Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Molecular Ecology Comparison of Blue Leg Hermit Crab (Calcinus elegans) based on Spatial Factor in South Coast of Java Island Muliawati Handayani; Sutrisno Anggoro; Ita Widowati; Imai Hideyuki
International Journal of Marine and Aquatic Resource Conservation and Co-existence 2014: IJMARCC Volume 1 Issue 1 Year 2014
Publisher : International Journal of Marine and Aquatic Resource Conservation and Co-existence

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.047 KB) | DOI: 10.14710/ijmarcc.1.1.p

Abstract

The study was conducted to determine the genetic diversity of Calcinus elegans based on sequences of the COI mitochondrial DNA. Successfully 54 samples of Garut; 43 of Yogyakarta and 47 of Banyuwangi populations were amplified by PCR using universal primers LCO 1490 and HCO 2198 successfully amplified COI gene in 625 bp, with an overall haplotype totaled 64 at 111 polymorphic sites. All population showed high genetic diversity within population interpreted by the value of gene diversity (H): Garut is 0.9266 ± 0.0251; Yogyakarta is 0.9668 ± 0.0156 and Banyuwangi is 0.9288 ± 0.0257 and the value of nucleotide diversity (π): Garut is 0.007155 ± 0.003972; Yogyakarta is 0.007966 ± 0.004387 and Banyuwangi is 0.00723 ± 0.004021. Gene diversity and nucleotide diversity did not differ significantly between populations. While genetic diversity among populations interpreted from haplotypes similarity or shared haplotype. Number of shared haplotypes among three populations is 12 haplotypes with 90 samples included. Banyuwangi population showed smallest intensity interaction with other populations indicated by the smallest value of haplotypes; polymorphic sites; hetorozigosity and distribution of larvae are influenced by spatial factor. However, three populations come from one ancestors and part of a large population. Thus the current and other environmental factors in South Coast of Java Island are effected on the genetic diversity among populations of C. elegans with a correlation coefficient is r = 0.98 (genetic diversity with current) and r = >0.90 (genetic diversity with temperature, salinity, pH, depth and distance).   Key words: Calcinus elegans, genetic diversity, COI, mitochondrial DNA, haplotype
Habitat Management Based on Mangrove Sensitivity Assesment in Tulungagung Coastal Area Dhira Kurniawan Saputra; Bambang Semedi; Arief Darmawan; Oktiyas Muzaky Luthfi; Muliawati Handayani; Sulastri Arsad
ECSOFiM (Economic and Social of Fisheries and Marine Journal) Vol 7, No 2 (2020): ECSOFiM April 2020
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.ecsofim.2020.007.02.11

Abstract

Tulungagung reflects the typical conditions of southern coast of Java, which dominated bay small bays with thin layer of superficial mud sediments and bordered by hilly terrain. Mangrove distribution in Tulungagung located in there locations, Brumbun Beach, Gerangan Beach and Sine Beach. This research aimed to identify the forest structure, habitat sensitivity and completed with management plan in each location. Data collected includes vegetation structure, hydrooceanography, environmental pressure and anthropogenic activities. An interesting finding is that, despite its narrow areas (2,24 Ha), mangroves in Tulungagung have high species diversity (11 species of true mangrove includes Acanthus ebracteatus, Acanthus ilicifolius, Acrostichum aureum, Avicennia alba, Avicennia marina, Ceriops tagal, Excoecaria agallocha, Rhizopora apiculata, Rhizopora mucronata, Rhizopora stylosa dan Sonneratia alba). Rm and Rs stands dominated by >7m height with canopy cover range from 79,4-89,6%. Geomorphological settings and limited mud supply are the primary challenges for mangrove habitat in Tulungagung. On the other hand, observation conservation status and local stakeholders involvement show the need for improvement of mangrove management in Tulungagung coastal areas.
Distribusi Suhu, Salinitas dan Oksigen Terlarut Terhadap Kedalaman Di Perairan Teluk Prigi Kabupaten Trenggalek Evy Afriyani Sidabutar; Aida Sartimbul; Muliawati Handayani
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 3, No 1 (2019): JFMR VOL 3 NO.1
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (831.886 KB) | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2019.003.01.6

