Surijadi Supardjo
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNSRAT Manado

Published : 19 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

IDENTIFIKASI KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR FASILITAS SOSIAL DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO SULAWESI UTARA Dansa, Onya Arlita; Supardjo, Surijadi; Sembel, Amanda
SPASIAL Vol 3, No 2 (2016)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pertumbuhan suatu wilayah khususnya di kota Manado dilatar belakangi oleh berbagai aspek kehidupan seperti perkembangan jumlah penduduk. Salah satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari perkembangan suatu kota adalah infrastruktur fasilitas sosial yang memadai. Kecamatan Malalayang merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kota Manado dengan jumlah penduduk pada tahun 2015 berjumlah 56.344 jiwa  dan tiap tahunnya mengalami pertambahan jumlah penduduk diatas rata-rata 15 %. Kecamatan Malalayang sendiri dilengkapi dengan berbagai macam Infrastruktur fasilitas sosial untuk mendukung aktifitas warganya, namun karna Pertumbuhan populasi penduduk Kecamatan Malalayang mengalami peningkatan setiap tahunnya, maka ketersediaan fasilitas sosial perluh menjadi perhatian. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analisis dalam bentuk metode survey yang bersifat menjabarkan serta menganalisis data yang sudah ada dan kemudian hasilnya dibuat dalam bentuk tabel dan peta. Acuan daripada analisis adalah SNI 2004 mengenai tata cara perencanaan perumahan di perkotaan. Hasil penenlitian menunjukan bahwa ketersediaan fasilitas sosial di Kecamatan Malalayang pada umumnya sudah memadai yaitu sarana pendidikan dengan jumlah pendidikan (57), kesehatan (32), tempat ibdah (80) dan sarana olahraga (30). Namun untuk sarana pendidikan di 6 Kelurahan (Malalayang 1,2, Malalyang 1 Timur dan Barat, Winangun 1 dan Batu Kota ) perluh diperhatikan dan untuk radius pencapaiannya hanya terdapat pada 2 Kelurahan (Malalayng 1 Timur dan Barat)  yang belum memadai. Kata Kunci: SNI, Ketersediaan Fasilitas Sosial, Kecamatan Malalayang
EVALUASI INKONSISTENSI PEMANFAATAN RUANG DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO Romony, Patrick Jouino; Takumansang, Esli D; Supardjo, Surijadi
SPASIAL Vol 4, No 3 (2017)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kecamatan Singkil salah satu Kecamatan yang teletak di Kota Manado, Ibukota Provinsi Sulawesi Utara. Kecamatan Singkil mempunyai jumlah penduduk yang megalami peningkatan setiap tahunnya sehingga membawa dampak pada peningkatan kebutuhan penggunaan lahan, hal ini akan berdampak pada konversi lahan yang tidak sesuai dengan pemanfaatannya. Salah satunya adalah pada konversi lahan pada penggunaan lahan perkebunan menjadi penggunaan lahan permukima. Empat dari sembilan kelurahan di Kecamatan Singkil ditenggarai  tidak sesuai dengan pemanfaatannya. Dalam penelitian ini metode analisis data yang dipakai untuk menunjang penelitian ini adalah menggunakan metode overlay dengan software Sistem Informasi Geografi (SIG). Peneliti menggunakan metode overlay ini untuk mengetahui pemanfaatan ruang yang terinkonsistensi di Kecamatan Singkil sehiingga dapat diketahui bahwa seluas 16,35 ha atau 4% dari luas total Kecamatan Singkil merupakan pemanfaatan ruang yang terinkonsistensi, selanjutnya menghitung dan mencari tau jenis inkonsistensi yang ada dengan menggunakan peta tematik yang sudah didigitasi batasan-batasan inkonsistensinya perbedaan kenampakannya peta tematik menggunakan aplikasi berbasis SIG sehingga dapat diketahui berbagai macam jenis penggunaan lahan yang terinkonsistensi maupun yang masih konsisten terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Manado 2014-2013 yang ada di Kecamatan Singkil. Kata Kunci: Pemanfaatan Ruang, Inkonsistensi, Kecamatan Singkil, Kota Manado
