cover
Contact Name
Christy Vidiyanti
Contact Email
christy.vidiyanti@mercubuana.ac.id
Phone
+628567535557
Journal Mail Official
arsitektur@mercubuana.ac.id
Editorial Address
Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana Jl. Raya Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta 11650
Location
Kota adm. jakarta barat,
Dki jakarta
INDONESIA
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan, dan Lingkungan
ISSN : 20888201     EISSN : 25982982     DOI : https://dx.doi.org/10.22441/vitruvian
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal Ilmiah VITRUVIAN adalah jurnal yang mencakup artikel bidang ilmu arsitektur, bangunan, dan lingkungan. Jurnal ilmiah Vitruvian terbit secara berkala yaitu 3 (tiga) kali dalam setahun, yaitu pada bulan Oktober, Februari, dan Juni. Redaksi menerima tulisan ilmiah tentang hasil penelitian yang berkaitan erat dengan bidang arsitektur, bangunan, dan lingkungan.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 11, No 1 (2021)" : 10 Documents clear
TRANSFORMASI HUNIAN DI DESA BOROBUDUR, JAWA TENGAH Aditha Agung Prakoso; Eugenius Pradipto; Muhammad Sani Roychansyah
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 11, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/Vitruvian.2021.v11i1.002

Abstract

Perkembangan kepariwisataan di kawasan Borobudur meningkat, sejak ditetapkannya Candi Borobudur menjadi situs warisan budaya UNESCO pada tahun 1991, hal ini memberikan dampak pada kawasan permukiman di sekitarnya. Kegiatan pariwisata di sekitar candi berdampak pada permukiman yang berubah menjadi kawasan wisata pedesaan, mendorong respon hunian yang mampu berperan sebagai akomodasi dan fasilitas wisata atau sebagai Usaha Berbasis Rumah Tangga (Home Based Enterprise). Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan yang terjadi pada hunian di Desa Borobudur yang diakibatkan karena perkembangan permukiman menjadi kawasan pariwisata, baik dari tatanan fisik, teritorial dan kultural. Penelitian ini mengunakan metode kualitatif studi kasus, dengan pendekatan transformasi dari Habraken. Hasil dari penelitian ini adalah penjabaran tentang perubahan yang terjadi pada hunian di Desa Borobudur, terutama yang dipengaruhi oleh kegiatan pariwisata. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat pada dasar kebijakan, strategi, dan program dalam pengembangan pariwisata di Desa Borobudur, untuk menjaga kelestarian budaya lokal setempat.
Komparasi Hunian Etnis Arab Di Kota Palembang – Sumatra Selatan Wan Helwa; Etty R. Kridarso
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 11, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2021.v11i1.007

Abstract

Palembang terletak di Ibu Kota Provinsi Sumatera Selatan. Palembang termasuk kota yang terbesar pringkat kedua di Sumatera setelah medan. Kota Palembang terisolir menjadi dua bagian, yaitu ruas Ulu dan ruas Ilir yang diisolasi oleh aliran Musi. Penduduk luar di Kota Palembang yang tinggal di segmen Ulu terdiri dari kelompok etnis yang berbeda, khususnya Melayu, Cina dan Arab. Hunian para pendatang, membentuk suatu permukiman tradisional yaitu Kampung Kapitan, Kampung Arab, dan Kampung Palembang. Pada kampung Arab di kota palembang terdapat kampung Arab Al Munawar 13 Ulu, Arab 9-10 Ulu, Assegaf, Kutobatu, Lumpur, Lorong BBC, Alhadad, Alhabsy dan Alkaaf. Diantara orang Arab yang menonjol adalah Kampung Al Munawar. Maka kampung Al Munawar menjadi tempat penelitian karena kampung tersebut merupakan kampung religi yang masuk dalam cagar budaya oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan pada tahun 2016. Terlihat juga pada Kampung Assegaf, dimana masih memegang tradisi adat dan budaya yang berkaitan dengan nilai agama sebagai permukiman keturunan Arab. Kedua kampung tersebut masih mempertahankan permukimannya sehingga menarik untuk dikomparasi pada bentuk huniannya sehingga memiliki perbandiangan yang menjadi suatu temuan penelitian. Teknik pengumpulan data diperoleh dari obesrvasi dengan meninjau dan mendokumentasi berupa foto sebagai dokumentasi visual kemudian mencari studi literatur sebagai referensi penelitian. Data yang didapatkan yaitu mengkomparasi dua rumah yaitu Rumah Darat di Kampung Al Munawar dan Rumah Besak di Kampung Assegaf. Kedua rumah tersebut dikomparasi dalam bentuk tabel berdasarkan unsur elemen fisik. Ditemukan hasil penelitian yaitu terdapat perbandingan pada penerapan Arsitektur bagian elemen fisik bangunan: 1) Dimana sama-sama dibangun pada abad 19 yang menggunakan type Rumah Indies dan Kolonial Modern, 2) Memiliki perbedaan pada bentuk fasad bangunan, 3) Rumah Besak lebih ke gaya arsitektur rumah modern terlihat pada komposisi fasad yang tidak simetris namun tidak melupakan unsur rumah tradisional Palembang, 4) Rumah darat di kampung Al Munawar lebih menggunakan unsur rumah kolonial pada jendela rumah.
POST-FUNCTIONALISM: ABSTRAKSI TEORI, KONSEPSI METODA, DAN APLIKASINYA DALAM ARSITEKTUR Ahmad Ibrahim Rahmani
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 11, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/Vitruvian.2021.v11i1.003

