Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

BUSSINES MODEL CANVAS UNTUK PROGRAM HILIRISASI INDUSTRI KELAPA DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR DALAM PENINGKATAN PAD Rezky Kinanda; M Gasali M; Akbar Alfa; Endy Sudeska
Selodang Mayang: Jurnal Ilmiah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Vol 9 No 1 (2023): JURNAL SELODANG MAYANG
Publisher : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47521/selodangmayang.v9i1.295

Abstract

The economy of Inhil Regency in the coconut sector is currently facing a very critical problem. The low selling price and the low acceptability of buying coconut raw material by large companies have had a negative impact on the welfare of the farming community in Inhil Regency. Downstreaming the coconut industry is a very basic solution from an industrialization standpoint. Selling coconuts only from raw materials does not increase sales value. Encouraging various business actors to increase the value of products into finished materials will increase sales value, including facilitating the emergence of new business actors to increase product value. The role of government is very important to improve the welfare of farming communities. This coconut industry downstream program must be encouraged and escorted by the local government. Even though basically this program is aimed at improving people's welfare, the success of this program will bring about an increase in regional economic activity and an increase in regional income (PAD). This paper will describe the coconut industry downstream program to the Business Model Canvas which is a model that is widely used in the business sector. This aims to strengthen the program's orientation to local revenues and maintain the sustainability of implemented programs in the community. In the discussion section, it is described in detail, broadly, but has strong limitations on what the government must prepare and do to start a coconut industry downstream program in Inhil Regency. Starting from customer targets, partner collaboration, revenue channels, etc. which make it easier for the government to see opportunities and challenges in implementing this program. Perekonomian Kabupaten Inhil di bidang kelapa saat ini sendang menghadapi permasalahan yang sangat genting. Harga jual yang rendah serta penerimaan pembelian bahan mentah kelapa yang rendah oleh perusahaan besar memberikan dampak buruk kepada kesejahteraan masyarakat petani di Kabupaten Inhil. Hilirisasi industri kelapa merupakan solusi yang sangat mendasar dari sisi industrialisasi. Penjualan kelapa hanya dari bahan mentah tidak meningkatkan nilai jual. Mendorong berbagai pelaku usaha untuk meningkatkan nilai produk menjadi bahan jadi akan meningkatkan nilai jual termasuk diantaranya adalah memudahkan munculnya pelaku usaha baru untuk meningkatkan nilai produk. Peran pemerintah sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani. Program hilirisasi industri kelapa ini harus didorong dan dikawal oleh pemerintah daerah. Walapun secara mendasar program ini adalah bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat akan tetapi keberhasilan program ini akan mendatangkan peningkatan aktifitas perekonomian daerah dan peningkatan pendapatan daerah (PAD). Tulisan ini akan melukiskan program hilirisasi industri kelapa kepada Bussiness Model Canvas yang merupakan model yang banyak digunakan dalam bidang bisnis. Hal ini bertujuan untuk memperkuat orientasi program kepada pendapatan daerah serta menjaga keberlangsungan program terimplementasi di masyarakat. Pada bagian pembahasan terjabarkan secara detail, luas, namun memiliki batasan yang kuat tentang apa-apa saja yang harus dipersiapkan dan dilakukan pemerintah untuk memulai program hilirisasi industri kelapa di Kabupaten Inhil. Mulai dari target costumer, kolaborasi patner, saluran pendapatan, dll yang memudahkan pemerintah dalam melihat peluang dan tantangan implementasi program ini.
KAJIAN PROSES DAN POTENSI DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP SEKTOR-SEKTOR PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Rezky Kinanda; Akbar Alfa
Selodang Mayang: Jurnal Ilmiah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Vol 7 No 1 (2021): JURNAL SELODANG MAYANG
Publisher : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47521/selodangmayang.v7i1.194

