Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

Nilai Sosial Dalam Tradisi Minu Ae Petu Pada Masyarakat Suku Lio di Desa Aewora Kecamatan Maurole Kabupaten Ende Yusuf, Nur Wahida; Najamuddin, Najamuddin; Ihsan, Andi
Phinisi Integration Review Volume 4 Nomor 2 Tahun 2021
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pir.v4i2.21521

Abstract

Nilai Sosial Tradisi Minu Ae Petu pada Masyarakat Suku Lio di Desa Aewora Kecamatan Maurole Kabupaten Ende.(Dibimbing oleh Najamuddin dan Andi Ihsan).  Penelitian ini bertujuan untuk, mendeskripsikan nilai-nilai sosial yang terkandung dalam tradisi Minu Ae Petu pada masyarakat suku Lio di Desa Aewora Kecamatan Maurole Kabupaten Ende. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, informan dalam penelitian ini sebanyak 5 orang.  Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan tiga tahap yaitu; Reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai-nilai sosial yang terkandung dalam tradisi Minu Ae Petu yaitu, nilai kebersamaan, nilai solidaritas, nilai ekonomi, nilai motivasi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi pengetahuan yang yang mendalam bagi mahasiswa, dosen, tokoh budaya, dan bagi peneliti selanjutnya agar mampu menggali secara mendalam tentang tradisi Minu Ae Petu terkhusus di Kabupaten Ende maupun daerah lainnya sebagai ciri khas dari daerah masing-masing.
Kitoka : an Alternative of Traditional String Instrument Instruction Ihsan, Andi; Florentinus, Totok Sumaryanto
The Journal of Educational Development Vol 6 No 3 (2018): October 2018
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jed.v6i3.24906

Abstract

Kecapi is one of the nation's cultural products that is very popular in almost all communities in Indonesia. As a region that has various types of traditional harp (kecapi), South Sulawesi should be able to maintain the instrument in order to remain exist in the community. The government has made policies on local cultural arts in the form of curriculum by raising the local culture as one of the teaching materials that must be offered to the students. The process of traditional kecapi instruction in South Sulawesi is still using modern methods of music theory as a supporter of traditional kecapi instruction. The purpose of this study is to describe and analyze the development of kitoka as a form of innovation in order to answer the challenges related to the limitations of traditional string instruments especially in the learning process of music in South Sulawesi. In this research there are two types of data, i.e. primary data obtained from observation and direct interview with informants and secondary data as the supplement of the primary data obtained through literature study and documentation. The data that have been obtained through literature study, observation, interview and documentation are divided into categories and analyzed in order to be able to classify them and relate one class of data and the others. The result of this study is that the kitoka musical instrument is developed through innovation by looking at some weaknesses both in the procurement and the visual design of the traditional kecapi. This is certainly able to solve the problem of teaching kecapi in school without having to leave the traditional harp as a cultural product that must be preserved. Kitoka is part of a traditional harp developed on the basis of the needs of the people especially the popular community as it is today.
Upaya Pelestarian Kecapi Tradisional Melalui Implementasi Pembelajaran Kecapi Pada Sekolah Dasar di Amparita Kabupaten Sidrap Andi Ihsan
Publikasi Pendidikan Vol 12, No 1 (2022)
Publisher : Prodi PGSD FIP UNM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/publikan.v12i1.31763

Abstract

This study aims to describe descriptively the learning of traditional harp in elementary schools in Amparita sub-district, Sidrap district. This research is a descriptive research with a qualitative approach. Data was collected through observation, interviews, and documentation which were then analyzed by reducing the data, displaying and further verifying the data. The results of the study indicate that there are various strategies used in preserving traditional lutes through learning in elementary schools, namely learning gradually at different grade levels both theory and practice, using harps with sizes that are adjusted to the physical size of students, and the involvement of harp artists in the learning process at school. school.
GANDANG PADA UPACARA MA’PASONGLO PADA PESTA PEMAKAMAN RAHEL RAE’ PAEBONAN DI DESA ULUSALU KECAMATAN SALUPUTTI KABUPATEN TANA TORAJA Andika Daniel; Hamrin Hamrin; Andi Ihsan
JURNAL PAKARENA Vol 3, No 1 (2018): Juli
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (735.218 KB) | DOI: 10.26858/p.v3i1.14204

