Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Meningkatkan Kinerja Pegawai Melalui Faktor Pribadi dan Kepuasan Kerja dan Implikasinya terhadap Efektifitas Organisasi Wa Ode Zusnita Muizu; Aji Komarudin; Umi Kaltum
Jurnal Manajemen dan Bisnis Indonesia Vol 5 No 2 (2018): Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia - Edisi Februari 2018
Publisher : Forum Manajemen Indonesia (FMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31843/jmbi.v5i2.162

Abstract

Peningkatan efektivitas organisasi dapat terwujud, jika semua unsur dalam organisasi terkordinasi dan terintegrasi dengan baik, sesuai fungsi dan peranannya masing-masing. Hasil pra survey menunjukan bahwa efektivitas organisasi belum dapat ditingkatkan secara optimal, terlihat dari sikap pegawai yang tidak memegang teguh amanah dan komitmen dalam melaksanakan tugas, banyaknya sorotan masyarakat terhadap kemampuan pegawai yang kurang responsif, dan banyaknya pegawai yang mangkir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor pribadi dan kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai dan dampaknya terhadap efektivitas organisasi. Metode penelitian yang digunakan adalah descriptive survey dan explanatory survey. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan Structural Equation Model (SEM), sedangkan untuk pengolahan data menggunakan program LISREL 8.72 (Linier Structural Relationship). Hasil hipotesis pertama menunjukkan bahwa Faktor pribadi dan kepuasan kerja pegawai berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap kinerja pegawai. Sehingga, semakin baik kondisi faktor pribadi pegawai, kepuasan kerja pegawai juga meningkat, maka akan semakin optimal pencapaian kinerja pegawai. Hipotesis kedua menunjukan bahwa Faktor pribadi dan kepuasan kerja pegawai berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap efektivitas organisasi. Sehingga, meningkatnya kepuasan kerja pegawai dan faktor pribadi pegawai akan meningkatkan pula efektivitas organisasi juga akan semakin meningkat. Hipotesis ketiga menunjukan bahwa kinerja pegawai berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap efektivitas organisasi. Sehingga, semakin baik kinerja pegawai, akan semakin meningkat efektivitas organisasinya. Hipotesis keempat menunjukan bahwa faktor pribadi, kepuasan kerja, dan kinerja pegawai berpengaruh secara signifikan baik parsial maupun simultan terhadap efektivitas organisasi. Sehingga, semakin baik kondisi faktor pribadi pegawai, kepuasan kerja pegawai juga meningkat, demikian pula dengan kinerja pegawai yang semakin baik, maka akan semakin optimal pencapaian efektivitas organisasi. Kata Kunci : Faktor Pribadi, Kepuasan Kerja, Kinerja Pegawai, dan Efektivitas Organisasi
MENCIPTAKAN KEUNGGULAN BERSAING USAHA KECIL MENENGAH KULINER KOTA BANDUNG Wa Ode Zusnita Muizu; Anggun Dwi Aprina Guel; Umi Kaltum
PEKBIS Vol 10, No 3 (2018)
Publisher : Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (94.98 KB) | DOI: 10.31258/pekbis.10.3.167

Abstract

The growth of the culinary business continues to experience growth. The numbercontinues to increase from year to year. This situation certainly has an increasinglytight competition level. Especially at this time, where the industry has been movingtowards digitalization, which has caused the challenges of business competition andthe workforce to become more dynamic and changing, which causes almost all ofthe work's character to change as well. character and ability to work. This workability is often referred to as competence. In order to survive in a businessenvironment that is full of dynamics, a business actor needs to master many thingsranging from technical skills, decision making, and human skills. Mastery of thesecompetencies is often ignored by business actors, thus affecting the sustainability oftheir business. The purpose of this research is to study and analyze the competitiveadvantage of UKM in Bandung City Culinary through competence. This researchwas conducted on 114 entrepreneurial UKM UKM respondents in the City ofBandung using descriptive survey method using simple regression analysis. Theresults of data processing concluded that the competence had an effect of 69.4% onthe formation of competitive advantage of SMEs in Bandung City Culinary.
PENGARUH KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA PERAWAT: PERAN KECERDASAN EMOSIONAL SEBAGAI MEDIATOR Wa Ode Zusnita Muizu; Andreas Recki Prasetyo; Yunizar Yunizar
PEKBIS Vol 12, No 1 (2020)
Publisher : Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.847 KB) | DOI: 10.31258/pekbis.12.1.%p

