Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

IMPLEMENTASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI RS UMUM ROYAL PRIMA TAHUN 2018 Ginting, Chrismis Novalinda; Nasution, Sri Wahyuni; Khu, Adrian; Panggabean, Dini Desita
SCIENTIA JOURNAL Vol 7 No 2 (2018): SCIENTIA JOURNAL
Publisher : SCIENTIA JOURNAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (533.465 KB) | DOI: 10.5281/scj.v7i2.136

Abstract

Implementasi  program  pencegahan  dan  pengendalian  infeksi  di  RSU Royal Prima sudah berjalan baik. Dukungan manajemen terhadap program pencegahan dan pengendalian infeksi di RSU Royal Prima juga sudah cukup maksimal. Direktur RSU Royal Prima sudah memahami dan melaksanakan  kegiatan manajerial PPI  yaitu  perencanaan,  pengawasan, pembinaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dengan baik. Standar Pelayanan Medik (SPM) bahwa tim PPI yang terlatih dilihat sudah sesuai dengan yang ditetapkan sebanyak 75% tim PPI   sudah mengikuti pendidikan dan pelatihan baik dari luar rumah sakit (PERSI dan HIPPI) ataupun dari dalam rumah sakit (In House Training). Struktur  organisasi  komite  PPIRS  Royal  Prima  sudah  sesuai  dengan susunan  yang  di  tetapkan  Depkes  RI,  2008.  Direktur  sebagai  posisi tertinggi dalam struktur organisasi serta sudah ada susunan komite dan tim PPIRS.     Posisi    komite    PPIRS    juga    sudah    melibatkan    seluruh unit/komite/departemen terkait di rumah sakit. Uraian tugas komite dan tim PPI sudah sesuai antara penentu kebijakan dan pelaksana kebijakan. Terbukti dengan terlaksananya tugas komite PPI dan tim PPI dalam melaksanakan evaluasi berkala pada kebijakan dan pelaksanaan kebijakan PPI. Uraian tugas pengawasan oleh IPCN sudah berjalan baik sedangakan tugas pengawasan oleh IPCLN belum optimal akibat banyaknya tugas dan tanggungjawab yang harus dilaksanakan serta tidak adanya insentif atau tunjangan secara khusus yang diberikan kepada IPCLN. Fasilitas yang disediakan di rumah sakit sudah cukup memadai. Informan menyatakan bahwa penyediaan fasilitas bahan dan peralatan sebagai pelaksanaan program PPI di RSU Royal Prima selalu terpenuhi. Laporan kepada direktur untuk menyediakan barang yang dibutuhkan selalu dipenuhi dan disetujui sehingga gudang penyediaan barang akan menyediakan barang yang dibutuhkan. Penyediaan fasilitas penunjang untuk kerja komite dan tim PPI sudah baik dikarenakan terdapatnya ruangan  khusus komite   PPIRS Royal  Prima.  Manajemen  rumah  sakit telah memberikan perhatian terhadap kelengkapan penyediaan fasilitas sebagai upaya pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakitKomitmen individu sudah tampak dari adanya keinginan dan keperdulian seluruh informan untuk terlibat dan peduli dalam implementasi PPI di rumah  sakit  dengan  adanya  arahan  dari  direktur  rumah  sakit.
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L) DAN BUAH PARE (Momordica charantia L) SEBAGAI ANTIDIARE TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Shigella dysenteriae SECARA in vitro DENGAN METODE DIFUSI CAKRAM Fajar, Amalia; Sinaga, Ade Putra Fratama; Khu, Adrian
(Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat) Vol 5, No 4 (2020): JIMKesmas (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat)
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37887/jimkesmas.v5i4.15292

