadi faktor kurang optimalnya pemasaran produk mente. Dengan berbagai alasan tersebut, Departemen Komunikasi FISIP Unair kembali mengadakan pengabdian masyarakat bertajuk Pelatihan Branding dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Petani Mente Desa Soket Laok, Kabupaten Bangkalan, Madura. Kegiatan tersebut merupakan lanjutan dari pengabdian masyarakat yang telah dilaksanakan pada tahun 2020. Pengabdian masyarakat kali ini berfokus pada pembuatan dan pelatihan mengelola website Desa Soket Laok, pelatihan membuat kemasan dan merek, serta pendaftaran merek dan perizinan usaha pada produk yang telah dihasilkan.Kata kunci: potensi ekonomi desa, komunikasi pemasaran, branding,
“KITA PUNYA BENDERA”: CHINESE ETHNIC AND NATIONALISM NARRATIVES Satrya Wibawa
Capture : Jurnal Seni Media Rekam Vol 9, No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Seni Media Rekam, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia (ISI) Sur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (541.193 KB) | DOI: 10.33153/capture.v9i2.2130

Abstract

This paper discusses Indonesian cinema‟s representation of children after the fall of the New Order and during the Reform era. Thus, I explore Kita Punya Bendera1 (2008) that seemingly stands as the first children‟s film that places a Chinese ethnic background child as the main narrative which also focuses on the complicated situation of being a Chinese in Indonesia. Considering the state‟s overpowering political hegemony during the New Order, the key question with respect to the period of transition concerns that which remains the same amidst the change. The paper argues that, in spite of deep transformations, the cinematic representation of children remains as an ideological model for projecting Indonesia as an improved nation, which is done by featuring ethnic and racial diversitiy as it intersects with a changing idea of children and its significant relation with family culture and the education system in Indonesia.
GENRE ANALYSIS THE FILM GUNDALA Kinanthi N.V.M. Sinulingga; Satrya Wibawa
Capture : Jurnal Seni Media Rekam Vol 14, No 1 (2022)
Publisher : Jurusan Seni Media Rekam, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia (ISI) Sur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/capture.v14i1.3832

Abstract

Gundala (2019) is the latest Indonesian action film that was commercially successful, won national and international awards, and even ranked second in viewership in 2019. This study aims to identify the genre characteristics of Gundala. This paper utilized Nick Lacey's genre analysis, which analyzes films based on the repertoire of elements (narratives, characters, settings, iconography, and styles). The research shows that Gundala adopted the action genre characteristics, especially in the narrative, character, and style. However, the setting and iconography of the film have been modified to fit the local cultural context. Hence, the distinctiveness of Indonesian films can expand similar studies in film genres.