Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

MAKROZOOBENTOS YANG BERASOSIASI DENGAN PADANG LAMUN DIPERAIRAN PULAU BARRANG LOMPO, MAKASSAR, SULAWESI SELATAN Litaay, Magdalena; Priosambodo, Dody; Asmus, Harald; Saleh, Amrullah
BERITA BIOLOGI Vol 8, No 4 (2007)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (932.379 KB) | DOI: 10.14203/beritabiologi.v8i4.2120

Abstract

A study on community structure of macrozoobenthos was conducted in the vicinity of seagrass beds Barrang Lompo Island Waters,Makassar. The aim of this study was to investigate species composition, density of macrozoobenthos in the area.Total of 27 species macrozoobenthos were identified during this study.Modiolus micropterus is the most dominant species with density of 542 individu/m .The highest diversity index was found in southeast side (2.38) while northeast side has diversity index only 0.70. Macrozoobentos composition in both station were different with similarity index of 21%.
Sebaran Spasial Komunitas Lamun di Pulau Bone Batang Sulawesi Selatan Priosambodo, Dody
Sainsmat : Jurnal Ilmiah Ilmu Pengetahuan Alam Vol 3, No 2 (2014): September
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (520.467 KB) | DOI: 10.35580/sainsmat3211242014

Abstract

Penelitian mengenai sebaran spasial komunitas lamun dilakukan di pulau Bone Batang, Sulawesi Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh karakteristik habitat dan faktor lingkungan khususnya pada fauna yang hidup pada spesies lamun dan sebaran spasialnya. Data kepadatan lamun diperoleh dari 8 stasiun disekitar pulau. Komposisi spesies lamun pada kawasan terumbu karang diamati dengan metode Tarp. Melalui persamaan Bay-Curtis dan analisis n-MDS, hasil menunjukkan bahwa komposisi lamun dari stasiun yang ada pada pulau Bone Batang terdiri atas spesies yang sama dengan Indeks kesamaan lebih dari 75% kecuali pada stasiun 2 dan 3. Komposisi lamun dibagi dalam 3 kelompok. Analisis korespondensi menunjukkan bahwa sebaran spasial dari stasiun berbeda dan dipengaruhi oleh karakteristik habitat. Thalassia hemprichii mendominasi stasiun 1, 3, 7, 8 sementara Cymodea rotundata mendominasi stasiun 2, 5, 6. Spesies perintis contohnya Halodule uninervis dan Halophila ovalis mendominasi stasiun 3 dan 4. Spesies lamun terbesar Enhalus acoroides mendominasi stasiun 7 dan 8. Sebaran spasial dan komposisi spesies juga menunjukkan bahwa padang lamun di Bone Batang dalam tahap dewasa. Fauna yang hidup di padang lamun Bone Batang melimpah dan didominasi spesies liang. Dapat disimpulkan, bahwa campuran komunitas lamun dengan beragam spesies lamun dan dipengaruhi oleh karakteristik habitat dan fauna yang hidup di dalamnya.Kata kunci: Sebaran Spasial, Lamun, Asosiasi Fauna, Sulawesi Selatan
PENAMPAKAN DUYUNG (DUGONG SIGHTING) DI KEPULAUAN SPERMONDE SULAWESI SELATAN Dody Priosambodo; Nadiarti Nurdin; Khairul Amri; Yusran Nurdin Massa; Amrullah Saleh
Jurnal Ilmu Kelautan SPERMONDE VOLUME 3 NOMOR 1, 2017
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jiks.v3i1.2118

