Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Struktur Komunitas Perifiton Pada Makroalga Ulva Lactuca Di Perairan Pantai Ulee Lheue, Banda Aceh Cut Hanum Ameilda; Irma Dewiyanti; Chitra Octavina
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 1, No 3 (2016): November 2016
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (700.868 KB)

Abstract

The research about community structure of periphyton on macroalgae Ulva lactuca has been done in coastal waters Ulee Lheue, Banda Aceh. The purpose of this research was to know the periphyton community structure consisting of abundance, diversity index, evenness index, and dominance index, and calculate the area covered macroalgae Ulva lactuca. The research has been started from February until March 2016. The results showed that perifiton on macroalgae Ulva lactuca consists of classes Bacillariophyceae (13 species), class Chrysophyceae (1 species), class Cyanophyceae (3 species), class Dinophyceae (1 species), class Gastropoda (1 species), class Malacostraca (4 species), class Maxillopoda (2 species), class Pyramimonadophyceae (1 species), and class Ophiuroidea (1 species). Abundance of perifiton is 51.390-139.220 ind/cm2 where each observation site has a cover of macroalgae Ulva lactuca were classified as very good category. Bacillariophyceae class dominated in every site with coverage 56.809 ind/cm2. Perifiton diversity index ranged from 1,87 to 2,36 were classified category, evenness index ranged from 0,70 to 0,86 relatively high category, while the dominance index ranged from 0,12 to 0,23 relatively low category. Based on the values obtained, the community structure of periphyton on macroalgae Ulva lactuca in coastal waters Ulee Lheue ecological pressure indicates a moderately low level of dominance and the community was in stable condition.  Telah dilakukan penelitian mengenai struktur komunitas perifiton pada makroalga Ulva lactuca di perairan pantai Ulee Lheue, Banda Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas perifiton yang terdiri dari kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks dominansi, serta menghitung luas tutupan makroalga Ulva lactuca. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Maret 2016. Hasil penelitian menunjukan bahwa perifiton pada makroalga Ulva lactuca terdiri dari kelas Bacillariophyceae (13 spesies), kelas Chrysophyceae (1 spesies), kelas Cyanophyceae (3 spesies), kelas Dinophyceae (1 spesies), kelas Gastropoda (1 spesies), kelas Malacostraca (4 spesies), kelas Maxillopoda (1 spesies), kelas Pyramimonadophyceae (1 spesies), dan kelas Ophiuroidea (1 spesies). Kelimpahan perifiton yaitu 51.390-139.220 ind/cm2, dimana setiap titik pengamatan memiliki tutupan makroalga Ulva lactuca yang tergolong kategori sangat baik. Kelas Bacillariophyceae mendominasi di setiap titik pengamatan dengan jumlah rata-rata 56.809 ind/cm2. Indeks keanekaragaman perifiton  berkisar 1,87-2,36 tergolong kategori sedang, indeks keseragaman berkisar 0,70-0,86 tergolong kategori tinggi, sedangkan indeks dominansi berkisar 0,12-0,23 tergolong kategori rendah. Berdasarkan nilai yang diperoleh, struktur komunitas perifiton pada makroalga Ulva lactuca di perairan pantai Ulee Lheue menunjukan tekanan ekologi yang sedang dengan tingkat dominansi rendah dan komunitas berada dalam kondisi stabil
Kepadatan Teritip (Balanus Sp.) di Kawasan Rehabilitasi Mangrove Pemukiman Rigaih Kecamatan Setia Bakti Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh Nopriandi Mirza; Irma Dewiyanti; Chitra Octavina
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 2, No 4 (2017): November 2017
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.35 KB)

