cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Kultivasi
ISSN : 14124718     EISSN : 2581138X     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Kultivasi diterbitkan oleh Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Jurnal ini terbit tiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan Maret, Agustus, dan Desember. Kultivasi mempublikasikan hasil penelitian dan pemaparan ilmiah dari para dosen dan peneliti di bidang budidaya tanaman. Bidang kajian yang dipublikasikan jurnal ini diantaranya adalah agronomi, pemuliaan tanaman, ilmu gulma, teknologi benih, teknologi pasca panen, ilmu tanah, dan proteksi tanaman.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 20, No 2 (2021): Jurnal Kultivasi" : 10 Documents clear
Oil bodies sizes variation analyses of rapeseed in two locations as a novel trait for genetic engineering Rita Andini; Muhammad Ikhsan Sulaiman; Murna Muzaifa; Yulia Dewi Fazlina; Christian Moellers
Kultivasi Vol 20, No 2 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i2.32595

Abstract

 AbstrakTanaman raps (Brassica napus L.) adalah tanaman penghasil minyak utama di negara dengan iklim dingin seperti di Jerman. Minyak raps (Brassica napus L.) digunakan untuk bahan pangan, biodiesel, dan sebagai pakan ternak. Kandungan minyaknya bisa mencapai 33 – 48%. Tanaman  minyak seperti kedelai (Glycine max), raps (Brassica napus L.), bunga matahari (Helianthus annuus) pada umumnya menyimpan kandungan minyaknya dalam suatu organela penyimpanan dikenal dengan ‘oil body’ yang mempunyai  diameter antara 0,6 hingga 2,0 µm, tergantung dari spesies tanaman. Peningkatan kandungan minyak merupakan salah satu target pemuliaan di banyak tanaman minyak, termasuk di raps. Tulisan ini menceritakan tentang isolasi ‘oil body’ dari tanaman raps menggunakan metode sentrifugasi, yang dapat mengurangi efek negatif dari n-heksan sebagai zat ekstraktor yang lazim digunakan dalam proses penyulingan minyak. Sebanyak 200 mg benih B. napus L. kultivar ‘Maplus’ digunakan sebagai bahan dalam penelitian ini. Benih berasal dari populasi Double Haploid (DH) yang ditanam di dua lingkungan yang berbeda secara signifikan di Cina dan Jerman. Rata-rata kandungan minyak dari dua populasi juga berbeda, yaitu 49,18% di Cina, dan 56,94% di Jerman. Dalam penelitian ini, ‘oil body’ diisolasi melalui metode sentrifugasi dan distribusinya diamati di bawah mikroskop cahaya. Berdasarkan pengukuran partikel ‘Coulter Counter’, diameter ‘oil body’ pada tanaman raps bervariasi  antara 1,03 - 1,07 µm (rata-rata= 1,05 µm) pada genotipe dari Jerman, dan 0,98 - 1,02 µm (rata-rata= 1,00 µm) pada genotipe Cina. Selain itu, studi ini mengkonfirmasi korelasi positif dan sangat signifikan antara ukuran ‘oil body’ dengan kandungan minyak di tanaman raps.  Kata Kunci: Coulter Counter, Deutschland, sentrifugasi, tanaman minyakAbstractRapeseed (Brassica napus L.) containing oil content from 33 up to 48% (on 8.5% moisture basis) is the major source of oil plant in many temperate regions, e.g. in Germany. It is mainly applied for cooking, bio-diesels; and animal fodder. Seed plants (soybeen, rapeseed, sunflower) store oil in a storage organelle called oil body whose size varies from 0.6 – 2.0 µm, depending on the plant species. Increasing the oil content is one of the breeding targets in many of oil plants, including in rapeseed. Due to increasing awareness of the environment and the hazardous impact of solvent extraction agents; such as n-hexane (C6H14) on human health, their application in the oil extraction process is slowly being reduced. A more friendly oil extraction method via centrifugation was introduced over the past decade as well as for biotechnological application. Each 200 mg of B. napus L. cv. ‘Maplus’ seeds were applied as material in this study. Seeds originated from the Double Haploid (DH) population grown in two significantly distinct environments in China and Germany. The average of oil content from two populations was also different, namely 49,18% in China, and 56,94% in Germany. In this study, oil bodies were isolated via the centrifugation method and their distribution was observed under the light microscope. Based on the Coulter Counter measurement, the diameter sizes were ranging from  1,03 - 1,07 µm (mean= 1,05 µm) and 0,98 - 1,02 µm (mean= 1,00 µm) in German and Chinese genotypes, respectively. This study confirms a positive and very highly significant correlation between the size of oil bodies and oil content in rapeseed.Keywords: centrifuge, Coulter Counter, Deutschland, oil plant
Stabilitas hasil dan adaptabilitas galur-galur harapan kacang Bogor di tiga lokasi Darmawan Saptadi; Descha Giatri Cahyaningrum; Noer Rahmi Ardiarini; Budi Waluyo
Kultivasi Vol 20, No 2 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i2.32418

