Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Deiksis

Linguistik Forensik terhadap Perbuatan Tidak Menyenangkan di Media Sosial (Kajian Pragmatik) Lilis Hartini; Aceng Ruhendi Saifullah; Dadang Sudana
Deiksis Vol 12, No 03 (2020): Deiksis
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.036 KB) | DOI: 10.30998/deiksis.v12i03.5416

Abstract

Kesantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat. Berbagai macam permasalahan sosial dapat dipicu oleh kurangnya kesantunan dalam berbahasa, berawal dari caci maki, kemudian berujung pada kekerasan fisik dan akhirnya mengakibatkan pelanggaran hukum, seperti perbuatan tidak menyenangkan. Permasalahan inti dalam penelitian ini adalah bagaimana parameter B&L dalam menilai tindakan perbuatan tidak menyenangkan di media sosial dan situasi komunikasi yang bagaimana yang diperlukan dalam menciptakan kesantunan bahasa di media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tindakan perbuatan tidak menyenangkan di media sosial dan ketidaksantunan berbahasa yang digunakan penutur di media sosial yang berakibat pada tindakan hukum. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pragmatik tentang kesantunan berbahasa dari B&L. Melalui metode kualitatif ditemukan bahwa media sosial merupakan sarana bergaulnya beragam komunitas sehingga tidak terlihat batasan kesantunan berbahasa maupun budaya berbahasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga parameter kesantunan berbahasa yang dilanggar oleh netizen, yaitu skala peringkat jarak sosial, skala peringkat status sosial, dan skala peringkat tindak tutur, kemudian kesantunan berbahasa di media sosial sudah semakin luntur sehingga dipandang perlu untuk menyosialisasikan nilai kesantunan berbahasa B&L. Kata Kunci: Kesantunan berbahasa, media sosial, tindakan hukum
Meme sebagai Cerminan Berpikir Kritis Warganet di Ruang Siber (Kajian Semiotik Pragmatik) Prapti Wigati Purwaningrum; Aceng Ruhendi Saifullah; Dadang Sudana
Deiksis Vol 12, No 03 (2020): Deiksis
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.763 KB) | DOI: 10.30998/deiksis.v12i03.5417

Abstract

Isu pemindahan ibu kota sudah menjadi wacana dari beberapa pemerintahan sebelumnya. Namun, pada era kepemimpinan saat ini diumumkan secara resmi tentang niatan tersebut. Tepat sekitar Agustus lalu presiden mengumumkan secara resmi tentang pemindahan ibu kota dan sekaligus lokasi yang strategis untuk dijadikan ibu kota baru. Sebagai bentuk pro dan kontra muncul berbagai tanggapan dari masyarakat. Meme merupakan salah satu bentuk tanggapan yang paling sering muncul di dunia siber khususnya media sosial sebagai bentuk tanggapan atas kebijakan ini. Penelitian ini merupakan studi kasus yang menggunakan meme dan tanggapan warganet sebagai data penelitian. Untuk memahami tanda dan makna serta tanggapan dari warganet melalui teori multimodal, semiotik pragmatik, kebebasan berekspresi, dan berpikir kritis. Melalui penelitian ini penulis ingin mengetahui bagaimana tanda, makna serta tanggapan warganet yang muncul dalam meme merupakan bentuk perkembangan berpikir kritis terhadap sebuah kebijakan pemerintah. Dalam kajian ini pengumuman resmi dari presiden tentang “pemindahan ibu kota” dimaknai sebagai tanda, sedangkan pemunculan berbagai meme terkait, dimaknai sebagai reaksi masyarakat untuk menunjukkan pro dan kontra atas keputusan tersebut. Melalui pemunculan meme, warganet mencoba untuk berekspresi, berpendapat, serta mengkritik terhadap kebijakan pemerintah tentang pemindahan ibu kota. Pada akhirnya temuan dari analisis ini akan mendeskripsikan tentang bagaimana pola berpendapat, berkomentar, dan berpikir kritis di ruang siber. Kata Kunci: Semiotik-pragmatik, tanda dan makna, berpikir kritis, meme