Abstract

This research was conducted on June 2016 and aim to find out the density of barnacles (Balanus sp.) in Mangrove Rehabilitation Area at Rigaih Settlement of Setia Bakti Sub-district, Aceh Jaya Regency. The method used was purposive sampling, where there were 5 research stations and in each station was done 3 times repetition with a distance of 20 meters. In addition, every station was placed based on the differences in mangrove density characteristics. The calculation of barnacles (Balanus sp.) was conducted when the water was receding by making plots with the method of squared transect plot which placed systematically. For ≥ 10cm diameter of trees category, it was needed 10m x 10m replications (plot) and for the seedling category with diameter 2cm - 10cm, the plots were made smaller with 5m x 5m. While the plot of 1m x 1m was placed in a swath with the size 5m x 5m to calculate the density of barnacles (Balanus sp.). The results of this research showed that the density of barnacles (Balanus sp.) ranged from 19.00 ind/m2 to 42.67 ind/m2. Furthermore, the mangrove density ranged from 0.18 to 0.56 ind/m2 in tree category and in the seedling category ranged from 0.6 to 0.76 ind/m2.       Penelitian ini telah dilakukan untuk mengetahui kepadatan teritip (balanus sp.) di Kawasan Rehabilitasi Mangrove Pemukiman Rigaih Kecamatan Setia Bakti  Kabupaten Aceh Jaya. Adapun penelitian ini dilakukan pada bulan juni 2016, metode yang digunakan adalah purposive sampling, dimana stasiun penelitian berjumlah 5 stasiun dan pada masing-masing stasiun dilakukan 3 kali pengulangan dengan jarak ulangan 20 meter. Pemilihan stasiun ini berdasarkan perbedaan karakteristik kerapatan mangrove. Selanjutnya penghitungan teritip (Balanus sp.) dilakukan saat air menjelang surut dengan membuat petak contoh (plot) metode plot transek kuadrat yang diletakkan secara sistematik. Pada setiap ulangan diletakkan plot10 m x 10 m untuk pohon berdiameter ≥ 10 cm kemudian pada plot tersebut petak yang lebih kecil dengan ukuran 5 m x 5 muntuk kategori anakan yang berdiameter 2 cm – 10 cm, selanjutnya diletakkanplot yang berukuran 1 m x 1 myang ditempatkan dalam petak ukuran 5 m x 5 m untuk menghitung kepadatan teritip (Balanus sp.). Hasil penelitian menunjukkan bahwa di kawasan rehabilitasi mangrove pemukiman Rigaih Kecamatan Setia Bakti  Kabupaten Aceh Jaya ditemukan kepadatan teritip (Balanus sp.) berkisar antara 19,00 ind/m2 sampai 42,67 ind/m2. Kerapatan mangrove berkisar antara 0,18ind/m2 sampai 0,56 ind/m2 pada kategori pohon dan pada kategori anakan berkisar antara  0,6 ind/m2 sampai 0,76 ind/m2. Oleh karena itu, semakin tinggi kerapatan mangrove maka semakin tinggi pula nilai kepadatan teritip.
PRODUKTIVITAS SERASAH MANGROVE RIZOPHORA SP. DI DESA ALUE NAGA, KABUPATEN ACEH BESAR Januar Nanda; Chitra Octavina; Nurfadillah Nurfadillah; Irma Dewiyanti; Sofyatuddin Karina
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 4, No 4 (2019): November 2019
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK     Serasah mangrove memiliki peranan penting sebagai penyedia pakan bagi biota – biota  yang hidup di ekosistem mangrove, jumlah serasah mangrove pada setiap kawasan berbeda-beda karena adanya pengaruh iklim dan parameter fisika kimia. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari faktor fisika dan kimia terhadap tingkat produktivitas serasah mangrove. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus 2018 di kawasan Alue Naga Kabupaten Aceh Besar yang dibagi menjadi 3 stasiun dengan menggunakan metode stratified random sampling yaitu berdasarkan nilai dari kerapatan mangrove, di mana pada stasiun 1 memiliki kerapatan yang tinggi, stasiun 2 memiliki kerapatan sedang, dan stasiun 3 memiliki kerapatan yang rendah, dimana setiap stasiun diletakkan Litter trap (penampung serasah) Dari hasil penelitian yang telah dilakukan produksi serasah tertinggi yaitu pada stasiun 1 sebesar 4.4 gbk/  /hari, sedangkan produksi serasah terendah terdapat pada stasiun 3 sebesar 2,52 gbk/  /hari. Berdasarkan komponen serasah mangrove yang paling banyak ditemukan yaitu pada komponen daun sebanyak 8,3 gbk/  /hari, sedangkan komponen serasah yang paling sedikit yaitu ranting sebesar 0,58 gbk/  /hari. Kerapatan mangrove tertinggi terdapat pada stasiun 1 sebanyak 38 Ind/  , sedangkan kerapatan mangrove terendah terdapat pada stasiun 3 sebanyak 29 Ind/.Kata kunci : Alue naga Aceh Besar, Penampung Serasah, Produksi, Serasah Mangrove. ABSTRACT     Mangrove litter has an important role as a feed provider for biota that live in mangrove ecosystems. The number of mangrove litter in each region is different because of the influence of climate and chemical physics parameters. The purpose of this study was to determine the effect of physical and chemical factors on the level of productivity of mangrove litter. This research was conducted in July until August 2018 in the Alue Naga Village of Aceh Besar Regency which was divided into 3 stations using stratified random sampling method based on the value of mangrove density. The result showed at station 1 had a high density, station 2 had a moderate density, and station 3 has a low density. Based the results of research that have been carried out the highest litter production at station 1 of 4.4 gram dry wt.m2.-1.day-1, while the lowest litter production is at station 3 of 2.52 gram dry wt.m2.-1.day-1. Based on the components of mangrove litter that is most commonly found in the leaf component as much as 8.3 gram dry wt.m2.-1.day-1, while the smallest component of litter is branches at 0.58 gram dry wt.m2.-1.day-1. The highest mangrove density was found at Station 1 at 38 ind.m2-1, while the lowest mangrove density was at Station 3 at 29 ind.m2-1.Keywords: Alue Naga Village; Aceh Besar Regency; Density; Litterfall; Mangrove litter; Productivity
Struktur Komunitas Bivalvia di Pesisir Pantai Teluk Nibung Kecamatan Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh Jamnur Syahputra; Sofyatuddin Karina; Chitra Octavina
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 2, No 4 (2017): November 2017
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.356 KB)