Abstract

Job satisfaction is an important element for nurses who are always working underpressure. This study aims to determine the effect of organizational commitment onjob satisfaction, as well as knowing the role of emotional intelligence as a mediatorof these two variables. This study was conducted on 106 nurses in the Banjar CityHospital. The research method used is verification. The hypothesis testing tool usedis path analysis, while for data processing using SPSS software. Hypothesis testingresults show there is no significant effect between organizational commitment to jobsatisfaction, and emotional intelligence mediate these two variables.
PENGUATAN SDM INDUSTRI KREATIF MELALUI PENINGKATAN KOMPETENSI DAN KNOWLEDGE MANAGEMENT Wa Ode Zusnita Muizu; Nury Effendi
PEKBIS Vol 7, No 3 (2015)
Publisher : Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (561.258 KB) | DOI: 10.31258/pekbis.7.3.222-231

Abstract

Tulisan ini mencoba membahas tentang Penguatan SDM Industri Kreatif melalui Peningkatan Kompetensi dan Knowledge Management. Pembahasan dimulai dengan melihat Perkembangan industri, semakin disadari bahwa saat ini dunia bisnis akan menjadi industry yang digerakkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Kemudian pembahasan tentang Pengembangan kompetensi yang merupakan salah satu unsur penentu upaya peningkatan kinerja industri kreatif yang memberikan perspektif yang lebih tajam dan spesifik terhadap pekerja dan pekerjaannya. Strategi pengelolaan sumber daya manusia yang sejalan dengan strategi perusahaan akan mendorong pada pencapaian tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi, percepatan proses bisnis perusahaan, dan peningkatan kualitas organisasi. Mengingat pentingnya SDM dalam pengelolaan usaha termasuk industry kreatif. Integrasi fungsi SDM dan strategi bisnis perusahaan ini sangat penting dalam menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan. Melalui integrasi tersebut diharapkan tercapai efektivitas fungsi SDM dalam melakukan fungsinya, memberikan nilai tambah bagi organisasi.Kata kunci : Industri Kreatif, Peningkatan Kompetensi dan Knowledge Management
PENDAMPINGAN PENGELOLAAN KEUANGAN USAHA MIKRO DI DESA PURWADADI BARAT DAN PASIRBUNGUR KABUPATEN SUBANG Layyinaturrobaniyah Layyinaturrobaniyah; Wa Ode Zusnita Muizu
PEKBIS Vol 9, No 2 (2017)
Publisher : Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.603 KB) | DOI: 10.31258/pekbis.9.2.91-103

Abstract

Data statistik menunjukan bahwa jumlah unit usaha kecil mikro dan menengah(UMKM) mendekati angka 99,98% dari total unit usaha di Indonesia dengankontribusi sebesar 56% dari total PDB di Indonesia. Hal ini mencerminkan tingginyasignifikansi peran UKM bagi pemerataan ekonomi Indonesia. Sayangnya, ditemukanberagam persoalan yang perlu mendapat perhatian, seperti rendahnya produktivitasyang disebabkan oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia khususnya dalambidang manajemen, organisasi, penguasaan teknologi, dan pemasaran, danrendahnya kompetensi kewirausahaan UMKM yang relatif masih masih jauhdibandingkan usaha besar. Selain rendahnya produktivitas, UMKM jugadiperhadapkan pada terbatasnya akses kepada sumberdaya produktif, terutamaterhadap permodalan, teknologi, informasi dan pasar. Hingga saat ini, tidak sedikitpelaku usaha mikro yang mengeluhkan tentang perkembangan usahanya karenadisebabkan kekurangan modal dalam bentuk uang. Begitu juga banyak kegiatanusaha mikro mengalami kegagalan atau bangkrut dikarenakan tidak mampumengelola keuangan dengan baik. Kondisi ini seringkali disebabkan karenakeuangan usaha mikro yang dikelola tidak dipisahkan dengan keuangan keluarga.Oleh karena itu, dalam rangka menjaga keberlangsungan kegiatan usaha, makadiperlukan pengetahuan, ketrampilan dan sikap perilaku untuk mengelola seluruhaspek usaha dengan baik. Khusus di bidang keuangan diperlukan perhatian lebihkhusus dan serius, karena keuangan merupakan jiwa dan darah seluruh kegiatanusaha. Sebagaimana pada umumnya, pengelolaan keuangan usaha juga meliputiseluruh aktivitas sejak perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.
ZAKAT: INSTRUMEN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT Wa Ode Zusnita Muizu; Nury Effendi
PEKBIS Vol 7, No 2 (2015)
Publisher : Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (828.447 KB) | DOI: 10.31258/pekbis.7.2.74-84