Abstract

Diare masih menjadi masalah utama kematian kedua pada anak dibawah usia lima tahun data World HealthOrganization (WHO) menyatakan hampir 1,7 miliar kasus diare yang terjadi pada anak, Makanan dan minumanyang terkontaminasi oleh mikroorganisme menjadi faktor risiko penyebab diare, termasuk bakteri Shigelladysenteriae. Ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L) mengandung banyak senyawa kimiawi terutamaxanthone yang memiliki daya antibakteri dan buah pare (Momordica charantia L) mengandung senyawa kimiasaponin dan alkaloid memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahuiperbandingan efektivitas ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L) dan buah pare (Momordica charantiaL) sebagai antidiare terhadap pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae. Ekstrak kulit manggis dan buah parediekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%, selanjutnya kedua ekstrak dibagidengan konsentrasi 25%, 50% dan 75% untuk kontrol positif menggunakan antibiotik chloramphenicol dancontrol negative menggunakan aquadest. Pada penelitian ini diperoleh dari hasil uji statistik independent t testbahwa p value = 0,553 (p>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara ekstrak kulit manggis(Garcinia mangostana L) dan buah pare (Momordica charantia L) dalam menghambat pertumbuhan bakteriShigella dysenteriae. Dari hasil ini dapat dinyatakan bahwa ekstrak kulit manggis dan buah pare sama-samakuat dalam menghambat bakteri Shigella dysenteriae.Kata Kunci : kulit manggis (Garcinia mangostana L), buah pare (Momordica charantia L), Shigella dysenteriae
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA L) DAN BUAH PARE (MOMORDICA CHARANTIA L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR MALASSEZIA FURFUR SECARA IN VITRO DENGAN METODE DIFUSI CAKRAM Novita, Jihan; Sinaga, Ade Putra Fratama; Khu, Adrian
(Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat) Vol 5, No 4 (2020): JIMKesmas (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat)
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37887/jimkesmas.v5i4.15299

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan uji efektivitas ekstrak kulit manggis (Garciniamangostana L) dan buah pare (Momordica charantia L) dalam menghambat pertumbuhan jamur Malasseziafurfur secara in vitro dengan metode difusi cakram. Ekstrak kulit manggis dan buah pare diesktraksi denganmetode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%, selanjutnya kedua ekstrak dibagi dengan konsentrasi 25%,50% dan 75% dimana kontrol positifnya menggunakan salep komersil ketoconazole. Metode analisis datamenggunakan uji statistika dengan menggunakan One Way ANOVA untuk mengetahui apakah terdapatpengaruh ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L) dan buah pare (Momordica charantia L) terhadappertumbuhan jamur Malassezia Furfur. Berdasarkan hasil uji analisa statistik menggunakan uji regresididapatkan nilai signifikasi = 0,000 pada ekstrak kulit manggis dan nilai signifikasi = 0,002 pada buah pare.Sesuai ketentuan apabila nilai signifikasi <α = 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa berbagai konsentrasi yangberbeda dari ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L) dan buah pare (Momordica charantia L)berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur Malassezia FurfurKata Kunci : Kulit Manggis (Garcinia Mangostana L), Buah Pare (Momordica charantia L), Malassezia furfur
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEPADATAN MINERAL TULANG COLLUM FEMUR DAN TULANG VERTEBRA LUMBAL PASIEN ORTOPEDI DI RUMAH SAKIT UMUM ROYAL PRIMA TAHUN 2020 Willim, Devannie Alberta; Siregar, Hernita; Khu, Adrian; Wienaldi, Wienaldi
(Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat) Vol 6, No 4 (2021): JIMKesmas (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat)
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37887/jimkesmas.v6i4.21665

