Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Eksplorasi Material Kayu dengan Teknik Shou Sugi Ban pada Desain Tas Serial Wanita Tias Sekar Aruni; Bambang Iskandriawan; Waluyohadi Waluyohadi
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373520.v8i2.49439

Abstract

Abstraksi - Teknik Pengawetan kayu dan finishing Shou Sugi Ban atau dengan sebutan lainnya adalah Yakisugi merupakan teknik finishing kuno dari Jepang yang sudah berusia lebih dari tiga ratus tahun. Teknik ini biasa digunakan untuk kebutuhan Exterior, Interior dan Furniture yang akan memberikan kesan antik yang bermutu tinggi. Warna hitam antik adalah ciri khas dari finishing produk yang dihasilkan dari teknik Shou Sugi Ban biasanya. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan teknik finishing Shou Sugi Ban atau Yakisugi pada produk fashion di Indonesia berupa tas serial wanita yang belum pernah dilakukan penelitiannya serta menemukan alternatif mudah untuk produksi industri rumahan buatan tangan yang dapat di produksi dengan mudah dan cepat dengan hasil yang terlihat mahal dan otentik. Dengan memanfaatkan kayu palet bekas dan limbahnya yang di olah terlebih dahulu sehingga menjadi layak untuk dijadikan produk baru kembali. Sebelum dilakukannya eksperimen, terlebih dahulu mengumpulkan analisis berupa jurnal dan referensi metode finishing Shou Sugi Ban terlebih dahulu kemudian dilakukan percobaan pewarnaan kepada objek penelitian yang di uji cobakan dengan berbagai macam pewarna hingga tampak seperti kayu yang premium pada hasilnya.
Pemberdayaan Bagi Masyarakat Terdampak Penutupan Lokalisasi Dolly Dengan Pelatihan Desain Dan Sablon Tas Belanja Nurina Orta D; Octaviyanti Dwi w; Waluyohadi Waluyohadi; Putri Dwitasari
IPTEK Journal of Proceedings Series No 2 (2018): The 2nd Conference on Innovation and Industrial Applications (CINIA 2016)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23546026.y2018i1.3411

Abstract

Sebagai tindak lanjut atas penutupan Dolly, Pemerintah Kota Surabaya telah memberikan kompensasi 5,05 juta rupiah kepada setiap warga yang terkena dampak penutupan lokalisasi. Uang tersebut diberikan dalam bentuk tabungan, sebagian untuk modal usaha dan sebagian untuk bekal hidup sementara hingga penerima santunan bisa bekerja lagi. Selain bantuan berupa dana, bantuan berupa pelatihan keterampilan seperti membuat kue kering, telor asin, deterjen atau sabun cair juga dilakukan. Pendampingan dari mulai pelatihan hingga pemasaran produk sudah dilakukan. Setahun setelah Dolly ditutup, memang beberapa warga mulai beralih ke usaha baru hasil pelatihan, seperti berdagang telur asin atau membuat sabun deterjen yang dijual ke binatu. Pemerintah Kota Surabaya berusaha menjadikan Dolly dan warganya sebagai wilayah usaha ekonomi produktif.Surabaya sejak awal tahun 2016 sedang berusaha mensosialisasikan bahaya dan kerugian menggunakan kresek plastik untuk berbelanja. Bukti partisipasi ini adalah dikenakannya biaya untuk penggunaan kantong plastik atau mengganti penggunaan kantong dengan kardus bekas di banyak minimarket dan supermarket di Surabaya. Hal tersebut mengharuskan para pelanggan membawa sendiri kantong belanja dari rumah, dengan tujuan mengurangi angka penggunaan kantong plastik di Surabaya. Fenomena tersebut membuat peluang tersendiri bagi industri tas sablon untuk berkembang, karena permintaan akan tas yang bisa digunakan lagi (reusable bags) akan semakin meningkat. Peningkatan keterampilan masyarakat untuk mendorong kemandirian merupakan bagian penting dalam rangka mengurangi pengangguran dan kemiskinan terutama di Dolly. Jenis pelatihan yang dilakukan berupa latihan desain, sablon dan jahit tas belanja berbagai macam bahan, selain untuk suvenir juga dapat digunakan sebagai pengganti tas plastik untuk berbelanja dengan desain yang beraneka rupa dan mengangkat beragam tema.
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Menggambar Mahasiswa Desain Produk Industri Melalui Media Ajar Cetak Dan Digital Waluyohadi Waluyohadi; Alya Nadira; Nuril Luaili; Nur Ameliyah Rizkiyah; Meila Amrina Rosyadah
Jurnal Desain Idea: Jurnal Desain Produk Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Vol 18, No 2 (2019)
Publisher : LPPM, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.591 KB) | DOI: 10.12962/iptek_desain.v18i2.6194

