Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : NUTRIRE DIAITA

Biaya Bahan Makanan, Densitas Energi Makanan dan Status Gizi Wanita Pedagang Pasar Kebayoran Lama Jakarta Selatan Nuzrina, Rachmanida; Wiyono, Sugeng
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 2, No 1 (2010)
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v2i1.669

Abstract

AbstractIt is estimated in 2015, the prevalence of over nutrition will surpass the prevalence of under nutrition as the cause of the death to the poor community. This is caused by consumption of high food fat, sugar and refined grains that is higher compared to vegetables and the seeds because of its deliciousness, give the full feeling and cheaper cost. This research try to explore the relationship between the food cost, the density of food energy intake and the nutritional status of the woman market traders in Kebayoran Lama, South Jakarta. This research used cross sectional design with the number of samples 64 female traders based on the status of the over-weight and normal. The food energy density data is recorded with food recall 24 hours, and the food cost is obtained from price survey in the local market. Results of the research shows food with the highest energy density is jerohan (9 kcals/g), the food with the lowest energy density is the cucumber (0.08 kcals/g), food with the highest cost is the string bean (Rp. 117/100 kcals), the food with the lowest cost is jerohan (Rp.1.10/100 kcals). There is a significant negative correlation between the food cost and the energy density of food (r = - 0,521; (p<0,05). Average energy intake from main food is 979 kcals (±282), vegetables and fruit is 48 kcals(±24.1), sugar and fat is 909 kcals (±299). There is significant difference on  average energy intake (238 kcals) of main food, fruits and vegetables (19 kcals), and sugar and fats (344 kcals) with respect to nutritional status. Nutrition education using dietary guidelines should be the main effort to reduce the prevalence of over-weight.Keywords: food cost, density and nutritional status, woman marketAbstrakDiperkirakan pada tahun 2015 penyakit akibat gizi lebih akan melebihi jumlah penyakit akibat gizi kurang sebagai penyebab kematian pada masyarakat miskin. Hal ini dikarenakan konsumsi makanan tinggi lemak, gula dan makanan pokok lebih tinggi dibandingkan buah, sayur dan biji-bijian karena rasa lezat, memberi rasa kenyang dan biaya yang lebih murah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara biaya bahan makanan, densitas energi makanan yang dikonsumsi, dan Status Gizi wanita pedagang pasar Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 64 pedagang perempuan dengan status gizi lebih dan normal. Data karakteristik dicatat dengan kuesioner, data densitas dicatat dengan food recall 24 jam, dan biaya bahan makanan dengan survey harga pasar. Hasil penelitian menunjukkan makanan dengan densitas energi tertinggi adalah jerohan (9 Kalori/gram), bahan makanan dengan densitas energi terendah adalah ketimun (0.08 Kalori/gram), makanan dengan biaya paling tinggi adalah buncis (117 rupiah/100 Kalori), bahan makanan dengan biaya terendah adalah jerohan (1.10 rupiah/100 Kalori). Hasil Uji Korelasi menunjukkan ada hubungan antara biaya bahan makanan dengan densitas energi makanan r = 0.521 (p<0,05). Rata-rata asupan energi dari konsumsi makanan pokok sebesar 979 Kalori (±282), konsumsi sayur dan buah 48 Kalori (±24.1), konsumsi gula dan lemak 909 Kalori (±299). Perbedaan rata- rata asupan energi dari konsumsi makanan pokok menurut status gizi sebesar 238 Kalori (p<0.05), konsumsi sayur dan buah berdasarkan status gizi sebesar 19 Kalori (p<0.05), perbedaan rata-rata asupan energi dari konsumsi gula dan lemak berdasarkan status gizi sebesar 344 Kalori (p<0.05).Kata kunci: biaya bahan makanan, status gizi, harga pasar
Konsumsi Sayur dan Buah Serta Kadar Kolesterol pada Peserta Senam Jantung Sehat Yayasan Wijaya Kusuma Kelurahan Mekarsari Rw 012 Kecamatan Cimanggis Kabupaten Depok Septiningsih, Ety; Wiyono, Sugeng
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 2, No 2 (2010)
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v2i2.672

