Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Interaksi Simbolik Pada Pertunjukan Musik Keroncong oleh Orkes Keroncong Gunung Jati New Musik di Stasiun Tawang Semarang Rinaldhi Eka Kurnia Putra; Abdul Rachman; Eko Raharjo; Suharto Suharto
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya Vol 5, No 1 (2021): GONDANG: JURNAL SENI DAN BUDAYA, JUNI 2021
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1165.983 KB) | DOI: 10.24114/gondang.v5i1.19996

Abstract

The Gunung Jati New Music Keroncong Orchestra is a keroncong orchestra that regularly performs keroncong music at Tawang Station Semarang. During the keroncong music performance there are various kinds of symbolic interactions between the players and also with the audience. The purpose of this study was to determine how the symbolic interaction in keroncong music performances by the Keroncong Gunung Jati New Music Orchestra. The research method used is qualitative. The data collection techniques used were observation, interview and documentation. The data collected through the stages of data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results showed that the symbolic interaction at the Keroncong Gunung Jati New Musik orchestra performance at Tawang Semarang station included a sawer box as a place for the audience to give sawer money as a form of appreciation. Symbolic interaction between the players and the players, namely during the performance the players give each other song chord codes with gestures of limbs such as finger movements, head nods, speech, winks. And symbolic interactions between the players and the audience in the form of hand movements, head nods, clapping, and sawer money. From these findings it can be concluded that the symbolic interaction that occurs is as an interaction that aims to find chemistry between players and between players and the audience so that the keroncong music performance runs well and smoothly so that the players and the audience are satisfied with their appearance and as an attraction of the Keroncong Orchestra. Gunung Jati New Musik in attracting public interest in keroncong music itself.
Analisis Pembelajaran Musik Tabu Gong Rede Geda dalam Konteks Pewarisan Budaya di Desa Riangkotek, Nusa Tenggara Timur Antonius Harun Ruron; Udi Utomo; Suharto Suharto
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/syntax-literate.v7i10.12554

Abstract

Tabu gong rede geda music is part of the culture of the Riangkotek village community and is inherited from one generation to another. The inheritance of tabu gong rede geda music uses a tilted inheritance system (Diagonal Transmission), which is an art inheritance system that focuses on learning education. The purpose of this study is to analyze the characteristics of tabu gong rede geda music learning, the components of tabu gong rede geda music learning, and the stages of tabu gong rede geda music learning. Data collection in this study used observation, interview, and document study techniques. Analysis of research data using source triangulation techniques. The results showed that the process of inheritance of tabu gong rede geda music through informail learning. The components of tabu gong rede geda music learning consist of learning participants, instructors, learning objectives, learning materials and learning methods. The learning process consists of four stages, namely seeing and listening, proclaiming, producing, repeatedly.
Fadjar 'Sopsan' Creativity in the Creation of Tembang Banyumasan Nurul Aulia Dewi Arifin; Sunarto Sunarto; Suharto Suharto
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya Vol 7, No 1 (2023): GONDANG: JURNAL SENI DAN BUDAYA, JUNI 2023
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gondang.v7i1.48642

Abstract

Artists and creativity are inseparable. Artists in creativity have the challenge of transforming an abstract idea into a practical one in order to create a good creation. Fadjar Praptono, a musician from Banyumas, creates based on the Encouragment of responses to enviromental situatons by paying attention to the suitability contents of the song lyrics with the existing social, political and cultural situations. This research discusses Fadjar's creative process in creating tembang Banyumasan that have a distinctive Banyumas character. This research uses a descriptive qualitative method that aims to understand the object studied in more depth. This research uses a case study design, which is focuses on exploration of finite system. The data collection techniques used are observation, interviews, and literacy studies. The interview was conducted directly with the main informant Fadjar 'Sopsan'. The study results prove that Fadjar went through several continuous stages in the creation of Banyumasan songs, including creative ideas, cultural knowledge, experience, work concepts, and creative act.
Menggambar Ragam Hias Lombok Bagi Calon Guru Sekolah Dasar Sebagai Upaya Pelestarian Budaya Lokal: Suatu Kajian Berdasarkan Pandangan Ki Hajar Dewantara Nurul Kemala Dewi; Suharto Suharto
Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan Vol. 8 No. 4 (2023): November (In Progress)
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jipp.v8i4.1142

