cover
Contact Name
Roni Koneri
Contact Email
ronicaniago@unsrat.ac.id
Phone
+6281340275276
Journal Mail Official
j.bioslogos@gmail.com
Editorial Address
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sam Ratulangi
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Jurnal Bios Logos
JURNAL BIOS LOGOS is the journal published by Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sam Ratulangi University. The aims of the journal are to publish original research papers and article review in biology science i.e. botany, zoology, molecular biology, microbiology, ecology, diversity and conservation, taxonomy and biogeography. BIOS LOGOS is published two times per year (February and August)
Articles 192 Documents
Analisis Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L) pada Tanah yang Terakumulasi Logam Berat Cadmium (Cd) (Growth Analysis of Potato (Solanum tuberosum L.) in Accumulates Of Heavy Metal Cadmium(Cd) Soil) Kusdianti, Kusdianti; Solihat, Rini; Hafsah, Hafsah; Trisnawati, Eva
JURNAL BIOS LOGOS Vol 4, No 1 (2014): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.4.1.2014.4839

Abstract

Abstrak Pupuk dan pestisida kimiawi merupakan hal penting pada sistem budidaya tetapi jika  penggunaannya berlebih dapat meningkatkan kandungan logam berat kadmium  (Cd) dalam tanah. Penelitian ini bertujuan menganalisis pertumbuhan tanaman kentang (Solanum  tuberosum L.) pada tanah yang terakumulasi logam berat kadmium. Sampel tanaman berasal dari lokasi pertanian kentang Pangalengan Jawa Barat. Parameter yang diukur yaitu kandungan klorofil, biomassa, kandungan logam kadmium dalam tanah dan umbi kentang. Kandungan kadmium dalam sampel tanah dan umbi kentang diukur dengan menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). Hasil penelitian menunjukkan kandungan kadmiumpada lahan pertanian kentang telah melebihi ambang batas. Kadmium terakumulasi dalam umbi kentang, tetapi masih berada di bawah ambang batas. Klorofil, berat kering, dan berat basah mengalami kenaikan setiap minggunya (4-10 Minggu Setelah Tanam). Adanya logam kadmium  yang diserap oleh tanaman kentang dapat menghambat pembentukan  klorofil sehingga akan mempengaruhi biomassa tanaman. Kata kunci: klorofil, biomassa, kentang, kadmium Abstract Chemical fertilizers and pesticides are important in the culture system but if the excessive usage may increase the content of heavy metals cadmium ( Cd ) in the soil. This study aims to analyze the growth of the potato ( Solanum tuberosum L.) on the ground that accumulate heavy metals cadmium. Plant samples derived from potato farming locations Pangalengan West Java.The parameters are chlorophyll content, biomass, cadmium  content in soil and potato tubers. The content of cadmium in soil and potato tuber samples were measured using Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). The results showed cadmium content in potato farms has exceeded the threshold. Cadmium accumulates in potato tubers, but still below the threshold. Chlorophyll, dry and fresh weight increase every week (4-10 Weeks After Planting). The presence of the metal cadmium is absorbed by the potato can inhibit the formation of chlorophyll that will affect plant biomass . Keywords: chlorophyll, biomass, potatoes, cadmium
Kandungan Air Daun Padi Lokal Sulut pada Fase Vegetatif saat Mengalami Rendaman dan Kekurangan Air (Leaf Water Content of North Sulawesi Local Rice at the Vegetative Phase under Waterlogging and Water Deficit Condition) Koda, Marlince; Nio, Song Ai; Siahaan, Parluhutan
JURNAL BIOS LOGOS Vol 7, No 1 (2017): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.7.1.2017.16209