Abstract

AbstrakKacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) potensial dikembangkan sebagai komoditi pangan rendah lemak. Pengembangan dan peningkatan hasil komoditas ini dapat dilakukan melalui penyediaan varietas unggul. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui stabilitas dan adaptabilitas hasil enam galur harapan kacang Bogor, yaitu GSG 2.1.1, GSG 2.5, GSG 1.5, CCC 1.4.1, PWBG 5.3.1, dan BBL 6.1.1.  Penelitian dilakukan di tiga lokasi yang memiliki karakteristik ketinggian tempat, kondisi lahan, dan musim tanam berbeda. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan yang dilanjutkan dengan analisis varians gabungan. Analisis regresi digunakan untuk menentukan stabilitas dan adaptabilitas hasil berdasarkan Eberhart-Russell dan Finlay-Wilkinson. Hasil penelitian menunjukkan terdapat interaksi genotipe x lingkungan pada bobot hasil panen polong segar dan bobot hasil biji kering. Galur GSG 2.5 dan CCC 1.4.1 mempunyai hasil polong segar dengan  rata-rata 15,50 t ha-1 dan 15,71 t ha-1 dan hasil biji kering dengan rata-rata 4,58 t ha-1 dan 4,57 t.ha-1 yang stabil dan beradaptasi luas. Galur GSG 1.5 dan BBL 6.1.1 merupakan galur yang mempunyai potensi hasil tinggi untuk polong segar dengan rata-rata 17,16 t ha-1 dan 18,90 t.ha-1 pada lingkungan yang produktif.Kata Kunci: interaksi G x E, kacang Bogor, pemuliaan tanaman, stabilitas hasil, uji adaptasi Abstract The bambara groundnut (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) has the potential to become a low-fat food commodity. The development and improvement of this commodity yield can be accomplished through the introduction of superior varieties. The purpose of this study were to investigate the yield stability and adaptation of six potential Bambara groundnut lines, namely GSG 2.1.1, GSG 2.5, GSG 1.5, CCC 1.4.1, PWBG 5.3.1, and BBL 6.1.1. The study was carried out in three different locations with varying altitude, land type, and growing season. A randomized block design with three replications was implemented in the experiment, which was then followed by a combined analysis of variance. Regression analysis was used to determine the stability and adaptation of yield based on Eberhart-Russell and Finlay-Wilkinson. The results revealed that there was an interaction between genotypes and environments on yield of fresh pods weight and yield of dried seeds weight. Lines of GSG 2.5 and CCC 1.4.1 had fresh pod yields with an average of 15.50 t ha-1 and 15.71 t ha-1 and dry seed yields an average of 4.58 t ha-1 and 4.57 t  ha-1 which is stable and wide adaptations. In an ideal environment, the GSG 1.5 and BBL 6.1.1 lines had high yield potential for fresh pods, with an average of 17.16 t ha-1 and 18.90 t ha-1.Keywords:  adaptation test, Bambara groundnut, G x E interaction, plant breeding, yield stability 
Evaluasi tiga sistem budidaya di lahan sempit pada budidaya dua kultivar bayam di Kota Bekasi Syariful Mubarok; Salsabila Dwi Ananda; Farida Farida; Ainun Fadilah; Rija Sudirja
Kultivasi Vol 20, No 2 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i2.32022