Abstract

AbstrakOsteoporosis merupakan suatu kelainan metabolik tulang yang sering timbul, kondisi ini ketika tulang secara perlahan kehilangan kepadatannya disertai transformasi mikroarsitektur jaringan tulang yang dapat mengakibatkan penurunan kekuatan tulang sehingga kecenderungan untuk mengalami fraktur. Salah satu penyebab yang berpengaruh terhadap terjadinya penurunnya massa tulang ialah Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan cara yang diterapkan untuk penilaian status gizi yang cukup praktis. Dimana IMT ini dapat digunakan untuk menentukan status berat badan sesorang dengan kategori berupa nilai IMT < 18,5 kg/ = berat badan kurang, nilai IMT 18,5 - 22,9 kg/ = normal, nilai IMT 23-24,9 kg/ = obesitas ringan, nilai IMT 25,0 - 29,9 kg/ = obesitas sedang, nilai IMT ≥ 30,0 kg/ = obesitas berat. Indeks massa tubuh (IMT) dan osteoporosis berhubungan kuat karena IMT dipercaya sebagai indikator yang dipakai dalam pengukuran densitas mineral tulang (DMT). Tujuan dari penelitllian adalah untuk menentukan hubungan indeks massa tubuh dengan kepadatan mineral tulang collum femur dan tulang vertebra lumbal. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang pada 233 pasien yang menjalani pemeriksaan densitometri di Rumah Sakit Royal Prima Medan tahun 2020 dengan menggunakan alat Radiofrequency Echographic Multi-Spectrometry (REMS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan nilai T-score vertebra lumbal dan T-score collum femur (P <0,000). Dan uji korelasi antara nilai IMT dengan nilai T-score leher femur (r=-.195;p<0.05) dan T-score vertebra lumbal (r= -.179;p<0.05) menunjukkan hubungan yang sangat lemah dan berpola negatif yang artinya semakin rendah IMT maka semakin rendah T-score yang berarti semakin rentan terhadap resiko osteoporosis di leher femur dan tulang belakang.   Kata Kunci: Indeks Massa Tubuh (IMT), Osteoporosis, Densitas Mineral Tulang (DMT) 
EVALUATION OF EFFECTIVENESS OF MORINGA'S LEAVES AGAINST Escherichia coli USING DISC DIFFUSION METHOD Dhillon, Erin; Rotua, Margaretia Yenni; Khu, Adrian; Sinaga, Ade
Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako) Vol. 7 No. 1 (2021)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (782.577 KB) | DOI: 10.22487/htj.v7i1.146

Abstract

The UPTD Puskesmas annual report book in Medan Tembung District reported that the number of diarrhea sufferers had increased every year. Moringa plants have many benefits, both leaves, flowers, stems, fruit blossoms, and seeds. The moringa leaves contain various phytochemicals, viz. alkaloids, flavonoids, phenols, steroids, triterpenoids, and tannins, which have antimicrobial properties. This study aimed to determine the antimicrobial effect of the ethanol extract of Moringa leaves against Escherichia coli. This study was an experimental study with a posttest only control group design model. The method used to evaluate ethanol extract's anti-bacterial effect from Moringa leaves was the disc diffusion method. Moringa leaf extract was obtained by maceration method with a ratio of Simplicia powder, and ethanol solvent was 1:10. The ethanol extract was then concentrated by rotary evaporator and diluted using DMSO into five different concentrations viz. 70%, 75%, 85%, 90%, and 95%. All data were analyzed by the One Way Anova test and expressed as Mean ± SD. This study showed that all treatment groups in this study had a significant difference in the zone of inhibition; it was shown by the P-value <0.05. Only 70% of concentrations from Serial concentration of extract were significant differences against the positive control. Overall, it can be concluded that the ethanol extract of moringa leaves is effective as an anti-bacteria against Escherichia coli, especially at concentrations > 75%.
A REMS Scan-Based Report on Relation Between Body Mass Index and Osteoporosis in Urban Population of Medan at Royal Prima Hospital Adrian Khu; Michael Sumardi
Majalah Kedokteran Bandung Vol 52, No 1 (2020)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (423.568 KB) | DOI: 10.15395/mkb.v52n1.1827

