Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search
Journal : Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan

PENGARUH PEMBERIAN LARUTAN TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza Roxb) TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BIAWAN (Helostoma teminchii) YANG DI INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila rika wati; eka indah raharjo; eko prasetio
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 6, No 02 (2018): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (552.59 KB) | DOI: 10.29406/rya.v6i02.1010

Abstract

Infeksi bakteri Aeromonas hydrophila merupakan salah satu penyebab Motile Aeromonad Septicemia (MAS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian larutan temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) terhadap kelangsungan hidup ikan biawan (Helostoma teminchii) yang di infeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Metode penelitian ini adalah eksperimen dengan 5 perlakuan 3 ulangan yaitu perlakuan A (KN 0 g/l), B (KP 0g/l dan tanpa injeksi bakteri), C (0,2 g/l larutan temulawak), D (0,4 g/l larutan temulawak) dan E (0,6 g/l larutan temulawak). Ikan uji dilakukan perendaman selama 7 hari sebelum uji tantang dan di amati selama 14 hari setelah uji tantang. Uji tantang tantang dilakukan dengan menyuntikan suspensi bakteri Aeromonas hydrophila dengan dosis 108 sel/cfu sebanyak 0,1 ml secara intramuscular. Sedangkan variabel pengamatan meliputi patogenitas (gejala klinis), perubahan bobot, dan kelangsungan hidup.  Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa gejala klinis ikan pasca infeksi diantaranya radang, radang dan hemoragi, tukak, dan sembuh. Pemberian larutan temulawak melalui perendaman  memberikan pengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup ikan biawan pasca infeksi, yaitu  pada perlakuan (E) dengan dosis 0,6 g/l dengan nilai perubahan bobot 1,97 gram dan kelangsungan hidup 93,33 %.
KONDISI PERAIRAN DI SEKITAR KARAMBA JARING APUNG SUNGAI KAPUAS KOTA PONTIANAK BERDASARKAN BIOINDIKATOR PLANKTON Rachimi Rachimi; Eko Prasetio; Thanty Ratna Dewi
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 7, No 2 (2019): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (958.368 KB) | DOI: 10.29406/jr.v7i2.1472

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis plankton serta dapat mengetahui kondisi perairan di karamba jaring apung pada Sungai Kapuas berdasarkan bioindikator plankton. Penelitian dilakukan dengan cara melakukan observasi secara langsung ke lapangan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Peneliti tidak melakukan kontrol dan rekayasa atau manipulasi variabel penelitian. Plankton yang ditemukan di perairan Sungai Kapuas terdiri atas 23 jenis plankton, yang terdiri dari 22 fitoplankton dan 1 zooplankton. Kelimpahan jenis plankton yang ditemukan berkisar antara 12,244.898-36,054.422 ind/L. Keanekaragaman jenis plankton yang ditemukan berkisar antara 0,6822-0,3191.Nilai indeks keanekaragaman (H’) di Sungai Kapuas tergolong tidak stabil. Nilai Indeks Dominansi plankton berkisar antara 0,0159-0,1064, nilai indeks dominansi di karamba Sungai Kapuas tergolong rendah, hal ini menunjukan bahwa nilai dominansi tidak ada jenis yang mendominansi. Indeks Keseragaman (E) plankton yang ditemukan berkisar antara 0,2219-0,0804. Perairan Sungai Kapuas secara umum masih tergolong layak untuk kegiatan budidaya berdasarkan parameter plankton dengan dilihat dari parameter fisika dan kimia yang masih mendukung. Kata Kunci :Plankton, Karamba Jaring Apung, Sungai Kapuas
PENGARUH PEMBERIAN JENIS CACING YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN GABUS ( Channa Striata ) hendy .; eka indah raharjo; eko prasetio
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 7, No 1 (2019): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.786 KB) | DOI: 10.29406/jr.v7i1.1304