Abstract

AbstrakBudidaya sayuran pada lahan sempit di daerah perkotaan merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem budidaya tanaman bayam yang paling baik untuk diterapkan pada lahan sempit pekarangan di Kota Bekasi. Percobaan ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September 2020 di areal pemukiman yang berlokasi di Jalan Caringin Raya, Kota Bekasi. Percobaan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK). Dua kultivar bayam, ‘Maestro’ dan ‘Mira’, dibudidayakan pada tiga sistem budidaya berbeda, yaitu konvensional, vertikultur, dan hidroponik rakit apung yang diulang sebanyak empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman bayam pada sistem hidroponik rakit apung menghasilkan pertumbuhan, hasil, kualitas hasil, serta pendapatan yang paling baik dibandingkan dengan sistem budidaya konvensional dan vertikultur.Kata kunci: Hidroponik, hortikultura, sayuran, vertikultur Abstract Vegetable cultivation on limited areas in urban is one of the government's efforts to obtain food security. The purpose of this study was to determine the best amaranth cultivation system to be applied in urban farming system likewise on limited areas in Bekasi City. This experiment was carried out from August to September 2020 in a densely inhabited living area located on Caringin Raya Street, Bekasi. The experiment used a Randomized Block Design. Two cultivars amaranth, ‘Maestro’ and ‘Mira’ were cultivated under treatment of three different cultivation. There were conventional system, verticulture system, and hydroponic floating raft, that repeated four times. The results showed that amaranth cultivation on the floating raft hydroponic produced the best growth, yield, yield quality, and revenue, compared to conventional and verticulture cultivation systems. Keywords: Hydroponic, horticulture, vegetables, verticulture.
Respons pertumbuhan bibit kelapa sawit terhadap bioherbisida saliara di pembibitan awal Vira Irma Sari; Apriandi Bintang Tambunan; Sylvia Madusari
Kultivasi Vol 20, No 2 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i2.32512

Abstract

AbstrakKeberadaan gulma pada pembibitan kelapa sawit dapat menurunkan kualitas bibit. Pengendalian gulma di pembibitan awal harus dilakukan secara dengan tangan (hand weeding), karena bibit dapat mati akibat aplikasi herbisida. Aplikasi bioherbisida saliara (Lantana camara) pada bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dapat menjadi alternatif pengendalian gulma yang ramah lingkungan dan mengurangi tenaga kerja. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan 1 Politeknik CWE, pada November 2019 sampai Februari 2020. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok, dengan perlakuan: kontrol (tanpa aplikasi bioherbisida), Ekstrak Lantana camara 1%, 2%, dan 3%. Setiap perlakuan diulangi sebanyak tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bioherbisida Lantana camara mengandung senyawa alelokimia yaitu Saponin (2,07%), Tanin (3,28%), dan Flavonoid (1,83%). Gulma Lantana camara dapat dijadikan bahan alternatif bioherbisida pra tumbuh karena berpengaruh nyata terhadap daya tumbuh gulma. Meskipun bioherbisida menurunkan tinggi bibit pada 3 bulan setelah tanam (BST) dan diameter batang bibit pada 1 BST, namun bioherbisida tidak mempengaruhi jumlah daun, kehijauan daun, dan biomassa bibit. Bioherbisida Lantana camara dengan konsentrasi 1% menunjukkan hasil terbaik dalam menekan laju pertumbuhan gulma.Kata Kunci: Bibit, Bioherbisida, Fisiologi, Gulma, Morfologi Abstract. The presence of weeds in oil palm nurseries can reduce the quality of the seedlings. Usually, mechanical weeding by hand is needed in pre-nursery because the use of chemical treatment caused the oil palm seeeling died. Bioherbicide application of Lantana camara to oil palm seedling (Elaeis guineensis Jacq.) can be alternative weed control that is environmental friendly and reduces labor. This research conducted at Teaching Farm Politeknik CWE, from November 2019 to Februari 2020. Experiment was arranged in Randomized Block Design, with treatments are Control (without bioherbicide application), Bioherbicide Lantana camara 1%, 2% and 3%. Every treatments was repeated three times. The results showed that Lantana camara bioherbicide contained allelochemical compounds, namely saponins (2.07%), tannins (3.28%), and flavonoids (1.83%). Lantana camara weed can be used as an alternative material for pre-growing herbicides because it has a significant effect on reduced weed population. Although bioherbicides decreased seedling height at 3 months after planting (MAP) and stem diameter at 1 MAP, bioherbicides did not affect leaf number, leaf greenness, and seedling biomass. Bioherbicide Lantana camara with concentration 1% showed the best treatment for controlling weeds in oil palm pre nursery.Keywords: Bioherbicide, Morphology, Physiology, Seedlings, Weed
Evaluasi kegenjahan dan daya hasil jagung manis hibrida Indonesia menggunakan analisis GGE biplot pada lingkungan yang berbeda Dedi Ruswandi; Jajang Supriatna; Edi Suryadi; Nyimas Poppi Indriani; Noladhi Wicaksana; Muhammad Syafii
Kultivasi Vol 20, No 2 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i2.32748