Abstract

This study aimed to find out the structure of bivalvia community in Teluk Nibung Coast Coastal. The research was conducted on January, 2017. This study was observed at three stations. Data was collecting using square transect of 1 m2 x 1 m2. The results showed that 12 bivalve species were found: Geloina erosa, Marcia opima, Isognomon ephipium, Saccostrea cucullata, Spidula solida, Donax cunneatus, Attactades striata, Tridacna gigas, Hippopus hippopus, Dosinia elegant, Anadara fultoni, and Atrina vexilum. The Diversity index value (H') ranged from 1.53 to 2.01 indicated a moderate species diversity. The dominance values ranging from 0.29 to 0.36 indicated that no species dominates the area on each station and the evenness index (E) values between the research stations ranged from 0.86 to 0.96 indicated the high uniformity of the species found. Physical-chemical factors showed the value of water quality was in a good condition for bivalvia life.       Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas bivalvia di pesisir pantai Teluk Nibung. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017. Penelitian ini terdiri atas tiga stasiun pengamatan. Pengambilan data dilakukan menggunakan transek kuadrat 1 m2 x 1 m2 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 12 spesies bivalvia yaitu: Geloina erosa, Marcia opima, Isognomon ephipium, Saccostrea cucullata, Spisula solida, Donax cunneatus,  Attactades striata, Tridacna gigas, Hippopus hippopus, Dosinia elegant, Anadara fultoni, dan Atrina vexilum. Nilai indeks Keanekaragaman (H) berkisar antara 1,53-2,01 yang menunjukkan keanekaragaman spesies dengan tingkat sedang. Nilai dominasi berkisar antara 0,29- 0,36 menunjukkan bahwa tidak ada spesies yang mendominasi wilayah pada setiap stasiun dan nilai Indeks keseragaman (E) diantara stasiun penelitian berkisar 0,86–0,96 menunjukkan tingginya keseragaman spesies yang ditemukan. Faktor fisika-kimia memperlihatkan lingkungan perairan di lokasi tersebut masih dalam kisaran toleransi yang cukup baik untuk kehidupan bivalvia.
Distribusi Dan Kelimpahan Meiofauna Di Perairan Kuala Jeumpa Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen Fitria Hanum; M. Ali Sarong; Chitra Octavina
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 2, No 1 (2017): Februari 2017
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (582.429 KB)