Abstract

Sebagian besar kaum Muslim masih akrab dengan kemiskinan. Kondisi ini seringkalimenyebabkan banyak masyarakat Muslim kita tidak mampu mendapatkanpendidikan yang memadai dan pada akhirnya membuat merekaterjebak dan sulitkeluar dari belenggu kemiskinan dan keterbelakangan. Kehidupan sosial-ekonominegeri ini dirasakan belum memberikan proteksi bagi kelompok lemah, sehinggaentitas ini sangat mudah ditindas oleh golongan pemilik modal besar. SebagaiNegara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, tidak berlebihan jikazakat dijadikan alat untuk menstimulasi pertumbuhan perekonomian secara mikromaupun makro dengan mentransformasikan zakat dari sebatas nilai dan kewajibanrelijius dalam masyarakat Islam menjadi salah satu instrument pentingpembangunan ekonomi Indonesia. Dengan hitungan kuantitatif umat Islam yangsangat besar, tentunya potensi zakat di Indonesia sungguh sangat melimpah.Namun dari Rp 216 triliun potensi zakat yang bisa diperoleh tersebut, ternyata baruterserap sekitar 1% atau Rp 2,73 triliun. Kondisi ini ditengarai terjadi karena belumtumbuhnya kesadaran akan penting dan manfaat zakat, serta kurangnyakepercayaan masyarakat terhadap lembaga zakat. Untuk itu sudah saatnyapemerintah meninjau dan mempertimbangkan kembali pentingnya menjadikan zakatsebagai instrument penting pembangunan perekonomian nasional dan peningkatandevisa negara di samping instrument fiscal atau ekonomi lainnya dengan bersinergidengan para ulama dan pemuka agama agar pemanfaatan zakat dapatteroptimalkan.Kata Kunci :Potensi zakat, stimulus pertumbuhan ekonomi
MANAJER DAN PERANGKAT MANAJEMEN BARU Wa Ode Zusnita Muizu; Ernie Tisnawati Sule
PEKBIS Vol 9, No 2 (2017)
Publisher : Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (514.055 KB) | DOI: 10.31258/pekbis.9.2.151-160

Abstract

Manajer adalah orang yang melaksanakan kegiatan manajemen. Dalam setiaporganisasi bisnis, para manajer bertugas untuk memastikan bahwa keseluruhantujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi dapat diwujudkan melalui rangkaiankegiatan manajemen, baik yang bersifat fungsional maupun bersifat operasional.Salah satu tugas atau peran seorang manajer yaitu harus bisa mengatasi konflikyang ada dalam suatu organisasi yang dipimpinnya sehingga setiap konflik itudapat diselesaikan dengan baik dan tidak ada yang merasa dirugikan. Untuk dapatmengimplementasikan kegiatan manajemen tersebut sesuai denga fungsinyamasing-masing, maka diperlukan beberapa keahlian manajemen (managerial skills)dan kompetensi khusus yang diperlukan oleh setiap orang yang terlibat dalamkegiatan organisasi berdasarkan tingkatannya dalam organisasi yang bisamembedakan seorang manajer dan bukan manajer. Keahlian tersebut meliputikeahlian teknis, keahlian konseptual, keahlian berkomunikasi dan berinteraksi,keahlian dalam pengambilan keputusan, keahlian dalam pengaturan waktu,keahlian dalam manajemen global dan keahlian dalam teknologi. Oleh karena itu,bagi mereka yang ingin menjadi seorang manajer, maka kedua aspek darimanajemen, yaitu pengetahuan dan pengalaman perlu untuk dikuasai secarabersamaan, oleh karena itu disebutkan bahwa seorang pemimpin merupakanelemen yang sangat vital dalam menentukan maju mundurnya sebuah organisasi.
DISIPLIN KERJA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL Wa Ode Zusnita Muizu; Siti Noni Evita; Dindin Suherman
PEKBIS Vol 8, No 3 (2016)
Publisher : Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.873 KB) | DOI: 10.31258/pekbis.8.3.172-182