Abstract

Dugong is the only herbivory mammals in the sea and mainly feed on seagrasses. Population of dugong tends to decrease in all ofits range as an impact from hunting, fishing activities and habitat degradation. In South Sulawesi-Indonesia, recent informationabout dugong population is unknown due to limited observation. Last dugong existence reported from Barranglompo Island in1991. This research aim to reveal the existence of dugong in Spermonde Archipelago. Result of this study showed from 1992to 2017, only 6 individu of dugong were observed. In 2006, one live dugong accidentally found roaming near Samalona Island.This encounter was successfully recorded by video camera. Four years later, one dead dugong found trapped in fishing net nearLantangpeo village, Tanakeke Island and sold to local fishermen for consumed. In 2014, one dugong grazing track was alsofound in Tanakeke Island near Balandatu Village. Information from 2016, reported two dugongs in seagrass meadow aroundPuntondo and Laikang Bay. Last report on 31 January 2017, showedone decomposed body from young dugong stranded inBarranglompo Island. The death cause remaining unknown. From interview with some witnesses and local fishermen, dugongaccidentaly found trapped, drown and dead in fishing net that set up around seagrass meadow. Captured dugong will on sale andslaughtered for its meat.With only once encountered alive in 25 years (which recorded by video camera), it can be concludedthat dugong population in Spermonde archipelago were extremely rare, heavily threatened and facing extinction.Keywords: dugong, sighting, Spermonde Archipelago, South Sulawesi
PENUTUPAN KARANG DI PULAU BARANGLOMPO DAN PULAU BONE BATANG BERDASARKAN METODE REEF CHECK Ilham Ilham; Magdalena Litaay; Dody Priosambodo; Willem Moka
Jurnal Ilmu Kelautan SPERMONDE VOLUME 3 NOMOR 1, 2017
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jiks.v3i1.2123

Abstract

The Research on “Coral Coverage in Baranglompo Island and Bone Batang Island Based on Reef Check Method” was conductedin April 2016. The aims of this study was to determine and to compare the condition of reefs in Baranglompo and Bone BatangIslands based on the percentage of life coral cover by using Reef Check methods. This study also aims to determine whichfactors that most affect the percentage of coral cover on each island i.e: abiotic factors (temperature, salinity and substrate inthe form of rock, rubble, sand, silt/clay); biotic factors (soft coral, recent killed coral, algae, sponges, fish and invertebratesassociate) and anthropogenic factors (garbage, ilegal fishing/bombs, stun, anchors, nets) were also investigated. Percentage oflife coral cover obtained by Line Intercept Transect (LIT) along 100 meters at a depth of 3 meters and 10 meters. The resultsshowed that the condition of coral reefs in Baranglompo was classified as moderate with an average percentage coral coverageof 42% at a depth of 3 meters and 27% at a depth of 10 meters. While the condition of coral reefs in Pulau Bone Batang wasrelatively good with average coral cover of 51% at 3 meters depth and moderate with average coral cover of 39% at 10 metersdepth. Condition of coral reefs in Bone Batang is better than Baranglompo islands. Anthropogenic impacts in the form of wasteis the most influential factor on coral cover on the island Baranglompo. Whereas fishing activities by using dinamite are thefactors that most influence on coral cover on the island of Bone Batang.Keywords: Coral coverage, Baranglompo island, Bone Batang island, Reef Check
SPESIES TUMBUHAN ASLI, INTRODUKSI DAN INVASIF DI PULAU BARRANGCADDI SULAWESI SELATAN Dody Priosambodo; Khairul Amri; Mahatma Lanuru
Jurnal Ilmu Kelautan SPERMONDE VOLUME 5 NOMOR 1, 2019
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jiks.v5i1.7036