Abstract

ABSTRACTThis study was conducted to determine the abundance and distribution of meiofauna in the Kuala Jeumpa waters, Jeumpa subdistrict, Bireuen regency. Sampling was conducted in April until May 2016. Purposive sampling method was used to determine the 3 stations of data collection, which includes downstream, upstream and estuary area, and then the data was analyzed in the laboratory. The results obtained from the abundance of meiofauna ranging from 222 ind/m2 - 3963 ind/m2 was made up of an abundance of Acarina sp. 222 ind/m2, abundance of Annulonemertes sp. 593 ind/m2, abundance of Cumacea sp. 481 ind/m2, abundance of Cyatholaimus sp. 3963 ind/m2, abundance of Eggerelloides scabrous 630 ind/m2, abundance of Kalipthorincia sp. 1037 ind/m2, abundance of Patagonacyther senescens 556 ind/m2, abundance of Syllides sp. 1593 ind/m2 and an abundance of Decapoda 407 ind/m2. Meiofauna with the highest abundance in the Kuala Jeumpa waters is Cyatholaimus sp. and the lowest was Acarina sp. Distribution Acarina sp. to Decapoda is clustered. The conclusion that the abundance of meiofauna ranging between 222 ind/m2 - 3963 ind/m2. The types of sediment are smooth sand and medium sand.Keywords: Abundance, distribution, meiofauna, Cyathulaimus sp., Acarina sp., Kuala Jeumpa waters ABSTRAKPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui kelimpahan dan distribusi meiofauna di Perairan Kuala Jeumpa Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan April – Mei 2016. Metode purpossive sampling digunakan untuk menentukan 3 stasiun pengambilan data, yang meliputi kawasan hilir, hulu dan muara sungai, kemudian sampel yang ditemukan dianalisis di laboratorium. Hasil yang didapat dari kelimpahan meiofauna berkisar 222 ind/m2 – 3963 ind/m2 adalah terdiri dari kelimpahan Acarina sp. 222 ind/m2, kelimpahan Annulonemertes sp. 593 ind/m2, kelimpahan Cumacea sp. 481 ind/m2, kelimpahan Cyatholaimus sp. 3963 ind/m2, kelimpahan Eggerelloides scabrous 630 ind/m2, kelimpahan Kalipthorincia sp. 1037 ind/m2, kelimpahan Patagonacyther senescens 556 ind/m2, kelimpahan Syllides sp. 1593 ind/m2 dan kelimpahan Decapoda 407 ind/m2. Kelimpahan meiofauna tertinggi di perairan Kuala Jeumpa adalah Cyatholaimus sp. dan terendah adalah  Acarina sp. Pola distribusi Meiofauna di perairan Kuala Jeumpa adalah mengelompok. Jenis sedimen di perairan Kuala Jeumpa adalah pasir sedang dan pasir halus.Kata kunci: Kelimpahan, distribusi, meiofauna, Cyatholaimus sp., Acarina sp., Kuala Jeumpa.
STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DIBEBERAPA MUARA SUNGAI KECAMATAN SUSOH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA Razky Yatul Sidik; Irma Dewiyanti; Chitra Octavina
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 1, No 2 (2016): Agustus 2016
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.193 KB)