Abstract

Salah satu hasil dari perairan umum (rawa, sungai dan danau) yang tergolong ikan komersial dan digemari oleh masyarakat Kalimantan Barat adalah ikan Gabus (Channa striata Blkr). Penelitian ini bertujuan menentukan jenis pakan alami yang terbaik untuk pertumbuhan untuk benih ikan gabus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan setiap perlakuan diulang empat kali. Pakan diberikan dengan dosis adlibitum frekuensi tiga kali sehari. Perlakuan A, Benih ikan gabus diberikan pakan cacing sutera, Perlakuan B : Benih ikan gabus diberikan pakan cacing tanah, Perlakuan C : Benih ikan gabus diberikan pakan cacing nipah, adapun variabel pengamatan adalah Laju pertumbuhan spesifik (SGR), Kelangsungan Hidup, Kualitas Air, perlakuan A memiliki nilai rata-rata panjang tertinggi sebesar2,244±0,234, dilanjutkan perlakuan B sebesar 2,100±0,240dan paling rendah perlakuan C sebesar 2,022±0,067. Kata kunci: perbedaan pakan, ikan gabus, pertumbuhan
PERBANDINGAN METODE PCR KONVENSIONAL DENGAN METODE PCR PORTABLE KIT UNTUK DETEKSI WSSV PADA UDANG VANNAMEI Rr. Rara Amaliah Fitri; Farida .; Eko Prasetio
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 9, No 1 (2021): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (796.422 KB) | DOI: 10.29406/jr.v9i1.2615

Abstract

Udang vannamei merupakan komoditi yang mendominasi pertambakan dipesisir wilayah Kalimantan Barat. Usaha budidaya tersebut tumbuh pesat dengan resiko penyebaran penyakit yang juga tinggi. Serangan penyakit yang paling umum dan sering ditemukan pada budidaya udang vannamei adalah WSSV ( White spot Syndrome Virus). Identifikasi penyakit virus WSSV di SKIPM Pontianak dilakukan dengan dua metode yang berbeda yaitu metode PCR Konvensional dan Portable Kit PCR. Metode PCR konvensional merupakan salah satu alternatif untuk deteksi penyakit virus yang cukup akurat dan relatif lebih murah, jika dibandingkan dengan metode lain yang sedang berkembang saat ini seperti metode PCR Portable Kit yang proses deteksi lebih singkat karena tidak memerlukan tahap elektroforesis. Melihat dari kelebihan dan kekurangan masing- masing metode tersebut, sehingga menimbulkan alasan untuk mengetahui lebih lanjut tentang presisi dan akurasi sensitivitas dari kedua metode tersebut dalam mendeteksi infeksi virus WSSV pada udang vannamei. Pengamatan dilakukan pada variabel plasmid kontrol (+) masing – masing kit uji, plasmid DNA sampel dan plasmid DNA virus WSSV dengan indikator hasil pemeriksaan positif, negatif, terdeteksi maupun tidak terdeteksi. Setiap hasil pemeriksaan variabel pengamatan akan diberi nilai pembobotan tertentu, untuk mengetahui presisi dan akurasi sensitivitas dari kedua metode PCR dalam mendeteksi infeksi virus WSSV pada udang vannamei.
PENGARUH EKSTRAK ASAM HUMAT TANAH GAMBUT SEBAGAI IMMUNOSTIMULAN TERHADAP TINGKAT KESEMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIINFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila Eko Prasetio; Eka Indah Raharjo; Lindi Agustian
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 10, No 1 (2022): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1048.43 KB) | DOI: 10.29406/jr.v10i1.3561

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak asam humat yang efektif dan diaplikasikan melalui pencampuran pakan sebagai upaya tingkat kesembuhan dan kelangsungan hidup ikan nila yang diuji tantang dengan bakteri aeromonas hydrophila. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dan 3 ulangan dengan kosentrasi ekstrak asam humat yang berbeda yaitu kontrol negatif, kontrol positif, 0,5%, 1%dan 1,5%/kg pakan, hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak asam humat dengan kosentrasi yang berbeda berpengaruh sangat nyata p>0,01 terhadap respon makan, perubahan bobot, gejala klinis penyembuhan luka, pengamatan organ dalam, dan tingkat kelangsungan hidup ikan nila, dengan kosentrasi terbaik yaitu 1%/kg pakan dengan rata-rata peningkatan bobot (4.60±1.53), rata-rata kelangsungan hidup (83%±5.77), proses penyembuhan gejala klinis yang paling cepat, dan memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan respon makan dan organ dalam ikan nila, dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak asam humat dengan kosentrasi 1%/kg pakan adalah kosentrasi yang terbaik. Kata kunci: Ikan Nila, Asam humat, Aeromonas hydrophila.
SISTEM AKUAPONIK DENGAN JENIS TUMBUHAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN TENGADAK (Barbonymus scwanenfeldii Desita Setio Rini; Hastiadi Hasan; eko prasetio
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 6, No 02 (2018): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (636.345 KB) | DOI: 10.29406/rya.v6i02.1007