Abstract

AbstrakUji multilokasi merupakan fase yang penting dalam menyeleksi hibrida jagung yang stabil pada lingkungan yang luas dan menyeleksi hibrida superior untuk lokasi spesifik. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kegenjahan dan daya hasil hibrida Padjadjaran, serta menentukan interaksi genotip dengan lingkungan (G x E), stabilitas, dan adaptabilitas karakter kegenjahan hibrida Padjadjaran di tiga lokasi selama dua musim yang berbeda di Jawa Barat. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan  delapan belas perlakuan yang terdiri dari enam belas hibrida Padjadjaran dan dua kultivar cek. Percobaan dilaksanakan selama dua tahun berturut- turut yaitu tahun ke-1 (Maret sampai Juli, 2014) dan tahun ke-2 (Maret sampai Juli, 2015) di tiga lokasi di Jawa Barat, yaitu: Jatinangor - Sumedang, Lembang - Kabupaten Bandung Barat, dan Wanayasa - Kabupaten Purwakarta. Uji lanjut yang digunakan untuk mengetahui perbedaan nilai rerata kegenjahan dan daya hasil digunakan analisis Duncan Multiple Range Test (DMRT), sedangkan untuk menentukan interaksi G x E, stabilitas, dan adaptabilitas menggunakan Genotype plus Genotype x Environment (GGE) biplot. Hasil memperlihatkan bahwa analisis GGE dapat menentukan interaksi G x E, stabilitas, dan adaptabilitas jagung manis hibrida Indonesia di Jawa Barat secara akurat. Model GGE disarankan untuk dapat digunakan sebagai aplikasi analisis untuk perilisan hibrida unggul di Indonesia oleh Kementerian Pertanian.Kata Kunci: Adaptabilitas, Interaksi  G x E, kegenjahan, Stabilitas Abstract. Multi-environment testing is an important stage to select stable hybrid for broad environment and to select superior hybrid for a specific environment. To determined G x E (Genotype x Environment) interaction, stability and adaptability of Padjadjaran sweet corn in Indonesia, sixteen new Padjadjaran sweetcorn hybrids and two commercial hybrids were tested in three locations for two different seasons in West Java, Indonesia. Duncan multiple range was used to elaborate the difference between sweetcorn hybrids for short duration and yield, while Genotype plus Genotype x Environment (GGE) biplot analysis was used to determine G x E interaction, stability, and adaptability. Results showed that GGE analysis was accurately determined G x E interaction, stability, and adaptability of Indonesian sweet corn in West Java. The GGE model is suggested to implement as a tool for Ministry of Agriculture  to release superior hybrid in Indonesia.Keywords: Adaptability, G x E interaction, Short duration, Stability
Mutu fisik dan fisiologis benih setek berakar vanili pada berbagai jenis media dan lama periode simpan Bella Aurel Aisyah Augustine Udia; Devi Rusmin; Andi Apriany Fatmawaty; Nuniek Hermita; Cheppy Syukur
Kultivasi Vol 20, No 2 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i2.32698