Abstract

This research was about  the structure of macrozoobenthos community in several estuary in Susoh Subdistrict of West Aceh (Abdya). The aim of this research was to determine macrozoobenthos community which lives in several river mouths in Susoh subdistrict of West Aceh (Abdya) based on species density, index diversity, evenness, and dominance. The research was conducted from February to March 2016. There was 5 research stations. Namely, Pulau Kayu, Kedai Susoh, Palak Kerambi Sankalan and Rubek Meupayong. The sample collected in each research station was perfomed by using purposive method based on certain consideration of the sample existence in research location. It was implemented 5 repetitions randomly in each station. The result of research showed 18 macrozoobenthos species which was classified into 3 sections, namely Gastropoda, Bivalvia and Malacostraca. The highest density was found in Sangkalan station with number 157 ind/m2 and the lowest was found in Pulau Kayu station by number 64,8 ind/m2. The diversity index (H') in all stations ranged between 0,68-1,11. This value was included in medium category. While the evenness index ranged between 0,31-0,60 included in low to medium category, and lastly the dominance index ranged about 0,23-0,36 included in low category. Penelitian tentang struktur komunitas makrozoobentos di beberapa muara sungai Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.Penelitian ini bertujuan untuk menentukan struktur komunitas makrozoobentos yang hidup di beberapa muara sungai Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya berdasarkan kepadatan jenis, indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi.Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2016.Terdapat 5 lokasi stasiun penelitian yaitu Pulau Kayu, Kedai Susoh, Palak Kerambil, Sangkalan dan Rubek Meupayong.Pengambilan sampel pada setiap stasiun penelitian dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu berdasarkan pertimbangan tertentu atas keberadaan sampel di lokasi penelitian, pada setiap stasiun dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali secara acak.Hasil penelitian ditemukan 18 spesies makrozoobentos yang tergolong dalam 3 kelas yaitu Gastropoda, Bivalvia dan Malacostraca. Kepadatan tertinggi terdapat pada stasiun Sangkalan dengan jumlah 157 ind/m2 dan terendah pada stasiun Pulau Kayu dengan jumlah 64,8 ind/m2. Nilai indeks keanekaragaman (H’) pada semua stasiun berkisar antara 0,68-1,11, nilai ini tergolong dalam kategori sedang, nilai indeks keseragaman berkisar antara 0,31-0,60 tergolong dalam kategori rendah sampai sedang, dan nilai indeks dominansi berkisar antara 0,23-0,36 tergolong dalam kategori rendah. 
Kepadatan Dan Keanekaragaman Meiofauna Di Perairan Sungai Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Erliyanda Erliyanda; M. Ali Sarong; Chitra Octavina
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 2, No 1 (2017): Februari 2017
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (551.626 KB)

Abstract

ABSTRACTResearch on the density and diversity of meiofauna is very important because of limited information about the meiofauna. This research has been conducted during April-May 2016. The purpose of this study is to determine the density and diversity in the waters of the Meureudu River, Pidie Jaya District. The method of this research used was purposive sampling, which stations the total is 36 samples. 11 species of meiofauna was found with a total of 240 individuals, namely, Cumacea sp. with the density of 518.4 ind/m2, Kalipthorincia sp. with the density of 2629.7 ind/m2, Annulonemertes sp. with the density of 925.9 ind/m2, Spiroplectammina biformis with the density of 296.32 ind/m2, Amphipoda with the density of 333.31 ind/m2, Eggerelloides scabrous with the density of 296.25 ind/m2, Patagonacyther senescens with the density of 481.47 ind/m2, Copepods with the density of 518.5 ind/m2, Cyatholainus sp. with the density of 2037.1 ind/m2, Acari sp. with the density of 444.41 ind/m2, and Amoria betavus with the density of 407.41 ind/m2. The higest density is Kalipthorincia sp. and the lowest is Spiroplectammina biformis. The diversity of meiofauna in Merureudu River is medium.Keywords: Density, diversity, Meiofauna, Kalipthorincia sp., Spiroplectammina biformis, Meureudu RiverABSTRAKPenelitian tentang kepadatan dan keanekaragaman meiofauna sangat penting dilakukan, terutama karena keterbatasan informasi mengenai meiofauna. Penelitian telah dilakukan pada April-Mei 2016.Tujuan dari penelitian adalah untuk menetapkan kepadatan dan keanekaragaman di perairan sungai Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya. Metode penelitian yang digunakan adalah purposive sampling, stasiun yang ditetapkan sebanyak 4 stasiun dengan jumlah 12 titik dan 36 total sampel. Terdapat 11 spesies meiofauna dengan total 240 individu yaitu: Cumacea sp. dengan kepadatan 518,4 ind/m2, Kalipthorincia sp. dengan kepadatan 2629,7 ind/m2, Annulonemertes sp. dengan kepadatan 925,9 ind/m2, Spiroplectammina biformis dengan kepadatan 296,32 ind/m2, Amphipoda dengan kepadatan 333,31 ind/m2, Eggerelloides scabrous dengan kepadatan 296,25 ind/m2, Patagonacyther senescens dengan kepadatan 481,47 ind/m2, Copepoda dengan kepadatan 518,5 ind/m2, cyatholainus sp. dengan kepadatan 2037,1 ind/m2, Acari sp. dengan kepadatan 444,41 ind/m2, serta Amoria  betavus dengan kepadatan 407,41 ind/m2. Kepadatan tertinggi di perairan sungai Meureudu adalah spesies Kalipthorincia sp. sedangkan spesies Spiroplectammina biformis memiliki kepadatan terendah. Tingkat keanekaragaman meiofauna di perairan sungai Meureudu adalah sedang.Kata Kunci: Kepadatan, keanekaragaman, Meiofauna, Kalipthorincia sp., Spiroplectammina biformis, Sungai Meureudu
Produksi Serasah Hutan Mangrove di Kuala Langsa, Provinsi Aceh Ridha Hafizi; Irma Dewiyanti; Chitra Octavina
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 2, No 4 (2017): November 2017
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.534 KB)