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di perairan Teluk Prigi pada bulan Mei 2017 di 18 titik stasiun. Parameter suhu, salinitas dan oksigen terlarut diukur secara langsung di lapangan dengan menggunakan alat sensor AAQ 1183 pada kedalaman 1, 5 dan 10 meter, sedangkan parameter kedalaman diukur menggunakan alat Echosounder GPS Map 585. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi suhu, salinitas dan oksigen terlarut dan hubungannya terhadap kedalaman di stasiun pengukuran perairan Teluk Prigi. Berdasarkan hasil pengukuran terdapat perbedaan distribusi yang cukup ekstrem, baik itu distribusi suhu, salinitas maupun oksigen terlarut. Perbedaan distribusi tersebut ditemukan pada stasiun 2 (kawasan muara sungai) dan stasiun 5 (kawasan pantai Pasir Putih). Pada distribusi suhu, suhu tinggi terdapat di stasiun 2 sebesar 28,18 oC, dan suhu rendah terdapat pada stasiun 5 sebesar 26,72 oC. Salinitas tinggi terdapat pada stasiun 5 sebesar 34,10 ‰ dan salinitas rendah terdapat pada stasiun 2 sebesar 32,31 ‰. Kadar oksigen terlarut tinggi terdapat pada stasiun 2 sebesar 8,40 ppm dan kadar oksigen terlarut rendah terdapat pada stasiun 5 sebesar 7,99 ppm. Perbedaan distribusi antara stasiun 2 dan stasiun 5 terjadi karena adanya pengaruh internal yaitu perbedaan batimetri/kontur kedalaman pada kedua stasiun tersebut. Stasiun 2 memiliki kedalaman yang dangkal yaitu sekitar 4 meter dan stasiun 5 dengan kedalaman yang relatif dalam yaitu sekitar 24 meter. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi batimetri pada perairan teluk, penting untuk dipelajari karena sangat berpengaruh terhadap distribusi kualitas perairan.
Komposisi Jenis Ikan di Fish Apartment Perairan Situbondo Muliawati Handayani; Sukandar Sukandar
Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i3.34195

Abstract

Perairan Situbondo telah lama dikenal sebagai produksi ikan hias air laut. Penangkapan ikan hias di Situbondo salah satunya terletak di perairan Pasir Putih. Sebelum tahun 2015 penangkapan ikan hias menggunakan alat tangkap destruktif hingga mengakibatkan kerusakan ekosistem terumbu karang. Salah satu upaya pelestarian ekosistem terumbu karang dan ikan hias dapat dilakukan dengan penenggelaman rumah ikan yang telah dilakukan pada tahun 2013, 2014 dan 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan ikan, mengestimasi komposisi jenis ikan dan menganalisis indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi. Survey dilakukan dengan visual sensus menggunakan Belt Transect. Survey dilakukan pada fase bulan mati dan fase bulan purnama. Kelimpahan ikan pada fase bulan mati hampir mencapai tiga kali lipat dibandingkan dengan kelimpahan ikan pada fase bulan purnama. Ikan yang ditemukan terdiri dari 16 family dari 26 spesies pada fase bulan mati dan 15 family dari 22 spesies pada fase bulan purnama. Indeks keanekaragaman dan keseragaman pada fase bulan mati dan purnama tidak berbeda secara signifikan dan tergolong keanekaragaman rendah serta komunitas tertekan. Indeks dominansi pada fase bulan mati menunjukkan dominansi yang sedang, sedangkan pada fase bulan purnama menunjukkan dominansi yang rendah. Situbondo sea have long been known as ornamental fish production. One of the ornamental fish explorations in Situbondo is located in the Pasir Putih Beach. Before 2015, ornamental fish catchment using unfriendly environmental fishing gear effected in coral reef ecosystems destruction. Fish apartment is one of the efforts to restore and conserve coral reef ecosystem.  Fish apartments initiation have been carried out in 2013, 2014 and 2015. This study aims to determine the abundance of fish, estimate the composition of fish species and analyze the diversity index, similarity index and dominance index. The survey was conducted by visual census using a Belt Transect carried out during the dead moon phase and the full moon phase. The abundance of fish in the dead moon phase is almost three times higher than the abundance of fish in the full moon phase. The fish recorded consist 16 families of 26 species in the dead moon phase and 15 families of 22 species in the full moon phase. The diversity and similarity indexes in the dead and full moon did not differ significantly and were classified as low diversity and depressed communities. Dominance index in the dead moon phase shows moderate dominance, while the full moon phase shows low dominance. 
Epipsammic Diatom Cocconesis sp. as New Bioeroder in Scleractinian Coral Oktiyas Muzaky Luthfi; Adhimas Haryo Priyambodo; Muliawati Handayani; Yenny Risjani; Andrzej Witkowski
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 15 No. 1 (2023): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v15i1.37653

Abstract

Highlight Research The endolithic bioeroders were identified. Cocconeis sp. was new for the science of euendolithic bioeroder of Scleractinian coral. SEM revealed Cocconeis sp. etch and bore of coral skeleton. Pennate diatom was present on coral cavities.   Abstract Laminar coral, Montipora, contributes to the coral reef ecosystem. The laminar life form is usually used by juvenile reef biota to shelter and prey. In an intertidal area, such as Pantai Kondang Merak, these corals are susceptible to erosion caused by mechanical and biological forces. Strong current or other anthropogenic activity may break coral colonies into pieces. Also, some grazers from reef fish and bioeroder potentially weaken coral structures. This study aimed to find the effect of biological agents from Bacillariophyceae, such as Cocconeis diatom, on the bioerosion process in laminar coral, e.g., Montipora. Ten montiporid corals from Pantai Kondang Merak were observed to find bio-eroding activities. Each coral colony was divided into 12 parts and photographed to record signs of bio-erosion on coral surface. While observing microborers, a 2x2 cm of the coral surface was observed using Scanning Electron Microscopy (SEM). SEM revealed that a frustule of Cocconeis sp. was found inside aragonite laminar coral from Pantai Kondang Merak. Cocconeis naturally grows on the coasts of tropical oceans as benthic organisms. They are reported as living attached to many substrates’ surfaces and within the substrate as euendolith. This study revealed that Cocconeis sp. lived inside the coral skeleton as micro bioeroder by attaching their valve in coral aragonite. Further work needs more observations of another potential euendolith diatom living inside the coral and to build new information on their mechanism of bio-eroding process in more detail.  
Komposisi Jenis Ikan di Fish Apartment Perairan Situbondo Muliawati Handayani; Sukandar Sukandar
Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i3.34195

Abstract

Perairan Situbondo telah lama dikenal sebagai produksi ikan hias air laut. Penangkapan ikan hias di Situbondo salah satunya terletak di perairan Pasir Putih. Sebelum tahun 2015 penangkapan ikan hias menggunakan alat tangkap destruktif hingga mengakibatkan kerusakan ekosistem terumbu karang. Salah satu upaya pelestarian ekosistem terumbu karang dan ikan hias dapat dilakukan dengan penenggelaman rumah ikan yang telah dilakukan pada tahun 2013, 2014 dan 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan ikan, mengestimasi komposisi jenis ikan dan menganalisis indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi. Survey dilakukan dengan visual sensus menggunakan Belt Transect. Survey dilakukan pada fase bulan mati dan fase bulan purnama. Kelimpahan ikan pada fase bulan mati hampir mencapai tiga kali lipat dibandingkan dengan kelimpahan ikan pada fase bulan purnama. Ikan yang ditemukan terdiri dari 16 family dari 26 spesies pada fase bulan mati dan 15 family dari 22 spesies pada fase bulan purnama. Indeks keanekaragaman dan keseragaman pada fase bulan mati dan purnama tidak berbeda secara signifikan dan tergolong keanekaragaman rendah serta komunitas tertekan. Indeks dominansi pada fase bulan mati menunjukkan dominansi yang sedang, sedangkan pada fase bulan purnama menunjukkan dominansi yang rendah. Situbondo sea have long been known as ornamental fish production. One of the ornamental fish explorations in Situbondo is located in the Pasir Putih Beach. Before 2015, ornamental fish catchment using unfriendly environmental fishing gear effected in coral reef ecosystems destruction. Fish apartment is one of the efforts to restore and conserve coral reef ecosystem.  Fish apartments initiation have been carried out in 2013, 2014 and 2015. This study aims to determine the abundance of fish, estimate the composition of fish species and analyze the diversity index, similarity index and dominance index. The survey was conducted by visual census using a Belt Transect carried out during the dead moon phase and the full moon phase. The abundance of fish in the dead moon phase is almost three times higher than the abundance of fish in the full moon phase. The fish recorded consist 16 families of 26 species in the dead moon phase and 15 families of 22 species in the full moon phase. The diversity and similarity indexes in the dead and full moon did not differ significantly and were classified as low diversity and depressed communities. Dominance index in the dead moon phase shows moderate dominance, while the full moon phase shows low dominance. 
Distribusi Suhu, Salinitas dan Oksigen Terlarut Terhadap Kedalaman Di Perairan Teluk Prigi Kabupaten Trenggalek Evy Afriyani Sidabutar; Aida Sartimbul; Muliawati Handayani
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol. 3 No. 1 (2019): JFMR
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2019.003.01.6

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di perairan Teluk Prigi pada bulan Mei 2017 di 18 titik stasiun. Parameter suhu, salinitas dan oksigen terlarut diukur secara langsung di lapangan dengan menggunakan alat sensor AAQ 1183 pada kedalaman 1, 5 dan 10 meter, sedangkan parameter kedalaman diukur menggunakan alat Echosounder GPS Map 585. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi suhu, salinitas dan oksigen terlarut dan hubungannya terhadap kedalaman di stasiun pengukuran perairan Teluk Prigi. Berdasarkan hasil pengukuran terdapat perbedaan distribusi yang cukup ekstrem, baik itu distribusi suhu, salinitas maupun oksigen terlarut. Perbedaan distribusi tersebut ditemukan pada stasiun 2 (kawasan muara sungai) dan stasiun 5 (kawasan pantai Pasir Putih). Pada distribusi suhu, suhu tinggi terdapat di stasiun 2 sebesar 28,18 oC, dan suhu rendah terdapat pada stasiun 5 sebesar 26,72 oC. Salinitas tinggi terdapat pada stasiun 5 sebesar 34,10 ‰ dan salinitas rendah terdapat pada stasiun 2 sebesar 32,31 ‰. Kadar oksigen terlarut tinggi terdapat pada stasiun 2 sebesar 8,40 ppm dan kadar oksigen terlarut rendah terdapat pada stasiun 5 sebesar 7,99 ppm. Perbedaan distribusi antara stasiun 2 dan stasiun 5 terjadi karena adanya pengaruh internal yaitu perbedaan batimetri/kontur kedalaman pada kedua stasiun tersebut. Stasiun 2 memiliki kedalaman yang dangkal yaitu sekitar 4 meter dan stasiun 5 dengan kedalaman yang relatif dalam yaitu sekitar 24 meter. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi batimetri pada perairan teluk, penting untuk dipelajari karena sangat berpengaruh terhadap distribusi kualitas perairan.
Efektifitas Rekayasa Media Budidaya Terhadap Respon Pertumbuhan pada Ikan Sidat (Anguila bicolor) Eulis Marlina; Muliawati Handayani
Jurnal Riset Rumpun Ilmu Hewani (JURRIH) Vol. 1 No. 2 (2022): Oktober : Jurnal Riset Rumpun Ilmu Hewani
Publisher : Pusat riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/jurrih.v1i2.674

Abstract

Ikan Sidat merupakan salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Permintaan pasar yang tinggi dan topografi sungai besar di wilayah Lampung mendukung migrasi ikan katadromus ini. Sejauh ini pemenuhan pasar mayoritas berasal dari penangkapan dari alam, maka upaya pembudidayaan ikan ini terus diupayakan. Salah satu permasalahan yang muncul yaitu sulitnya melakukan rekayasa media yang menyerupai habitat asli sehingga tingkat efektifitasnya terhadap respon pertumbuhan masih rendah. Rekayasa media dengan sistem resirkulasi yang dilengkapi filter dari material yang tepat di dalam media budidaya penting untuk diujikan untuk melihat efektifitasnya terhadap respon pertumbuhan. Penelitian bersifat eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan berupa material filter berbeda dan 3 ulangan. Hewan uji yg digunakan Elver sidat berukuran 1,4-gram dengan padat tebar 5 ekor/liter. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa respon pertumbuhan terbaik ikan sidat adalah pada perlakuan P2 (filter dengan material medium dakron, bio ball, pasir malang) dengan bobot akhir 10,72 gram, walaupun nilai SR pada perlakuan P2 ini tidak sebaik nilai SR di perlakuan 3 (filter dengan material media dakron, bio ball, arang aktif)
Suitability Analysis of Fish Apartment Placement to Conserve Fish Resources on the North Sea of East Java Muliawati Handayani; Sukandar; Citra Satrya Utama Dewi; Dwi Puji Hartono
Jurnal Biologi Tropis Vol. 23 No. 1 (2023): January - March
Publisher : Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v23i1.4636

Abstract

Northern Java have been overexploited due to over fishing and use of destructive fishing gear. This causes a decrease in fish resources. Fish apartment is alternative things to restore the availability of fish resources. Drowning a fish apartment requires a more effective suitability assessment and to maximize its benefits. This study aims to know the suitability/feasibility of candidate locations for placing fish apartment. The study was conducted in April-June 2019 used survey and assess the condition of the waters based on the suitability matrix. The assessment score multiplied by the point of each parameter. The result showed that, placement of fish houses in Tuban district is in Palang waters; Bangkalan Regency in Modung Waters, Pamekasan Regency in Jumiang 3 site, Gresik Disctict (Bawean Island) in Batu Elong, Probolinggo Regency in Gending Waters, Probolinggo City in Karang Katon Waters and Situbondo Regency in Pasir Putih Beach.
SOSIALISASI PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT OLEH ALAT PENANGKAPAN IKAN DI DESA KETEGUHAN, GABUNGAN KELOMPOK NELAYAN KELAUTAN PERIKANAN (GAPOKAN) LAMPUNG Denta Tirtana; Mestiria Harbani Sitepu; Eulis Marlina; Rama Agus Mulyadi; Aprilia Syah Putri; Fauzi Syahputra; Dona Setya; Muliawati Handayani; Mulkan Nuzapril
BUGUH: JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol. 3 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Badan Pelaksana Kuliah Kerja Nyata Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/buguh.v3n1.1245

Abstract

Wilayah pesisir dan laut sangat rentan terhadap berbagai ancaman pencemaran baik yang berasal dari aktivitas domestik manusia (marine debris), industri (pengolahan perikanan), perhubungan laut seperti tumpahan minyak (oil spill), maupun aktivitas lainnya. Pencemaran di lingkungan laut (pollution of the marine environment) yaitu dimasukkannya oleh manusia, secara langsung atau tidak langsung ke dalam lingkungan laut yang mengakibatkan dapat buruk sedemikian rupa seperti kerusakan pada keberlangsungan kehidupan laut sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut termasuk penangkapan ikan (UNCLOS. 1982). Tujuan yang diharapkan dari kegiatan pengabdian ini adalah meningkatkan pengetahuan bagi para nelayan GAPOKAN tentang bahayanya ghost fishing. Ghost Fishing merupakan salah satu akibat dari jaring ikan yang dibuang atau hilang di perairan laut. Pemahaman tentang pencemaran laut yang mungkin dilakukan oleh nelayan dapat dipahami oleh kelompok nelayan GAPOKAN.  Salah satu kegiatan yang sudah dilakukan oleh nelayan di Bandar Lampung untuk mengurangi sampah yang dihasilkan oleh alat tangkap menggunakan adalah menggunakan kembali sebagai substrat budidaya kerang hijau.