Abstract

AbstrakPermasalahan pengembangan tanaman vanili antara lain adalah jarak lokasi pengembangan dengan lokasi sumber benih cukup jauh serta terbatasnya informasi tentang teknologi perbenihan vanili, terutama teknik penyimpanan benih untuk pengiriman jarak jauh. Penelitian bertujuan untuk mengetahui media simpan dan lama periode simpan setek berakar yang tepat terhadap mutu benih vanili. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Unit Pengelola Benih Sumber dan Laboratorium Perbenihan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO), Bogor, pada bulan November 2019 sampai dengan bulan Februari 2020.  Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan jenis media simpan dan periode simpan sebagai perlakuan yang diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: media simpan cocopeat dan kertas koran mampu mempertahankan mutu fisik: kadar air benih (>92%) dan kehijauan daun (>28); mutu fisiologis: persentase daya tumbuh (>97%) dan pertumbuhan bibit vanili tetap tinggi sampai 10 hari penyimpanan. Periode simpan 10 hari masih mampu mempertahankan: kadar air (93,83%), kandungan klorofil (28,03) dan daya tumbuh (96,67%) benih vanili tetap tinggi. Pada periode simpan 8 hari terjadi penurunan laju pertumbuhan (panjang tunas, jumlah daun, diameter tunas, jumlah ruas), namun penurunan pertumbuhan tidak bersifat permanen, karena mulai terjadi pemulihan yang mulai terlihat pada peubah panjang ruas pada minggu ke-8.Kata Kunci: cocopeat, daya tumbuh, kertas koran, kesegaran benih setek, Vanilla planifolia
Respons fisiologi dan hasil lateks tanaman karet klon GT 1 di kebun karet rakyat terhadap sistem eksploitasi dan curah hujan Yayuk Purwaningrum; Yenni Asbur; Dedi Kusbiantoro; Khairunnisyah Khairunnisyah
Kultivasi Vol 20, No 2 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i2.33622