Abstract

Dalam pandangan arsitektur modern keindahan muncul semata-mata oleh adanya fungsi dari elemen-elemen bangunan, namun kaum modernist penyokong arsitektur  modern diangap gagal menafsirkan pemahaman fungsionalisme itu sendiri. Fungsionalisme kaum modernist terjebak dalam realitas arsitektur yang simplistic, sehingga bentuk yang mereka ciptakan   tetap  saja  merupakan representasi makna bentuk geometris yang telah ada sebelumnya. Post-functionalism hadir dengan menempatkan dialetika sebagai basis teoritis dengan bentuk dan fungsi sebagai variable realita yang setara yang tidak saling memaknai satu sama lain. Penelitian ini ditujukan untuk menggali kerangka teoritis post-fungsionalism, konsepsi metode, sampai kepada aplikasinya pada karya arsitektur. Dengan menggunakan metode literature review, penelitian ini menemukan konsepsi dialektika sebagai realitas baru yang meletakkan dua realitas dalam satu kompleksitas yang berlainan atau mungkin berlawanan dan memproduksi bentuk yang berbeda dan meletakkan fungsi ruang secara spontan dalam satu kesatuan dengan metode : Contradiction Of Complexcity Destructive Mutation Consumption The Space.
IDENTIFIKASI BAHAYA KEBAKARAN PADA GEDUNG B UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN INDONESIA Izzati Winda Murti; Achmad Al Kokoh
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 11, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2021.v11i1.008

Abstract

Gedung B Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) merupakan salah satu area pengembangan fasilitas yang diperuntukkan untuk kegiatan belajar mengajar, Gedung seminar dan perpustakaan. Gedung ini berada di dalam Kawasan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk yang berlokasi di Kabupaten Gresik, dan menempati bekas bangunan produksi milik perusahaan. Keberadaan gedung dengan aktifitas yang cukup padat ini tentunya memiliki potensi bahaya yang akan timbul, termasuk adanya potensi terjadinya kebakaran. Timbulnya kebakaran dapat mengganggu berlangsungnya kegiatan Pendidikan, juga dapat menimbulkan kerugian baik segi materi maupun non materi. Keberadaan studi identifikasi sumber bahaya kebakaran di Gedung B UISI akan membantu memberikan informasi kepada pengelola agar dapat melakukan upaya pencegahan lebih dini. Identifikasi potensi bahaya kebakaran untuk Gedung B UISI dilakukan dengan menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Dengan diketahuinya potensi terbesar yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran ini diharapkan mampu menjadi pertimbangan bagi pengelola untuk mengurangi kemungkinan kejadian dan menurunkan dampak kejadian. Berdasarkan hasil analisis dengan FMEA diperoleh hasil yang menyatakan bahwa sumber terjadinya kebakaran dengan nilai RPN tertinggi di Gedung B UISI ini berasal dari Ruang Pantry yang berada di dalam area gedung dengan nilai RPN 48,36. Lokasi ini berpotensi menimbulkan api dikarenakan aktifitas dapur yang menggunakan LPG di ruang tertutup dan housekeeping yang kurang baik sehingga menimbulkan muncul hazard barang-barang yang mudah terbakar. Selain itu potensi kebakaran lain di Gedung B UISI berasal dari adanya potensi gagal isolasi listrik karena penggunaan stop kontak dengan beban berlebih baik dari aktifitas administrasi maupun kegiatan lain.  B Building of Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) is one of the facilities development areas intended for teaching and learning activities, seminar buildings and libraries. This building is located within PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk in Gresik Regency and occupies a former production building owned by the company. The existence of buildings with dense activities certainly has potential hazards that will arise, including the potential for fires. The onset of fire can interfere with the continuity of educational activities, can also cause losses both material and non-material. By conducting study to identifying the source of fire hazards in B Building of UISI will help provide information to managers so they can make early prevention efforts. Identification of potential fire hazards for Building B UISI is done using Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) method. By Knowing the greatest potential that can cause fire danger is expected to be a valuable information for the manager to reduce the possibility of events and reduce the impact of events. Based on the results of the analysis with FMEA obtained results that the main source of the fire with the highest RPN value in B Building of UISI is derived from the Pantry Room located in the building area with a value of RPN 48.36. This location has the potential to cause fire due to kitchen activities that use LPG in enclosed spaces and poor housekeeping that creates a hazard of flammable items. In addition, the potential for other fires in B Building of UISI stems from the potential for failed electrical insulation due to the mal-use of power outlets.
DESAIN GEDUNG KANTOR BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN (BNNK) MUNA DI RAHA DENGAN PRINSIP-PRINSIP ARSITEKTUR NEOKLASIK Muhammad Zakaria Umar; Arif Cahyadi
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 11, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/Vitruvian.2021.v11i1.004