Abstract

Ikan tengadak (Barbonymus scwanenfeldii) merupakan  ikan asli dari Provinsi Kalimantan Barat yang memliki ekonomi yang tinggi.Tujuan penelitian ini untuk menentukan jenis tumbuhan yang terbaik pada sistem akuaponik dalam meningkatkan pertumbuhan optimal ikan tengadak. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Susunan perlakuan A, resirkulasi tanpa tumbuhan, B, resirkulasi menggunakan tumbuhan kangkung, C, resirkulasi menggunakan tumbuhan selada, D, resirkulasi menggunakan sawi. Variabel pengamatan meliputi pertumbuhan berat mutlak, panjang mutlak, Rasio konversi pakan, dan tingkat kelangsungan hidup. Rata-rata pertumuhan berat dan panjang mutlak B (3,45 ±0,010) dan (3,58 ±0,01). Rasio konversi pakan yang terbaik adalah perlakuan B (1,85 ±0,13). Derajat kelangsungan hidup yang terbaik adalah perlakuan B (95,56 ±3,8)
PENGARUH KEJUTAN SUHU PANAS TERHADAP WAKTU PENETASAN, DAYA TETAS TELUR, ABNORMALITAS DAN KELANGSUNGAN HIDUP LARVA IKAN TENGADAK (Barbonymus schwanenfeldii) . gufron; eka indah raharjo; eko prasetio
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 6, No 02 (2018): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (666.51 KB) | DOI: 10.29406/rya.v6i02.1021

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kejutan suhu panas yang terbaik terhadap waktu penetasan, daya tetas telur, abnormalitas dan kelangsungan hidup larva ikan tengadak.. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menurut Hanafiah (2012), yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Susunan perlakuan adalah Perlakuan A : Kejutan Suhu 28oC selama 2,5 menit Perlakuan B : Kejutan Suhu 40oC selama 2,5 menit, Perlakuan C : Kejutan Suhu 41oC selama 2,5 menit dan Perlakuan D : Kejutan Suhu 42oC selama 2,5 menit. Hasil penelitian menunjukkan dengan kejutan suhu panas yang berbeda berpengaruh nyata pada  waktu penetasan  10,24 (jam) , daya tetas  4399 %,  sintasan larva  58,34 % dan abnormalitas larva 36,11 %. kualitas air sebagai pendukung yaitu suhu 26-290C,  pH 6,0 – 7,0 dan DO 5,0-6 ,0 mg/l.
PENGARUH SERBUK LIDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI IMONOSTIMULAN TERHADAP TINGKAT KESEMBUHAN DAN HISTOPATOLOGI IKAN TENGADAK (Barbonymus schwanenfeldii) YANG DI INFEKSI DENGAN BAKTERI Aeromonas hidropylla eko prasetio; Muammar Kadafi; Eka Indah Raharjo; Hastiadi Hasan
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 6, No 2 (2015): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (804.371 KB) | DOI: 10.29406/jr.v6i2.2241

Abstract

ABSTRAK Infeksi bakteri Aeromonas hydrophila merupakan salah satu penyebab Motile Aeromonad Septicemia (MAS). Pada penelitian ini, serbuk lidah buaya diaplikasikan dengan pakan sebagai imunostimulan untuk mengobati penyakit MAS pada ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii). Dosis serbuk lidah buaya yang ditambahkan ke dalam pakan adalah 0 gram, 10 gram, 20 gram, dan 40 gram/kg bobot kering. Ikan uji diberikan pakan perlakuan selama 7 hari setelah uji tantang. Gejala klinis diamati setiap hari pasca uji tantang. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pakan yang mengandung serbuk lidah buaya sebanyak 10, 20, dan 40 g/kg dapat mengurangi tingkat mortalitas dan gejala klinis jika dibandingkan dengan kontrol negatif dan kontrol positif. Dosis 40 g/kg menunjukkan hasil terbaik dan berbeda nyata dengan dosis yang lain.
EFEKTIVITAS SERBUK LIDAH BUAYA (Aloe vera) TERHADAP PATOGENITAS DAN HISTOLOGI IKAN BIAWAN (Helostoma teminchii) YANG DIUJI TANTANG BAKTERI Aeromonas hydrophila eko prasetio; rachimi .; yuda suhardi
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 7, No 1 (2019): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.692 KB) | DOI: 10.29406/jr.v7i1.1308