Abstract

The Covid-19 pandemic attacked multi-sectors from the national to regional levels in Indonesia. This cannot be avoided by Indragiri Hilir Regency. The negative impacts received by Inhil District must be understood which processes and sectors should receive more attention. The negative impact of the Covid-19 pandemic is still ongoing on a national and regional scale. Attention to this problem can not be underestimated. Inhil District Government must understand the processes and sectors affected by the pandemic in order to take more effective and efficient policies. This journal will present the process of how the Covid-19 pandemic attacks national and regional lives. As well as which sectors should receive more attention, either because they are important sectors for development or because they have received a fairly heavy impact from the Covid-19 pandemic. Pandemi Covid-19 menyerang multi sektor dari tingkat nasional hingga daerah di Indonesia. Hal ini tidak bisa dihindari Kabupaten Indragiri Hilir. Dampak-dampak negatif yang diterima Kabupaten Inhil harus dipahami proses serta sektor mana yang harus mendapat perhatian lebih. Dampak negatif pandemi covid-19 masih berlangsung dalam skala nasional dan daerah. Perhatian terhadap hal ini tidak bisa disepelekan. Pemerintah Kabupaten Inhil harus memahami proses dan sektor terdampak pandemic guna mengambil kebijakan yang lebih efektif dan efesien. Jurnal ini akan menyajikan proses bagaimana pandemi covid-19 menyerang kehidupan nasional serta daerah. Serta sektor mana yang harus mendapat perhatian lebih, baik karena sektor tersebut merupakan sektor penting untuk pembangunan maupun karena sektor tersebut menerima dampak yang cukup berat dari pandemic covid-19.
ANALISA PENANAMAN VEGETASI PINANG BETARA PADA JALUR HIJAU JALAN RAYA DI KOTA TEMBILAHAN SEBAGAI PENYERAP EMISI KENDARAAN DAN SUMBER PENCAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus: Jalan Baharuddin Yusuf dan Jalan Swarna Bumi) M Gasali M; Akbar Alfa; Syafrizal Thaher DS
Selodang Mayang: Jurnal Ilmiah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Vol 9 No 2 (2023): JURNAL SELODANG MAYANG
Publisher : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47521/selodangmayang.v9i2.317

Abstract

The population density in Indragiri Hilir has also slowly affected the reduction in the amount of green land that functions as an absorber of carbon emissions from settlements and shopping complexes. The high growth of vehicles and changing the function of green areas into settlements will certainly be a challenge in environmental management. This study discusses the optimization of the Green Road Line (JHJ). JHJ has a main role as a buffer for the environment, namely the function of reducing air pollution, the function of reducing noise, and the function of a barrier (barrier), as well as the main ecological function of being a carbon enhancer and reducing motor vehicle pollution. In general, JHJ is planted with plants that do not produce economic value, such as flowers. This research will discuss betel nut planting along JHJ so that it can generate economic and ecological benefits. Ecological benefits come in the form of an increase in environmental support systems, while the economic benefits resulting from JHJ can be a source of local revenue (PAD). The conclusions of this study are: (1) areca nut is considered to have economic potential if it is developed at JHJ; based on initial calculations, it is predicted that if JHJ along Jalan Baharuddin Yusuf and Jalan Swarna Bumi are planted with pinang, it will get a gross yield of IDR 351,000,000,-/year; and (2) ecologically, the potential value of areca catechu biomass is that it can accommodate 30.78 kg/m2 of carbon and absorb 112.94 kg/m2 of carbon. So that it can be a buffer for the environment. (3) Technically, the Areca Palm fulfills the Regulation of the Minister of Public Works No. 5 of 2008 concerning Guidelines for Provision and Utilization of Green Open Spaces in Urban Areas. The research suggests that further research and the regional government review governance, institutions, and regulations related to JHJ plantations as a source of regional original income. Kepadatan penduduk di Indragiri Hilir secara perlahan juga mempengaruhi pengurangan jumlah lahan hijau yang berfungsi sebagai penyerap emisi karbon menjadi pemukiman dan komplek pertokoan. Tingginya Pertumbuhan Kendaraan dan perubahan fungsi daerah hijau menjadi pemukiman tentu akan menjadi tantangan dalam pengelolaan lingkungan. Penelitian ini membahas optimalisasi Jalur Hijau Jalan (JHJ). JHJ memiliki peran utama sebagai penyangga lingkungan yaitu fungsi pereduksi polusi udara, fungsi peredam kebisingan, dan fungsi pembatas (barrier) serta fungsi ekologi utama sebagai penambat karbon dan mengurangi polusi kendaraan bermotor. Pada umumnya JHJ ditaman dengan tanaman seperti bunga dan tumbuhan yang tidak menghasilkan nilai ekonomis. Pada penelitian ini akan dibahas tentang Penanaman Pinang Betara di sepanjang JHJ sehingga dapat menimbulkan keuntungan ekonomi dan ekologi. Manfaat Ekologi berupa peningkatan sistem penyangga lingkungan, sedangkan manfaat ekonomi hasil dari JHJ dapat menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD). Kesimpulan Penelitian ini yaitu: (1) Pinang dinilai memiliki potensi ekonomi apabila dikembangkan di JHJ, berdasarkan perhitungan awal diprediksikan apabila JHJ sepanjang Jalan Baharuddin Yusuf dan Jalan Swarna Bumi di tanami Pinang maka akan mendapatkan hasil bruto sebesar Rp. 351.000.000,-/tahun; (2) Secara Ekologis nilai potensi biomassa Pinang (Areca catechu) yaitu dapat menampung 30,78 kg/m2 karbon dan menyerap 112,94 kg/m2 karbon. Sehingga dapat menjadi penyangga lingkungan hidup. (3) Secara Teknis Pohon Pinang memenuhi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Penelitian menyarankan Penelitan berikutnya dan Pemerintah Daerah mengkaji Tata Kelola, Kelembagaan serta Regulasi terkait Penanaman JHJ sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah.