Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

TINJAUAN PENGGUNAAN METFORMIN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 RAWAT INAP DI SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD DR.ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI, INDONESIA Nasif, Hansen; Efrina, Yeni; Muchtar, Husni
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol 17, No 2 (2012)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Metformin, adalah suatu obat yang direkomendasikan sebagai obat pilihan utama dan digunakan luas untuk pengobatan diabetes mellitus tipe 2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari penggunaan metformin pada pasien rawat inap di SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi, khususnya pada penggunaan yg dikategorikan kontraindikasi.Penelitian ini merupakan suatu studi prospektif  follow up pasien dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Data diambil dari bulan April sampai Juni 2010 di  SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi, dengan dasar perubahan kondisi pasien selama dirawat.Hasil penelitian, didapatkan 28 pasien yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini, dengan 11 pasien teridentifikasi menggunakan metformin pada keadaan kontraindikasi. Ditemukan penggunaannya pada 3 pasien dengan gagal jantung kongesti dan gagal ginjal, 3 pasien dengan gagal jantung, 2 pasien dengan gagal ginjal, 2 pasien dengan sirosis hepatik, dan 1 pasien dengan dehidrasi akut disertai hipoperfusi. Terdapat 2 dari 11 pasien tersebut meninggal dalam masa pengamatan, namun masih belum bisa dipastikan bahwa penyebab kematian tersebut adalah karena penggunaan metformin. Farmasis harus selalu memperhatikan perubahan kondisi pasien untuk meyakinkan bahwa penggunaan obat masih aman bagi seorang pasien.
Uji Dissolusi Terbanding Tablet Metilprednisolon Generik Bermerek dan Generik Berlogo Dibandingkan Dengan Tablet Metilprednisolon Paten Nasif, Hansen; Zaini, Erizal; S, Agnes
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol 19 No Supl1 (2017): Vol 19 Supplement 1, December 2017
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Obat generik adalah obat yang telah habis masa patennya dan kemudian dapat diproduksi oleh industri yang berbeda dari perusahaan inovatornya. Kontroversi tentang penggunaan obat Paten/ obat original dan obat generik/ obat copyan telah berlangsung lama di masyarakat, termasuk pada praktisi kesehatan walaupun penelitian pada fase biofarmasetik dan farmakokinetik telah banyak dilakukan. Pada studi biofarmasetik, perbedaan formulasi dan proses produksi obat dapat mempengaruhi ketersediaan obat dalam darah yang pada tahap selanjutnya akan mempengaruhi efek obat. Penelitian ini bertujuan mempelajari disolusi metilprednisolon 4 mg tablet generik bermerek dari produsen obat PT.B , generik berlogo dari PT.I dan obat paten dari PT.P. Kadar terdisolusi diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 200-400nm. Profil disolusi menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna untuk jenis obat paten/ inovator, generik bermerek dan generik berlogo diatas dengan similarity factor (F2 ) produk paten dengan generik bermerek adalah 86,9 dan produk paten dengan generik berlogo adalah 81,2,sehingga dapat disimpulkan bahwa profil disolusi ketiga jenis obat ini adalah sama.
Tinjauan Penggunaan Metformin pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Rawat Inap di SMF Ilmu Penyakit dalam RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi, Indonesia Nasif, Hansen; Efrina, Yeni; Muchtar, Husni
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol 17 No 2 (2012)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Metformin, adalah suatu obat yang direkomendasikan sebagai obat pilihan utama dan digunakan luas untuk pengobatan diabetes mellitus tipe 2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari penggunaan metformin pada pasien rawat inap di SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi, khususnya pada penggunaan yg dikategorikan kontraindikasi. Penelitian ini merupakan suatu studi prospektif  follow up pasien dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Data diambil dari bulan April sampai Juni 2010 di  SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi, dengan dasar perubahan kondisi pasien selama dirawat. Hasil penelitian, didapatkan 28 pasien yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini, dengan 11 pasien teridentifikasi menggunakan metformin pada keadaan kontraindikasi. Ditemukan penggunaannya pada 3 pasien dengan gagal jantung kongesti dan gagal ginjal, 3 pasien dengan gagal jantung, 2 pasien dengan gagal ginjal, 2 pasien dengan sirosis hepatik, dan 1 pasien dengan dehidrasi akut disertai hipoperfusi. Terdapat 2 dari 11 pasien tersebut meninggal dalam masa pengamatan, namun masih belum bisa dipastikan bahwa penyebab kematian tersebut adalah karena penggunaan metformin. Farmasis harus selalu memperhatikan perubahan kondisi pasien untuk meyakinkan bahwa penggunaan obat masih aman bagi seorang pasien.
Efektifitas Antiemetik pada Pasien Yang Menggunakan Sitostatika Pasca Bedah pada Berbagai Jenis Kanker di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Nasif, Hansen; Junaidi, Junaidi; Muchtar, Husni
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol 16 No 2 (2011)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mual dan muntah terjadi pada 70-80% pasien yang mengalami pengobatan kemoterapi kanker. Efek samping tertinggi dari pengobatan kanker dapat menyebabkan kegagalan proses dan hasil dari kemoterapi.Penelitian ini bertujuan melihat efektifitas penggunaan antiemetik pada pasien yang mendapat sitostatika pasca bedah pada berbagai jenis kanker di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metoda observasi prospektif dengan teknik pengambilan porposive sampling dari bulan maret-juni 2009.Hasil penelitian di rumah sakit menunjukkan antiemetik yang banyak digunakan adalah metoklopramid (tunggal) dan dalam bentuk kombinasi adalah metoklopramid-deksametason. Dari 11 orang pasien yang diamati, 1 orang tidak mengalami mual dan muntah, 7 orang mengalami mual dan 3 orang mengalami mual dan muntah. Secara umum antiemetik yang dipakai pada rumah sakit ini belum efektif mengatasi mual dan muntah.
Kajian Penggunaan Obat Intravena di SMF Penyakit dalam RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Nasif, Hansen; Yuned, Monalisa; Muchtar, Husni
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol 18 No 1 (2013)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Injeksi merupakan salah satu cara pemberian obat yang biasa digunakan dalam mengobati penyakit. Injeksi saat ini telah menjadi prosedur pengobatan yang paling umum ditemukan di dunia dengan 16 milyar injeksi diberikan setiap tahunnya. Pasien sebaiknya tidak diberikan injeksi intravena bila terapi per oral dapat dilakukan.Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari ketepatan pilihan penggunaan obat secara intravena mengacu pada sembilan kriteria penggunaan obat secara intravena (Scot, 2003; Mycek, 2001; Ansel, 1989). Penelitian dilakukan dengan metode observasi prospektif melalui pengamatan langsung pada kondisi pasien yang mendapatkan obat dalam bentuk sediaan intravena dengan memperhatikan juga data rekam medik nya. Teknik pengambilan sampel menggunakan metoda purposive sampling di SMF Ilmu Penyakit dalam RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi dari Mei sampai Agustus 2009.Setelah dilakukan penelitian di dapatkan penggunaan sediaan intravena untuk 81 orang pasien dengan 134 kali pemberian injeksi. Dalam penelitian ini masih ditemukan pemilihan penggunaan sediaan intravena yang tidak tepat yaitu pada 21 kali pemberian (15,7%) pada penggunaan furosemid, metoklopramide dan ranitidin.Farmasis sangat di butuhkan di ward/bangsal untuk memberikan rekomendasi farmasis supaya tidak terdapat keraguan dalam pemilihan penggunaan sediaan intravena sehingga peran farmasis sebagai drugs therapy advisor dapat dijalankan.
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ANALGETIK DI RUMAH SAKIT Prastiwi, Nindya; Nasif, Hansen; Aldi, Yufri
Jurnal Kesehatan - STIKes Prima Nusantara Vol 12, No 1 (2021): JURNAL KESEHATAN
Publisher : STIKes Prima Nusantara Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (298.724 KB) | DOI: 10.35730/jk.v12i1.401

Abstract

Pendahuluan : Nyeri merupakan keluhan yang paling sering diutarakan oleh pasien di rumah sakit. Nyeri yang masih dirasakan pasien setelah menerima analgesic, menandakan bahwa terdapat ketidakefektifan penggunaan analgetik pada pasien. Keefektifan penggunaan analgetik menentukan keberhasilan terapi.Tujuan : Mengetahui efektifitas penggunaan analgetik dalam penatalaksanaan nyeri pada pasien terutama dalam penggunaannya di Rumah Sakit.Metode : Literatur review. Strategi pencarian data yaitu adalah mencari langsung grey literatur melalui mesin pencarian data Google dan menggunakan database Google Scholar, Pubmed dan ScienceDirect  dengan kata kunci “Efektivitas Analgetik Rumah Sakit”. Research question dibuat dengan format PEOS dan penyaringan data menggunakan PRISMA Flowcart. Kriteria inklusi meliputi jurnal tentang efektivitas analgetic yang telah dipublikasi dalam sepuluh tahun terakhir (2010-2020), jurnal nasional dengan akreditasi sinta 1-6, dan jurnal internasional yang terindex scopus dengan ranking Q1-Q4. Kriteria eksklusi meliputi jurnal yang tidak terfokus membahas efektivitas analgetic atau intensitas nyeri, dan jurnal yang dengan metode review.Hasil : Dari 18 jurnal yang direview, Sebagian besar jurnal tersebut membahas perbandingan efektivitas antara dua atau lebih analgetik, baik  analgetik tunggal maupun kombinasi. Dari perbandingan tersebut penggunaan analgetic kombinasi dianggap efektif digunakan pengganti opioid.Kesimpulan : Efektivitas suatu analgetic dapat tercapai dengan baik bila disesuaikan dengan derajat nyeri pasien. Saat ini, penggunaan terapi multimodal  sering digunakan di rumah sakit, karena selain efektif menurunkan intensitas nyeri, kombinasi analgetik opioid dengan analgetik non narkotik mampu menekan efek samping yang ditimbukan oleh opioid, mengurangi ketergantungan penggunaan opioid pada pasien, serta mempercepat masa pemulihan, sehingga meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan.
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ANALGETIK DI RUMAH SAKIT Nindya Prastiwi; Hansen Nasif; Yufri Aldi
Jurnal Kesehatan - STIKes Prima Nusantara Vol 12, No 1 (2021): JURNAL KESEHATAN
Publisher : STIKes Prima Nusantara Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35730/jk.v12i1.401