Abstract

Abstrak Penelitian telah dilakukan untuk mengkaji kandungan air daun sebagai salah satu respon fisiologi  pada tanaman padi lokal Sulawesi Utara (Superwin, Ombong, Temo dan Burungan) pada fase vegetatif saat mengalami perlakuan rendaman dan kekurangan air. Tanaman tidak disiram dengan air selama 14 hari pada perlakuan kekurangan air. Tanaman dalam pot dimasukkan ke dalam bak air yang berisi air dengan tinggi rendaman 15 cm di atas permukaan media selama 14 hari pada perlakuan rendaman. Kandungan air daun berbeda antar varietas dan antar perlakuan, tetapi interaksi antara faktor varietas dan faktor  perlakuan cekaman tidak menyebabkan perbedaan kandungan air daun yang nyata. Kandungan air daun terendah diamati pada varietas Superwin (0,78 mg/L), sedangkan kandungan air daun yang tertinggi diamati pada varietas Ombong (0,89 mg/L). Kandungan air daun pada keempat varietas padi berturut-turut dari yang terendah ke yang tertinggi adalah pada perlakuan kekurangan air (0,79 mg/L), kontrol (0,84 mg/L) dan rendaman (0,90 mg/L). Kata kunci: kandungan air daun, kekurangan air, padi lokal Sulut, rendaman, vegetatif AbstractA study was carried out to evaluate leaf water content as one of the physiological responses in the North Sulawesi Utara local rice (Superwin, Ombong, Temo and Burungan) at the vegetative phase under waterlogging and water deficit condition. When treatments commenced, water was withheld from water-deficit plants and the water level was 15cm above the waterlogged plants. Leaf water content was different among varieties and among treatments, but the interaction between varieties and treatments did not result in significantly different leaf water content. The smallest leaf water content was observed in Superwin (0.78 mg/L), whereas the largest leaf water content was in Ombong (0.89 mg/L). Leaf water content in these four rice varieties from the lowest to the highest was in the treatments of water deficit (0.79 mg/L), well-watered (0.84 mg/L) and waterlogging (0.90 mg/L), respectively.Keywords: leaf water content, North Sulawesi Utara local rice, water deficit, waterlogging, vegetative
Uji Antibakteri Nanopartikel Kitosan terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Magani, Alce K; Tallei, Trina E; Kolondam, Beivy J
JURNAL BIOS LOGOS Vol 10, No 1 (2020): JURNAL BIOS LOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.10.1.2020.27978

