Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

PENGEMBANGAN MODEL ANALISIS RELASI BAHASA DAN INTERNET BERBASIS PARADIGMA CMDA (COMPUTER MEDIATED DISCOURSE ANALYSIS) Saifullah, Aceng Ruhendi
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol 17, No 2 (2017): OKTOBER 2017
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/bs_jpbsp.v17i2.9655

Abstract

Dalam dekade terakhir, kajian tentang  relasi bahasa, media, dan teknologi komunikasi telah menjadi kajian lintas disiplin yang menarik  perhatian para ahli dari berbagai disiplin ilmu. Lebih khusus, dalam kaitannya dengan kajian wacana  di Internet, penggunaan bahasa di Internet  dipandang sebagai pertanda lahirnya “new genre” sekaligus sebagai the state of the art dalam kajian wacana, yang dikenal sebagai kajian computer mediated discourse analysis (CMDA).  Dalam konteks perkembangan itu, kajian ini dimaksudkan untuk merumuskan model  analisis relasi bahasa dan Internet berbasis CMDA. Pertanyaannya, “sejauh mana paradigma CMDA  dapat dirumuskan sebagai model pengembangan analisis relasi bahasa dan Internet. Kajian ini menemukan, bahwa ragam bahasa di Internet tidak sepenuhnya menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, akan tetapi cenderung menunjukkan ciri-ciri “ragam lisan yang dituliskan”. Di samping itu, ditemukan pula, bahwa konteks media dan konteks situasi komunikasi tampak berpengaruh secara signifikan dalam menentukan makna suatu tuturan di Internet.  Dengan demikian, paradigma CMDA dalam kajian wacana di Internet tampak relevan digunakan, terutama untuk mengindentifikasi ragam bahasa dan makna tuturan di Internet.Kata kunci: konteks media; konteks situasi komunikasi; Internet; computer mediated discourse analysis (CMDA)In the last decade, the study of language relations, media, and communications technology has become an interdisciplinary study that attracts the attention of experts from various disciplines. More specifically, in relation to the study of discourse on the Internet, the use of language on the Internet is seen as a sign of the birth of "new genre" as well as the state of the art in discourse studies, known as computer mediated discourse analysis (CMDA). In the context of this development, this study is intended to formulate models of analysis of language and Internet relationships based on CMDA. The question centers on the extent to which the CMDA paradigm can be formulated as a model for the development of language and Internet relation analysis. This study reveals that the variety of languages on the Internet does not fully show the characteristics of writing, but tends to show the characteristics of "written verbal". In addition, the analysis showed that the context of the media and the context of the communication situation seemed to have a significant effect on determining the meaning of a speech on the Internet. Thus, the CMDA paradigm in the study of discourse on the Internet seems relevant to use, especially to identify the variety of languages and meanings of speech on the Internet.Keywords: media context; context of communication situation; Internet; computer mediated discourse analysis (CMDA)
STRATEGI KAMPANYE RIDWAN KAMIL DALAM MEDIA INSTAGRAM Lestari, Fadhilah Juwita; Pebrianti, Shany; Syaifullah, Aceng Ruhendi
Fon : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 13, No 2 (2018): FON: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/fjpbsi.v13i2.1548