EVALUASI PELAYANAN TRANSPORTASI BENTOR DI KOTA KOTAMOBAGU BERDASARKAN PERSEPSI PENGGUNA Karongkong, Hendriek H; Lintang, Tessa Viola Anastassya; Supardjo, Surijadi
SPASIAL Vol 3, No 3 (2016)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Angkutan umum memiliki peran dan fungsi sangat penting dalam mobilitas masyarakat untuk memenuhi pergerakannya. Dilihat dari sudut pengguna jasa, pada umumnya terdapat beberapa kebutuhan seperti, waktu perjalanan yang lebih pendek atau kecepatan perjalanan, fasilitas perpindahan yang lebih baik, waktu menunggu yang lebih pendek, kenyamanan, atau perlindungan terhadap cuaca yang lebih baik. Sesuai dengan tujuan penyediaannya, angkutan umum seharusnya bisa memberi pelayanan yang baik dan layak bagi penggunanya. Pada kenyataannya tujuan tersebut masih jauh dari harapan. Kualitas pelayanan angkutan Bentor di Kota Kotamobagu masih belum maksimal, oleh karena itu peningkatan pelayanan angkutan Bentor di Kota Kotamobagu perlu dilaksanakan untuk melayani kebutuhan pergerakan penumpang. Ketidakmampuan angkutan Bentor di Kota Kotamobagu memberi pelayanan maksimal kepada masyarakat membuat Bentor di Kota Kotamobagu tidak mampu menunjukkan fungsinya sebagai angkutan Kota yang mampu melayani penumpang dengan pelayanan maksimal. Oleh karena itu, perlu diketahui tingkat kinerja pelayanan angkutan Bentor di Kota Kotamobagu berdasarkan persepsi masyarakat di Kota Kotamobagu. Hasil dari evaluasi ini menunjukkan bahwa, kinerja pelayanan angkutan Bentor di Kota Kotamobagu pada empat Kecamatan di Kota Kotamobagu berdasarkan persepsi pengguna sudah cukup memuaskan. Walaupun ada beberapa kinerja pelayanan yang dirasa masih belum memuaskan pengguna. Adapun kinerja yang paling banyak dikeluhkan pengguna sebagai kinerja yang paling buruk adalah tingkat keamanan, kriminalitas serta tarif bentor yang tidak sesuai dengan jarak tempuh. Oleh karena itu, beberapa solusi yang menjadi rekomendasi dari hasil penelitian ini antara lain perlu adanya perubahan model (modifikasi) dimana saat ini penumpang berada tepat di depaan sopir, sementara hal utama yang harus di perhatikan pada sebuah transportasi umum adalah keselamatan penumpang, sehingga penumpang harus terletak di belakang pengemudi. Dengan demikian dari segi kenyamanan dan keamanan lebih bisa di nikmati oleh para pengguna jasa transportasi. Selain itu harus ada penetapan tarif yang pasti dari pemerintah terkait. Kata kunci: angkutan Bentor, Kendaraan Roda Tiga, kinerja pelayanan, dan evaluasi
ANALISIS TINGKAT KEKUMUHAN KAWASAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KOTAMOBAGU TIMUR Wiarni, Suci; Mononimbar, Windy; Supardjo, Surijadi
SPASIAL Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan wilayah kota yang dinamis membawa berbagai macam dampak bagi pola kehidupan masyarakat kota itu sendiri, antara lain peningkatan kebutuhan kawasan permukiman. Akibat tingkat urbanisasi yang tinggi menjadikan kawasan permukiman semakin padat hingga membentuk lingkungan permukiman kumuh. Kota Kotamobagu merupakan salah satu kota di Provinsi Sulawesi Utara yang juga memiliki permukiman kumuh. Salah satu kawasan permukiman kumuh terdapat di Kecamatan kotamobagu Timur. Kawasan permukiman di Kecamatan Kotamobagu Timur memiliki permasalahan-permasalahan yang harusnya tidak dimiliki oleh kawasan permukiman, antara lain adanya kepadatan bangunan, kondisi permukiman yang tidak teratur, kurangnya sarana pendukung atau fasilitasnya yang kurang memadai. Tujuan dalam penelitian ini adalah Menganalisis tingkat kekumuhan kawasan permukiman