Abstract

Uji Antibakteri Nanopartikel Kitosan terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.(Antibacterial Test of Chitosan Nanoparticles against Staphylococcus aureus and Escherichia coli) Alce K. Magani*, Trina E. Tallei, Beivy J. KolondamProgram Studi Biologi, FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115*Email korespondensi: alcemagani@gmail.com (Article History: Received 30-12-2019; Revised 15-01-2020; Accepted 23-01-2020) Abstrak Antibakteri merupakan zat yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan dapat membunuh bakteri penyebab infeksi. Staphylococcus aureus dan Escherichia coli merupakan bakteri Gram positif dan Gram negatif yang dapat menimbulkan infeksi atau penyakit dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas bakteri patogen dengan memakai nanopartikel kitosan sebagai antibakteri yang dibuat dalam empat konsentrasi (0,5%, 1%, 1,5% dan 2%) serta penggunaan kontrol asam asetat 1%, ciprofloxacin dan air steril sebagai pembanding. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode gelasi ionik untuk pembuatan nanopartikel kitosan dan difusi agar untuk pengujian antibakteri. Data dianalisis dengan One Way Anova yang dilanjutkan dengan metode BNT (Beda Nyata Terkecil). Hasil penelitian diperoleh penghambatan pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli tertinggi pada konsentrasi 0,5%, dengan diameter zona hambat hari pertama sampai hari ketiga 12,31 mm, 9,98 mm, dan 20,46 mm pada S. aureus dan 15,88 mm, 18,71 mm, dan 20,43 mm pada E. coli, kategori kuat, dan bersifat bakteriostatik dan penghambatan terendah pada konsentrasi 2% dengan diameter zona hambat pada S. aureus yaitu 5,56 mm, 5,50 mm, dan 5,40 mm, dan pada E. coli yaitu 5,93 mm, 9,64 mm, dan 12,58 mm, kategori sedang, dan bersifat bakteriostatik. Kata kunci: Kitosan, nanopartikel kitosan, aktivitas antibakteri.  Abstract Antibacteria is a substance that can inhibit the growth of bacteria and able to kill bacteria that cause infections. Staphylococcus aureus and Escherichia coli are Gram positive and Gram negative bacteria that able to cause infections or diseases. This study aimed to examine the activity of pathogenic bacteria by using chitosan nanoparticles as antibacterial. The treatments were made in four concentrations (0.5%, 1%, 1.5% and 2%) and, for comparison, there were also acetic acid control, ciprofloxacin and sterile water. The research method used is the ionic gelation method for the manufacture of chitosan nanoparticles and agar diffusion for antibacterial testing. Data were analyzed with One Way Anova followed by LSD (Least Significant Difference) method. The results showed the highest inhibition of growth of S. aureus and E. coli bacteria at a concentration of 0.5%, with a diameter of inhibition zones of the first day to the third day of 12.31 mm, 9.98 mm, and 20.46 mm in S. aureus and 15,88 mm, 18,71 mm, and 20,43 mm in E. coli, the strong category, and are bacteriostatic and the lowest inhibition was at 2% concentration with inhibition zone diameters in S. aureus namely 5.568 mm, 5.50 mm, and 5, 40 mm, and in E. coli, 5.93 mm, 9.63 mm and 12.58 mm, the medium category and bacteriostatic.Key words: Chitosan, nanoparticles chitosan, antibacterial activity.
Kebiasaan Makanan Ikan Gelodok (Periophthalmus sp.) di Kawasan Mangrove Pantai Meras, Kecamatan Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara (The Food Habit of Mudskipper Fish, Periophthalmus sp. in Mangrove Areas of Meras Beach, Bunaken District, Manado City, No Gosal, Lidyana Maya; Katili, Deidy Yulius; Singkoh, Marina FO; Tamanampo, Jan EWS
JURNAL BIOS LOGOS Vol 3, No 2 (2013): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.3.2.2013.4429

Abstract

AbstrakTelah dilakukan penelitian untuk mengamati kebiasaan makanan ikan gelodok di kawasan mangrove Pantai Meras, Kecamatan Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara. Kebiasaan makanan ikan gelodok menyangkut jenis-jenis makanan, persentase nilai dari suatu jenis makanan dan nilai bagian terbesar dari komposisi makanannya. Metode yang digunakan di lapangan adalah metode random sampling dengan 30 individu ikan sebagai sampel. Identifikasi jenis-jenis makanan ikan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 100x. Hasil analisis dengan menggunakan Indeks Bagian Terbesar didapatkan bahwa makanan utama adalah Crustacea, makanan pelengkap adalah zooplankton, fitoplankton, Polychaeta dan makanan tambahan adalah Hexapoda.Kata kunci : Ikan gelodok, kebiasaan makananAbstractA study to observe the food habit of mudskipper fish in mangrove areas of Meras Beach, Bunaken District, Manado City, and North Sulawesi was conducted. This feeding manner included food types, the percentage value of a particular food and the largest value of food composition. The random sampling method using 30 fish was applied in the site location. The food type of this fish was identified using a microscope with 100x magnification. Results of this research showed that the main food was crustacean, the complementary food was zooplankton, phytoplankton, Polychaeta, and the supplementary food was Hexapoda.Keywords : mudskipper fish, food habits
Biodiversitas Burung pada Perkebunan Kelapa di Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara (Bird Biodiversity in Coconut Plantation in North Minahasa Distric, North Sulawesi Province) Alotia, Jayens; Saroyo, Saroyo; Rondonuwu, Sendy
JURNAL BIOS LOGOS Vol 9, No 1 (2019): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.9.1.2019.23363