Abstract

Body Mass Index (BMI) and osteoporosis are two major medical issues in practical life. Body Mass Index is recognized as an index to determine body fat mass while osteoporosis is a condition that decreases bone mass density and disrupts bone architecture, which will eventually affect bone strength and increase the risk of fracture. This study aimed to determine the relationship between BMI and osteoporosis using REMS. This was a cross-sectional study on 300 patients, 21 years of age and above, who underwent Radiofrequency Echographic Multi-Spectrometry (REMS) scan during October 2018 to September 2019 in Royal Prima Hospital, Medan, North Sumatra, Indonesia. Osteoporosis was defined based on densitometer parameters for spine and neck of femur while the BMI categories used were underweight (< 18.5 kg/m2), normal-weight (18.5-22.9 kg/m2), overweight (23-24.9 kg/m2), pre-obese (25-29.9 kg/m2), obese type 1 (BMI 30-40 kg/m2), and obese type 2 (40.1-50 kg/m2). Correlation between osteoporosis and BMI was analyzed using Spearman correlation test. The median BMIs for Spine osteoporosis and Neck of Femur osteoporosis groups were 23.24 and 22.51, respectively. Meanwhile, the central tendency of the bone mass density (gr/cm2) of the spine and neck of femur osteoporosis were 0.70 and 0.53, respectively. There was a significant correlation between BMI and the incidence of the neck of femur (R coefficient = -0.690) and spine (R = -0.390) osteoporosis. Hence, lower BMI increases the potential of the neck of femur and spine osteoporosis.Laporan Berbasis Pemindaian REMS tentang Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh dan Osteoporosis pada Penduduk Kota Medan di Rumah Sakit Royal PrimaIndeks Massa Tubuh (IMT) dan osteoporosis merupakan dua masalah medis utama dalam kehidupan sehari-hari. Indeks Massa Tubuh telah diakui sebagai indeks yang digunakan untuk menentukan massa lemak tubuh sementara osteoporosis merupakan kondisi yang menurunkan kepadatan tulang dan mengganggu arsitektur tulang yang pada akhirnya memengaruhi kekuatan tulang dan meningkatkan risiko fraktur. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan antara BI dan osteoporosis dengan menggunakan Radiofrequency Echographic Multi-Spectrometry (REMS). Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang pada 300 pasien berusia 21 tahun ke atas yang menjalani pemindaian REMS selama periode Oktober 2018 sampai September 2019 di RS Royal Prima Medan. Osteoporosis ditentukan berdasarkan parameteri densitometri untuk tulang belakang dan leher femur sementara kategori BMI yang digunakan adalah berat badan (BB) kurang (<18,5 kg/m2), BB normal- (18,5-22,9 kg/m2), BB berlebih (23-24,9 kg/m2), pra-obesitas (25-29.9 kg/m2), obesitas tipe 1 (BMI 30-40 kg/m2), dan obesitas tipe 2 (40.1-50 kg/m2). Korelasi antara osteoporosis dan BMI dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Median IMT untuk osteoporosis pada tulang belakang dan leher femur adalah, secara berturut-turut, 23,24 dan 22,51. Terdapat perbedaan antara IMT dan insiden osteoporosis leher femur (R=-0,690) dan tulang punggung (R=-0,390). Dengan demikian, IMT yang lebih rendah meningkatkan kemungkinan osteoporosis di leher femur dan tulang belakang.
Role of Surf Redfish (Actinopyga mauritiana) in Wound Incision Healing Activities of Diabetic Mice Moriza Lesmana; Ermi Girsang; Ali Napiah Nasution; Adrian Adrian
Majalah Kedokteran Bandung Vol 54, No 1 (2022)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15395/mkb.v54n1.2588

Abstract

It is estimated that 6% of the US population suffer from diabetes with 15% of them experience diabetic foot. Several studies have explored the various benefits of sea cucumber for human being, including its antioxidant nature. This study aimed to investigate the effect of surf redfish, one species of the sea cucumbers, in diabetic wound healing. This was an animal experimental study performed at the Pharmacology and Pharmaceutical laboratory of the Faculty of Pharmacy, Universitas Tjut Nyak Dhien Medan, Indonesia, during the period of February- July 2019. Twenty five mice in diabetic condition were divided into five groups: control, standard, ethanol extract of surf redfish-1, ethanol extract of surf redfish-2, and ethanol extract of surf redfish-3 3. The surf redfish was obtained from Lamreh Village in Aceh and the ethanol was extracted using the maceration method. The parameters used for evaluating the efficacy of surf redfish ethanol extract were blood glucose level, length of wound incision, and histopathological features. Surf redfish extract presented a significant reduction of blood glucose level which that followed the increase in the dose of the ethanol extract (p-value <0.05) where the most significant reduction was seen in the group with the highest dose on the last day. This trend was also seen for the length of the wound, where the reduction was significantly higher in treatment groups when compared to control (p-value <0.05). The histological study also confirmed the improvement in the clinical appearance of wound by showing significantly increased fibroblast cell number and collagen density (p-value <0.05). Overall, the surf redfish can help better incision's wound healing in diabetic condition.
Chemical Constituents of Snake Fruit (Salacca zalacca (Gaert.) Voss) Peel and in silico Anti-aging Analysis Ermi Girsang; I Nyoman Ehrich Lister; Chrismis Novalinda Ginting; Adrian Khu; Butter Samin; Wahyu Widowati; Satrio Wibowo; Rizal Rizal
Molecular and Cellular Biomedical Sciences Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Cell and BioPharmaceutical Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1926.128 KB) | DOI: 10.21705/mcbs.v3i2.80