Abstract

AbstractWHO in 2002 estimated that less consumption of fruits and vegetables can may cause about 31% of ischemic heart disease and 11% of stroke. Behavior is the most influencing factor for fruits and vegetables consumption. The high consumption of fiber from fruits and vegetables may decrease absorption of fats. The aim of this study was to determine the relationships between soluble fiber consumption (fruits and vegetables) and cholesterol level of participants healthy heart at gymnasium. This is a descriptive analytical study with cross-sectional design. The population of this study are all participants with healthy heart at gymnastics foundation wijaya kusuma and the sample size of 44 respondents. The data analysis in this study using the Pearson correlation test is intended to determine the relationships between fruits-vegetables and cholesterol levels. Most of respondents is about 68.2% women and > 50 years old. The average daily consumption of vegetables is 310.80 gr/ day (±153.971) and the average daily consumption of fruits is 298.89 gr/day (± 206.791), while the average cholesterol level of respondents is 190.11 mg/dl (±32.277). The correlation test shows that there is no relationships between  soluble fiber consumption (fruits and vegetables) and cholesterol level of participants healthy heart at gymnasium (p>0.05). However, efforts to increase the consumption of fiber from vegetables and fruits should be done to maintain the cholesterol levels.Keywords: fiber consumption, cholesterol level, fruits and vegetablesAbstrakKadar kolesterol dalam tubuh adalah satu faktor terpenting untuk menentukan risiko seseorang untuk menderita penyakit pembuluh darah jantung. Terjadinya penyakit pembuluh darah jantung disebabkan oleh faktor lingkungan dan perilaku. Faktor perilaku yang sangat berpengaruh adalah konsumsi makanan tinggi lemak dan rendahnya konsumsi serat sayur dan buah. Konsumsi serat sayur dan buah dapat menurunkan absorbsi lemak. Laporan Kesehatan Dunia, 2002 memperkirakan konsumsi buah dan sayur yang rendah menyebabkan sekitar 31% dari penyakit jantung iskemik dan 11% dari stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan konsumsi sayur dan buah dan kadar kolesterol para peserta senam jantung sehat Yayasan Wijaya Kusuma. Penelitian ini bersifat merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta senam jantung sehat Yayasan Wijaya Kusuma dan jumlah sampel sebanyak 44 responden. Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji Korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan konsumsi sayur dan buah dan kadar kolesterol. Sebesar 68.2% responden berusia > 50 tahun dan berjenis kelamin perempun. Rata-rata konsumsi harian sayur adalah 310.80 gram/ hari (+153.971) dan rata-rata konsumsi buah masing-masing peserta senam adalah 298.89 gram/ hari (+206.791) sedangkan rata-rata kadar kolesterol peserta senam adalah 190.11 mg/dl (+32.277). Dari hasil uji korelasi didapat bahwa tidak ada hubungan konsumsi sayur dan buah terhadap kadar kolesterol peserta senam jantung sehat Wijaya Kusuma (r=0.093; p>0,05 dan r=0.17; p>0.05). Upaya meningkatkan konsumsi serat yang berasal dari sayur dan buah harus dilakukan guna menjaga kestabilan kadar kolesterol darah.Kata kunci: konsumsi serat, kadar kolesterol, buah dan sayuran
Hubungan antara Asupan Protein, Zink, Vitamin A dan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Non Pneumonia pada Balita di RW 06 Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan Yunita, Ria; Anggraini, Mayang; Wiyono, Sugeng
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 6, No 2 (2014): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v6i2.1267