Abstract

Biodiversitas Burung pada Perkebunan Kelapa di Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara(Bird Biodiversity in Coconut Plantation in North Minahasa Distric, North Sulawesi Province) Jayens Alotia1)*, Saroyo1), Sendy Rondonuwu1)1)Program Studi Biologi, FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115*Email korespondensi: jayensalotia70@gmail.com Diterima  1 Februari 2019, diterima untuk dipublikasi 28 Februari  2019 Abstrak Burung memerlukan tempat atau ruang yang digunakan untuk mencari makan, minum, berlindung, bermain, dan tempat berkembang biak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biodiversitas burung pada habitat perkebunan kelapa di Kabupaten Minahasa Utara. Pengambilan data dilaksanakan dari bulan Desember 2017 sampai dengan bulan Maret 2018 di perkebunan kelapa di Desa Maumbi, Desa Tatelu dan Desa Pinili  Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara.  Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode survei. Teknik penentuan petak contoh menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Petak contoh ditentukan sebanyak 3 transek berbentuk garis transek (line transect) dengan panjang masing-masing transek 2000 m dan lebar 20 m dengan pengambilan data sebanyak 5 kali. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil sebanyak 23 jenis burung dengan indeks biodiversitas sebesar 2.76, dari 23 jenis burung tersebut diketahui jumlah jenis burung yang dianggap kurang mengkhawatirkan (LC) terdapat 21 jenis burung, sedangkan status rentan (VU) terdapat 1 jenis yaitu Penelopides exarhatus dan status hampir punah (NT) terdapat satu jenis yaitu Accipiter nanus.Kata kunci: biodiversitas, burung, perkebunan kelapa, Kabupaten Minahasa Utara. Abstract Birds buy places or spaces that are used to find food, drink, shelter, play, and breed. This study aims to analyze biodiversity in coconut plantation habitat in North Minahasa Regency. Data collection was carried out from December 2017 to March 2018 in coconut plantations, North Minahasa Regency, North Sulawesi Province in Maumbi Village, Tatelu Village, Pinili Village. Data retrieval is done using the survey method. The sampling technique uses purposive sampling method which is a sample selection technique with certain considerations. Sample plots are determined by 3 transects, forming line transects (line transects) with the length of each transect of 2000 m and width of 20 m by taking data 5 times. Based on research conducted in plantation habitats, North Minahasa Regency obtained research on species of birds on plantations in North Minahasa Regency, North Sulawesi Province, which consisted of 23 species of birds with a biodiversity index of 2.76, of 23 species of birds there are according to the type of bird that is considered less alarming (LC) there are 21 species of birds, while the vulnerable status (VU) there is 1 type, Penelopides exarhatus and the status is almost extinct (NT) there is 1 type, Accipiter nanus. Keywords: biodiversity, birds, coconut plantations, North Minahasa Regency.
Struktur Lamun di Zona Intertidal Kecamatan Tabukan Selatan, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara (Structure of Seagrass on Intertidal Zone of Southern Tabukan Sub-District, Sangihe Islands District, North Sulawesi) Tumadang, Stevi; Siahaan, Ratna; Maabuat, Pience
JURNAL BIOS LOGOS Vol 9, No 2 (2019): JURNAL BIOS LOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.9.2.2019.24170

