Verry Lahamendu, Verry
Unknown Affiliation

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Kajian Pengembangan Ekowisata Bahari Berbasis Pengelolaan DPL Desa Bahoi di Likupang Barat Muliya, Umi; Mononimbar, Windy; Lahamendu, Verry
SPASIAL Vol 3, No 1 (2016)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Desa Bahoi yang terletak di Kabupaten Minahasa Utara Kecamatan Likupang Barat memiliki potensi ekowisata bahari yang sangat menarik karena di samping memiliki kawasan mangrove yang sangat luas juga memiliki kawasan pantai berpasir putih dan terumbu karang yang sangat indah. Sehingga daerah ini sangat berpotensi untuk pengembangan ekowisata bahari sebagai salah satu destinasi wisata di provinsi Sulawesi Utara selain Taman Nasional Bunaken. Meskipun desa Bahoi memiliki potensi yang besar, namun masih terdapat beberapa masalah yang mempengaruhi pengembangan potensi wilayah tersebut dan salah satunya adalah belum adanya dukungan yang maksimal dari pemerintah dalam menyediakan fasilitas penunjang ekowisata yang sesuai dengan prinsip pembangunan ekowisata. Selama ini pengembangan ekowisata bahari hanya dilakukan oleh NGO, Dinas Kelautan dan Perikanan dan Dinas Pariwisata yang belum secara komprehensif menerapkan konsep ekowisata bahari karena kurangnya koordinasi. . Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi dan masalah terkait pengembangan ekowisata bahari berbasis pengelolaan Daerah Perlindungan Laut (DPL)  Desa Bahoi di Likupang Barat serta menganalis konsep-konsep pengembangan ekowsiata dengan melihat potensi, kelemahan, tantangan dan ancaman yang terdapat di daerah perlindungan laut Desa Bahoi dengan menggunakan menggunakan metode penelitian kulitatif dan kuantitatif kemudian dilakukan analisis SWOT sehingga didapatkan konsep pengembangan ekowisata bahari berbasis DPL. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka terdapat beberapa konsep pengembangan ekowisata bahari yaitu Standar Operasional Prosedur (SOP) ekowisata diperdeskan, Peta zonasi dan fasilitas penunjang yang sesuai dengan prinsip dan kriteria ekowisata. Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulanbahwa Desa Bahoi memiliki potensi yang sangat besar terutama pada keanekaragaman ekosistem daerah perlindungan laut sehingga perlu di buat Standar Operasional Prosedur ekowisata yang mengatur manajemen ekowisata, pembatasan jumlah pengunjung, dan ketentuan-ketentuan dalam berekowisata baik sebagai pengunjung maupun sebagai guide, membangun kemitraan dengan berbagai pihak dan meningkatkan koordinasi antar para stakeholder, serta mendorong masyarakat untuk berperan secara aktif baik dalam hal memanfaatkan energi alternatif sebagai salah satu atrasi wisata maupun dalam menjaga serta melestarikan berbagai potensi yang dimiliki Desa Bahoi agar desa ini dapat menjadi pintu gerbang dalam pengembangan ekowisata bahari di Kabupaten Minahasa Utara khususnya Sulawesi Utara.   Kata Kunci: Kajian pengembangan, ekowisata bahari, pengelolaan DPL, Desa Bahoi
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI SEKITAR DANAU TONDANO Sumaraw, Christo Andrizen; Tondobala, Linda; Lahamendu, Verry
SPASIAL Vol 3, No 1 (2016)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam pemanfaatan lahan kita harus melihat aspek kelestarian lingkungan. Saat ini pemanfaatan lahan yang tidak berorientasikan pembangunan berkelanjutan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan. Indonesia terkenal dengan kekayaan sumber daya alam dan budayanya yang beragam sehingga banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara melakukan perjalanan wisata untuk menikmati pemandangan alam indonesia dan keragaman budaya sebagai daya tarik wisata. Danau Tondano yang memiliki banyak potensi wisata, keadaannya harus menjadi perhatian kita bersama khususnya masyarakat penghuni di sekitar Danau Tondano dan DAS Tondano. Disamping itu keterlibatan pemerintah daerah dan provinsi yang menentukan kebijakan dan aturan pengembangan di sekitar Danau Tondano, haruslah mengutamakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan akan lingkungan agar terjadi keseimbangan antara pemenuhan ekonomi serta kelestarian akan lingkungan. Dengan kondisi Danau Tondano saat ini dan potensinya yang besar untuk pariwisata, lebih baik diarahkan pada pengembangan pariwisata yang berwawasan akan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi kondisi eksisting objek wisata yang ada di sekitar Danau Tondano dan menganalisis kesesuaian lahan untuk pengembangan ekowisata di pesisir Danau Tondano. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan analisis secara deskriptif. Data yang didapatkan kemudian di analisis menggunakan metode skoring untuk mendapatkan nilai kesesuaian lahan pengembangan ekowisata. Kesimpulan dari penelitian ini diketahui kawasan wisata yang ada di sekitar Danau Tondano bisa dikembangkan menjadi kawasan wisata yang berwawasan akan lingkungan dengan konsep ekowisata dan dalam pengembangannya harus memperhatikan aspek kelestarian lingkungan dan budaya serta pemberdayaan masyarakat lokal. Kata Kunci: Kesesuaian lahan, Pengembangan Ekowisata, Danau Tondano
PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN PASIR PANJANG KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG Djosari, Ayuningsih; Tungka, Aristotulus E.; Lahamendu, Verry
SPASIAL Vol 3, No 3 (2016)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seiring dengan pertumbuhan penduduk perkotaan yang amat pesat di kota Bitung, pada umumnya melampaui kemampuan penyediaan sarana dan prasarana perkotaan. Pulau lembeh merupakan pulau yang berada di kota Bitung, memiliki 7 Kelurahan yang salah satunya yaitu kelurahan Pasir Panjang. Era otonomi daerah sebagai implikasi dari berlakunya UU No. 32 tahun 2004, memberikan peluang bagi setiap Pemerintah Kabupaten/Kota untuk merencanakan dan mengelola pembangunan daerahnya sendiri, serta tuntutan bagi partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembangunan dan perencanaan, pelaksanaan, monitoring serta evaluasi. Masyarakat sebagai komponen utama dalam pembangunan prasarana dan sarana berbasis masyarakat mempunyai peranan penting dalam menunjang pembangunan infrastruktur daerah yang ditujukan untuk mengembangkan potensi lokal yang bersumber dari alam, sosial budaya ataupun ekonomi masyarakat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji ketersediaan Prasarana dan Sarana yang berbasis Masyarakat serta mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam setiap pembangunan dan Peran Pemerintah dalam mewujudkan Prasarana dan Sarana yang berkelanjutan.Metode Pengumpulan data menggunakan metode observasi secara langsung,wawancara dan dokumen data serta dokumen dari berbagai laporan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. Hasil penelitian menujukan bahwa di kelurahan Pasir Panjang Prasarana dan Sarana sudah cukup memadai. Pembangunan berbasis masyarakatpun telah diterapkan dan didukung penuh masyarakat dalam pelaksanaan maupun pemeliharaannya. Meskipun masih ada Prasarana umum yang sudah mulai rusak seperti Jarigan Drainase dan Sanitasi Umum. Masyarakat kelurahan Pasir Panjang begitu memiliki rasa Partisipatif yang tinggi dilihat dari peran serta mereka dalam setiap pebangunan Prasarana Dan Sarana Permukiman yang Berbasis Masyarakat dan Berkelanjutan. Kata Kunci : Partisipasi Masyarakat, Prasarana dan Sarana berbasis Masyarakat,Kota Bitung
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI PULAU LEMBEH (STUDI KASUS : KELURAHAN PAUDEAN, KELURAHAN PASIR PANJANG DAN KELURAHAN DORBOLAANG) Pratiwi, Ayansari Dina; Tungka, Aristotulus E; Lahamendu, Verry
SPASIAL Vol 4, No 3 (2017)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 11 Tahun 2013 tentang RTRW Kota Bitung Tahun 2013-2033 khususnya pasal 41 huruf a dan c menyatakan bahwa Kawasan suaka alam dan cagar budaya Kota Bitung meliputi kawasan Suaka Alam Laut Selat Lembeh dan kawasan pantai berhutan bakau di Kelurahan Lirang, Kelurahan Pintukota, Kelurahan Paudean, Kelurahan Dorbolaang, dan Kelurahan Pasir Panjang di Pulau Lembeh. Pemerintah Kota Bitung tidak hanya melihat potensi Pulau Lembeh sebagai kawasan lindung, tetapi juga berpotensi dibidang pariwisata yang tetap dalam konteks tidak merusak keberadaan kawasan lindung tersebut, sehingga jenis wisata yang cocok dikembangkan adalah ekowisata. Ekowisata adalah suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat dan pemerintah setempat. Wisata ini terletak pada beberapa tempat di Pulau Lembeh, salah satunya terdapat di Kelurahan Pasir Panjang Kecamatan Lembeh Selatan. Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan analisis statistik deskriptif, serta tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi potensi-potensi pengembangan kawasan ekowisata dan menganalis strategi pengembangannya di Kelurahan Paudean, Kelurahan Dorbolaang dan Kelurahan Pasir Panjang dengan menggunakan Analisis Daerah Operasi-Obyek Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) dan analisis berdasarkan hasil kuesioner dengan dua pendekatan yaitu pendekatan lingkungan dan pendekatan partisipasi dan pemberdayaan. Kemudian dalam menganalisis strategi pengembangannya digunakan analisis strategi berdasarkan kebijakan-kebijakan pemerintah khususnya Pemerintah Kota Bitung dan analisis SWOT. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan, melakukan wawancara, kuesioner dan telaah pustaka. Hasil analisis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan para pemangku kepentingan dalam mengembangkan kawasan ekowisata pada lokasi penelitian.Kata Kunci: Ekowisata, Strategi Pengembangan, Pulau Lembeh 
IDENTIFIKASI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KORIDOR JALAN TRANS SULAWESI DI AMURANG Tambajong, Josal; Mononimbar, Windy; Lahamendu, Verry
SPASIAL Vol 4, No 3 (2017)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggunaan lahan di suatu wilayah selalu terkait dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya. Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan semakin intensifnya aktivitas penduduk di suatu tempat berdampak pada meningkatnya perubahan penggunaan lahan. Salah satu ditunjukan yaitu perubahan di sepanjang koridor Jalan Trans Sulawesi di Amurang. Amurang termasuk salah satu kota yang berkembang dengan jumlah penduduk yang setiap harinya meningkat serta memiliki berbagai macam kegiatan perkotaan yang tidak sedikit yang menyebabkan kebutuhan akan ruang juga tidak sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan dan mengkaji  faktor – faktor apa yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan koridor Jalan Trans Sulawesi di Amurang. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan metode deskriptif dan menggunakan analisis SIG (Sistem Informasi Geografi). Perubahan penggunaan lahan koridor jalan Trans Sulawesi di Amurang meliputi perubahan luas lahan dan fungsi bangunan perubahan tersebut cenderung meningkat setiap tahunnya, yaitu perubahan dari lahan tidak terbangun menjadi lahan terbangun. Jenis perubahan fungsi yang terjadi yaitu perubahan fungsi dari tanah kosong menjadi perdagangan jasa, hunian menjadi perdagangan jasa, hunian menjadi perdagangan jasa sekaligus hunian, dan perdagangan jasa menjadi perdagangan jasa lainnya. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di Koridor Jalan Trans Sulawesi adalah penduduk, aksesibiltas, prasarana dan sarana, daya dukung lahan, ekonomi dan kebijakan pemerintah.Kata Kunci : Penggunaan lahan, Koridor
PENGEMBANGAN OBJEK WISATA BAHARI DI LIKUPANG TIMUR (STUDI KASUS : PANTAI PULISAN) Thaib, Koesmayadi H; Supardjo, Suryadi; Lahamendu, Verry
SPASIAL Vol 4, No 3 (2017)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Desa Pulisan merupakan salah satu destinasi wisata yang sangat potensial di kembangkan yang terletak di Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara. Di desa ini terdapat beberapa objek wisata menarik seperti pantai, goa dan terumbu karang bawah laut. Sehingga menarik banyak wisatawan baik domestik maupun wisatawan asing datang berkunjung ke desa ini. Namun akses menuju ke desa ini masih belum memadai karena kondisi infrastruktur jalan yang masih belum diperbaiki. Di tambah pula sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang pariwisata lainnya belum tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi–potensi wisata yang ada di desa Pulisan, kemudian membuat strategi pengembangannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis SWOT dengan dengan menggunakan matriks IFAS dan EFAS dan matriks SWOT. Matriks SWOT menunjukkan arahan dan strategi pengembangan potensi objek wisata Pantai Pulisan.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa objek wisata yang ada di Desa Pulisan sangat berpeluang untuk dikembangkan sebagai salah satu objek wisata yang ada di Kabupaten Minahasa Utara hal tersebut dilihat dari hasil analisis Strength (Kekuatan) yaitu Desa Pulisan memiliki pantai dengan daya tarik flora dan fauna yang indah, pemandangan laut yang masih alami dan pasir putih yang asri serta keindahan terumbu karang bawah laut yang tak kalah menariknya dengan Taman Laut Bunaken. Sedangkan Opportunities (peluang) dengan dikembangkannya objek wisata ini dapat membuka lapangan pekerjaan untuk masyakarat sekitar dan  menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Minahasa Utara. Kata Kunci: Pengembangan, Wisata, Bahari, Desa Pulisan
KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KAWASAN KAKI GUNUNG DUA SUDARA Rachmah, Zazilatur; Rengkung, Michael M; Lahamendu, Verry
SPASIAL Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Bitung terdiri dari wilayah daratan yang berada di kaki Gunung Dua Sudara, memiliki perkembangan yang cepat karena terdapat pelabuhan laut yang mendorong percepatan pembangunan. Permasalahan pengembangan dan pertambahan penduduk yang semakin pesat tiap tahunnya memberikan dampak pada peningkatan kebutuhan lahan untuk sarana permukiman. Keterbatasan lahan akan permukiman yang mengakibatkan banyak pembangunan tempat tinggal di dirikan di lokasi yang tidak sesuai dengan peruntukan yang ada, seperti kawasan rawan bencan longsor karena membangun permukiman di daerah berbukit dibawah kaki gunung yang merupakan salah satu lokasi yang tidak sesuai untuk permukiman. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah apakah lahan permukiman eksisting di lokasi penelitian sudah sesuai dengan kemampuan lahan. Lokasi penelitian yang diambil hanya berada di Kecamatan Madidir Kota Bitung. Tujuan Penelitian ini adalah Mengidentifikasi kondisi eksisting penggunaan lahan permukiman di kawasan kaki gunung Duasudara kecamatan Madidir dan Menganalis kesesuaian lahan permukiman yang ada di kawasan kaki gunung Duasudara kecamatan Madidir. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan analisis spasial dengan bantuan alat analisis SIG (Sistem Informasi Geografi) dan analisis skoring. Berdasarkan hasil studi, didapat 2 hal yaitu; Perluasan perubahan Lahan permukiman yang di lihat dari tahun 2006-2016 tersebut mengalami peningkatan seluas 278.33ha atau 14.78%, sedangkan untuk hasil analisis overlay kesesuaian lahan permukiman eksisting di dapat dua kategori lahan yaitu lahan sesuai dan lahan sesuai bersyarat. Untuk lahan sesuai seluas 327.36ha atau 80.13% dari luas wilayah lahan sesuai dan untuk lahan sesuai bersyarat seluas 262.94ha atau 64.36% dari luas wilayah lahan sesuai bersyarat. Kata Kunci : Kesesuaian Lahan, Permukiman, Sistem Informasi Geografi.
ANALISIS MORFOLOGI KOTA DI KECAMATAN MALALAYANG Panduu, Rocky Radinal; Warouw, Fela; Lahamendu, Verry
SPASIAL Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Suatu kota dalam perkembangannya memiliki karakteristik bentuk yang disebut morfologi kota. Morfologi kota terbentuk karena adanya interaksi baik secara spasial maupun kegiatan masyarakat. Morfologi kota di kecamatan Malalayang mengalami perubahan, dimana aspek-aspek tersebut adalah penggunaan lahan yang semakin meningkat berbanding terbalik dengan ketersediaan lahan yang semakin berkurang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis 3 (tiga) komponen morfologi kota di kecamatan Malalayang dengan menggunakan metodologi kualitatif melalui analisis spasial. Analisis spasial ini dilakukan untuk melihat perubahan penggunaan lahan di kecamatan Malalayang periode tahun 2004, 2009, dan 2016 dengan meninjau 3 komponen morfologi kota yaitu pola plot bangunan, pola jaringan jalan dan sistem bangunan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perubahan morfologi kota kecamatan Malalayang didominasi oleh lahan yang tidak terbangun seperti perkebunan dan tanah kosong menjadi perumahan baru dan pola jaringan jalan baru. Perubahan inilah yang membentuk morfologi kota kecamatan Malalayang berbentuk kipas (fan shaped cities). Kata Kunci: Morfologi Kota, Kecamatan Malalayang
PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN PERKOTAAN BERDASARKAN FUNGSI KAWASAN Misa, Dirk P. P; Moniaga, Ingerid L; Lahamendu, Verry
SPASIAL Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan penggunaan lahan di kecamatan airmadidi terus mengalami peningkatan khususnya di kawasan perkotaan. Hal ini terlihat dari perubahan penggunaan  lahan yang signifikan. Penggunaan lahan di kawasan perkotaan tersebut, cenderung mengalami perubahan fungsi kawasan dari ruang hijau pada kawasan hutan lindung dan resapan air, menjadi kawasan terbangun. Dampak yang terjadi akibat ketidaksesuaian penggunaan lahan berdasarkan fungsi kawasan, mengakibatkan daya dukung lahan dan kelestarian lingkungan hidup di masa yang akan datang mengalami gangguan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kesesuaian penggunaan lahan berdasarkan fungsi kawasan, di kawasan perkotaan kecamatan Airmadidi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan analisis spasial/keruangan. Data yang diperoleh diolah menggunakan bantuan perangkat lunak/software Arcmap 10.3. Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan, penggunaan lahan di kawasan perkotaan kecamatan Airmadidi, terbagi atas sembilan jenis penggunaan lahan yaitu permukiman, pemerintahan, pariwisata, perindustrian, hutan, semak/belukar, pertanian campur semak, pertanian lahan kering, dan sawah. Hasil kesesuaian penggunaan lahan eksisting terhadap  fungsi kawasan berdasarkan rencana pola ruang kecamatan airmadidi yaitu, sebesar 3775.98 Ha atau 96.80% dari total luas wilayah, dan penggunaan lahan yang tidak sesuai adalah sebesar 124.77 Ha atau 3.20% dari total luas wilayah. Kata Kunci : Penggunaan Lahan, Kawasan Perkotaan, Fungsi Kawasan
IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN KAWASAN BANTARAN SUNGAI AMPERA KELURAHAN KAIBUS KABUPATEN SORONG SELATAN Koterisa, Jekson; Mononimbar, Windy J.; Lahamendu, Verry
SPASIAL Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Permasalahan permukiman kumuh menjadi salah satu isu utama pembangunan perkotaan yang cukup menjadi polemik, karena upaya penanganan yang sebenarnya dari waktu kewaktu sudah dilakukan berbanding lurus dengan terus berkembangnya kawasan kumuhdan munculnya kawasan-kawasan kumuh baru.Kondisi seperti ini juga terjadi di Kabupaten Sorong Selatan, terutama permukiman di sekitar kawasan bantaran Sungai Ampera tepatnya sekitar Jl.Brawijaya Kelurahan Kaibus.Secara fisik permasalahan yang muncul di Permukiman Sekitar bantaran sungai Ampera Kelurahan Kaibus Kabupaten Sorong Selatan adalah merebaknya hunian dengan kondisi semi permanen yang terletak pada area bantaranSungai Ampera.Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kondisi kawasan permukiman kumuh serta mengukur  tingkat kekumuhan di kawasan permukiman bantaran sungai Ampera.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif menelah pembobotan skoring nilai. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat kekumuhan di kawasan bantaran sungai Ampera adalah kumuh ringan. Hal ini terlihat dari kondisi fisik permukiman dimana terdapat bangunan yang tidak permanen atau tidak layak huni di beberapa titik pada II lingkungan, ketersedian MCK umum dengan kondisi yang kurang baik, kondisi jalan di beberapa titik pada II lingkungan yang kurang baik dan tidak memenuhi syarat, serta jaringan  drainase yang buruk tidak terlayani sarana dan prasaran drainase dan juga sarana dan prasaran proteksi kebakaran  tidak ada, serta tidak terlayani Ruang Terbuka Hijau di Kelurahan tersebut.Kata Kunci : Bantaran Sungai, Kelurahan Kaibus, Permukiman Kumuh