di Kecamatan Kotamobagu Timur. Penelitian ini berlokasi di Kelurahan Kotobangon Kecamatan Kotamobagu Timur. Metode yang digunakan adalah metode analisis skoring dan analisis deskriptif untuk menghasilkan penilaian tingkat kekumuhan kawasan permukiman di Kecamatan Kotamobagu Timur. Berdasarkan hasil analisis menunjukan dari 7 kriteria kondisi fisik didalamnya yaitu kondisi bangunan, kondisi jalan, kondisi drainase, kondisi air minum, kondisi air limbah, kondisi persampahan dan kondisi proteksi kebakaran pada lokasi penelitian dikategorikan menjadi kumuh ringan.Kata Kunci :Kawasan Kumuh, Permukiman, Kondisi Fisik
BUKIT INSPIRASI CONVENTION CENTER DI TOMOHON. Arsitektur Metabolisme. Losu, Merel M.; Kapugu, Herry; Supardjo, Surijadi
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 6, No 1 (2017): Volume 6 No.1 Mei 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

MICE merupakan salah satu kegiatan kepariwisataan yang menguntungkan karena  industry MICE ini merupakan industri yang kompleks dan melibatkan banyak pihak. Kota Tomohon merupakan Kota yang sedang tahap pengembangan. Sehingga dengan adanya gedung Bukit Inspirasi Convention Center ini bisa menampung lebih banyak peserta dari gedung sebelumnya yaitu Auditorium Bukit Inspirasi yang hanya menampung peserta diatas 500 orang. Dan bisa mencakup adanya kegiatan seperti konvensi, meeting, seminar, exhibition dan wedding.Kajian diawali dengan mempelajari tentang Convention Center, standar-standar perancangan dan perencanaan bangunan Convention Center, pengertian dan ciri-ciri Arsitektur Metabolisme, serta studi banding beberapa Convention Center yang telah ada. Dilakukan juga tinjauan mengenai Kota Tomohon. Pendekatan perancangan arsitektural dilakukan dengan konsep Arsitektur Metabolisme. Selain itu dilakukan pendekatan fungsional, kinerja, teknis, dan kontekstual.Sebagai kesimpulan, program ruang sangat diperlukan, serta gambar-gambar 2 dimensi dan 3 dimensi sebagai ilustrasi desain. Kata kunci : Convention Center, MICE, Tomohon, Arsitektur Metabolisme
APLIKASI ARSITEKTUR BIOMORFIK DALAM RANCANGAN ARSITEKTUR Supardjo, Surijadi
MEDIA MATRASAIN Vol 11, No 1 (2014)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakAnalogi arsitektur biomorfik diartikan bahwa arsitektur sebagai makhluk hidup atau arsitektur itu hidup. Jika arsitektur itu hidup maka arsitektur mengalami metabolisme yaitu tumbuh dan berkembang. Hal ini merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Pertumbuhan dan perkembangan sebuah hasil karya arsitektur bisa direncanakan. Gagasan pertumbuhan tersebut bisa dilakukan secara vertikal atau horisontal. Jika perkembangan karya arsitektur tersebut tidak direncanakan maka perkembangannya bisa secara sporadis yaitu tidak beraturan. Bangunan adalah suatu proses biologis, bangunan bukan suatu proses estetika.Teori Arsitektur yang berdasarkan analogi biologis ada dua bentuk. Pertama yang bersifat umum, terpusat pada hubungan antara bagian-bagian bangunan atau antara bangunan dengan penempatannya / penataannya, seperti konsep Frank Lloyd Wright dengan Arsitektur Organis-nya. Yang kedua, yang bersifat khusus, terpusat pada pertumbuhan proses-proses dan kemampuan gerakan yang berhubungan dengan organisme.Arsitektur Biomorfik kurang terfokus terhadap hubungan antara bangunan dan lingkungan dari pada terhadap proses proses dinamik yang berhubungan denganpertumbuhan dan perubahan organisme. Biomorfik arsitektur berkemampuan untuk berkembang dan tumbuh melalui : perluasan,penggandaan, pemisahan, regenerasi dan perbanyakan. Contoh : kota yang dapat dimakan (Rudolf Doernach), struktur pneumatik yang bersel banyak (Fisher, Conolly, Neumark, dll).Kata Kunci : Analogi, Biomorfik, Arsitektur
