Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PELATIHAN KOMUNIKASI PEMASARAN DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI MENTE DESA SOKET LAOK, KABUPATEN BANGKALAN, MADURA Rani Sukma Ayu Suteja; Santi Isnaini; Liestianingsih Dwi Dayanti; Yayan Sakti Suryandaru; Yuyun Wahyu Izzati Surya; Andria Saptyasari; Titik Puji Rahayu; Dina Septiani; Nisa Kurnia Illahiati; Angga Prawadika Aji; Igak Satrya Wibawa
Jurnal Layanan Masyarakat (Journal of Public Services) Vol. 4 No. 2 (2020): JURNAL LAYANAN MASYARAKAT
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jlm.v4i2.2020.312-317

Abstract

Desa Soket Laok adalah desa yang berada di Kecamatan Tragah, Kabupaten Bangkalan Madura yang memiliki sekitar 4173 jiwa penduduk. Desa Soket Laok masih dapat dibilang daerah yang tertinggal dan belum dapat memaksimalkan potensi desa untuk kesejahteraan warganya. Potensi besar dari desa Soket Laok adalah mente. Akan tetapi, petani mentenya sendiri kurang paham bagaimana mengolah dan menjual mente tersebut ke luar wilayah Soket Laok. Selain itu, kurangnya pemahaman dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi juga menjadi salah satu permasalahan. Oleh karena itu, Departemen Komunikasi FISIP UNAIR melaksanakan kegiatan pengadian masyarakat berjudul Pelatihan Komunikasi Pemasaran dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Petani Mente Desa Soket Laok, Kabupaten Bangkalan, Madura. Pelatihan ini meningkatkan pemahaman para peserta kegiatan tentang pentingnya komunikasi pemasaran.
The 2019 Indonesian Presidential Election: Propaganda in Post-Truth Era Akhirul Aminulloh; Myrtati Dyah Artaria; Yuyun Wahyu Izzati Surya; Kamil Zajaczkowski
Nyimak: Journal of Communication Vol 5, No 1 (2021): Nyimak: Journal of Communication
Publisher : Faculty of Social and Political Science, Universitas Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1818.428 KB) | DOI: 10.31000/nyimak.v5i1.3882

Abstract

Presidential elections often are colored by propaganda and post-truth politics in its campaign to influence public opinion. This study aimed to identify the way and forms of propaganda and post-truth communicate political messages from the 2019 presidential election in Indonesia through political communication on social media. This research employed a mixed-methods approach that combines quantitative and qualitative methods. The quantitative data were obtained from Twitter with social network analysis (SNA) from December 2018 to March 2019. Meanwhile, the qualitative data were obtained from literature searches and expert interviews. The results of this analysis indicated that presidential candidate Jokowi was widely rumored to be a liar, claimant of success, weak leader, communist, pro-China, and anti-Islam. There were also many rumors that referred to presidential candidate Prabowo as a pro caliphate, human rights violator, person with a questionable religion, bad-tempered person, inexperienced leader, and hoax spreader. These negative issues constitute propaganda in the form of stories, rumors, and myths that were manipulated to influence public opinion on social media. Some parts of society believed them based on emotional belief instead of on rationally observed facts. We conclude that even when it involves many people in a big nation, propaganda can be manipulated to influence public opinion.Keywords: Propaganda, post-truth, social media, political communication, presidential election ABSTRAKPemilihan presiden sering kali diwarnai oleh propaganda dan politik pasca-kebenaran dalam kampanyenya untuk memengaruhi opini publik. Kami mempelajari kasus pemilihan presiden di Indonesia tahun 2019. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana bentuk-bentuk propaganda dan post-truth mengkomunikasikan pesan politik melalui komunikasi politik di media sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode campuran, yaitu kombinasi metode kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari media sosial Twitter dengan analisis jejaring sosial (SNA) dari Desember 2018 hingga Maret 2019. Data kualitatif diperoleh dari penelusuran literatur dan wawancara ahli. Hasil analisis menunjukkan bahwa capres Jokowi banyak diisukan sebagai pembohong, klaim keberhasilan, pemimpin lemah, komunis, pro-China, dan anti-Islam. Banyak rumor yang menyebut calon presiden Prabowo sebagai pro khilafah, pelanggar HAM, orang yang agamanya dipertanyakan, pemarah, pemimpin yang tidak berpengalaman, dan penyebar hoax. Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa isu-isu negatif tersebut merupakan propaganda berupa cerita, rumor, dan mitos yang dimanipulasi untuk memengaruhi opini publik di media sosial. Sebagian masyarakat percaya bahwa propaganda ini sebagai kebenaran karena didasarkan pada keyakinan emosional, bukan fakta yang diamati secara rasional. Kami menyimpulkan bahwa meskipun melibatkan banyak orang di negara besar, propaganda dapat dimanipulasi untuk memengaruhi opini publik.Kata Kunci: Propaganda, post-truth, media sosial, komunikasi politik, pemilihan presiden
Firehose of Falsehood Propaganda Model in the 2019 Indonesian Presidential Election Akhirul Aminulloh; Myrtati Dyah Artaria; Yuyun Wahyu Izzati Surya; Fathul Qorib; Lukman Hakim
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 15, No 2 (2022): (Accredited Sinta 2)
Publisher : Unisba Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/mediator.v15i2.10573

Abstract

The general election is a democratic means to gain power constitutionally. Several groups, however, use all the possible means to achieve that power. Firehose of falsehood is an example of political propaganda models that use every means to influence public opinion. This model of political propaganda finds its momentum through propaganda on social media. The purpose of this research is to understand the model of the firehose of falsehood on social media in the 2019 Indonesian presidential election. This research method uses a discourse analysis approach to identify the phenomena and events regarding the use of political propaganda on social media. Meanwhile, data collection is carried out through Twitter social media documentation. The results of this analysis indicated that the Firehose of Falsehood propaganda model was used as a political propaganda in the 2019 Indonesian presidential election. Social media, especially Twitter, became a means of propaganda to influence public opinion. The message delivery models were carried out through several methods. First, they were disseminated massively through various channels; second, they were carried out continuously and repeatedly; third, they were not following objective facts; and fourth, the media were lack of consistency.