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Gandang Pada Upacara Ma’pasonglo pada Pesta Pemakaman Rahel rae paembonan di Desa Ulusalu, Kecamatan Saluputti, Kabupaten Tana Toraja. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara, metode observasi dan metode dokumentasi. Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang mana sasaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Gandang sebagai media komunikasi, 2. Gandang sebagai pengiring 3.Tempat penyajian Gandang, 4. Waktu penyajian Gandang, 5.kostum 6. Pelaku, 7 pola tabuhan. Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pemangku adat, pelaku Gandang dan masyarakat yang dianggap mengetahui Gandang tersebut. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis dan non statistik. Hasil penelitian di lapangan menjelaskan bahwa: 1. Gandang sebagai media komunikasi, yaitu sebagai media untuk memberikan simbol atau kode kepada keluarga atau masyarakat yang hadir pada awal upacara untuk mengangkat jenasah ke tongkonan jenasah untuk segera di arak arakkan menuju lakkaen tempat dimana jenasah di semayamkam selama upacara berlangsung dan. Gandang sebagai pengiring, yaitu untuk mengiringi para tamu atau keluarga yang hadir di pelataran duka saat upacara penerimaan tamu berlangsung dengan membawa ternak mereka yang nantinya akan di sembeli pada saat memasuki puncak acara. 3.Tempat penyajian Gandang yaitu dilaksanakan di area rumah duka saat jenasah akan akan di arak arakkan menuju lakkean dan ditana lapang yang cukup luas tempat jenasah disemanyamkan selama upacara berlangsung yang dibuat khusus untuk tempat pelaksanaan upacara dan hanya sekali pakai. 4. Waktu penyajian Gandang yaitu Gandang dilaksanakan pada siang hari samapai sore hari sepanjang Upacara Pemakaman Rahel rae’ paembonan berlangsung. 5. Pelaku Gandang yaitu masyarakat yang sudah mengenal budaya Toraja. 6. Kostum yang dipakai yaitu baju warna hitam dan sarung warna hitam, dan sepa tallung buku Dari hasil penelitian ini dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Gandang pada upacara pesta pemakaman Rahel rae’ paembonan merupakan simbol komunikasi terhadap keluarga atau masyarakat akan pelaksanaan upacara dan juga sebagai media mengiringi kedatangan para tamu pada pesta upacara tersebut.
GENDANG MAKASSAR: SERVING IN THE PROCESSION OF WASHING HEIRLOOM OBJECTS AT THE GAUKANG TRADITIONAL CEREMONY andi Ihsan; Sayidiman Sayidiman
JURNAL PAKARENA Vol 7, No 1 (2022): Juli
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/p.v7i1.32930

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan sajian gendang Makassar dalam prosesi pencucian benda pusaka pada upacara adat Gaukang di Galesong, Takalar. Pendekatan  penelitian adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dimana dalam pengumpulan data, dilakukan melalui studi pustaka, observasi, wawancara, dan dokumentasi termasuk perekaman kegiatan penelitian. Analisis data dilakukan dengan reduksi, display, dan verifikasi. Hasil penelitian yakni  penyajian gendang dalam prosesi pencucisn benda pusaka dilakukan dengan menggunakan dua gendang dan satu buah pui’-pui’, kostum menggunakan jas tutup berwarna merah dengan menggunakan passau pada bagian kepala pemain. Gendang dimainkan dengan struktur pola ritme yang baku, yaitu pola Balle Sumanga, pola Tunrung Rua,dan Pola Tunrung Pakanjara.Kata kunci: Gendang Makassar, Upacara adat Gaukang.
Melodi dan Harmoni Musik Gendong-Gendong di Desa Barambang Ebby Gunawan; Khaeruddin Khaeruddin; Andi Ihsan
xxxx
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (608.784 KB) | DOI: 10.26858/bl.v1i1.32388

Abstract

Musik adalah suatu karya seni berupa bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur pokok musik yaitu irama, melodi, harmoni, dan bentuk atau struktur lagu serta ekspresi sebagai suatu kesatuan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang; 1) bagaimana melodi gendrang kecapi musik gendong-gendong di Desa Barambang 2) Bagaimana harmoni gendrang kecapi musik gendong-gendong di Desa Barambang. Adapun proses yang dilakukan penulis dalam pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan 1) Melodi gendrang kecapi musik gendong-gendong menggunakan ritme monoton dan tangga nada mayor 2) Harmoni gendrang kecapi musik gendong-gendong adalah harmoni 2 nada dengan interval prim,sekon kecil, sekon, terst kecil, kwart berlebih, dan sekst besar.
BENTUK PENYAJIAN GENDANG REBANA SERE DI DESA ULUSADDANG KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN PINRANG Ika Adriana Halid; Andi Ihsan
xxxx
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.897 KB) | DOI: 10.26858/bl.v1i2.35000

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran Gendang Rebana Sere pada pesta pernikahan di Desa Ulusaddang Kecamatan lembang Kabupaten Pinrang. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun pokok permasalahan dalam penelitian ini yakni: (1) Latar belakang munculnya gendang rebana sere di Desa Ulusaddang Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang, (2) Bentuk penyajian gendang rebana sere pada pesta pernikahan di Desa Ulusaddang Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa: (1) awal munculnya gendang rebana sere ketika masa sallang simula (Islam pertama) sudah ada di daerah tersebut sekitar tahun 1935-1940 sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia yang diciptakan oleh Ambe’ Ngarra. (2) Bentuk penyajian gendang rebana sere yaitu: Pelaku berjumlah 10 orang terdiri dari 6 orang penari dan 4 orang pemusik. Ragam gerak terdiri atas 4 yaitu Mappatabe’ I, Mappatabe’ II, Mammesa, Mappatabe’ III. Pola lantai membentuk garis lurus dan lengkung. Iringan atau musik menggunakan gendang sebanyak 4 buah dengan ukuran yang berbeda. Busana yang digunakan yaitu passapu, jas tutu’, barocci dan lipa’ sabbe. Rias yang digunakan penari adalah rias natural. Tempat pertunjukan gendang rebana sere dilakukan sebanyak 3 kali sesuai dengan permintaan kedua belah pihak keluarga. Adapun properti yang digunakan yaitu rebana kecil yang digunakan penari dari awal sampai akhir pertunjukan. Kata Kunci: Gendang Rebana Sere, Bentuk Penyajian, Desa Ulusaddang AbstractThis study aims to provide an overview of the Sere Rebana Drum at a wedding in Ulusaddang Village, Lembang District, Pinrang Regency. The method used is a descriptive qualitative research method with data collection techniques carried out by observation, interviews and documentation. The main problems in this study are: (1) The background of the emergence of the sere tambourine drum in Ulusaddang Village, Lembang District, Pinrang Regency, (2) The presentation of the sere tambourine drum at a wedding in Ulusaddang Village, Lembang District, Pinrang Regency. From the results of the study, it is known that: (1) the beginning of the emergence of the rebana sere drum when the sallang simula (first Islam) period existed in the area around 1935-1940 before the Independence of the Republic of Indonesia which was created by Ambe' Ngarra. (2) The form of presentation of the drum tambourine sere, namely: The actors are 10 people consisting of 6 dancers and 4 musicians. The range of motion consists of 4, namely Mappatabe 'I, Mappatabe' II, Mammesa, Mappatabe' III. The floor pattern forms straight and curved lines. Accompaniment or music using 4 drums of different sizes. The clothes used are passapu, tutu', barocci and lipa' sabbe. The makeup used by dancers is natural makeup. The venue for the Sere drum tambourine performance is performed 3 times according to the request of the two families. The property used is a small tambourine used by dancers from the beginning to the end of the performance. Keywords: Gendang Rebana Sere, Form of Presentation, Ulusaddang Village
Upaya Pengembangan Bakat dan Minat Dalam Meningkatkan Kemampuan Musikal Melalui Media Keyboard Andi Ihsan; Jesika Jesika
Publikasi Pendidikan Vol 12, No 2 (2022)
Publisher : Prodi PGSD FIP UNM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/publikan.v12i2.34311

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan dan hasil pengembangan bakat dan minat dalam meningkatkan kemampuan musikal melalui pelatihan alat musik keyboard pada Jemaat Imanuel Padang Sappa. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan dengan penekatan deskriptif kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung, wawancara, dokumentasi, tes, dan angket yang  dianalisis dengan cara mereduksi, mendisplay  dan memverifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pengembangan bakat jemaat Imanuel Padang Sappa dalam memainkan keyboard terdapat tiga langkah yang dilakukan yaitu persiapan yang berarti mempersiapkan hal-hal yang penting dalam pelaksanaan pelatihan keyboard, yang kedua yaitu pemberian materi yang menggunakan model orientasi visual dari Djohan, dalam model orientasi visual ini terdiri dari tiga tahapan yaitu membaca notasi, penyajian musik yang dilatih dan main melalui pendengaran. Dalam membaca notasi peneliti memberikan partitur kidung jemaat 26 dalam hal ini peneliti mengajarkan kemudian meminta peserta pelatihan membacanya, setelah mengetahui membaca notasi angka partitur lagu kidung jemaat selanjutnya menyajikan/mempraktekkan pada keyboard dengan lagu yang diberikan, dan yang terakhir adalah evaluasi yang berarti melihat pencapaian atau keberhasilan peserta pelatihan. Hasil/capaian peserta pelatihan dalam pengembangan bakat memainkan keyboard dibuktikan dengan hasil pretest sebelum pelatihan keyboard dan  post test pada tahap evaluasi, dari hasil tersebut membuktikan bahwa hasil pretest menunjukkan rata-rata peserta pelatihan  belum bisa dalam pengenalan fitur-fitur, membaca notasi, dan memainkan keyboard tetapi setelah diberikan pengajaran pelatihan keyboard (Post test) pada tahap evaluasi yang berupa tes keterampilan rata-rata peserta pelatihan/anggota jemaat bisa dalam pengenalan fitur-fitur, membaca notasi (menekan tuts akord dan melodi), dan memainkan keyboard dengan lagu yang diberikan dan dengan presentase peningkatan dari pretest sampai posttest sebesar 50,73%.
Barazanji Asaraka: Musik Iringan dalam Acara “Menre Mola Baru” di Dusun Tinco, Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng Andi Ihsan; M. Padil
JURNAL IMAJINASI Vol 6, No 1 (2022): Januari-Juni
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/i.v6i1.32929

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan secara deskriptif pertunjukan dan fungsi barzanji pada prosesi acara “Menre Mola Baru” sebagai salah-satu musik tradisional masyarakat bugis di dusun Tinco, kecamatan Lalabata, kabupaten Soppeng. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi yang selanjutnya dianalisis dengan cara mereduksi data, display dan selanjutnya verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan prosesi pelaksanaan upacara barazanji dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap yakni : (1)Persiapan, (2) Pembacaan doa dan Arrawi, (3) Pembacaan Assaraka. Tahap persiapan dilakukan dengan berdiri yang dilakukan oleh imam diikuti oleh seluruh anggota barazanji dengan membentuk posisi memanjang dan saling berhadapan. Pembacaan doa dan Arrawi dipimpin  oleh imam sebagai tanda dimulainya barzanji. Selanjutnya pembacaan arrawi yang dilakukan tanpa melodi (seperti membaca biasa). Bacaan berisi riwayat singkat keseharian Rasulullah SAW. Selanjutnya tahap pembacaan Assaraka. Pembacaan assaraka dimulai dengan Imam sendiri yang melantunkan kalimat “falamma ana awanu maulidihil”. Lantunan lafadz ini dinyanyikan dengan pola melodi khas barazanji yang selanjutnya dilantungkan secara bersama-sama (unisono). Pembacaan assaraka ini dilakukan dalam 3 (tiga) tahapan penyajian yakni: (1)dinyanyikan secara bersama-sama, (2)dinyanyikan secara bergantian, (3) doa penutup. Tahap dinyanyikan secara bersama-sama dilakukan pada bait awal syair barazanji awal, sedangkan di bagian pertengahan syair dinyanyikan secara bergantian oleh pelaku barzanji. Terakhir doa penutup yang dipimpin oleh imam dengan doa yang dilantungkan dalam bahasa bugis.   Adapun fungsi barzanji pada acara  menre bola baru di dusun Tinco meliputi: sistem proyeksi, sebagai alat pengesahan antara pranata-panata dan lebaga kebudayaan, sebagai alat pendidikan, sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya, fungsi yang berkaitan dengan norma sosial, kesinambungan budaya, serta fungsi hiburanKata kunci : Barazanji, Musik Iringan, Fungsi, Menre Bola Baru
Apresiasi sebagai Alternatif dalam Melatih Membuat Karya Musik Vokal Hamrin Samad; Andi Ihsan
Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat PROSIDING EDISI 3: SEMNAS 2020
Publisher : Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.555 KB)

Abstract

Mitra program kemitraan komunitas ( PKM ) ini adalah kelompok paduan suara Phinisi Choir. Masalahnya adalah (1)  kurangnya kemampuan dalam mengapresiasi musik vokal dengan baik. (2) kurangnya kemampuan dalam  mengaransemen dnn mencipta karya musik vocal. Metode yang digunakan adalah metode ceramah, demontrasi dan tanya jawab mitra pendamping. Hasil yang dicapai adalah (1) mitra memiliki kemampuan dalam mengapresiasi lagu denan baik (2) mitra memiliki kemampuan dalam mencipta karya musik vocal. (3) mitra memiliki kemampuan dalam menganalisis karya musik vokal