EKSPRESIONISME SEBAGAI PENDEKATAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Supardjo, Surijadi
MEDIA MATRASAIN Vol 9, No 1 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ekspresionisme sebagai aliran dalam seni memiliki paham: “Art is an expression of human feeling” atau seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia. Aliran ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni. Perintis aliran ini Benedeto Croce (1866-1952) menyatakan:  “Art is expression of impression” atau seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan, yaitu sebagai aliran yang berusaha melukiskan aktualitas yang sudah didistorsikan kearah suasana emosional seniman seperti kesedihan, kekerasan, atau tekanan batin yang berat. Pelukisan obyek secara ekspresionis mengizinkan baik bentuk maupun warnanya diubah sehingga menunjang suasana yang dimaksudkan, dari pada menurut realitas yang semestinya. Arsitektur ekspresionisme merupakan gerakan untuk mencapai cita-cita yang kompleks. Yang dicirikan sebagai irasional, emosional, antropomorfik, romantik dan monumental. Gerakan ini kerap diyakini sebagai ide ruang, dimana bagian-bagian utama dari komposisi arsitektural biasanya terdiri dari masa bangunan yang sifatnya sentral, dominan dan menjulang. Kata kunci: Ekspresi,  Emosional, Irasional.
FASILITAS EKSIBISI PRODUK KELAUTAN DI BITUNG ‘EXOTIC IN ARCHITECTURE’ Illa, Chrisanto; Supardjo, Surijadi; Lahamendu, Verry
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 5, No 1 (2016): Volume 5 No.1 Mei 2016
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dikenal dengan sebutan “Kota Cakalang” karena Bitung memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat besar sehingga menjadikan sektor ini sebagai primadona dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan potensi laut kota Bitung yang begitu melimpah, maka Visi dan Misi Misi Pemerintah Kota Bitung serta Kementerian Kelautan dan Perikanan adalah “Bitung penghasil Tuna  terbesar 2016 di Indonesia" dengan misi "Mensejahterahkan masyarakat Kelatutan dan Perikanan kota Bitung". Pemikiran dan persepsi tentang apa yang dihasilkan dari industri-industri yang ada masih menjadi sebuah 'rahasia' masyarakat lokal-bahkan non lokal. 'Fasilitas Eksebisi Produk Kelautan di Bitung' adalah suatu perancangan bangunan yang memamerkan produk-produk industry dan non industry yang dihasilkan dari laut kota Bitung, bahkan produk-produk yang berkaitan dengan kelautan itu sendiri. 'Fasilitas Eksebisi Produk Kelautan di Bitung' bukan hanya menjadi  sebuah produk perancangan, tapi berbicara tentang objek perancangan,  yang menunjukan jati Kota Bitung. 'Exotic in Architecture' atau ke-eksotisan dalam merancangan sebuah objek fasilitas yang mewakili makna - makna arsitektur lokal setempat. Sebuah objek pertanyaan dan persepsi masyarakat yang muncul tentang apa yang dihasilkan dari perairan kota Bitung dan apa saja yang di dalamnya.[1] Kata kunci: Kota Cakalang, Fasilitas Eksebisi, Exotic in Architecture [1] Mahasiswa S1 Program Studi Arsitektur Universitas Sam Ratulangi 2 Staf Pengajar Arsitektur Universitas Sam Ratulangi 3 Staf Pengajar Arsitektur Universitas Sam Ratulangi
KARAKTERISTIK ADAPTASI STRUKTURAL MENURUT TINGKAT KERENTANAN BENCANA BANJIR DI PERMUKIMAN SEPANJANG BANTARAN SUNGAI SAWANGAN KOTA MANADO Pemani, Ingrith; Warouw, Fela; Supardjo, Surijadi
SPASIAL Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bencana hidrometeorologi (banjir dan tanah longsor) merupakan bencana yang paling sering terjadi. Kota Manado termasuk dalam daerah rawan banjir dikarenakan banyaknya sungai yang mengalir di Kota Manado, salah satunya Sungai Sawangan. Permukiman di sepanjang bantaran sungai sawangan menjadi rawan dan rentan terhadap bencana banjir. Pada kawasan rawan bencana masih dapat dibangun hanya perlu melakukan adaptasi bangunan atau lingkungan, maka dari itu salah satu tujuan penelitian ini yaitu melihat karakteristik adaptasi struktural yang sudah dilakukan masyarakat berdasarkan tingkat kerentanan dan kerawanan. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan deskriptif, dengan tahap yaitu analisis spasial dan skoring kemudian analisis statistik deskriptif. Hasil analisis diperoleh hasil bahwa tingkat kerawanan ditemukan tiga tingkat pada wilayah penelitian yaitu sangat rawan, rawan, dan tidak rawan. Tingkat kerentanan ditemukan tingkat kerentanan tinggi pada 3 wilayah Kelurahan, kerentanan sedang pada 4 wilayah Kelurahan, dan kerentanan rendah pada 2 wilayah Kelurahan. Karakteristik adaptasi struktural bangunan ditemukan bahwa rata-rata : jenis bangunan tembok, ketinggian lantai dasar bangunan 0-100 cm, jumlah lantai bangunan 1 lantai, untuk fungsi bangunan 2 lantai : lantai bawah dan atas sebagai aktivitas sehari-hari, dan orientasi bangunan membelakangi sungai. Tanggul terdapat pada beberapa lingkungan pada tingkat kerentanan tinggi dan sedang, sedangkan pada tingkat kerentanan rendah tidak terdapat tanggul. Vegetasi terdapat pada semua lingkungan pada tingkat kerentanan tinggi dan rendah, sedangkan pada tingkat kerentanan sedang hanya terdapat pada beberapa lingkungan.Kata Kunci: Adaptasi Struktural, Kerentanan, Kerawanan, Sungai Sawangan
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN (STUDI KASUS: KECAMATAN AMURANG TIMUR, KECAMATAN AMURANG, DAN KECAMATAN AMURANG BARAT) Minggu, Jeanette S.; Poluan, Roosje J.; Supardjo, Surijadi
SPASIAL Vol 6, No 3 (2019)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang secara tegas mengamanatkan bahwa setiap penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah harus memperhatikan daya dukung lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Oleh sebab itu, pemanfaatan lahan di Amurang Raya sebagai ibu kota Kabupaten Minahasa Selatan harus diatur dengan baik sehingga sesuai dengan rencana tata ruang, sesuai dengan daya tampung lahan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan klasifikasi kemampuan dan menganalisis kesesuaian lahan di Kecamatan Amurang Timur, Kecamatan Amurang, dan Kecamatan Amurang Barat atau Amurang Raya. Penentuan kemampuan dan kesesuaian lahan mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Fisik dan Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang. Data-data yang dibutuhkan adalah data sekunder yang diperoleh melalui survei instansional serta data primer dari survei lapangan sebagai penguat data sekunder. Metode penelitian menggunakan dua teknik analisis yang diawali analisis skoring untuk memberikan skor pada tiap parameter sesuai dengan kondisi parameter dan selanjutnya analisis overlay untuk mengetahui total skor yang nantinya digunakan dalam penentuan zona klasifikasi kemampuan lahan dan untuk mengetahui kesesuaian lahan. Dari rangkaian analisis yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa terdapat 5 kelas kemampuan lahan di Amurang Raya didominasi kemampuan pengembangan rendah (kelas b) 72%. Untuk kesesuaian lahan permukiman, terdapat 4 kategori yaitu lahan sesuai A seluas 617,44 ha, lahan sesuai B seluas 3.719,63 ha, lahan tidak sesuai A seluas 25.054,53 ha, dan lahan tidak sesuai B seluas 54,90 ha. Untuk kesesuaian lahan pertanian, terdapat 4 kategori yaitu kawasan lindung seluas 762,78 ha, kawasan penyangga seluas 10,86 ha, tanaman setahun seluas 379,04 ha dan tanaman tahunan seluas 1.250,13 ha.Kata Kunci: Kemampuan lahan, kesesuaian lahan, Amurang.