Abstract

Suasana politik di beberapa daerah di Indonesia semakin memanas menjelang Pilkada tahun 2018, tak terkecuali di Jawa Barat. Berbagai cara pun dilakukan oleh semua pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur demi meraih kemenangan. Tidak sedikit kampanye-kampanye hitam dan kata-kata tidak santun dilakukan untuk menjelek-jelekan pasangan calon lawan. Ridwan Kamil merupakan salah satu calon gubernur Jawa Barat yang memiliki elektabilitas yang cukup tinggi di Jawa Barat. Mengacu pada hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui strategi kampanye yang dilakukan oleh Ridwan Kamil ditinjau dari sudut pandang linguistik. Makalah ini akan membongkar strategi tindak tutur, kesantuan, dan propaganda kampanye Ridwan Kamil dalam caption instagram official pribadinya. Makalah ini menggunakan teori tindak tutur ilokusi dari Searle dan Austin untuk mengungkap jenis tuturan yang digunakan RK dalam berkampanye. Selanjutnya teori Leech digunakan untuk mengetahui strategi dan indikator kesantunan yang digunakan oleh RK. Yang terakhir adalah teori strategi propaganda yang digagas oleh Lee Lee digunakan untuk mengungkap strategi propaganda di balik tuturan RK. Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi tindak tutur yang paling banyak digunakan adalah Assertif; strategi kesantunan yang banyak digunakan adalah maksim penghargaan dengan mayoritas skala kesantunan untung/rugi; dan strategi propaganda yang paling sering digunakan adalah glittering generality. Berdasarkan hasil penelitian, citra yang ingin dibangun oleh RK dalam kampanyenya di media Instagram adalah integritas yang tinggi, bijaksana, merakyat, dan bercita-cita luhur.Kata Kunci: strategi tindak tutur, prinsip kesantunan, strategi propaganda, Ridwan Kamil, Instagram
Issues of terrorism on the internet in the wave of democratization of post-reform Indonesia: A semiotic analysis Saifullah, Aceng Ruhendi
Indonesian Journal of Applied Linguistics Vol 5, No 2 (2016): Vol. 5 No. 2 January 2016
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/ijal.v5i2.1354

Abstract

The discourse of terrorism is a global issue but tends to be interpreted as controversial. This study sought to dismantle the controversy of meanings through the analysis of signs and meanings, with a view to explore and demonstrate the wave of democratization that took place in post-reform era in Indonesia. This study was a case study using readers’ responses to terrorism issues provided by cyber media on the Internet. It also rests primarily on the semiotic theory of Peirce and the concept of democratization of Huntington. The results showed that participation, freedom of expression, and equal power relations occurred in the interactive discourse in the cyber news media in the form of a dialogue between the responders, the media, and the debate among the responders. Responders tended to argue that signs and meanings are constructed by the media and to interpret information about terrorism as "political engineering" which was expressed by means of emotive tone. Meanwhile, the media tended to construct a "political imagery" which was expressed in a confrontational way, and the resources tended to understand it as "noise level of political elite ", which was expressed in a persuasive manner. Such differences occurred due to the factors of media context that tended to be "convivial" and the context of the communication situation on the Internet that tends to show "discretion". Based on these findings, this study concluded that interactive discourse in the Internet can be formulated as a democratic forum as the meaning making of the text is no longer dominated by media and the sources of information, but tend to be shared with the public. However, in terms of discourse process, interactive discourse in cyber media tends to be anarchic because the tone of interaction tends to be little, the relationship patterns tend to center on and be dominated by responders, the identities of responders tend to be anonymous, and linguistic expressions of the responders tend to be emotive.
THE TRANSLATION OF RELATIVE PRONOUN ‘YANG’ IN 9 SUMMERS 10 AUTOMNS, AN INDONESIAN NOVEL: SYNTACTIC AND SEMANTIC STUDIES Budiman, Dheni; Saifullah, Aceng Ruhendi
Apollo Project: Jurnal Ilmiah Program Studi Sastra Inggris Vol 9 No 2 (2020): Agustus 2020
Publisher : Program Studi Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Komputer Indonesia Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/apollo.v9i2.3959

