Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Uji Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Seledri (Apium graviolens L.) Dan Madu Hutan Terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Penyakit Kulit Masayu Azizah; Lara Septy Lingga; Yopi Rikmasari
Jurnal Penelitian Sains Vol 22, No 1 (2020)
Publisher : Faculty of Mathtmatics and Natural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (797.144 KB) | DOI: 10.56064/jps.v22i1.547

Abstract

Telah dilakukan uji aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol daun seledri (Apium graviolens L.) dan madu hutan terhadap bakteri penyebab penyakit kulit yaitu Staphylococcus aureus ATCC 25923, Streptococcus pyogenes ATCC 19615, Propionibacterium acnes ATCC 11827, Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853, Sreptococcus β hemoliticus ATCC 19615. Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol destilat. pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar dengan konsentrasi zat uji yaitu 70%:30%, 60%:40% dan 50%:50% dengan menggunakan etanol destilat sebagai kontrol negatif dan kloramfenikol sebagai kontrol positif. Hasil penelitian menunjukkan daya hambat ekstrak pada konsentrasi 70%:30% pada masing-masing bakteri uji yaitu Staphylococcus aureus ATCC 25923  sebesar 17 mm, Streptococcus pyogenes ATCC 19615 sebesar 18,6 mm, Propionibacterium acnes ATCC 11827 sebesar 17,9 mm, Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 sebesar 18,6 mm, Sreptococcus β hemoliticus ATCC 19615 sebesar 16,15 mm. hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun seledri dan madu hutan memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri infeksi kulit dalam kategori kuat
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan menggunakan obat antihipertensi: Cross Sectional Study di Puskesmas Sosial Palembang Yopi Rikmasari; Agnes Rendowati; Astiwana Putri
Jurnal Penelitian Sains Vol 22, No 2 (2020)
Publisher : Faculty of Mathtmatics and Natural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.26 KB) | DOI: 10.56064/jps.v22i2.561

Abstract

Konsistensi kepatuhan terhadap pengobatan merupakan faktor kunci dalam mengontrol tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, jenis terapi, durasi terapi, derajat hipertensi dan komorbid dengan kepatuhan pasien dalam menggunakan obat. Desain studi pada penelitian ini yaitu cross sectional korelasional analitik di Puskesmas Sosial Palembang. Data penelitian diperoleh dari data primer menggunakan kuesioner MMAS-8 dan data sekunder dari rekam medis. Uji hubungan menggunakan chi square dan parameter kekuatan hubungan dinilai dengan odds ratio (OR). Responden sebanyak 66 orang berada pada tingkat kepatuhan tinggi 57,6% dan tingkat kepatuhan rendah – sedang 42,4%. Terdapat hubungan antara usia (p=021), pendidikan (p=0,034), durasi terapi (p=0,017) dan komorbid (p=0,036). Nilai odds ratio komorbid (OR=6,00), usia (OR=5,43), pendidikan (OR=2,14) dan durasi terapi (OR=0,26). Adanya komorbid, usia yang lebih tua dan pendidikan yang lebih tinggi merupakan faktor yang mendukung kepatuhan terhadap pengobatan hipertensi. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan dalam menyusun strategi untuk meningkatkan kepatuhan pasien.
Hubungan Jumlah Jenis Obat terhadap Kejadian Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Bronkitis Pediatri Rawat Jalan Rumah Sakit X Palembang Tahun 2015 Yopi Rikmasari; Noprizon Noprizon; Raymond Hutagaol
Jurnal Penelitian Sains Vol 19, No 2 (2017)
Publisher : Faculty of Mathtmatics and Natural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (201.205 KB) | DOI: 10.56064/jps.v19i2.481

Abstract

Drug-related problems (DRPs) are actual or potential events or circumstances that interfere with op-timal patient outcomes. Analysis of DRPs in bronchitis is important because bronchitis is one of the most com-mon respiratory infections in the community and needs special attention in pediatric patients, especially doses and limitations of the dosage form, so that pediatric patients are often given drugs in the form of dosage prepa-rations (pulveres) Which consists of several kinds of drugs. Polypharmacy is a large number of drugs in a pre-scription (and or without prescription) for inappropriate clinical effects. To decide carefully in identifying poly-pharmacy and stated that using more than the amount of drug that should be a potential risk of DRPs is limited assessment when assessing DRPs in a clinical setting. This study aims to determine the relationship between the number of drugs with the incidence of DRPs in child bronchitis patients in RS X Palembang. This research is a retrospective observational study, using analytical quantitative research method with de-scriptive design in the form of correlation study. Sources of data were obtained from secondary data, ie medi-cal records and recipes, using obervation sheet research instruments. The population is outpatient pediatric patients with a diagnosis of bronchitis at Palembang Hospital "X" in 2015. This study was conducted on all pop-ulations meeting the inclusion criteria. The results showed that there was a correlation (R = 0.473) between the number of drugs with the incidence of Drug Related Problems (DRPs) in the medium category and there was a positive correlation between the two variables ie the increasing number of drugs will increase the incidence of Drug Related Problems (DRPs). 
The effect of drug information service using leaflet media and medication reminder chart on adherence and blood pressure of hypertensive patients in primary health care Yopi Rikmasari
Jurnal Ilmiah Farmasi 2022: Special Issue
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/jif.specialissue2022.art6

Abstract

Abstract Background: Treatment adherence is an important factor affecting blood pressure control in hypertensive patients. Intervention in pharmacy service can improve medication adherence and lower blood pressure.Objective: This study aimed to evaluate the effect of drug information service using leaflets and MRC on the level of patient compliance and lowering blood pressure.Method: The research design was a quasi-experimental pre-and post-design with control, the intervention group (n=20), and the control group (n=20). The patient adherence was measured using the MGLS questionnaire at the beginning and the end of the study. The intervention was performed by distributing a drug information leaflet and medication reminder chart (MRC). The differences of adherence pre and post-intervention were analyzed using paired t-test, while the differences in adherence and blood pressure between the control and the intervention group were analyzed using the Mann-Whitney test.Results: The results showed that there was a significant difference in adherence between pre and post-intervention (p<0.001). A significant difference was also found in the level of adherence between the control group and the intervention group (p<0.001). Whereas the decrease of systolic (p=0.396) and diastolic (p=0.564) blood pressure in the intervention group and control group was not different significantly.Conclusion: Drug information services using leaflets and MRCs affected patient adherence to medication, but did not interfere with the decrease of systolic and diastolic blood pressure.Keywords: leaflets, medication reminder chart, adherence, blood pressureIntisari Latar belakang: Kepatuhan pengobatan merupakan faktor penting yang mempengaruhi pengendalian tekanan darah pada pasien hipertensi. Intervensi dalam pelayanan kefarmasian diketahui dapat meningkatkan kepatuhan pengobatan dan menurunkan tekanan darah.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh PIO (PIO) menggunakan media leaflet disertai pemberian MRC terhadap tingkat kepatuhan pasien dan penurunan tekanan darah.Metode: Desain penelitian berupa quasi-experimental dengan pre-test dan post-test design with control group. Subjek penelitian pada tiap kelompok intervensi (n=20) dan kelompok kontrol (n=20). Kepatuhan pasien diukur menggunakan kuesioner MGLS pada awal penelitian dan empat minggu setelah intervensi. Uji-t berpasangan digunakan untuk menganalisis perbedaan kepatuhan sebelum dan sesudah intervensi, sedangkan perbedaan kepatuhan dan perubahan tekanan darah antara kelompok intervensi dan kontrol dianalisis dengan uji mann-whitney.Hasil: Hasil penelitian memperlihatkan ada perbedaan kepatuhan yang signifikan antara sebelum dan sesudah mendapatkan intervensi (p<0,001). Selain itu, tingkat kepatuhan minum obat antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi juga berbeda signifikan (p<0,001), sedangkan penurunan tekanan darah sistolik (p=0,396) dan tekanan darah diastolik (p=0,564) pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan yang signifikan.  Kesimpulan: PIO menggunakan media leaflet disertai pemberian MRC mempengaruhi tingkat kepatuhan minum obat pasien, namun tidak memberikan pengaruh terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik.Kata kunci: leaflet, medication reminder chart, kepatuhan, tekanan darah
Efek Imunomodulator Jus Herbal Kombinasi Bawang Putih, Jahe Merah, Jeruk Nipis, Cuka Apel dan Madu terhadap Mencit Putih Jantan Sari Meisyayati; Wahyudi Apriyanto; Yopi Rikmasari
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi Vol 1 No 2 (2016): Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi
Publisher : Lembaga Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) STIFI Bhakti Pertiwi Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.745 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek imunomodulator dari jus herbal kombinasi bawang putih, jahe merah, jeruk nipis, cuka apel dan madu pada sejumlah variasi dosis. Penelitian ini menggunakan metoda bersihan karbon dan menggunakan 20 ekor mencit putih jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Sediaan jus herbal diberikan secara oral dengan variasi dosis 2 ml/kgBB, 4 ml/kgBB dan 8 ml/kgBB, begitu pula dengan suspensi tween 80 1% sebagai kontrol negatif dan suspensi fitofarmaka 6,5 mg/kgBB selama enam hari berturut-turut. Selanjutnya pada hari ke tujuh masing-masing kelompok uji diinjeksi tinta karbon melalui vena ekor lalu darah diambil melalui retro vena orbital setelah menit ke 5 dan 15 lalu dilisis dengan natrium karbonat untuk selanjutnya diukur absorban menggunakan spektrofotometri uv-vis pada λ maksimum 675 nm. Parameter yang diamati adalah konstanta fagositosis dan waktu paruh yang selanjutnya seluruh data masing-masing kelompok diolah dengan ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jus herbal kombinasi bawang putih, jahe merah, jeruk nipis, cuka apel dan madu pada mencit putih jantan dapat meningkatkan kemampuan fagositosis sel-sel imun secara signifikan dibandingkan kontrol negatif serta dapat pula mempercepat waktu bersihan karbon yang bertindak sebagai antigen sehingga terbukti efektif sebagai imunomodulator. Efek tersebut telah timbul mulai dosis 2 ml/kgBB.
Analisis Antioksidan dari Berbagai Fraksi Daun Cokelat (Theobroma cacao L.) Mauizatul Hasanah; Suci Amaliani; Yopi Rikmasari
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi Vol 2 No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi
Publisher : Lembaga Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) STIFI Bhakti Pertiwi Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (449.898 KB)

Abstract

Telah dilakukan penelitian analisis antioksidan dari berbagai fraksi daun cokelat (Theobroma cacao L.) dengan metode DPPH (2,2-Difenil-1-Pikrilhidrazil). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari berbagai fraksi daun cokelat. Sampel segar daun cokelat diekstraksi dengan pelarut etanol 70% kemudian difraksinasi. Fraksinasi dilakukan dengan berbagai pelarut berdasarkan kepolarannya menghasilkan fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, fraksi air. Metode uji antioksidan dengan pereaksi DPPH (2,2-Difenil-1-Pikrilhidrazil) terhadap fraksi etil asetat, fraksi n-heksan, dan fraksi air pada beberapa konsentrasi yaitu 100 ppm, 80 ppm, 60 ppm, 40 ppm, 20 ppm, pada Spektrofotometri UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan adanya aktivitas antioksidan berupa nilai IC50 pada berbagai fraksi diperoleh fraksi etil asetat adalah 41,76 ppm, fraksi n-heksan adalah 70,05 ppm, fraksi air adalah 109,4 ppm. Aktivitas antioksidan tertinggi ditunjukkan pada fraksi etil asetat.
Efek Sedatif Ekstrak Etanol Umbi Wortel (Daucus carota L.) pada Mencit Putih Jantan Galur Swiss-Webster Erjon; Putri Widya Ningsih; Yopi Rikmasari
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi Vol 2 No 2 (2017): Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi
Publisher : Lembaga Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) STIFI Bhakti Pertiwi Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.093 KB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek sedatif dari ekstrak etanol umbi wortel (Daucus carota L). Ekstrak etanol umbi wortel diperoleh dengan menggunakan metode maserasi. Hewan uji yang digunakan sebanyak 25 ekor dibagi secara acak menjadi 5 kelompok. Kelompok perlakuan diberi ekstrak etanol umbi wortel dosis masing-masing 140 mg/kgbb, 280 mg/kgbb, 560 mg/kgbb, kelompok kontrol diberi tween 80 1% dengan dosis 10 ml/kgbb dan kelompok pembanding diberi diazepam dengan dosis 5 mg/kgbb. Pemberian selama 7 hari dengan dosis tunggal. Efek sedatif diuji pada hari ke-1, ke-4 dan ke-7. Parameter pengamatan meliputi jumlah jengukan pada hole-board dan waktu jatuh pada alat traction test. Hasil pengujian menunjukan jumlah jengukan paling sedikit ditunjukan oleh pembanding, dan diikuti oleh dosis 560 mg/kgbb, 280 mg/kgbb, 140 mg/kgbb dan kontrol. Waktu jatuh terpendek di mulai dari pembanding dan diikuti oleh dosis 560 mg/kgbb, 280 mg/kgbb, 140 mg/kgbb dan kontrol. Data dianalisa menggunakan Two Way ANOVA, uji Duncan dan Pearson Correlation. Hasil uji Two Way ANOVA dan uji Duncan menunjukkan bahwa ekstrak etanol umbi wortel memiliki efek sedatif dan efek sedatif tertinggi terdapat pada dosis 560 mg/kgbb. Hasil uji Pearson Correlation menunjukkan bahwa peningkatan dosis ekstrak etanol umbi wortel memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap peningkatan efek sedatif dan peningkatan lama pemberian ekstrak etanol umbi wortel memiliki hubungan yang lemah terhadap peningkatan efek sedatif.
Rasionalitas Penggunaan Obat dan Kepatuhan Pasien Hipertensi di Puskesmas Mekarsari dan Puskesmas Lebubg Bandung Kabupaten Ogan Ilir pada Bulan Mei-Juli 2016 David Darwis; Yopi Rikmasari; Widia Nova Santi
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi Vol 3 No 2 (2018): Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi
Publisher : Lembaga Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) STIFI Bhakti Pertiwi Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (522.379 KB)

Abstract

Penelitian mengenai rasionalitas penggunaan obat dan kepatuhan pasien hipertensi di puskesmas Mekarsari dan puskesmas Lebung Bandung Kabupaten Ogan Ilir pada bulan Mei – Juli 2016 telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerasionalan penggunaan obat antihipertensi yang meliputi ketepatan indikasi, ketepatan obat, ketepatan dosis, ketepatan interval pemberian, ketepatan pasien dan kepatuhan. Pengambilan data penelitian dengan metode deskriptif yang bersifat kuantitatif yang dilakukan secara prosfektif terhadap pasien hipertensi rawat jalan di puskesmas Mekarsari dan Puskesmas Lebung Bandung. Kasus hipertensi selama penelitian sebanyak 96 pasien dan masing-masing puskesmas berjumlah 48 yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil yang diperoleh yaitu di Puskesmas Mekarsari kerasionalan penggunaan obat sebesar 30 resep (62,5%) dan ketidakrasionalan penggunaan obat sebesar 18 (37,5%). Pada Puskesmas Lebung Bandung hasil yang diperoleh kerasionalan penggunaan obat sebesar 33 resep (68,7%) dan ketidakrasional penggunaan obat sebesar 15 resep (31,6%). Tingkat kepatuhan penggunaan obat di Puskesmas Mekarsari berdasarkan penilaian morisky hasil yang diperoleh yaitu tingkat rendah 33 pasien (68,75%), sedang 15 pasien (31,25%) dan tinggi 0%. Pada Puskesmas Lebung Bandung hasil yang di peroleh yaitu tingkat rendah 40 pasien (83,33%), sedang 8 pasien (16,66%) dan tinggi 0 %.
Hubungan Rasionalitas Pengobatan dan Kepatuhan Pasien TB Paru Kategori 1 dengan Keberhasilan Terapi di Puskesmas X Sumatera Selatan Yopi Rikmasari
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi Vol 3 No 2 (2018): Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi
Publisher : Lembaga Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) STIFI Bhakti Pertiwi Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.039 KB)

Abstract

Tuberkulosis (TB) paru sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi bukan hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Keberhasilan terapi sangat tergantung dari factor-faktor yang mempengaruhinya, diantaranya rasionalitas pengobatan dan kepatuhan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara rasionalitas pengobatan dengan ke1berhasilan terapi dan hubungan antara kepatuhan pasien dengan keberhasilan terapi. Penelitian ini merupakan studi observasional dengan desain cross sectional korelasional analitik dengan uji statistik chi square. Data diperoleh dari sumber data primer dan data sekunder. Populasi pada penelitian ini merupakan populasi sampel (sampling population), yaitu keseluruhan individu akan menjadi unit penelitian jika memenuhi kriteria inklusi. Rasionalitas pengobatan dinilai melalui analisa kesesuaian paduan terapi, dosis dan lama pengobatan dengan standar pengobatan TB di donesia. Kepatuhan pasien dinilai dengan kuesioner MMAS-8. Terapi dinyatakan berhasil jika pasien yang dinyatakan sembuh pada saat pemeriksaan terakhir. Hasil penelitian menunjukkan dari 30 responden, sebanyak 20 (66,7%) dinyatakan sembuh dan 10 (33,3%) gagal. Pengobatan yang rasional sebanyak 16 (53,3%) dan tidak rasional 14 (46,7%) serta tingkat kepatuhan tinggi 15 (50%) dan rendah-sedang (50%). Terdapat hubungan antara rasionalitas pengobatan dengan keberhasilan terapi (p = 0,013). Pasien yang mendapatkan pengobatan rasional berpeluang 9 kali sembuh dibandingkan dengan pengobatan yang tidak rasional (OR=9) dan terdapat hubungan antara kepatuhan pasien dengan keberhasilan terapi (p = 0,007). Pasien dengan tingkat kepatuhan tinggi berpeluang 21 kali sembuh dibandingkan dengan tingkat kepatuhan rendah-sedang (OR = 21).
Drug Related Problems pada Pasien Anak Gastroenteritis Akut (GEA) di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H.M. Rabain Muara Enim Noprizon; Yopi Rikmasari; Abdullah Halim
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi Vol 4 No 1 (2019): Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi
Publisher : Lembaga Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) STIFI Bhakti Pertiwi Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (650.785 KB)

Abstract

Gastroenteritis akut merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada pasien anak dan menjadi penyebab pasien dirawat inap di Rumah Sakit. Kejadian DRP’s pada pasien anak gastroenteritis akut (GEA) berdampak pada tidak tercapainya outcome terapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian DRP’s pasien GEA di RSUD dr. H.M. Rabain Muara enim. Studi observasional dengan desain cross sectional deskriptif dirancang untuk penelitian ini. Data diperoleh dari data sekunder yaitu rekam medik secara retrospektif secara sampling population. Data dianalisis kesesuaian terapi berdasarkan pedoman terapi IDAI dan pedoman yang diterbitkan Kementrian Kesehatan, selanjutnya diklasifikasikan sesuai tipe DRP’s. Sebanyak 72 orang pasien memenuhi kriteria inklusi dan diikutkan dalam penelitian. Golongan obat yang digunakan untuk terapi GEA yaitu cairan infus, antibiotik, zinc, probiotik, analgetik, antipiretik dan antiemetik. Kejadian Drug Related Problems pada pasien anak gastroenteritis akut (GEA) obat tanpa indikasi 84, 72 %, pemilihan obat tidak tepat 63,89 %, dosis terlalu rendah 26,38 %, indikasi tanpa obat 19,44 % dan dosis terlalu tinggi 16,67 %. Apoteker mempunyai peranan penting dalam melakukan identifikasi, pencegahan dan penyelesaian masalah DRP’s tersebut. Kepatuhan terhadap pedoman terapi sangat diperlukan untuk menurunkan kejadian DRP’s pada kasus GEA di rumah sakit.