Abstract

Penelitian tentang inventarisasi spesies tumbuhan di pulau Barrangcaddi yang berpenduduk padat telah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan asli, tumbuhan introduksi dan tumbuhan invasif di Pulau Barrangcaddi. Kegiatan sampling dilakukan dengan metode purposive sampling. Data diambil dengan mencatat semua spesies tumbuhan yang ditemukan selama penjelajahan di pulau Barrangcaddi. Seluruh sampel di foto. Sampel tumbuhan yang tidak diketahui namanya, di ambil bagian-bagiannya, kemudian dikoleksi dan diidentifikasi di laboratorium Ilmu Lingkungan dan Kelautan, Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin. Identifikasi sampel menggunakan buku: An Annotated Check-List of The Vascular Plants of The South China Sea and Its Shores oleh Turner et al. (2000) dan Mangrove Guidebook for Southeast Asia oleh Wim Giesen et al. (2007) untuk spesies hutan pantai; Tropical flowering plants: a guide to identification and cultivation oleh Kirsten Albrecht Llamas (2003) untuk spesies tanaman hias dan tanaman budidaya/introduksi serta Nonnative Invasive Plants of Pacific Coast Forest. A Field Guide for Identification oleh Gray et al. (2011) dan Guide to The Naturalized and Invasive Plants of Southeast Asia oleh Arne Witt (2017) untuk spesies tumbuhan invasif. Dari hasil penelitian di pulau Barrangcaddi tercatat sebanyak 142 spesies tumbuhan dari 51 suku. Sebagian besar didominasi oleh tanaman hias dan budidaya (introduksi) dengan 103 spesies dari 42 suku diikuti spesies asli (native species) dengan jumlah 29 spesies dari 19 suku. Spesies invasif tercatat paling sedikit dengan jumlah 10 spesies dari 5 suku. Sebagian besar tutupan vegetasi dari spesies asli telah hilang akibat alih fungsi lahan menjadi permukiman.
MAKROZOOBENTOS YANG BERASOSIASI DENGAN PADANG LAMUN DIPERAIRAN PULAU BARRANG LOMPO, MAKASSAR, SULAWESI SELATAN Magdalena Litaay; Dody Priosambodo; Harald Asmus; Amrullah Saleh
BERITA BIOLOGI Vol 8, No 4 (2007)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/beritabiologi.v8i4.2120

Abstract

A study on community structure of macrozoobenthos was conducted in the vicinity of seagrass beds Barrang Lompo Island Waters,Makassar. The aim of this study was to investigate species composition, density of macrozoobenthos in the area.Total of 27 species macrozoobenthos were identified during this study.Modiolus micropterus is the most dominant species with density of 542 individu/m .The highest diversity index was found in southeast side (2.38) while northeast side has diversity index only 0.70. Macrozoobentos composition in both station were different with similarity index of 21%.
STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE ASOSIASI DI SEKITAR AREA TAMBAK DESA BALANDATU KEPULAUAN TANAKEKE KABUPATEN TAKALAR SULAWESI SELATAN Riska Annisa; Dody Priosambodo; Muhtadin Asnadi Salam; Slamet Santosa
BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR Vol. 2 No. 1 (2017)
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/bioma.v2i1.1496

Abstract

Penelitian tentang struktur komunitas mangrove asosiasi di sekitar area tambak telah dilakukan pada bulan Mei-Desember 2016 di Desa Balandatu Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis, kerapatan, frekuensi, penutupan, INP, SDR (Standard Dominance Rasio), dan penyebaran mangrove asosiasi di daerah tersebut, serta membandingkan struktur komunitas mangrove asosiasi di daerah tambak dan non tambak. Pengambilan dilakukan dengan metode purposive sampling menggunakan transek sabuk di daerah tambak dan transek kuadrat di daerah non tambak. Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif untuk mendapatkan nilai SDR (Standard Dominance Rasio). Data penyebaran spesies dihitung berdasarkan Indeks Morisita. Dari hasil pengambilan data diperoleh 36 spesies mangrove asosiasi dari 22 familia, terdiri dari 11 spesies (7 familia) di daerah tambak dan 26 spesies (19 familia) di daerah non tambak. Nilai SDR tertinggi dari 5 stasiun di daerah tambak terdapat di stasiun 1 ditemukan pada rumput Fimbristylis cymosa dengan nilai 100%, sedangkan di daerah non tambak nilai SDR tertinggi ditemukan di stasiun 3 pada semak Kirinyu Eupatorium odoratum dengan nilai 75,48 %.  Mangrove asosiasi umumnya memiliki pola penyebaran mengelompok. Dapat disimpulkan bahwa mangrove assosiasi di daerah non tambak dan tambak memiliki struktur komunitas berbeda dengan penyebaran mengelompok. Kata kunci: Struktur komunitas, mangrove asosiasi, Desa Balandatu, Tanakeke, Sulawesi Selatan
STRUKTUR KOMUNITAS ECHINODERMATA DI PADANG LAMUN PULAU TANAKEKE KABUPATEN TAKALAR SULAWESI SELATAN Febriyanti Angreni; Magdalena Litaay; Dody Priosambodo; Willeum Moka
BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR Vol. 2 No. 1 (2017)
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/bioma.v2i1.1966