Abstract

Mangrove forest often called mangal forests is tropical and subtropical beach vegetation communities, which are dominated by several types of mangrove trees that are capable of growing and developing in every tidal muddy coast. Litter production is was important part in of a conversion of organic matter from vegetation. This research used purposive sampling method to determine the research station consisting of 3 stations in which there were 3 plots placed litter trap or litter container. This research was conducted in February-March 2017 in the waters of Kuala Langsa, Langsa Barat Subdistrict, Langsa City, Aceh Province. The purpose of this research was to observed litter production on mangrove ecosystem and it was environmental factors influences thein Kuala Langsa. From the results showed the Station 1 level of litter production was 3.65 g / m² / day in which leaf litter component of 1.65 g / m² / day. There were 3 types of mangrove with total litter production for Rhizopora apiculata was 4.44 g / m² / day, Rhizopora mucronata of 2.63 g / m² / day and Rhizopora stylosa was 1.95 g / m² / day.       Hutan mangrove sering disebut hutan bakau adalah komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada setiap pasang surut pantai berlumpur. Produksi serasah merupakan bagian yang penting dalam mentransfer bahan organik dari vegetasi kedalam tanah. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling untuk menentukan stasiun penelitian yang terdiri dari 3 stasiun yang didalamnya terdapat 3 plot yang diletakkan litter trapatau penampungserasah. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Maret 2017 di Perairan Kuala Langsa, Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Aceh.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui produksi serasah pada ekosistem mangrove di perairan Kuala langsa serta mengetahui faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi produksi serasah mangrove di Perairan Kuala Langsa. Hasil penelitian menunjukkanbahwa Stasiun 1 mendominasi produksi serasah sebesar 3,65 g/m²/hari dimana komponen yang mendominasi ialah komponen serasah daun sebesar 1,65 g/m²/hari. Stasiun ini terdapat 3 jenis mangrove dengan jumlah produksi serasah untuk Rhizopora apiculata sebanyak 4,44 g/m²/hari, Rhizopora mucronata sebanyak 2,63 g/m²/hari dan Rhizopora stylosa sebanyak 1,95 g/m²/hari.
Kelimpahan Foraminifera Bentik Pada Sedimen Di Perairan Pantai Lamreh, Aceh Besar Jaza Anil Husna; Chitra Octavina; Syahrul Purnawan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 2, No 1 (2017): Februari 2017
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (522.246 KB)