Abstract

The title of this research is The Translation of Relative Pronoun “Yang” in 9 summers 10 automns, an Indonesian Novel: Syntactic and Semantic Studies. This research deals with translation of the relative pronoun “yang” in Indonesian novel. The material discussed in this research is about how the relative pronoun “yang” is translated into English. The writer has used a descriptive-comparative method because the writer tries to explain clearly and specifically the topic on the relative pronoun “yang”, and tries to compare between the relative pronoun “yang” and its translation in English. There are two categories in this research. The two categories are; (1) in what way the relative pronoun “yang” explicitly is translated into English; (2) what constructions are the forms of the relative pronoun in English as the result of the translation of the relative pronoun “yang”. From the result of the research which has used corpus analysis, it can be concluded that there are three analysis of translation of the relative pronoun “yang” after being translated into English. They are relative pronoun who, relative pronoun whom, and relative pronoun whose.
FUNGSI PELESETAN ABREVIASI NAMA KAMPUS DI INDONESIA (KAJIAN SEMIOTIKA) Erlina Handyani; Aceng Ruhendi Saifullah; Mahmud Fasya
Jurnal Bahtera Sastra Indonesia Vol 3, No 2 (2021): JBSI Vol. 3. No. 2
Publisher : Jurnal Bahtera Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggunaan pelesetan dalam bahasa Indonesia sering digunakan masyarakat sebagai bentuk realitas dalam komunikasi. Hal tersebut dapat dilihat dari pelesetan singkatan nama kampus di Indonesia. Pada awalnya, pelesetan singkatan nama kampus hanya dibuat sebagai kejenakaan biasa yang bertujuan untuk menghibur. Namun, pada perkembangannya mulai muncul pelesetan-pelesetan yang bekerja sebagai sindiran secara tidak langsung kepada situasi atau orang tertentu. Penelitian ini menggunakan teori semiotika dengan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif. Data penelitian ini adalah pelesetan singkatan nama kampus di Indonesia. Data penelitian ini bersumber dari penggunaan pelesetan abreviasi nama kampus yang berasal dari Twitter dan Kaskus. Tujuan penelitian ini adalah memaparkan fungsi pelesetan yang terkandung dalam pelesetan singkatan nama kampus di Indonesia. Temuan penelitian ini adalah sebagai berikut. Temuan tentang fungsi pelesetan singkatan nama kampus di Indonesia. Temuannya meliputi dua hal, yaitu fungsi humor dan fungsi sindiran. Terdapat 30 fungsi humor pelesetan singkatan nama kampus di Indonesia yang terungkap melalui (1) identitas kampus, (2) lokasi kampus, (3) tampilan dan bentuk fisik kampus, (4) stereotip kampus, (5) kegiatan kampus, serta (6) biaya kuliah kampus yang murah. Selanjutnya, terdapat 20 fungsi sindiran pelesetan singkatan nama kampus di Indonesia yang terungkap melalui (1) kondisi kampus dan (2) biaya kampus yang mahal. Kesimpulannya adalah fungsi humor dalam pelesetan abreviasi nama kampus di Indonesia memiliki jumlah yang dominan dibandingkan fungsi sindiran dalam pelesetan abreviasi nama kampus di Indonesia.
STRATEGI PRAGMATIK TUTURAN PERINGATAN PELANGGARAN LALU LINTAS DI KOTA BANDUNG Meisya Mustika Fajrin; Aceng Ruhendi Saifullah; Jatmika Nurhadi
Jurnal Bahtera Sastra Indonesia Vol 3, No 1 (2021): JBSI Vol. 3 No. 1