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kegiatan menggambar ragam hias Lombok bagi calon guru sekolah dasar sebagai upaya pewarisan budaya lokal berdasarkan pandangan Ki Hajar Dewantara. Jenis penelitian adalah kualitatif. Pengumpulan data dengan observasi, studi literatur, dan dokumentasi. Data dianalisis secara interpretatif. Pengamatan dilakukan dengan mencermati kegiatan pembelajaran yaitu 1. Dosen memberikan arahan-arahan terkait dengan ragam hias Lombok. 2. Mahasiswa mengkreasikan ragam hias. Melalui pengamatan dan penciptaan karya, mahasiswa memperoleh pengetahuan mengenai bentuk-bentuk ragam hias Lombok serta dapat mewujudkan gagasannya terkait dengan kreasi ragam hias. Dosen memfasilitasi kegiatan proses penciptaan karya ini dengan memberikan motivasi agar mahasiswa dapat menuangkan ide-ide kreatif dengan sebaik-baiknya. 3. Mahasiswa mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas untuk mendapat tanggapan dari teman-teman ataupun dosen. Kegiatan ini menunjukkan bahwa mahasiswa sudah memiliki pengetahuan terkait dengan ragam hias daerah Lombok. Hal ini merupakan perwujudkan dari teori Kontinuitas Ki Hajar Dewantara terkait dengan pelestarian dan pewarisan budaya. Dosen berfungsi sebagai pendorong/motivator agar mahasiswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan terkait dengan seni budaya lokal yaitu ragam hias Lombok, yang sesuai dengan sistem Among Ki Hajar Dewantara. Dengan demikian maka menggambar ragam hias Lombok bagi calon guru sekolah dasar merupakan salah satu upaya pelestarian dan pewarisan budaya lokal dan kelak dapat diwariskan kembali kepada siswa.
Penata Layanan Musik Gereja sebagai Bentuk Tata Kelola Pendidikan Seni dalam Masyarakat Agus Budi Handoko; Wadiyo Wadiyo; Widodo Widodo; Suharto Suharto
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana Vol. 5 No. 1 (2022)
Publisher : Pascasarjana Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gereja sebagai bagian dari organisasi keagamaan dalam masyarakat agar bisa berjalan dengan baik tentu juga berhubungan dengan kegiatan tata kelola, yaitu usaha kegiatan untuk menata dan mengelola gereja sehingga bisa menjadi organisasi yang lebih teratur dan lebih baik, dan tujuan gereja bisa tercapai dengan lebih efektif.  Sayangnya penatalayanan di gereja belum bisa menyentuh merata ke semua bagian secara maksimal, biasanya yang menjadi perhatian tentang tata kelola organisasi secara umum, sedangkan penatalayanan di bidang musik gereja masih kurang dan belum seimbang. Penatalayanan musik gereja dilakukan sebatas jika sudah ada alat musik dan pemain dianggap sudah cukup, tanpa perlu memikirkan pengembangan dan pendidikan musik gereja. Penelitian ini berusaha mengumpulkan, mengolah dan kemudian manganisis data terkait: konsep penatalayanan musik gereja, pentingnya pelayanan musik gereja, bentuk penatalayanan musik gereja sebagai bagian dari pendidikan musik gereja. Metode penelitian  dalam  artikel  ini adalah  penelitian  studi  pustaka  dengan pendekatan  kualitatif  deskriptif. Musik liturgi sebagai bagian untuk menunjang atau melayani liturgi  senantiasa diperlukan keberadaannya, sehingga penggunaan musik dalam liturgi perlu dikelola atau ditata dengan baik untuk menunjang keberhasilan ibadah. Pendidikan seni musik gereja tidak hanya mencakup masalah keterampilan bermusik atau bernyanyi semata, tetapi juga menyangkut tentang spiritualitas dan karakter dari para musisi dan pemuji yang melayani, dengan kata lain bahwa kualitas rohani para pemuji juga menjadi sasaran utama dalam pendidikan musik yang dilaksanakan. 
Pendidikan Seni Berbasis Multikultural di Sekolah Delvia Mona; Wadiyo Wadiyo; Suharto Suharto; Ardipal Ardipal
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana Vol. 5 No. 1 (2022)
Publisher : Pascasarjana Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kemajuan teknologi yang mengglobal telah mempengaruhi kehidupan baik di bidang ekonomi, politik, kebudayaan, seni bahkan di dunia pendidikan. Kemajuan teknologi ini tidak bisa kita hindari karena mau bagaimanapun kemajuan teknologi berjalan beriringan dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Era globalisasi ini berbagai peristiwa, kemajuan teknologi, dan tren di belahan dunia turut berpengaruh terhadap perubahan karakter peserta didik. Pengaruh negatif tersebut antaranya, memudarnya nilai-nilai kearifan lokal seperti sopan santun dan gotong royong, menipisnya sikap saling menghargai antar ras, etnis, maupun kepercayaan, hingga kurangnya minat generasi muda terhadap kesenian daerah. pendidikan seni pada hakekatnya merupakan proses pembentukan manusia melalui seni. Pembelajaran yang hanya mengajarkan siswa berkarya seni kurang relevan dalam pembentukan karakter siswa. Oleh karena itu diperlukanya pendidikan seni berbasis multikultural di sekolah. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendidikan seni berbasis muktikultural di sekolah.
Bia Music: The Efforts of Traditional Art Inheritance of Art Education Context Richard Junior Kapoyos; Muhammad Jazuli; Suharto Suharto; Syakir Syakir
International Conference on Science, Education, and Technology Vol. 8 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. This research aimed to see the Bia Music Phenomenon in Batu Village, North Minahasa Regency in an effort to pass on traditional music in the context of art education. Inheriting traditional music is a cultural problem in the dynamics of human life. The process of inheritance is seen as one of the activities of transfer, transmission, ownership between generations in order to maintain tradition in a family tree that moves continuously and simultaneously. The method in this paper uses a qualitative descriptive method, descriptive method is a method in finding facts about the status of a human group, an object, a condition, a system of thought or an event in the present with the right interpretation (Sedarmayanti., Hidayat, 2002). Qualitative research does not merely describe, but more importantly, finds the meaning contained behind it, as a hidden meaning or intentionally hidden (Ratna, 2010). The purpose of inheritance is generally to maintain cultural values from the past, as well as efforts to maintain the arts. This paper aims to discuss the inheritance system in Bia Music as an effort to preserve the existence of the art. By using the inheritance system theory, this paper examines the types of inheritance in the context of art education and the efforts made in the inheritance process in order to maintain the preservation of the existence of traditional arts.
SULIM PADA PERNIKAHAN ADAT BATAK TOBA EKSISTENSI, PERUBAHAN DAN KEBERLANJUTAN Eva Florida Simanjuntak; Nyoman Dewi Pebriyani; Suharto Suharto
Journal of Social Science Vol. 1 No. 2 (2024): Journal Of Social Science
Publisher : PT ANTIS INTERNATIONAL PUBLISHER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61796/ijss.v1i2.9