Abstract

Arsitektur neoklasik adalah arsitektur yang mengulang bentuk arsitektur klasik dengan cara memodifikasi. Arsitektur bangunan Neoklasik mencerminkan karakter bangsa dan sistem pemerintahan yang kuat. Di sisi lain Gedung kantor BNNK Muna berada di Jalan M. H. Thamrin, Kelurahan Butung-butung, Kecamatan Katobu, Kabupaten Muna belum mempunyai gedung sendiri sehingga penting untuk didesain. Penelitian ini ditujukan untuk mendesain gedung kantor BNNK Muna dengan prinsip-prinsip arsitektur neoklasik. Penelitian ini menggunakan metode perancangan arsitektur dengan pendekatan kualitatif. Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilaksanakan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilaksanakan dengan cara data direduksi, data disajikan, dan data disimpulkan. Penelitian ini disimpulkan bahwa Gedung Kantor BNNK Muna didesain dengan Bentuk Berhakikat Ekspresif (Expressive Nature Form) antara lain bentuk tapak luas; denah simetris dan berpanorama terbuka; potongan masif dan berskala besar; tampak simetris dan bertiang dorik; berornamen profil pada dinding, tiang, serta atap.
STUDI EKSPERIMENTAL RANCANGAN UPPER BLIND SEBAGAI STRATEGI MENGOPTIMALKAN CAHAYA MATAHARI PADA GEDUNG Christy Vidiyanti; Abraham Seno Bachrun
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 11, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2021.v11i1.009

Abstract

Intensitas pencahayaan pada tirai kaca gedung menghasilkan bagian yang dekat dengan dinding transparan akan mendapatkan intensitas cahaya yang berlebih sehingga akan menimbulkan silau, hal tersebut menyebabkan pengguna gedung cenderung menutup dinding dengan tirai. Terdapat beberapa strategi dalam mengoptimalkan cahaya alami pada bangunan melalui desain pasif. Peneliti melakukan penilaian kategori berdasarkan penelitian yang dilakukan Moreno sehingga didapatkan bahwa yang mendapatkan poin tertinggi adalah upper blinds. Pada penelitian ini, mengacu pada pendapat Szokolay maka akan dikembangkan rancangan upper blind yang mengoptimalkan masuknya cahaya matahari kedalam bangunan berdasarkan sudut jatuh cahaya matahari pada permukaan panel blind. Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah metode eksperimental dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Radiance. Bangunan studi kasus yang akan digunakan adalah Menara Kompas. Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan, model dengan upper blind dapat mengoptimalkan tingkat pencahayaan alami sehingga ruang mendapatkan sinar matahari yang lebih mendekati dengan standar pencahayaan yang direkomendasikan SNI. Upper blind dapat menurunkan intensitas pencahayaan alami pada gedung dengan fasad curtain wall sebesar 28%. Namun, untuk kualitas pencahayaan, mdoel tanpa upper blind lebih baik dari model dengan upper blind. Nilai keseragaman cahaya pada model tanpa upper blind lebih baik sebesar 8% dan nilai kontras cahaya pada model tanpa upper blind lebih baik sebesar 17%. Bila ditotal maka upper blind masih lebih unggul karena nilai kuantitas cahaya yang lebih baik. The lighting intensity through the curtain wall in high rise building is the part that is close to the curtain wall will get excessive light intensity which will cause glare, this causes building users to tend to cover the transparent wall with curtains. There are several strategies to optimize natural light in buildings through passive design. Researchers conducted a category assessment based on research conducted by Moreno so that it was found that those who got the highest points were the upper blinds. In this study, referring to Szokolay's opinion, an upper blind design will be developed that optimizes the entry of sunlight into the building based on the angle of sunlight falling on the blind panel surface. The method used in this study is an experimental method with the used of Radiance software. The case study building that will be used is the Kompas Tower. Based on the results of experiments conducted, the model with the upper blind can optimize the level of natural lighting so that the room gets daylight that is closer to the lighting standards recommended by SNI. Upper blind can reduce the intensity of natural lighting in buildings with curtain wall facades by 28%. However, for lighting quality, model without upper blind is better than model with upper blind. The light uniformity value in the model without the upper blind is better by 8% and the light contrast value in the model without the upper blind is better at 17%. When totaled, upper blind is still superior because of the better light quantity value.
PENGARUH DESAIN SKYLIGHT DAN LIGHTWELL TERHADAP PERFORMA PENCAHAYAAN ALAMI PADA KONDISI OVERCAST SKY Angelline Susanto; Dhiya Shadiqa
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 11, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/Vitruvian.2021.v11i1.005

Abstract

Penggunaan Skylight pada wilayah beriklim tropis berpotensi menimbulkan silau meskipun menjadi strategi yang umum digunakan untuk memasukkan cahaya matahari ke dalam bangunan. Salah satu solusi yang dapat dihadirkan adalah penggunaan lightwell skylight dengan bidang translusen pada kaki lightwell. Penelitian ini menguji pengaruh perbedaan bentuk skylight (Dome, Piramida dan datar), ketinggian lightwell, dan dimensi skylight terhadap nilai Daylight Factor (DF), rasio kemerataan cahaya, dan Daylight Glare Probability (DGP) dibawah kondisi overcast sky. Model penelitian yang digunakan berupa ruang dengan dimensi 9m x 9m dengan ketinggian 4,5m. Simulasi dilakukan menggunakan perangkat lunak Autodesk Sketchup dan Lightstanza. Perbedaan bentuk skylight tidak menyebabkan perbedaan pada hasil kalkulasi terhadap nilai DF dan kemerataan cahaya, namun didapatkan bahwa bentuk piramida menghasilkan indeks kesilauan paling tinggi diantara ketiganya. Selain itu didapatkan bahwa kenaikan ketinggian lightwell berbanding terbalik dengan nilai DF dan DGP. Hasil dari simulasi juga menunjukkan bahwa penurunan dimensi skylight berbanding lurus dengan penurunan nilai DF dan didapatkan peningkatan nilai rasio kemerataan pada dimensi skylight terkecil. Indeks kesilauan mengalami peningkatan pada penurunan dimensi sebanyak 16% dan kemudian kembali menurun dengan penurunan dimensi sebanyak 33% karena adanya pemantulan dan difusi cahaya. Hasil simulasi pun menunjukkan peran bidang translusen yang digunakan, dimana bidang tersebut mampu mengurangi nilai DF dan silau serta meningkatkan kemerataan.
ASPEK PERGERAKAN DAN KONEKTIVITAS MENUJU RUANG PUBLIK PADA GATED COMMUNITY Edwina Dwinanda; Nurhikmah Budi Hartanti
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 11, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2021.v11i1.010