Abstract

AbstrakKlon GT 1 adalah klon Slow Starter (SS) dimana perubahan sukrosa menjadi partikel karet di dalam pembuluh lateks berlangsung lambat dan pada saat gugur daun hasil lateks lebih stabil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan curah hujan dan sistem eksploitasi terhadap fisiologi dan hasil lateks klon GT1. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat Kecamatan Besitang Sumatera Utara, ketinggian tempat 500 – 700 m di atas permukaan laut. Analisa fisiologi lateks di PT. Sucofindo Indonesia. Tanaman yang digunakan adalah klon GT 1 umur 25 tahun dengan besar lilit batang antara 60 – 75 cm, diukur dengan ketinggian 130 cm dari permukaan tanah. Metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok. Perlakuan terdiri dari kombinasi panjang alur sadap dan aplikasi stimulan. Panjang alur  sadap, terdiri dari panjang alur sadap 1/4 spiral, 1/2 spiral, dan 1/8 spiral, sementara aplikasi stimulan terdiri dari stimulan cair dan stimulan gas. Semua perlakuan diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang alur sadap pendek dan aplikasi stimulan cair memiliki kadar sukrosa lateks tinggi . Aplikasi stimulan gas menunjukkan kadar sukrosa lateks yang tinggi pada panjang alur sadap panjang. Kadar tiol belum menunjukkan tingkat stress pada klon GT 1 dapat terlihat dari kadar tiolnya berkisar 0,84 – 1,10 mM. Produksi lateks klon GT 1 lebih dipengaruhi oleh sistem ekploitasi daripada  curah hujan.Kata Kunci: fisiologi lateks, Hevea brasiliensis, klon GT 1, slow starterAbstractGT 1 is a Slow Starter (SS) clone where the change of sucrose into rubber particles in the latex vessels is slow, and at the time of leaves fall, the latex yield is more stable. This study aimed to determine the relationship between agro-climate and exploitation system on the physiology and yield of latex clone GT1. The research was carried out in Langkat, Besitang, North Sumatra, at an altitude of 500 – 700 m above sea level. Physiological traits analysis of latex was conducted at PT. Sucofindo Indonesia. The plant used was a 25 years old GT 1 clone with a trunk circumference of 60 – 75 cm, measured at the height of 130 cm from the ground. The experimental design used Randomized Block Design. The treatments consisted by combination of tapping groove length levels and stimulant application. Tapping groove length consisted of 1/4, 1/2, and 1/8 spiral, while stimulant application consisted of liquid and gas stimulant. The results showed that short tapping groove length and liquid stimulant application had high latex sucrose content, as given by long tapping groove length and gas stimulant application. Thiol level did not show the stress level in the GT 1 clone, it could be seen from the thiol level of 0.84 – 1.10 mM. Latex production of GT 1 clones was more influenced by the exploitation system than by rainfall.Keywords: GT 1 clone, Hevea brasiliensis, latex phyisiology, slow starterKlon GT 1 adalah klon Slow Starter (SS) dimana perubahan sukrosa menjadi partikel karet di dalam pembuluh lateks berlangsung lambat dan pada saat gugur daun hasil lateks lebih stabil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan curah hujan dan sistem eksploitasi terhadap fisiologi dan hasil lateks klon GT1. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat Kecamatan Besitang Sumatera Utara, ketinggian tempat 500 – 700 m di atas permukaan laut. Analisa fisiologi lateks di PT. Sucofindo Indonesia. Tanaman yang digunakan adalah klon GT 1 umur 25 tahun dengan besar lilit batang antara 60 – 75 cm, diukur dengan ketinggian 130 cm dari permukaan tanah. Metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok. Perlakuan terdiri dari kombinasi panjang alur sadap dan aplikasi stimulan. Panjang alur  sadap, terdiri dari panjang alur sadap 1/4 spiral, 1/2 spiral, dan 1/8 spiral, sementara aplikasi stimulan terdiri dari stimulan cair dan stimulan gas. Semua perlakuan diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang alur sadap pendek dan aplikasi stimulan cair memiliki kadar sukrosa lateks tinggi . Aplikasi stimulan gas menunjukkan kadar sukrosa lateks yang tinggi pada panjang alur sadap panjang. Kadar tiol belum menunjukkan tingkat stress pada klon GT 1 dapat terlihat dari kadar tiolnya berkisar 0,84 – 1,10 mM. Produksi lateks klon GT 1 lebih dipengaruhi oleh sistem ekploitasi daripada  curah hujan.
Efek aplikasi beberapa taraf ekstrak sereh dan pemupukan NPK terhadap pertumbuhan dan hasil padi gogo varietas Unsoed 1 di musim kemarau Yugi R Ahadiyat; Okti Herliana; Ida Widiyawati
Kultivasi Vol 20, No 2 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i2.32603