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis disiplin kerja dan kinerja pegawai serta mengukur berapa besar pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja pegawai negeri sipil pada Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten Cianjur.Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif verifikatif. Subjek pada penelitian ini adalah pegawai negeri sipil pada Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kab. Cianjur dengan menggunakan sampel sebanyak 91 pegawai. Teknik analisa yang digunakan menggunakan analisis regresi linear sederhana, koefisien korelasi dan uji t dengan bantuan software SPSS 23.0 untuk membuktikan pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja pegawai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa disiplin kerja pegawai berada pada kategori sangat tinggi dan kinerja pegawai berada pada kategori tinggi. Sedangkan berdasarkan hasil uji statistik pada taraf signifikansi 5% diperoleh hasil disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai negeri sipil pada Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kab. Cianjur dengan nilai R Square sebesar 0,407. Hal tersebut berarti disiplin kerja berpengaruh sebesar 40,7% terhadap kinerja pegawai, dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain.
MENCIPTAKAN HIGHER EDUCATION SUSTAINABLE DEVELOPMENT MELALUI INTELLECTUAL CAPITAL UNTUK MEMPERKUAT DAYA SAING PERGURUAN TINGGI DI INDONESIA Wa Ode Zusnita Muizu; Ernie Tisnawati Sule
PEKBIS Vol 10, No 1 (2018)
Publisher : Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (117.313 KB) | DOI: 10.31258/pekbis.10.1.27-38

Abstract

The vision of Indonesia 2030, the Indonesian economy is targeted to enter the top 5world economic power, with economic growth above 7 percent, per capita income ofabout US $ 18 thousand and the population of 285 million people. To achieve that,the economy is focused on industrialization, service and trade as a catalyst forcapital accumulation. In addition, the quality of community life should be modern andequitable, marked the entry of Human Resources (HR) Indonesia in the top 30human development index (HDI) in the world. Since 1990, in Malaysia andSingapore, the pattern of education that leads to the results of research andcompetence of human resources output has been implicated for a long time.Information from the Ministry of Manpower also revealed that Indonesia's educationlevel is still low (53 percent of elementary school), low productivity (marked byunemployment of educated workers and lack of inventions or applied research inscience and technology), competitiveness is low. This affects the performance of theeconomy. As a result, IMD World Competiveness Yearbook 2005 outlines, from 60countries of the world, Indonesia's economic performance rankings are in the orderof 60 or the last. This is the weakness of the education model in Indonesia, whichcan not be equated with outside education. Especially higher education. What is theend result of our higher education? Not clear! Then arise the phenomenon of"contribute" our education with indicators such as: printing many educatedunemployed (coming from college); printing many scholars but not synergizing withthe needs of the business world and industry; and print human resources but lackthe competence and skill that clearly fit the field. The competitiveness of the nationno longer rests on the richness of natural resources, but is increasingly determinedby innovation (technology) and human creativity in utilizing science. This meanshuman resource education and training, the key to shaping human capital. too early.The intellectual capital approach has become the talk of many universities, due tothe fact that the university's primary goal is the production and dissemination ofknowledge and other important emphasis is on research and human resources.(Elena, 2004), so the input and output are mostly composed of intangibles.Therefore, this seems inconsistent where there is greater development ofscholarship assessment and management of intangibles for business than highereducation institutions such as universities.
PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA UNTUK KEMAJUAN BERSAMA INDONESIA – MALAYSIA Wa Ode Zusnita Muizu; Ernie Tisnawati Sule
PEKBIS Vol 8, No 2 (2016)
Publisher : Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (639.179 KB) | DOI: 10.31258/pekbis.8.2.112-119

Abstract

Hubungan luar negeri Indonesia dengan negara-negara lain telah dimulai sejak Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Hubungan ini diperlukan guna memenuhi kebutuhan hidup dan eksistensi keberadaan suatu negara dalam tata pergaulan internasional, di samping demi terciptanya perdamaian dan kesejahteraan hidup yang merupakan dambaan setiap manusia dan negara di dunia. Saat ini Indonesia telah menjalin kerjasama bilateral dengan 162 negara, termasuk dengan Malaysia. Berbagai kerja sama telah dilakukan Indonesia dengan Malaysia hingga saat ini, sehingga tercipta hubungan baik diantara kedua negara, baik dalam konteks hubungan bilateral, maupun kerja sama ASEAN. Peran strategis Indonesia dan Malaysia di kawasan regional (ASEAN) sangatlah penting. Data makroekonomi menunjukkan bahwa ASEAN merupakan kawasan yang dinamis dan penuh dengan potensi. Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi Indonesia dan Malaysia untuk dapat memanfaatkan peluang dan potensi pasar ASEAN tidaklah ringan. Dibutuhkan peran SDM yang berkualitas dan berdaya saing sebagai human capital untuk merespon dengan cepat semua tantangan global yang ada.