Abstract

Gated community merupakan fenomena yang berkembang pesat pada kawasan perkotaan di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Konsep masyarakat hidup secara berkelompok yang semula berasal dari hunian berbasis kelompok etnis, berkembang menjadi kebutuhan akan rasa aman, prestis, dan menjadi gaya hidup dengan pembangunan batas fisik pada lingkungan perumahan dan akses keluar masuk terpusat dengan petugas keamanan. Terdapat pula dampak negatif dari konsep komunitas ini, di antaranya adalah keterbatasan pergerakan dan konektivitas terutama pada kepentingan pemenuhan kebutuhan penghuni di dalam gated community terhadap fasilitas-fasilitas umum sehari-hari. Sebuah perangkat penilaian terhadap praktik pembangunan kawasan berwawasan lingkungan telah dirumuskan oleh sebuah lembaga bernama Green Building Council Indonesia. Perangkat tersebut adalah greenship neighborhood rating tools yang di dalamnya terdapat satu dari lima kategori dengan persentase kontribusi nilai terbesar dibandingkan kategori lainnya, yaitu ketegori pergerakan dan konektivitas. Penelitian ini bertujuan meneliti ketersediaan poin-poin yang tertera pada aspek pergerakan dan konektivitas pada sebuah kawasan mix use di township CitraRaya Tangerang.  Terlepas dari implementasi pemberian skor secara detil, penelitian ini terbatas pada langkah awal identifikasi tolok ukur untuk memenuhi variabel-variabel pendukung pergerakan dan konektivitas penghuni gated community terhadap ruang-ruang publik di sekitarnya. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif mulai dari pengumpulan data primer dan sekunder, pengolahan data, penyajian, dan analisisnya. Di akhir pengamatan, didapatkan hasil bahwa untuk memenuhi satu kategori dalam upaya mencapai kawasan kota yang baik menurut prinsip-prinsip greenship neighborhood, adalah tidak mudah dilakukan. Distrik Ecopolis CitraRaya Tangerang telah dilengkapi oleh berbagai ruang publik dan prasarana kebutuhan dasar manusia untuk mendukung aktivitas penghuni dengan jarak yang terjangkau oleh pejalan kaki, namun terdapat kendala pada pemenuhan variabel-variabel yang berkaitan dengan transportasi umum, penyediaan fasilitas bagi pesepeda, dan aksesibilitas universal. Gated community is a phenomenon that is growing rapidly in urban areas in various parts of the world, including in Indonesia. The concept was originally came from residential based on ethnic groups, developed into the need for a sense of security, prestige, and became a lifestyle with the construction of physical boundaries surround the housing complex and centralized access going in to and out from the community equipped with security officers.There are also negative impacts from this community concept, including the limitations of movement and connectivity of residents in the gated community to reached daily public facilities. An assessment tool for the practice of developing environmentally friendly areas, named as Greenship Neighborhood Rating Tools, had been formulated by an institution called the Green Building Council Indonesia. There is one of five categories which had the largest percentage contribution value compared to other categories: movement and connectivity. This study aimed to examine the existance of points listed on aspects of movement and connectivity category in a mixed use area in  CitraRaya Tangerang called Ecopolis. Apart from the implementation of detailed scoring, this research was limited to the initial step of identifying benchmarks to met the variables supporting the movement and connectivity of gated communities’ residents to their surrounding public spaces.The research was conducted using qualitative-descriptive methods starting from primary and secondary data collection, data processing, presentation, and analysis. At the end of the observation, it was found that fulfilling one category in an effort to achieve a good urban area according to the principles of greenship neighborhood was not easy to do. The Ecopolis CitraRaya District of Tangerang has many public spaces and basic-needs infrasctructure to support daily residents’ activities, however, there is a lack of fulfillment of variables related to public transportation, provision of facilities for cyclists, and universal accessibility. 
KAJIAN JALUR EVAKUASI PADA GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) CIBINONG Dian Ekaputri; Danto Sukmajati; Aan Sapta Atmaja
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 11, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/Vitruvian.2021.v11i1.001