Abstract

ABSTRACTThis research was aimed to determine and study the abundance of benthic foraminifera on coral reef ecosystem and mangrove in the Coastal Waters of Lamreh, Aceh Besar. This research was conducted from April to May 2016 using purposive sampling method. Samples of foraminifera benthic were collected using a corer (paralon pipe). 229 individuals of foraminifera benthic belonging to 29 spesies was found. The most abundant species found in coral reef area was Spiroloculina sp. (339,70 ind/m2 or 14,17%) and Spriloculina hyalina (305,73 ind/m2 or 13,64%), while in mangrove area was Calcarina calcar  with the abundance value of 356,69 ind/m2 or 20,59%. In this area the sediment was dominated by sandy sediment. Probably, It was due to the strong current and wave in the coastal waters of lamreh which inhibit the desposition of fine sediment. Keywords: Abundance, coral reefs, foraminifera, mangrove,  Coastal, sediments ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menentukan dan mengkaji kelimpahan foraminifera bentik pada ekosistem terumbu karang dan mangrove di Perairan Pantai Lamreh Aceh Besar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2016 dengan metode purposive sampling, dimana pengambilan sampel foraminifera bentik menggunakan corer (pipa paralon). Hasil penelitian foraminifera bentik ditemukan sebanyak 29 spesies dengan total individu sebanyak 229 individu. Pada kawasan terumbu karang spesies tertinggi ditemukan pada spesies Spiroloculina sp. dengan kelimpahan 339,70 ind/m2 (15,75%) dan Spriloculina hyalina 305,73 ind/m2 (14,17%), sedangkan pada ekosistem mangrove spesies tertinggi ditemukan pada spesies Calcarina calcar dengan kelimpahan 356,69 ind/m2 (20,59%), Pada kawasan ini, sedimen yang dihasilkan dominan pasiran. Hal diduga karena di kawasan perairan Pantai Lamreh memiliki arus dan gelombang yang kuat sehingga menghambat terjadinya pengendapan sedimen yang berukuran halus. Kata kunci: Kelimpahan, Foraminifera, Sedimen, Terumbu karang, Mangrove, Pantai Lamreh.
Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Tiram (Crassostrea sp.) Resy Rosanawita; Irma Dewiyanti; Chitra Octavina
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 2, No 1 (2017): Februari 2017
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (563.178 KB)

Abstract

This research aim was to know the effect of different stocking density on the growth and survival rate of oyster spat (Crassostrea sp.) cultivated with the floating method. This research was conducted in the intertidal zone of Tibang village, Syiah Kuala district, Banda Aceh for 3 (three) months. The experiments were conducted with Completely Randomize Design (CRD) consisting of four treatments and three replications with the density of 35, 40, 45, 50 ind/1500 cm2. Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) and followed by Duncan analysis. The result of this research showed that density significantly affected (P0,05) the absolute length growth, absolute width, weekly growth rate, and survival rate of oyster spat (Crassostrea sp.). The highest growth of oyster spat (Crassostrea sp.) was found in treatment A with 35 ind/1500 cm2, the absolute length growth was 3,28 cm, absolute width 3,05 cm, and survival of  99 %.Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh padat tebar yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup spat tiram pedaging (Crassosstrea sp.) yang dibudidayakan dengan metode apung. Penelitian ini  dilaksanakan di perairan intertidal desa Tibang, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh selama 3 (tiga) bulan.  Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat eksperimental yang disusun dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial, yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan, dengan  padat tebar 35, 40, 45, 50 ind/1500 cm2. Data dianalisis dengan menggunakan uji ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa padat tebar yang berbeda berpengaruh nyata (P0,05) terhadap pertumbuhan panjang mutlak, lebar mutlak, laju pertumbuhan panjang mingguan (LPPM), dan kelangsungan hidup spat tiram pedaging (Crassosstrea sp.). Nilai pertumbuhan tetinggi spat tiram pedaging diperoleh pada perlakuan A dengan 35 ind/1500 cm2, pertumbuhan panjang mutlak (PM) 3,28 cm, lebar mutlak (LM) 3,05 cm, dan kelangsungan hidup dengan persentase 99 %.