Abstract

AbstrakUpaya peningkatan hasil padi gogo perlu dilakukan melalui efisiensi pupuk N, P, dan K (NPK). Aplikasi bahan alami nabati dengan aplikasi ekstrak sereh (Cymbopogon citratus) bisa dijadikan alternatif untuk mengefisienkan nutrisi pada tanaman padi gogo. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan konsentrasi ektrak sereh dan dosis pupuk NPK terhadap karakter fisiologi, pertumbuhan, dan hasil padi gogo. Penelitian dilakukan di Dusun Kalicacing, Desa Kalimandi, Kecamatan Purwareja Klampok, Kabupaten Banjarnegara pada bulan April sampai September 2017 dan menggunakan rancangan petak terbagi dengan tiga ulangan. Petak utama merupakan dosis pupuk N, P, K rekomendasi (100 kg N/ha, 100 kg P2O5/ha, dan 50 kg K2O/ha), dengan taraf 50% dan 100% dosis rekomendasi. Anak petak merupakan konsentrasi ekstrak sereh dengan taraf 0%; 1%; 1,25%; 1,67%; 2,5%; dan 5%. Variabel yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, jumlah anakan, bobot kering tanaman, serapan N dan P, kandungan prolin, kadar klorofil a dan b, jumlah anakan produktif, bobot dan jumlah gabah per rumpun, bobot 1000 biji, persentase gabah isi, dan bobot gabah per petak efektif dan per hektar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak sereh belum mampu meningkatkan karakter pertumbuhan, fisiologi, dan hasil padi gogo yang optimum. Dosis pupuk NPK 50% mampu menghasilkan bobot gabah setara dengan pupuk NPK 100% rekomendasi yaitu 3,46 – 3,47 t/ha. Meskipun aplikasi ekstrak sereh tidak memberikan perbedaan nyata dengan tanpa pemberian ekstrak sereh, aplikasi ekstrak sereh tidak memberikan penurunan pada pertumbuhan dan hasil padi gogo sehingga aman digunakan sampai batas konsentrasi 5%.Kata Kunci: ekstrak sereh, fisiologi tanaman, hasil tanaman, padi gogo, pertumbuhan tanaman, pupuk NPK AbstractEfforts to increase upland rice yield need to be done through the efficiency of synthetic N, P, and K (NPK) fertilizers. The application of natural resources such the application of lemongrass extract (Cymbopogon citratus) can be used as a complement so that nutrients are more efficient for upland rice. Objective of this study was to determine the application of lemon grass extract concentrations dan N, P, K fertilizer dosages on characters of physiology, growth, and yield, of upland rice. Split Plot Design with main plot of NPK fertilizers recommendation dosage (100 kg N/ha, 100 kg P2O5/ha, 50 kg K2O/ha) which levels were 50% and 100 %. Subplot was lemongrass extract concentration viz. 0%; 1%; 1.25%; 1.67%; 2.5%; and 5% were tested with three replications at Kalicacing sub-village, village of Kalimandi, Purwareja Sub-district, District of Banjarnegara from April to September 2017. The observed variables were plant height, leaf number, leaf area, tillers number, dry weight of plants, N dan P uptake, proline content, chlorophyll a dan b, productive tillers number, weight dan number of grains, weight of 1000 seeds, percentage of filled grain, and weight of grain/effective plot and per hectare. The results showed that lemon grass extract could not improve the upland performance yet.  However, NPK dosage of 50% dan 100% had an equal grain yield about 3.46 – 3.47 t/ha. Although the application of lemongrass extract did not give a significant difference with 0% lemongrass extract, it did not decrease the growth and yield of upland rice so it was safe to use, up to concentration of 5%.Keywords: lemon grass extract, NPK fertilizers, plant growth, plant physiology, upland rice, yield.
Respons pertumbuhan pakcoy terhadap asam humat dan Trichoderma dalam media tanam pelepah kelapa sawit Ratih Rahhutami; Aline Sisi Handini; Dwi Astutik
Kultivasi Vol 20, No 2 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i2.32601