Abstract

AbstrakAnak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok usia yang rentan terhadap gizi dan kesehatan. Pada masa ini daya tahan tubuh anak masih belum kuat, sehingga risiko anak menderita penyakit infeksi lebih tinggi. Penyakit infeksi yang sering terjadi pada anak balita diantaranya adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau ISPA. Zat gizi yang berperan dalam sistem imun tubuh diantaranya yaitu protein, zink dan vitamin A. Jika balita kekurangan ketiga zat gizi tersebut maka memiliki risiko terkena penyakit infeksi, yaitu ISPA. Mengetahui perbedaanstatus gizi, asupan protein, zink dan vitamin A antara penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non pneumonia dan tidak ISPA pada balita. Penelitian ini merupakan penelitian surveybersifat analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu semua balita yang bertempat tinggal di wilayah penelitian. Sampel berjumlah 80 orang balita. Data status gizi didapatkan dengan menggunakan indeks BB/U. Data asupan protein, zink dan vitamin A didapatkan dengan cara recall 24 jam sedangkan data kejadian ISPA didapatkan dengan cara wawancara dan observasi. Rata – rata status gizi balita yaitu berada pada z-score 0,68 SD. Rata-rata asupan protein, zink dan vitamin A yaitu 22,87 gr, 6,43 gr dan 424,59 RE.Tidak ada perbedaan status giziantara penderita ISPA non pneumonia dan tidak ISPA (p=0,391). Ada perbedaan asupan protein, zink dan vitamin Aantara penderita ISPA non pneumonia dan tidak ISPA (p=0,000). Meskipun tidak ada perbedaan status gizi antara penderita ISPA non pneumonia dan tidak ISPA tetapi asupan protein, zink dan vitamin A sangat berperan dalam mencegah ISPA non pneumonia. Kata kunci : ISPA, balita, zat gizi
Perbedaan Asupan Zat Gizi Makro Makan Pagi Pada Remaja Usia 12 - 19 Tahun Berdasarkan Tiga Daerah Dan Jenis Kelamin Di Propinsi Kalimantan Barat Lasini, Lasini; Wiyono, Sugeng
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 4, No 2 (2012): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v4i2.1245

Abstract

AbstractPhysical changes due to growth in adolescence can be affects to health and nutritional status of adolescents. It is necessary for balanced nutrition to meet the needs. The objective study was to determine differences macro nutrient intake of breakfast in adolescents aged 12-19 years based on the three areas and gender in West Kalimantan. We used secondary data Riskesdas 2010 with cross-sectional design and analytic survey. The population are all adolescents aged 12-19 years in three areas. The sample was 31 adolescents aged 12-19 years in Pontianak district, 85 in Pontianak and 32 in Singkawang. Statistical testing used independent t-test and One-way ANOVA test. The average value of z-score (nutritional status) in three regions are normal status (75%), obese (11.1%) and underweight (10.4%). The intake of Energy, carbohydrates, protein, and fat are (330.3±144.4) kcal, (53.9±20.2) g, (10.02±7.09) g and (4.9±8.72) g, respectively in the Pontianak district. In Kota Pontianak, the intake of energy, carbohydrates, protein, and fat are (305.4±172.5) kcal, (42.76±21.5) g, (9.74±8.36) g and (4.9± 8.7) g, respectively. In Singkawang the intake of energy, carbohydrates, protein, fat are (262.4±176.25) kcal, (39.08±22.2) g, (5.46±4.49) g and (8.94±12.78) g, respectively. The intake of carbohydrate and protein in breakfast time was significantly different according to three regions (p <0.05) whereas the intake of energy and fat was not significantly different (p≥0.05), and this study failed to find the differences of macro nutrient intake between men and women (p≥0.05). The government should give the information about the total of breakfast time macro nutrient intake in adolescents based on area and gender. Keywords: Macro-Nutrients intake, Breakfast, Adolescence AbstrakPerubahan fisik karena pertumbuhan pada masa remaja akan mempengaruhi status kesehatan dan gizi remaja. Untuk itu diperlukan gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan. Untuk mengetahui perbedaan asupan zat gizi makro makan pagi pada remaja usia 12-19 tahun berdasarkan tiga daerah dan jenis kelamin di Propinsi Kalimantan Barat. Data yang digunakan data sekunder Riskesdas        2010 dengan pendekatan cross-sectional dan design survey analitik. Populasi adalah seluruh remaja usia 12-19 tahun di tiga daerah. Sampel adalah 31 remaja usia 12-19 tahun di Kabupaten Pontianak, 85 di Kota Pontianak dan 32 di Kota Singkawang. Pengujian statistik menggunakan uji t-test Independen dan uji One-way Anova. Hasil: Nilai rata-rata z-score di ketiga daerah berstatus gizi normal (75%), status gizi gemuk (11,1%) dan kurus (10,4%). Asupan energi 330,3 kkal (±144,4), karbohidrat 53,9 gr (±20,2, protein 10,02 gr (±7,09) dan lemak 4,9 gr (±8,72) di Kabupaten Pontianak. Di Kota Pontianak asupan energi 305,4 kkal (±172,5), karbohidrat 42,76 gr (±21,5), protein 9,74 gr (±8,36) dan lemak 4,9 gr (±8,7) dan Kota Singkawang asupan energi 262,4 kkal (±176,25), karbohidrat 39,08 gr (±22,2), protein 5,46 gr (±4,49) dan lemak 8,94 gr (±12,78). Asupan karbohidrat dan protein waktu makan pagi berbeda secara bermakna berdasarkan tiga daerah (p<0,05) sedangkan asupan energi dan lemak tidak berbeda secara bermakna (p≥0,05), dan juga tidak ditemukan adanya perbedaan asupan zat gizi makro antara laki-laki dan perempuan (p≥0,05). Pemerintah perlu menginformasikan besaran asupan zat gizi makro makan pagi pada remaja terkait dengan lokasi dan jenis kelamin. Kata kunci                 : Asupan zat gizi makro, Sarapan, Remaja
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Suplemen pada Ibu Hamil di Rumah-Sakit Melati Tangerang Hanifa, Hanifa; Wiyono, Sugeng
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 3, No 1 (2011): Nutrire Diaita
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v3i1.1229