Abstract

Pendahuluan : Nyeri merupakan keluhan yang paling sering diutarakan oleh pasien di rumah sakit. Nyeri yang masih dirasakan pasien setelah menerima analgesic, menandakan bahwa terdapat ketidakefektifan penggunaan analgetik pada pasien. Keefektifan penggunaan analgetik menentukan keberhasilan terapi.Tujuan : Mengetahui efektifitas penggunaan analgetik dalam penatalaksanaan nyeri pada pasien terutama dalam penggunaannya di Rumah Sakit.Metode : Literatur review. Strategi pencarian data yaitu adalah mencari langsung grey literatur melalui mesin pencarian data Google dan menggunakan database Google Scholar, Pubmed dan ScienceDirect  dengan kata kunci “Efektivitas Analgetik Rumah Sakit”. Research question dibuat dengan format PEOS dan penyaringan data menggunakan PRISMA Flowcart. Kriteria inklusi meliputi jurnal tentang efektivitas analgetic yang telah dipublikasi dalam sepuluh tahun terakhir (2010-2020), jurnal nasional dengan akreditasi sinta 1-6, dan jurnal internasional yang terindex scopus dengan ranking Q1-Q4. Kriteria eksklusi meliputi jurnal yang tidak terfokus membahas efektivitas analgetic atau intensitas nyeri, dan jurnal yang dengan metode review.Hasil : Dari 18 jurnal yang direview, Sebagian besar jurnal tersebut membahas perbandingan efektivitas antara dua atau lebih analgetik, baik  analgetik tunggal maupun kombinasi. Dari perbandingan tersebut penggunaan analgetic kombinasi dianggap efektif digunakan pengganti opioid.Kesimpulan : Efektivitas suatu analgetic dapat tercapai dengan baik bila disesuaikan dengan derajat nyeri pasien. Saat ini, penggunaan terapi multimodal  sering digunakan di rumah sakit, karena selain efektif menurunkan intensitas nyeri, kombinasi analgetik opioid dengan analgetik non narkotik mampu menekan efek samping yang ditimbukan oleh opioid, mengurangi ketergantungan penggunaan opioid pada pasien, serta mempercepat masa pemulihan, sehingga meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan.
Hematologic Toxicities of Chemotherapy in Lung Cancer Patients: A Retrospective Study in Dr. M. Djamil Hospital Padang, Indonesia Yori Yuliandra; Hansen Nasif; Sabrina Ermayanti; Lilik Sulistyowati; Dian A. Juwita
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.101 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2019.8.2.129

Abstract

The use of chemotherapeutic agents in the management of cancer is often followed by a range of toxicities to various organ systems. A retrospective study on the hematologic toxicities of chemotherapy in lung cancer patients has been carried out. The study was conducted by a cross-sectional method from medical records of four-year data in 2010–2014 at Dr. M. Djamil Hospital Padang, West Sumatra, Indonesia. Data from medical records of patients diagnosed with lung cancer and underwent chemotherapy, not suffering from primary hematologic diseases, and with normal kidney and liver function prior to chemotherapy were studied. A number of 22 medical records of lung cancer patients which met the criteria with a total of 40 chemotherapy cycles were observed. The study revealed that a combination of carboplatin-paclitaxel was the most common chemotherapy used for the patients (72.7%). The hematologic toxicities comprised anemia, leukopenia, and thrombocytopenia with the severity ranging from grade 1–3. Carboplatin-paclitaxel was the only combination that caused these three toxicities, and the only combination to cause thrombocytopenia as well. Anemia was the major hematologic toxicity experienced by more than half of the patients. The study concludes that there is a reasonably high incidence of hematologic toxicities from chemotherapy among lung cancer patients.Keywords: Anemia, chemotherapy, hematologic toxicity, leukopenia, lung cancer, thrombocytopenia Toksisitas Hematologis Akibat Kemoterapi pada Pasien Kanker Paru: Studi Retrospektif di RSUP Dr. M. Djamil PadangAbstrak Penggunaan obat kemoterapi dalam pengobatan kanker sering disertai dengan toksisitas pada beberapa sistem organ. Kajian retrospektif terhadap toksisitas hematologis akibat kemoterapi pada pasien kanker paru sudah dilaksanakan. Studi ini dilaksanakan dengan metode cross-sectional dari data rekam tahun 2010–2014 di RSUP Dr. M. Djamil Padang, Sumatera Barat. Data pasien yang didiagnosis menderita kanker paru yang menjalani kemoterapi, tidak menderita penyakit hematologis dan gangguan hematopoiesis, serta memiliki fungsi ginjal dan hati yang normal dimasukkan ke dalam kajian. Sejumlah 22 pasien memenuhi kriteria dengan jumlah siklus kemoterapi sebanyak 40. Hasil kajian ini mengungkap bahwa kombinasi karboplatin-paklitaksel merupakan kemoterapi yang paling banyak digunakan (72,2%). Toksisitas hematologis yang terjadi meliputi anemia, leukopenia, dan trombositopenia dengan tingkat keparahan 1–3. Karboplatin-paklitaksel merupakan satu-satunya kombinasi kemoterapi yang menyebabkan ketiga toksisitas hematologis tersebut, sekaligus juga merupakan satu-satunya kombinasi yang menimbulkan trombositopenia. Anemia merupakan toksisitas hematologis yang paling banyak terjadi meliputi lebih dari separuh pasien. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat toksisitas hematologis yang cukup tinggi akibat kemoterapi pada pasien kanker paru.Kata kunci: Anemia, kanker paru, kemoterapi, leukopenia, toksisitas hematologis, trombositopenia
Switch Therapy Antibiotik Pasien Apendisitis RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Ayu Rahmawati; Elka Yulinda; Hansen Nasif
JURNAL FARMASI DAN MAKANAN Vol 2 No 2 (2019): Journal Of Pharmacy and Science
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36341/jops.v2i2.843

Abstract

Has conducted a study entitled Switching Antibiotic Therapy to Cases of Appendicitis Surgery in Functional Medical Staff of Arifin Achmad Regional General Hospital, Riau Province. This type of research is a retrospective data observation study, medical record data of appendicitis surgery patients during 2010. The method used is the census method. Antibiotics - Oral Substitution Therapy (IAOST) Protocol to medical record data of appendicitis surgery patients at surgical SMF Arifin Achmad Hospital, Riau Province, following: a therapeutic switch (+) of 17% (29 cases), a percentage that met the switch therapy criteria and did not occur switch therapy (Δ) of 67% (114 cases), the percentage that did not meet the switch therapy criteria and switch therapy occurred (X) by 6% (11 cases), the percentage that did not meet the switch therapy criteria and no therapeutic switch (V) 17% (17 cases).
Efektifitas Antibiotik Pasien Demam Tifoid RSUP Dr. M. Djamil Padang Ayu Rahmawati; Husni Muchtar; Hansen Nasif
JURNAL FARMASI DAN MAKANAN Vol 2 No 2 (2019): Journal Of Pharmacy and Science
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36341/jops.v2i2.844

Abstract

To find out the effectiveness of antibiotics in typhoid fever patients at the SMF of Pediatric and SMF in Internal Medicine Dr. RSUP M. Djamil Padang. This study was a cross-sectional study with a retrospective type of data during 2012 and prospective from June to September 2013, with a descriptive analysis design. The number of patients who met the inclusion criteria were 11 patients. Percentage of antibiotic use in adult patients for ceftriaxone (60%) and chloramphenicol (40%). The percentage of antibiotic use in pediatric patients for ceftriaxone, chloramphenicol, and cefixim are 60%, 27%, and 13%, respectively. Fever free for ceftriaxone and chloramphenicol in pediatric and adult patients, each of which is 2-3 days and 4-6 days; 3-4 days and 4 days. To be free of cefixime fever in pediatric patients is 2 days. The length of treatment required is ceftriaxone and chloramphenicol (children and adults) antibiotics, 6 - 13 days and 9-13, respectively; 11-14 and 7 days. For the duration of cefixime antibiotic treatment for children is 13 days. The results of this study indicate that antibiotics that are used effectively against typhoid fever patients are seen from the time of free of fever and length of stay.