Abstract

Metode pembelajaran mata kuliah Gambar / Gambar Produk di Departemen Desain Produk ITS meliputi tutorial / classical, tugas dan asistensi. Dalam hal ini proses asistensi tidak sepenuhnya efisien karena rasionya 2 dosen mengasistensi 40-70 mahasiswa sehingga dalam 3 jam seorang dosen harus mengasistensi 20-35 mahasiswa. Artinya, 1 mahasiswa paling tidak asistensi maksimal selama 9 menit. Padahal untuk menjadi seorang desainer yang memiliki skill layak harus pernah menggambar semua obyek produk yang sangat banyak dan tak terbatas jumlahnya. Hal yang memungkinkan dilakukan adalah memaksimalkan waktu yang ada, menambah waktu yang ada, atau mencari waktu diluar perkuliahan. Penelitian ini menghasilkan modul ajar dan video demo riil menggambar yang merupakan dokumentasi proses menggambar mahasiswa seniornya untuk menggantikan tambahan waktu diluar kuliah yang nantinya digunakan mahasiswa sebagai referensi teknik menggambar dan bisa digunakan untuk belajar dirumah. Hal ini sangat efektif dan melatih mahasiswa agar lebih mandiri.
Identifikasi Titik Kritis Pengendalian Kualitas Desain Masker Fashion Produksi Ukm Tanggulangin Sidoarjo Primaditya Primaditya; Hertina Susandari; Ellya Zulaikha; Eri Naharani Ustazah; Waluyohadi Waluyohadi
Jurdimas (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat) Royal Vol 5, No 3 (2022): September 2022
Publisher : STMIK Royal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33330/jurdimas.v5i3.1492

Abstract

Abstract: Tanggulangin Subdistrict in Sidoarjo Regency, East Java, is a well-known area as the center of the biggest bag and convection industry in East Java. One of them is Sartika Ratu, which has 10 employees and dozens of partners with the Tanggulangin SMEs. Sartika Ratu has a long experience in supplying traveling equipment for Umrah and Hajj travel agencies. Due to the COVID-19 pandemic, this business has shifted its production to cloth masks to ensure its business continuity. However, the cloth mask business is now very competitive. Meanwhile, the Tanggulangin SMEs develop mask design in a sporadic way without a strong design concept. This community service program using counseling method to assist the Tanggulangin SMEs in order to produce mask designs that have fashion value so that they have differentiation that increases the selling value. The team provides various alternative mask designs for the Tanggulangin SMEs in the form of a design bank book. Next, selected designs were produced and tested for users. After user testing, the team identifies some critical points that determine the quality of fashion masks. The results of this evaluation become a guide for SMEs to produce better masks and have a high selling value. Keywords: cloth mask; fashion; quality controlAbstrak: Kecamatan Tanggulangin di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, merupakan daerah yang terkenal sebagai sentra industri pengrajin tas dan konveksi terbesar di Jawa Timur. Salah satu di antaranya adalah Sartika Ratu, yang selama ini menjadi pemasok perlengkapan perjalanan umroh dan haji. Sehubungan dengan adanya pandemi COVID-19, UKM yang memiliki 10 karyawan dan belasan mitra di Tanggulangin ini mengalihkan produksinya pada masker kain agar kelangsungan bisnis tetap terjamin. Namun persaingan produk masker saat ini sangat kompetitif, sementara itu pengembangan produk masker yang dilakukan oleh UKM ini bersifat masih bersifat sporadis dan belum berkonsep. Metode pengabdian yang digunakan adalah pendampingan UKM Tanggulangin agar dapat menghasilkan desain masker yang bernilai fashion sehingga memiliki diferensiasi yang meningkatkan nilai jual.  Tim pengabdi memberikan berbagai alternatif desain masker kepada UKM dalam bentuk buku bank desain, yang dilanjutkan dengan pengujian terhadap beberapa desain terpilih. Setelah dilakukan pengujian produksi, diperoleh hasil evaluasi berupa identifikasi titik kritis yang menjadi penentu kualitas masker fashion.  Hasil evaluasi ini menjadi pegangan bagi UKM untuk memproduksi masker yang lebih baik dan bernilai jual tinggi.Kata kunci: fashion; kontrol kualitas; masker kain
Model Kemitraan Pengembangan UKM Batik di Eks Lokalisasi Dolly Eri Naharani Ustazah; Waluyohadi; Bambang Tristiyono; Primaditya; Novianti Ika Sari
Sewagati Vol 6 No 5 (2022)
Publisher : Pusat Publikasi ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (595.768 KB) | DOI: 10.12962/j26139960.v6i5.18

Abstract

Level kesiapan masyarakat dalam menerima program pengembangan UKM Batik Dolly menjadi sebuah produk turunan adalah belum siap. Oleh karena itu dibutuhkan tenaga atau keahlian khusus. Sehubungan hal tersebut, kegiatan pengabdian ini bermaksud membantu pengembangan ekonomi lokal khususnya di kawasan Dolly-Jarak melalui upaya pemberdayaan masyarakat berbasis kewirausahaan pengembangan produk batik dan turunannya melalui kemitraan antar pelaku UKM Batik dan partner desainer lain. Pengembangan yang dilakukan berupa pembuatan produk turunan batik yang disesuaikan dengan kompetensi pengabdi dipilih 3 (tiga) yang akan dikembangkan yaitu: baju to wear, baju rumahan, dan sajadah lipat. Skema kerjasama yang digunakan adalah melibatkan pelaku UKM Batik Dolly sebagai pemasok kain batik dan menggandeng partner Radiya Kinan, Zorey, dan Aghili sebagai produsen produk turunan batik. Kegiatan pengabdian yang diawali dengn pelatihan konsep dan desain sajadah lipat secara online. Tahapan dan urutan kerja dalam pengembangan produk dimulai dari tahap desain, pembuatan produk, proses \textit{Quality Control} produk serta Proses Persiapan Pemasaran Produk harus disesuaikan dengan kasus Pandemi. Setiap tahapan dibagi ke dalam tim-tim khusus yang selalu diawasi dan didampingi, agar dihasilkan kualitas produk yang optimal. Upaya pengembangan produk turunan batik diharapkan berkesinambungan dan diminati masyarakat luas, sehingga sistem kemitraan yang dibangun adalah dengan melibatkan produsen lain dalam membuat produk turunan batik.