Abstract

Rumah Sakit merupakan salah satu bangunan fasilitas publik yang sangat penting, hal tersebut dikarenakan rumah sakit merupakan tempat atau wadah untuk perawatan dan rehabilitasi, yang harus memiliki lingkungan yang aman bagi pasien dan karyawan yang bekerja di rumah sakit. Saat ini desain rumah sakit terus berkembang dan berubah, rumah sakit merupakan bangunan kompleks, yangmana sangat rentan akan kejadian kebakaran atau bencana alam. Sayangnya masih ada beberapa rumah sakit yang masih belum memperhatikan sarana dan prasarana akan jalur evakuasi, hal tersebut juga dipicu karena ketidak pahaman pengguna bangunan akan akses evakuasi pada rumah sakit. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menelitian mengenai kajian akan jalur evakuasi pada gedung rumah sakit, serta yang menjadi perhatian utama yaitu wawasan pasien dan karyawan rumah sakit akan jalur evakuasi (jalan keluar) agar pada saat terjadi kebakaran atau bencana alam dapat dengan secepatnya menyelamatkan diri. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan beberapa tahapan yaitu Tahap pertama melakukan desk research (data sekunder), lalu tahap kedua melakukan pengumpulan Data (observasi lapangan dan survey dengan questionnaire), dilanjutkan ke tahap ketiga dengan menganalisis data. Diharapkan hasil penelitian ini dapat mengetahui kesiapan sarana jalur evakuasi dan pengetahuan pengguna bangunan RSUD CIbinong Dalam Situasi Darurat Terhadap Sarana Jalur Evakuasi dan dapat memberikan masukan dalam pembuatan perencanaan bangunan rumah sakit dimasa yang akan datang, Sehingga pengguna dapat menyelamatkan diri jika terjadi situasi darurat.
ANALISIS MORFOLOGI KOTA TUA JAKARTA DENGAN PENDEKATAN MAHZAB CONZENIAN Asa Aulia; Muhammad Faiz Akmal; Vivaldi Rizqi Hisyam; Ari Widyati Purwantiasning
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 11, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2021.v11i1.006

Abstract

Kota Tua Jakarta merupakan sebuah kawasan bersejarah di DKI Jakarta yang menjadi saksi sejarah perkembangan Kota Jakarta sebagai kota maju dan menjadi pusat perekonomian negara Indonesia. Kota Tua Jakarta memiliki pengaruh kolonialisme Belanda yang sangat kental dikarenakan merupakan pusat awal pemerintahan penjajahan Belanda di Indonesia dan awal perkembangan masyarakat kota Jakarta khususnya kaum pribumi yang ada disana. Morfologi atau perubahan kawasan Kota Tua dari zaman dahulu khususnya saat penjajahan Belanda hingga saat ini sangatlah menarik untuk dikaji lebih dalam. Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan analisa deskriptif kualitatif.  Pemilihan periodisasi dipilih pada perubahan yang terlihat signifikan secara umum. Periode tersebut yaitu: Era Batavia (1520-1780), era Weltevreden (1780 - 1945) dan era modern (1945 - sekarang). Komponen kota dari peta-peta tersebut lalu dianalisis dengan mazhab Conzenian yang terdiri dari analisis jaringan jalan, analisis komposisi persil, analisis fungsi bangunan dalam persil, analisis fungsi lahan serta massa bangunan dalam ruang terbuka. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metoda literatur review dengan menggunakan sumber referensi dari berbagai macam buku, jurnal, artikel dan lain sebagainya. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya pengaruh dari perkembangan kawasan Kota Tua Jakarta dikarenakan kebutuhan kotanya menjadi lebih varian. Salah satunya yaitu pada komponen Jaringan Jalan yang berubah dari pengadaan jalur untuk kendaraan berkuda, lalu trem listrik hingga bus rapid transit. The Old City of Jakarta is a historic area in DKI Jakarta which bears witness to the historical development of the City of Jakarta as a developed city and the center of the Indonesian economy. Kota Tua Jakarta has a very strong influence of Dutch colonialism because it was the initial center of the Dutch colonial government in Indonesia and the beginning of the development of the people of Jakarta, especially the indigenous people who were there. The morphology or changes in the Old City area from ancient times, especially during the Dutch colonial era until now, is very interesting to study more deeply. The research method used is descriptive qualitative analysis. The selection of periodization is chosen on changes that are seen to be significant in general. These periods are: the Batavia era (1520-1780), the Weltevreden era (1780 - 1945) and the modern era (1945 - present). The city components of the maps were then analyzed using the Conzenian school which consisted of road network analysis, plot composition analysis, building function analysis in parcels, land function analysis and building mass in open spaces. Data collection in this study used the literature review method by using reference sources from various books, journals, articles and so on. The results of the study show that there is an influence from the development of the Old City area of Jakarta because the needs of the city are becoming more varied. One of them is the Road Network component, which changes from providing lanes for equestrian vehicles, then electric trams to bus rapid transit.

Page 1 of 1 | Total Record : 10