Abstract

AbstrakPemanfaatan limbah organik dari perkebunan sebagai media tanam pakcoy (Brassica chinensis L.) diharapkan dapat ditingkatkan dengan penggunaan pupuk organik serta pupuk hayati. Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial. Faktor pertama adalah dosis asam humat meliputi 1, 3, dan 5 g. Faktor kedua adalah dosis Trichoderma sp., meliputi 50, 100, dan 150 mL. Data yang diperoleh kemudian dianalisis ragam pada taraf nyata 5%. apabila terdapat pengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji DMRT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi asam humat dan Trichoderma sp. memiliki pengaruh mandiri dan tidak terdapat interaksi. Dosis asam humat 3 g per tanaman menghasilkan jumlah daun, panjang daun, tinggi tanaman, tinggi tanaman, bobot basah, dan bobot kering tanaman lebih tinggi dibanding dosis 1 dan 5 g. Perlakuan Trichoderma sp. dosis 50 mL per tanaman memiliki pengaruh lebih baik terhadap jumlah daun, panjang daun, tinggi tanaman, dan bobot basah tanaman.Kata Kunci: hortikultura, jamur, morfologi, senyawa organik Abstract The utilization of organic farm estate as pakcoy (Brassica chinensis L.) growing media may improved by using biofertilizer and organic fertilizer. The research used factorial randomized block design. First factor was humic acid dosage, which included 1, 3, and 5 g of humic acid. Second factor was Trichoderma sp. dosage, which included 50, 100, and 150 mL of Trichoderma sp. Data were analyzed using ANOVA at 5% level, then continued by DMRT test. The results showed that the application of humic acid and Trichoderma sp. had single effects and there was no interaction. The dosage of humic acid 3 g per plant had higher number of leaves, leaf length, plant height, wet weight, and dry weight than other dosages. The treatment of Trichoderma sp. at dosage of 50 mL per plant had a better effect on the number of leaves, leaf length, plant height, and plant wet weight.Keywords: fungi,  horticulture, morphology, organic compounds
Respons fisiologis dan agronomis bibit kopi pada kerapatan naungan yang berbeda Mochamad Arief Soleh; Tommy Ario Sirait; Mira Ariyanti; Santi Rosniawaty
Kultivasi Vol 20, No 2 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i2.32882

Abstract

AbstrakTanaman kopi seringkali dibudidayakan di areal hutan, dimana terdapat tanaman tahunan seperti pepohonan yang terus tumbuh sehingga menurunkan intensitas cahaya yang jatuh ke tanaman kopi. Hal ini menjadi masalah bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi yang dinaungi pohon tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menguji fisiologis dan agronomis dua kultivar kopi dalam intensitas naungan yang berbeda untuk mendapatkan informasi kultivar kopi yang terbaik. Percobaan dilaksanakan dari bulan Maret hingga Juni 2020 di Kebun Percobaan Ciparanje, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. Percobaan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split plot) dengan dua faktor dan diulang sebanyak tiga kali. Taraf dari main plot adalah tanpa naungan, naungan paranet 50%, 60%, 70%, dan 80%, sedangkan taraf dari sub plot adalah kultivar Lini S 795 dan Sigararutang. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat pengaruh interaksi antara naungan dan kultivar. Penggunaan naungan 70% memberikan pengaruh terbaik terhadap tinggi bibit kopi dan suhu daun, serta kultivar Lini S 975 memberikan pengaruh terbaik terhadap tinggi bibit kopi, luas daun, indeks klorofil, klorofil fluoresens dan suhu daun.Kata Kunci: Kopi, Lini S 795, Klorofil fluorescence, Sigararutang AbstractCultivation of coffee tree in forest areas, where the wooden trees grew previously, it will be causing in decreasing of light intensity that is falling into the ground as long as trees canopy development leading to shade of coffee trees, this is affecting coffee tree growth and development. The objective of this study was to evaluate physiologically and agronomically of two coffee seedling cultivars under net shading densities. The experiment was conducted at Ciparanje Experimental Station, Faculty of Agriculture, Padjadjaran University, Jatinangor, Sumedang, West Java, from March to June 2020. Experimental design used in this research was split plot with two factors and three replications. The main plot was the shading densities which consisted of five levels, namely without shade 0%, net shade 50%, 60%, 70%, and 80%. The subplot was the coffee cultivars, consisted of two levels, namely Lini S 795 cultivar and Sigararutang. All parameters was not indicated any interaction. The results showed that the  70% shade gave the best effect on plant height and leaf temperature. Lini S 795 cultivar gave the best effect on plant height, leaf area, chlorophyll index, chlorophyll fluorescence, and leaf temperature.Keywords: Coffee, Chlorophyll fluorescence, Lini S 795, Net shading, Sigararutang

Page 1 of 1 | Total Record : 10