Abstract

Penelitian tentang struktur komunitas Echinodermata di padang lamun perairan desa Balangdatu, Pulau Tanakeke kabupaten Takalar Sulawesi Selatan telah dilakukan pada bulan Oktober 2016 - Pebruari 2017. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas Echinodermata di padang lamun pulau Tanakeke. Pengambilan sampel dilakukan dengan  metode transek kombinasi plot dengan ukuran plot 2 x 2 meter pada tiga stasiun berbeda. Analisis data mencakup penghitungan nilai kepadatan, Indeks keanekaragaman dan Indeks penyebaran. Hasil penelitian  menunjukkan terdapat 11 spesies Echinodermata dari 7 suku. Kepadatan jenis tertinggi ditemukan pada Ophiocoma  erinaceus yaitu 7,85 ind/m2.  Indeks  keanekaragaman tergolong rendah menunjukkan kondisi lingkungan yang tertekan. Nilai Indeks penyebaran yang di seluruh stasiun lebih dari satu, menunjukkan bahwa pola penyebaran individu cenderung mengelompok.Kata kunci : struktur komunitas, echinodermata, padang lamun, tanakeke
GENERA KARANG KERAS DI PULAU BARRANG LOMPO DAN BONE BATANG BERDASARKAN METODE IDENTIFIKASI CORAL FINDER Wahyulfatwatul UAS; Magdalena Litaay; Dody Priosambodo; Willem Moka
BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR Vol. 2 No. 2 (2017)
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/bioma.v2i2.2854

Abstract

Penelitian tentang “Genera Karang Keras Di Pulau Barranglompo Dan Bonebatang Berdasarkan Metode Identifikasi Coral Finder” telah dilakukan pada bulan Januari hingga April 2016. Penelitian ini bertujuan mengetahui variasi genera karang keras yang ada di Pulau Barranglompo dan Pulau Bonebatang. Pengambilan data dilakukan dengan metode “Line Intercept Transect (LIT)”, di sisi selatan, barat dan utara masing – masing pada kedalaman 3 dan 10 m. Penentuan genera karang dilakukan berdasarkan metode identifikasi Coral Finder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kedalaman 3 m genera karang yang ditemukan di Pulau Bonebatang (31 genera) lebih banyak dibandingkan dengan Pulau Barranglompo (24 genera). Kondisi sebaliknya ditemukan pada pada kedalaman 10 m jumlah genera karang di Pulau Barranglompo (29 genera) lebih tinggi dibandingkan dengan Pulau Bonebatang (27 genera). Genera yang paling umum ditemukan pada kedalaman 3 m di Barranglompo yaitu Acropora, Fungia,dan Porites. Sedangkan di Pulau Bonebatang ditemukan pada genera Ctenactis, Fungia, Pachyseris danPorites. Pada kedalaman 10 m, genera karang yang paling dominan di Pulau Barranglompo adalah Acropora dan Fungia. Sedangkan di Pulau Bonebatang didominasi olehAcropora, Fungia, dan Seriatopora. Dampak antropogenik di Pulau Barranglompo didominasi oleh pembuangan sampah sedangkan Pulau Bonebatang dipengaruhi oleh aktifitas pengeboman ikan. Kata Kunci: Genera Karang, Coral Finder Pulau Barranglompo, Pulau Bonebatang, Spermonde.
Biodiversity and distribution of gastropods at seagrass meadow of Balangdatu waters Tanakeke Island South Sulawesi Indonesia Magdalena Litaay; Marwa Deviana; Dody Priosambodo
International Journal of Applied Biology Vol. 1 No. 2 (2017): International Journal of Applied Biology
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/ijab.v1i2.3134

Abstract

The research about the biodiversity of gastropod has been conducted in seagrass meadow of Balangdatu waters, Tanakeke Island, South Sulawesi. The research aims to assess the diversity of gastropod species in Balangdatu waters. Sampling was conducted using quadrate transect method systematically. Three replicates of transect were applied for each station. The result indicates there were 34 species of gastropods from 14 genera and 14 families were found. Diversity index from every station varies from 1,661 to 2, 899. These values range from low to moderate. The diversity, Evenness, and dominance indices showed that Balangdatu waters still in good condition and sustain habitat for gastropod.