Abstract

Sulim adalah seruling bambu milik masyarakat Batak Toba, merupakan salah satu dari sekian banyak instrumen musik tradisional Batak Toba. Instrumen ini adalah salah satu instrumen dari ansambel Gondang Hasapi yang sering digunakan untuk mengiringi upacara adat. Sulim sangat dekat dalam kehidupan Batak Toba sehingga masyarakat Batak Toba selalu mengikut sertakan sulim dalam upacara adat. Metode penelitian yang dilakukan yaitu kualitatif dengan tiga langkah yang harus dilakukan yaitu: koleksi, koneksi dan deskripsi. Ada tiga permasalahan yang memerlukan penjelasan dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana eksistensi, Perkembangan Sulim dalam Perkawinan Adat Batak Toba dan Faktor-faktor yang memperngaruhi keberlanjutan Sulim dalam kehidupan Masyarakat Batak Toba. Hasil penelitian menunjukan bahwa upacara perkawinan adat Batak masih dilaksanakan secara ketat. Sulim dijadikan pilihan utama untuk mengiringi upacara disebabkan oleh wilayah nada yang lebih luas di bandingkan dengan instrumen yang lainnya yaitu; hasapi, sarune etek, sarune bolon, dan garantung dan yang lebih penting lagi sulim memiliki ekspresi dan gaya yang khas. Sulim adalah karakter dan ciri musik batak dan Sulim menunjukkan identitas asli adat Batak serta alat musik sulim merupakan warisan leluhur yang harus dipertahankan oleh karena itu setiap upacara perkawinan perlu ada sulim untuk menambah keindahan musik batak.