Gerakan perempuan merupakan kekompakan perempuan dalam melakukan sesuatu yang sesuai dengan norma sosial, sedangkan menuju kemenangan dakwa kampus adalah menyeruh dan memanggil orang-orang disekitar untuk menuju kebaikan yang sesuai dengan norma dan nilai sosial, tanpa melanggar peraturan lembaga atau kampus pencetak generasi pendidik atau guru, karena aturan kampus bukan untuk dilanggar tetapi untuk dilaksanakan, supaya melahirkan sarjana yang bermutu. Kesuksesan perempuan dalam berdakwa baik untuk teman-temannya maupun untuk dirinya dalam mengenyam ilmu pengetahuan dan pengalaman organisasi dengan sebaik-baiknya. Keberadaan mahasiswa dalam dunia kampus selama 4 tahun, jika dimanfaatkan untuk mendapatkan ilmu sesuai dengan jurusan yang menjadi pilihannya, maka itulah yang disebut kemenangan. Tim SPMN FSLDK Nasional, 2004 bahwa “Dakwah kampus merupakan sebuah tahapan dakwah terpenting dalam dakwah belajar. Dakwah kampus memiliki pergerakannya dan memiliki kesempatan untuk berkontribusi lebih terhadap masa depan suatu bangsa, karena mahasiswa merupakan cadangan masa depan”. Dengan demikian dakwa kampus merupakan penyeruan untuk menghancurkan segala bentuk jahiliyah baik jahiliyah pola pikir maupun jahiliyah tingkah laku yang bersumber dari diri orang lain maupun dari diri sendiri. Dalam dunia kampus Perguruan Tinggi kota dan Kabupaten Bima, bahwa ada banyak mahasiswa yang berperilaku jahilia tingkah laku dan jahiliah pola pikir sehingga keberadaan di kampus bukan menjalankan proses belajar dan menuntut ilmu dengan mengenal pulpen dan buku, tetapi memasuki dunia kampus dengan identitas yang jelas sebagai mahasiswa lalu proses dakwanya bukan mencari ilmu atau pengalaman organisasi, namun setiap hari hanya memakai almamater, tidak memasuki ruangan belajar, kemudian nanti pada saat UAS baru ditemukan dalam ruangan, ketika tidak memiliki nilai dari dosen, mereka memperalat mahasiswa laki-laki (preman kampus) untuk mengemis nilai, katika dosen tidak mengindahkannya, maka sarana dan vasilitas kampus menjadi korban, kaca dinding kampus dipecahkan, LCD, komputer, kipas angin serta media lain dicuri oleh mahasiswa sendiri, setelah semua dicuri, mereka beraksi untuk menuntut pimpinan melengkapi sarana dan fasilitas belajar. Kemudian teman-teman yang menjadi saksi mata atas kejadian tersebut diancam dengan senjata tajam berupa pistol atau pisau dan sejenisnya. Inilah perilaku dan sikap serta pola pikir jahilia yang dimiliki oleh mahasiswa dan mahasiswi dalam perguruan tinggi Kota dan Kabupetan Bima sekarang. Hal ini diawali oleh mahasiswi perempuan yang memiliki pola pikir jahilia, mengedepankan ketergantungan dan memperalat premanisme kampus yang selama ini keluyuran tanpa mengenal buku dan pulpen, mengakui aktifis, namun yang ada di tasnya hanyalah senjata tajam. Walaupun demikian, pada akhirnya tetap diberi gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd).