Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Transukma

IDENTIFIKASI PERUBAHAN NILAI RESISTIVITAS TANAH GAMBUT AKIBAT CAMPURAN JAMUR RHIZOPUS OLIGOSPORUS: IDENTIFICATION OF CHANGES IN PEAT SOIL RESISTIVITY VALUE DUE TO MIXTURE OF RHIZOPUS OLIGOSPORUS RIFQI HADI; Stephanus Alexsander; Fatma Sarie; Suradji Gandi; Okrobianus Hendri
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil TRANSUKMA Vol. 5 No. 2 (2023): Jurnal Penelitian Transukma
Publisher : Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Balikpapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Telah dilakukan penelitian identifikasi perubahan nilai resistivitas tanah gambut akibat pencampuran jamur rhizopus oligosporus (10:1). Resistivitas tanah gambut diukur menggunakan metode geolistrik resistivitas konfigurasi wenner alfa. Pengambilan data dilakukan pada skala laboratorium dengan panjang kotak 4 (empat) meter dan jarak antar elektroda 10 cm. Pengukuran resistivitas tanah gambut dilakukan dengan dua tahap yaitu sebelum dan sesudah diberikan campuran jamur rhizopus oligosporus. Data resistivitas tanah gambut dipetakan dalam bentuk 2 (dua) dimensi menggunakan perangkat lunak res2dinv dengan variasi pemeraman rentang waktu dimulai dari 5 hari, 10 hari dan 15 hari. Hasil uji laboratorium pencampuran jamur rhizopus oligosporus terhadap perubahan resistivitas menunjukkan nilai resistivitas tanah gambut sebelum diberikan perlakuan berkisar 13,5-48,2 Ωm, sedangkan nilai resistivitas tanah gambut pada pemeraman 5 hari setelah diberi perlakuan berkisar 8,36-33,4 Ωm, pada rentang 10 hari pemeraman berkisar 5,18-23,3 Ωm dan pada rentang 15 hari berkisar 17,1-58,0 Ωm. Perubahan resistivitas tanah gambut yang paling signifikan terjadi pada rentang waktu 15 hari setelah pencampuran dan dengan rata-rata kesalahan iterasi 30%.   Research has been carried out to identify changes in the resistivity value of peat soil due to the mixing of the fungus Rhizopus oligosporus (10:1). The resistivity of peat soil was measured using the geoelectrical resistivity method of the Wenner alpha configuration. Data collection was carried out on a laboratory scale with a box length of 4 (four) meters and a distance between electrodes of 10 cm. Peat soil resistivity measurement was carried out in two stages, namely before and after being given a mixture of the fungus Rhizopus oligosporus. Peat soil resistivity data were mapped in 2 (two) dimensions using the res2dinv software with variations in curing time ranging from 5 days, 10 days and 15 days. The results of the laboratory test of mixing the fungus rhizopus oligosporus against changes in resistivity showed that the resistivity value of peat soil before treatment was around 13.5-48.2 Ωm, while the resistivity value of peat soil at 5 days curing after being treated ranged from 8.36-33.4 Ωm, in the range of 10 days of curing ranged from 5.18-23.3 Ωm and in the range of 15 days it ranged from 17.1 to 58.0 Ωm. The most significant change in resistivity of peat soil occurred in the 15 days after mixing and with an average iteration error of 30%.
PENGARUH PENAMBAHAN BATU ZEOLIT DAN SEMEN PORTLAND TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG: THE EFFECT OF ADDITIONAL STONE ZEOLITE AND PORTLAND CEMENT ON THE CARRYING CAPACITY OF CLAY ZULFANU HADI; Suradji Gandi; Fatma Sarie
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil TRANSUKMA Vol. 5 No. 2 (2023): Jurnal Penelitian Transukma
Publisher : Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Balikpapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanah adalah dasar dari sebuah struktur bangunan. Namun tidak semua tanah dalam suatu bangunan dapat digunakan. Sifat yang tidak baik dari tanah dapat mengakibatkan bangunan yang didirikan mengalami kerusakan. Hal tersebut sangat tidak diinginkan dalam suatu kontruksi. Maka dari itu, suatu kondisi tanah tertentu mempengaruhi kuat atau tidaknya suatu konstruksi. Pada penelitian ini akan digunakan tanah lempung pada lokasi daerah Desa samba kahayan Kecamatan Katingan Tengah, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan daya dukung tanah. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan didapatkan campuran batu zeolite dan semen portland yang dicampurkan dengan tanah asli berdampak pada meningkatnya nilai daya dukung tanah yang didapatkan dari hubungan antara nilai DDT dengan CBRrencana.  Daya dukung tanah asli adalah sebesar 3,62 dengan penambahan tanah asli, batu zeolite dan semen portland di pemeraman 3 hari menjadi 4,43, 4,85 dan 5,08, dengan nilai tertinggi daya dukung tanah dasar terbesar di pemeraman 3 hari terjadi di penambahan batu zeolite dan semen portland 10% sebesar 5,08 dengan persentase kenaikan dari daya dukung tanah asli menjadi 40,3%. Sedangkan untuk pemeraman 7 hari menjadi 4,54, 5,01 dan 5,25. Nilai daya dukung tanah dasar terbesar terjadi di penambahan batu zeolite dan semen portland 10% yaitu 5,25 dengan persentase kenaikan dari daya dukung tanah asli menjadi 45,02%.   Soil is the basis of a building structure. However, not all land in a building can be used. The unfavorable nature of the soil can cause the buildings that are erected to be damaged. This is highly undesirable in a construction. Therefore, a certain soil condition affects whether or not a construction is strong. In this study, clay soil will be used at the location of the Samba Kahayan Village, Central Katingan District, Katingan Regency, Central Kalimantan. This research is expected to be one of the efforts to increase the bearing capacity of the soil. Based on the tests that have been carried out, it is found that a mixture of zeolite and portland cement mixed with native soil has an impact on increasing the carrying capacity of the soil obtained from the relationship between the DDT value and the planned CBR. The original soil bearing capacity was 3.62 with the addition of native soil, zeolite stone and portland cement in 3 days of curing to 4.43, 4.85 and 5.08, with the highest value of the largest subgrade bearing capacity at 3 days curing occurred at the addition of zeolite stone and 10% portland cement was 5.08 with a percentage increase from the original soil bearing capacity to 40.3%. As for the 7-day curing, it becomes 4.54, 5.01 and 5.25. The greatest value of subgrade bearing capacity occurred in the addition of zeolite stone and 10% portland cement, namely 5.25 with a percentage increase from the original soil bearing capacity to 45.02%.