Abstract

AbstractPregnancy period is one of the critical points in the life cycle. Therefore, pregnant mothers should get additional intake of energy, protein, minerals, such as iron and calcium as well as folic acid and vitamins. The aims of this study was to determine the factors associated with the frequency of consumption of supplements in pregnant women. This is descriptive study and cross-sectional design. We got 50 respondents who visit at obstetrics poly. This study shows that the respondents who consumes supplements are often (82 %) and rarely (18 %). Based on period of pregnancy, most of respondents in third trimester (52 %). Based on the activity, most of respondents in moderate activity category (76 %). Based on level of education and knowledge, most of respondent are secondary (high school) (58 %) and good knowledge category (52 %). Based on income , pregnant women who have an income above the minimum wage ( 100 % ). Based on advocate the use of supplements , doctors ( 40 % ) , midwives ( 52 % ) and the desire alone ( 8 % ). There is significant relationship between the frequency of consumption of supplements with which varabel gestational age (p<0.05) , the level of knowledge (p <0.05) , as well as advocate the use of level of supplementation (p <0.05). Whereas the other data shows that no significant correlation with the frequency of consumption of supplements is often activity and educational level (p ≥ 0.05). The pregnant women need additional intake from supplements until the time of delivery.  Keywords: Consumption of Supplements, Pregnant Women, Gestational  AbstrakMasa hamil merupakan salah satu titik rawan dalam siklus kehidupan. Oleh karenanya, selama kehamilan Ibu mendapatkan tambahan energi, protein, mineral, seperti zat besi dan kalsium serta asam folat dan berbagai vitamin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi konsumsi suplemen pada ibu hamil di RS. Melati pada bulan Agustus 2008. Penelitian ini deskriptif, dengan rancangan cross sectional dan didapat 50 responden yang berkunjung di poli kebidanan R.S Melati. Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang mengonsumsi suplemen sering (82%), jarang (18%). Berdasarkan usia kehamilan, sebagian besar responden berada pada trimester III (52%). Berdasarkan aktivitas, ringan (10%), sedang (76%) dan berat (14%). Berdasarkan tingkat pendidikan, menengah (SMU) (58%), tinggi (PT) (42%). Berdasarkan pengetahuan, baik (52%), cukup (36%), dan kurang (12%). Berdasarkan pendapatan, ibu hamil yang memiliki pendapatan diatas UMR (100%). Berdasarkan penganjur penggunaan suplemen, dokter (40%), bidan (52%) dan keinginan sendiri (8%). Adanya hubungan bermakna antara frekuensi konsumsi suplemen dengan yaitu varabel usia kehamilan (p< 0.05), tingkat pengetahuan (p<0.05), serta tingkat penganjur penggunaan suplemen (p< 0.05). sedangkan yang menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna dengan seringnya frekuensi konsumsi suplemen yaitu aktivitas dan tingkat pendidikan (p≥0.05). Perlunya asupan tambahan konsumsi suplemen untuk ibu hamil agar kondisinya tetap fit sampai pada saat melahirkan. Kata Kunci: Frekuensi, Konsumsi, Suplemen