Publisher : Jurnal Bahtera Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh cara petugas Dinas Perhubungan Kota Bandung ketika memperingati pelanggar lalu lintas melalui Area Traffic Control System (ATCS) lewat pengeras suara dan terhubung CCTV. Cara petugas menegur pelanggar terbilang kreatif sehingga menimbulkan gelak tawa dari pengendara lainnya. Hal ini menandakan bahwa bahasa dimanfaatkan petugas sebagai alat komunikasi dalam menginisiasi pelanggar yang semaksimal mungkin tidak menyinggung perasaan para pelanggar, tetapi tetap memberikan efek jera. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti tuturan petugas tersebut menggunakan kajian ilmu pragmatik dengan kerangka analisis tindak tutur (speech act) dan implikatur. Adapun metode penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif dengan teknik simak, catat, dan studi dokumentasi. Tujuan penelitian ini ialah sebagai berikut: (1) mengklasifikasi dan mendeskripsikan tuturan petugas Dinas Perhubungan Kota Bandung ketika memperingati pelanggar lalu lintas berdasarkan jenis tuturan, (2) mendeskripsikan cara bertutur petugas Dinas Perhubungan Kota Bandung ketika memperingati pelanggar lalu lintas, dan (3) mendeskripsikan efek perlokusi petugas Dinas Perhubungan Kota Bandung ketika memperingati pelanggar lalu lintas terhadap pelanggar lalu lintas. Dari 24 data tuturan petugas Dishub Kota Bandung ketika memperingati pelanggar lalu lintas menghasilkan tiga bentuk tindak tutur, yaitu tidak tutur direktif, asertif, dan ekspresif dengan verba performatif yang berbeda. Jenis implikatur dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tuturan dengan implikatur (1) konvensional, (2) nonkonvensional, serta (3) konvensional dan nonkonvensional. Adapun fungsi tuturannya sama, yaitu untuk memerintah, meskipun dalam penyampaian maknanya dilakukan secara tersurat dan tersirat. Selain itu, efek perlokusi tuturan petugas terbagi menjadi tujuh macam tingkah laku yang berbeda sebagai respons dari para pelanggar.
INTERPRETASI MAKNA DAN POTENSI PELANGGARAN ETIKA BERBAHASA BERDASARKAN EPI DALAM IKLAN SAMPO Fera Rizqi; Aceng Ruhendi Saifullah; Undang Sudana
Jurnal Bahtera Sastra Indonesia Vol 3, No 1 (2021): JBSI Vol. 3 No. 1
Publisher : Jurnal Bahtera Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya makna tersembunyi dan potensi pelanggaran etika berbahasa berdasarkan Etika Pariwara Indonesia (EPI) dalam video iklan sampo pada tahun 2019 s.d. 2021. Iklan sering menyembunyikan makna untuk memanipulasi publik agar mencapai tujuan iklan, yaitu agar masyarakat memiliki kepercayaan terhadap barang atau jasa yang diiklankan. Bahkan, iklan melanggar peraturan EPI untuk mencapai tujuan iklan sehingga berpotensi menimbulkan persaingan tidak sehat dan merugikan konsumen. Setiap iklan wajib mematuhi segala peraturan yang tercantum dalam kitab EPI. Namun, dalam praktiknya terdapat sejumlah iklan yang melanggar peraturan EPI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan interpretasi makna dan potensi pelanggaran etika berbahasa berdasarkan EPI dalam video iklan sampo pada tahun 2019 s.d. 2021. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik dokumentasi, simak, dan catat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat berbagai makna implisit di dalam video iklan sampo. Selain itu, terdapat empat iklan sampo yang berpotensi melanggar etika berbahasa berdasarkan EPI. Pelanggaran etika berbahasa tersebut meliputi (1) penggunaan kata superlatif berupa penggunaan frasa “nomor satu” tanpa disertai bukti berupa hasil survei atau riset dari lembaga independen dan kredibel yang dapat dipertanggungjawabkan, (2) eksploitasi kata “halal”, serta (3) penggunaan kata “hanya” tanpa disertai bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.
NILAI MORALITAS DALAM LEGENDA MASYARAKAT SUNDA “CIUNG WANARA” VERSI PLEYTE (CWP) “TJARITA TJIOENG WANARA” (PENDEKATAN SEMANTIK) Gilang Kripsiyadi Praramdana; Aceng Ruhendi Syaifullah; Asep Jejen Jaelani
Jurnal Semantik Vol 9, No 1 (2020): VOLUME 9 NUMBER 1, FEBRUARY 2020
Publisher : STKIP Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22460/semantik.v9i1.p51-58