Abstract

Struktur Lamun di Zona Intertidal Kecamatan Tabukan Selatan, Kabupaten Kepulauan  Sangihe, Sulawesi Utara(Structure of Seagrass on Intertidal Zone of Southern Tabukan Sub-District, Sangihe Islands District, North Sulawesi) Stevi Tumadang1), Ratna Siahaan1*) , Pience V. Maabuat1*) 1) Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sam Ratulangi – Manado 95115*Email korespondensi:ratnasiahaan@unsrat.ac.id Diterima 1 Juli  2019, diterima untuk dipublikasi 5  Agustus 2019 Abstrak  Lamun memiliki fungsi ekologis dan nilai ekonomi yang penting. Penelitian berujuan untuk menganalisis struktur lamun di tiga area intertidal yaitu Pantai Karurung (Desa Salurang), Pantai Palareng (Desa Palareng), dan Pantai Galogong (Desa Batuwingkung), Kecamatan Tabukan Selatan, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Metode purposive sampling digunakan dalam penentuan tempat sampling dengan pengambilan sampel yang menggunakan metode line transect. Jenis-jenis lamun yang ditemukan sebanyak tujuh (7) jenis yaitu Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus  acoroides, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium, dan Thalassodendron ciliatum. Lamun S. isoetifolium memiliki nilai Kepadatan Relatif tertinggi di ketiga stasiun berturut-turut, yaitu 48,60%, 43,31%, dan 44,08%. Secara berturut-turut, lamun S. isoetifolium juga memiliki Indeks Nilai Penting tertinggi di ketiga stasiun, yaitu 74,92%, 65,31%, dan 70,75%. Keanekaragaman jenis lamun pada ketiga stasiun tergolong sedang dengan Indeks Keanakeragaman Shannon-Wiener (H’) secara berturut-turut, yaitu 1,52; 1,61; dan 1,23. Secara keseluruhan, keanekaragaman jenis lamun di Kecamatan Tabukan Selatan tergolong sedang (H’:1,59). Kata kunci  :    struktur lamun, Tabukan Selatan, Pantai Karurung, Pantai Palareng, Pantai Galoghong, Kepulauan Sangihe Abstract Seagrasses have important ecological functions and economic values. The study was carried out to analyze structure and distribution of seagrass on three intertidal areas, i.e. Karurung Beach (Salurang Village), Palareng Beach (Palareng Village), and Galogong Beach (Batuwingkung Village), South Tabukan District, Sangihe Islands Regency, North Sulawesi. The purposive sampling method was applied in choosing sampling locations. The line transect method was used for sampling seagrass. Seagrass species found were seven (7) species, i.e. Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium, and Thalassodendron ciliatum. Seagrass S. isoetifolium had the highest Relative Density Value in three locations, i.e. 48.60%, 43.31%, and 44.08% perspectively. The seagrass S. isoetifolium also had the highest Important Value Index i.e. 74.92%, 65.31%, and 70.75% perspectively. The diversity of seagrass species in three stations was classified into moderate with Shannon-Wiener Biodiversity Index (H ') i.e. 1.52; 1.61; and 1.23 perspectively. The overall H’ of seagrass of South Tabukan was classified into moderate (H ': 1.59). Key words:      seagrass structure, South Tabukan, Karurung Beach, Palareng Beach, Galoghong Beach, Sangihe Islands
Perubahan Morfologi dan Anatomi Kalus Catharanthus roseus dengan Perlakuan Triptofan (The morphological and anatomical changes on tryptophan-treated callus of Catharanthus roseus) Pandiangan, Dingse
JURNAL BIOS LOGOS Vol 2, No 1 (2012): Jurnal Bioslogos
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.2.1.2012.379