Abstract

Background: Skin aging is a condition where skin is unable to retain both its physiological and structural integrity. Plants is the main source of phtytochemicals compound with wide range of biological activities. Through the efforts of ongoing scientific researches, an increasing number of plant extracts and phytochemicals have been showed promising result as anti-aging agent. Snake fruit (Salacca zalacca (Gaert.) Voss) is tropical plant belongs to the palm tree family (Arecaceae) that served as important crop in Indonesia. Despite its utilization, the phytochemical compound available in snake fruit, especially its peel have not been well documented. Present study aimed to elucidate the phytochemical constituent of snake fruit peel and its anti-aging potency.Materials and Methods: Snake fruit peel extract (SPE) was subjected to qualitative phytochemical assay, high performance liquid chromatography, and molecular docking towards protein related in skin aging.Results: The screening showed SPE contained phytochemical compound belong to flavonoid, tannin, phenol, triterpenoid, saponin and alkaloid. Thus, based on the analysis only chlorogenic acid was present in SPE whilst rutin and caffeic acid were not detected. The SPE was contained chlorogenic acid around 1.074 mg/g dry weight. Chlorogenic acid had the high binding affinity towards matrix metalloproteinase (MMP)-1 (-9.4 kcal/mol).Conclusion: Current findings may provide scientific evidence for possible usage of SPE and its compounds as antioxidant and anti-aging agent.Keywords: Salacca zalacca, phytochemical compound, high performance liquid chromatography, anti-aging
Implementation Of Minimum Service Standards (Mss) In The Pharmaceutical Field At Pharmaceutical Installations At Royal Prima Hospital Firdha Amelia; Karmila Kaban; Sri Wahyuni Nasution; Adrian Khu
International Journal of Health and Pharmaceutical (IJHP) Vol. 2 No. 4 (2022): November 2022
Publisher : CV. Inara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.709 KB) | DOI: 10.51601/ijhp.v2i4.82

Abstract

Minimum Service Standards (MSS) are provisions regarding the type and quality of basic services which are mandatory regional affairs that every citizen has the right to obtain at a minimum. Withthe preparation of MSS, it is hoped that it can help implement the implementation of Minimum Service standards in hospitals. Knowing the implementation of minimum service standards (MSS) for the pharmaceutical hospital in the pharmacy installation of Royal Prima Hospital. The type and design of this research are qualitative. The population in this study was 5 informants. The results showed that the minimum service standards consisting of medication errors, writing drugs according to the formulary, patient satisfaction, and waiting time for drugs had been carried out at Royal Prima Hospital. Based on the results of research on the implementation of minimum service standards (MSS) for the pharmacy sector at the pharmacy installation of Royal Prima Hospital, it can be concluded that the minimum service standards consist of medication errors, drug writing according to the formulary, patient satisfaction and waiting time for drugs have been carried out. at the Royal Prima Hospital.
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN OSTEOPOROSIS DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS PADA MAHASISWA FK UNPRI ANGKATAN 2019 Adrian Khu; Aditya Syahputra; Meisya Melissa; Linda Chiuman
Jurnal Maternitas Kebidanan Vol. 7 No. 2 (2022): Jurnal Maternitas Kebidanan
Publisher : Universitas Prima Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34012/jumkep.v7i2.3057

Abstract

Osteoporosis doesn't only affect elderly people, but it can also appear in younger people. Therefore, we must have well prepare prevention at a young age to prevent osteoporosis at an older age. This study intends to see the correlation between the education level and with prevention measure of osteoporosis. It uses an analytical observational research design with a cross-sectional study approach. The respondent sample was 76 respondents which were calculated through the Slovin formula. This research was conducted by using a questionnaire. The result of the studies was analyzed using spearman correlation with Cronbach Alpha 0,05. Most of the resulting studies, contain 81,6% of people who have a good education level. 84,2% of respondents have a prevention measure mild. Spearman value (p=0,770), where p is larger than alpha (p>0,05). Therefore, it can be concluded there's no relation between the education level of osteoporosis and with prevention measure of osteoporosis. Furthermore, the correlation coefficient value (r = -0.034), which indicates the correlation strength is very low and has a negative correlation direction that can be concluded if the level of knowledge is good then the precautions will be bad and vice versa as well.