Abstract

In this 21st century, the spotlight on character education is a priority research goal, and researchers intend to find character values in one of Ciung Wanara's stories. This research has several specific objectives; 1) Describe the text of the story / fairy story of Ciung Wanara, 2) Interpret the morality values (values) contained in the Ciung Wanara story using a semantic approach. The researcher uses the analytical description method. The element of local wisdom implied in it. the morality values found in Ciung Wanara manuscript are: (1) human morality to God (MMT), which explains in the conversation of 2 (two) storytellers namely nini and balangantrang battery. (Grateful for God's creation) (14%), (2) human morals towards humans (MMS), found there were 5 (five) dominant conversations; a) Aki and Nini balangantrang, b) the conversation of the King and Ciung Wanara, c) the statement and treatment of the Resigned Goddess Naganingrum (71%), then (3) Human morality towards nature (MMA) amounted to 1 (one) treatment figure, namely Ciung Wanara statement regarding the beauty of the forms of two animals namely Ciung (Chicken) and Animal Wanara (Monkey) (14%), after summarizing the morality values contained in the script of the story "Ciung Wanara" predominantly leads to the value of Human Morality against fellow Humans (MMM) as much 71%. while other moral values are not interpreted (non-categories).
Contention of Meaning in WhatsApp Cultural Group : A Semantic Cognitive Analysis and Its Impact for The Law Afdhal Kusumanegara; Syihabuddin Syihabuddin; Dadang Sudana; Aceng Ruhendi Saifullah
Ethical Lingua: Journal of Language Teaching and Literature Vol. 8 No. 2 (2021)
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/25409190.292

Abstract

The discourse of interpersonal communication in social media group contains of turn adjacency and simultaneous feedback of communication. Especially in WhatsApp group, the model of communication constructs a discourse by using a certain ideological mode through linguistic features. The communication model in the WhatsApp group involves participants directly, so that it is analyzed through mental and cognition with the semantic aspects that participants use. This study aims to reveal the contention of meaning in WhatsApp group by using cognitive semantic analysis. Cognitive semantic analysis is used to examine social cognition that affects contention of meaning among participants in the group. Contention of meaning in WhatsApp group communication is analyzed in three aspects; (1) the underlying social cognition, (2) the scheme of meaning in the group, and (3) the effects of the interaction scheme. The identification of semantic elements in interpersonal communication is based on microstructure analysis of van Dijk’s model i.e., linguistic features, such as background, coherence, detail, lexicon, pronominal, and graphic elements. Based on the research findings, the dominant aspect of social cognition that underlying participants in WhatsApp group communication are knowledges, attitudes, opinions, and concerns of the group members. The contention scheme of meaning in groups produces a discourse interaction model that tends to overlap and be structured. Effects that arose from the contention of meaning is ideological dominative groups and spread of knowledge on the topic of debate on all members of the group. This study reinforces the necessity of ideological construction through the contention of meaning in cognitive semantic studies and critical discourse especially in computer-mediated discourse analysis.
Linguistik Forensik terhadap Perbuatan Tidak Menyenangkan di Media Sosial (Kajian Pragmatik) Lilis Hartini; Aceng Ruhendi Saifullah; Dadang Sudana
Deiksis Vol 12, No 03 (2020): Deiksis
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.036 KB) | DOI: 10.30998/deiksis.v12i03.5416

Abstract

Kesantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat. Berbagai macam permasalahan sosial dapat dipicu oleh kurangnya kesantunan dalam berbahasa, berawal dari caci maki, kemudian berujung pada kekerasan fisik dan akhirnya mengakibatkan pelanggaran hukum, seperti perbuatan tidak menyenangkan. Permasalahan inti dalam penelitian ini adalah bagaimana parameter B&L dalam menilai tindakan perbuatan tidak menyenangkan di media sosial dan situasi komunikasi yang bagaimana yang diperlukan dalam menciptakan kesantunan bahasa di media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tindakan perbuatan tidak menyenangkan di media sosial dan ketidaksantunan berbahasa yang digunakan penutur di media sosial yang berakibat pada tindakan hukum. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pragmatik tentang kesantunan berbahasa dari B&L. Melalui metode kualitatif ditemukan bahwa media sosial merupakan sarana bergaulnya beragam komunitas sehingga tidak terlihat batasan kesantunan berbahasa maupun budaya berbahasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga parameter kesantunan berbahasa yang dilanggar oleh netizen, yaitu skala peringkat jarak sosial, skala peringkat status sosial, dan skala peringkat tindak tutur, kemudian kesantunan berbahasa di media sosial sudah semakin luntur sehingga dipandang perlu untuk menyosialisasikan nilai kesantunan berbahasa B&L. Kata Kunci: Kesantunan berbahasa, media sosial, tindakan hukum