Abstract

Motile Aeromonad Septicemia (MAS) dilaporkan sebagai salah satu penyakit oportunis pada ikan air tawar yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophilla. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas serbuk lidah buaya sebagai immonostimulan pada pada ikan biawanyang diinfeksi penyakit MAS. Metode penelitian ini adalah eksperimen dengan 5 perlakuan 3 ulangan yaitu perlakuan kontrol positif dengan dosis 0 g/kg pakan, Kontrol negatif dengan 0 g/kg pakan, 20 g/kg pakan, 30 g/kg pakan dan 40 g/kg pakan.Ikan uji diberikan pakan perlakuan selama 7 hari sebelum uji tantang dan 14 hari setelah uji tantang. Uji tantang dilakukan dengan menyuntikan suspensi bakteri dengan dosis 108 sel/cfu sebanyak 0,1 ml secara intramuscular.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa lidah buaya memberikan patogenitas bakteri Aeromonas hydrophilla yang berbeda pada ikan biawan. Gejala klinis ikan pasca infeksi diantaranya radang, radang dan hemoragi, tukak, dan sembuh. Uji histologi hati juga menggambarkan tingkat kerusakan hati yang berfariasi berupa degenerasi sel, nekrosis, melanomakroflag, hipatopangkreas dan kongesti.Dengan  pakan yang mengandung serbuk lidah buaya memberikan tingkat kesembuhan yang signifikan serta mengurangi tingkat mortalitas. Dosis serbuk lidah buaya 40 g/kg menunjukkan hasil terbaik dibandingkan dengan dosis yang lain. Kata kunci:Lidah buaya, Ikan Biawan , Aeromonas hydrophila,Patogenitas, Histologi
STATUS PERAIRAN SUNGAI KAPUAS KOTA PONTIANAK UNTUK BUDIDAYA IKAN BERDASARKAN BIOINDIKATOR PERIFITON Hendri Saputra; rachimi .; eko prasetio
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 6, No 02 (2018): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (480.86 KB) | DOI: 10.29406/rya.v6i02.1014

Abstract

Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan kondisi perairan sungai kapuas tempat budidaya karamba jaring apung berdasarkan parameter kelimpahan jenis jenis perifitondi sungai kapuas kota pontianak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survey dengan pengambilan sampel di beberapa titik di perairan sungai kapuas. Jenis–jenis perifiton yang terdapat di perairan Sungai Kapuas selama penelitian adalah terdapat 20 jenis perifiton dari 7 kelas yaitu Bacillariophyceae, Cyanophyceae, Chlorophyceae, Choraphyeeae, Protozoa, Myxophyceae dan Rotifera. Kelas Chlorophceae paling banyak jenisnya di perairan sungai kapuas. Nilai Kelimpahan perifiton selama penelitian berkisar 2800 – 12413 sel/cm2. Kelimpahan perifiton yang paling tinggi terdapatdi stasiun I dengan rerata kelimpahan 12.413 sel/ cm2. Berdasarkan pengamatan nilai rata-rata indeks keanekaragaman untuk perifiton berfluktuatif pada setiap stasiun di sungai kapuas dengan kisaran rata-rata  1,869 - 3,322, hasil perhitungan diperoleh  rata-rata indeks keanekaragaman perifiton berada pada kisaran sedang. Nilai indeks dominansi jenis (C) yang diperoleh selama penelitian di perairan sungai kapuas berkisar antara 0,006 - 0,014. Berdasarkan perhitungan kelimpahan perifiton, indeks keanekaragaman jenis (H’) dan indeks dominasi jenis (C) dapat disimpulkan bahwa kelimpahan tergolong tinggi, keanekaragaman jenis pada kisaran sedang dan tidak ada spesies yang mendominasi perairan sungai kapuas. Hasil dari pengukuran kualitas air secara umum masih mendukung kehidupan organism termasuk perifiton.