Abstract

AbstrakPenelitian tentang perubahan morfologi dan anatomi kalus Catharanthus roseus dengan pemberian perlakuan triptofan telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi informasi tentang perubahan yang terjadi pada kalus khususnya struktur anatomi dan morfologi sel kalus Catharanthus roseus setelah diberi perlakuan prekursor triptofan 175 mg/L. Pengamatan anatomi kalus dilakukan dengan metoda Parafin yang didokumentasikan dengan mikroskop Nikon Halogen 100 W perbesaran 10X10 dan difoto dengan camera Nikon DXM 1200F. Penampakan morfologi kalus didokumentasikan dengan camera digital Cannon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan kalus yang diberi perlakuan triptofan lebih lambat pada awalnya, namun bertahan hidup sampai 40 hari kultur. Kalus tanpa triptofan cepat bertumbuh pada awalnya sampai hari ke 18 kultur, setelah itu tidak ada pertumbuhan lagi. Setelah kultur 40 hari kultur, kalus dengan perlakuan triptofan tetap bertumbuh dengan baik sedangkan kontrol sudah rusak atau lisis. Struktur sel kalus perlakuan triptofan setelah 28 kali subkultur menunjukkan adanya penebalan dinding sel, sedangkan sel kalus kontrol mengalami lisis atau kerusakan sel.Kata kunci: anatomi, Catharanthus roseus, kalus, morfologi, triptofanAbstractA research on the morphological and anatomical changes on tryptophan-treated callus of Catharanthus roseus was conducted. This study aimed to complete the information about the changes, particularly on anatomical and morphological structure of Catharanthus roseus callus cells after treatment of 175 mg/L precursor tryptophan. Anatomical observations was conducted using paraffin method, documented using a Nikon microscope with a 10x10 magnification and the photograph was taken using the Nikon DXM 100 W Halogen 1200F camera. The appearance of callus morphology was documented by Cannon digital camera. The results showed that the growth of tryptophan-treated callus was slower at the beginning, but it survived by 40-day culture. Non-tryptophan callus grew rapidly by 18-day culture and did not grow later on. Tryptophan-treated callus for 40 days grew well, whereas control callus was damaged or lysis. The tryptophan-treated callus after 28 times subcultures showed cell wall thickening, whereas the control callus cells are lysis or damaged.Keywords: anatomy, callus, Catharanthus roseus, morphology, tryptophan
Penyebaran Populasi Nyamuk Aedes aegypti sebagai Vektor Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Tidore Kepulauan (Distribution of Aedes aegypti Mosquito Population as A Vector of Dengue Fever Disease in Tidore Kepulauan City) Fahrisal, Fahrisal; Pinaria, Betsy; Tarore, Dantje
JURNAL BIOS LOGOS Vol 9, No 1 (2019): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.9.1.2019.23420

Abstract

Penyebaran Populasi  Nyamuk Aedes aegypti sebagai Vektor Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Tidore Kepulauan (Distribution of Aedes aegypti Mosquito Population as A Vector of Dengue Fever Disease in Tidore Kepulauan City) Fahrisal 1*), Betsy Pinaria1), Dantje Tarore1)1)Program Studi Entomologi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115*Email korespondensi: atreyafahrisal@gmail.com Diterima 10  Februari  2019, diterima untuk dipublikasikan 28 Februari  2019 Abstrak Demam berdarah dengue  (DBD) merupakan  salah satu masalah kesehatan  penting di indonesia saat ini baik di daerah tropis dan suptropis. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji  penyebaran populasi nyamuk Ae. aegypti sebagai vektor penularan penyakit DBD di wilayah kerja Puskesmas Soasio Kota Tidore Kepulauan.  Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei cara pengambilan sampel yakni dengan pengambilan purposive sampling.  Penangkapan nyamuk dilakukan  pada setiap kelurahan yaitu 13 kelurahan yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas Soasio yaitu tempat-tempat seperti pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, daerah pemukiman penduduk, dan lahan-lahan kosong di sekitar daerah pemukiman.  Hasil penelitian  populasi nyamuk Ae.  aegypti yang di temukan di Wilayah kerja Puskesmas Soasio mencangkup 13 Kelurahan bervariasi antara 6-23 individu.  Populasi Ae.  aegypti tertingi di Kelurahan Tuguwaji yaitu 23 individu dan terendah di Kelurahan Tambula yaitu 6 individu.   Populasi nyamuk Ae. aegypti  terbanyak  pada waktu pagi yaitu jam 08:00-10:00 sebanyak 52 individu dan sore hari jam 14:00-16:00 sebanyak 50 individu. Jumlah penderita DBD antara bulan November 2018 sampai bulan Januari 2019 sebanyak 5 orang, yang terdiri dari 3 orang di kelurahan Tuguwaji, satu orang di kelurahan Indonesiana dan 1 orang di kelurahan Tomagoba. Kata Kunci: Ae.  aegypti, Demam berdarah dengue (DBD), penyebaran, populasi Abstract Dengue haemorrhagic fever (DHF) is one of the important health problems in Indonesia today both in the tropics and suptropis. Purpose of the study assess population and the spread of mosquitoes.  Ae aegypti as a vector of transmission of DHF in the working area of Soasio City Health Center, Tidore Islands. This research was conducted using the survey method of sampling method by taking purposive sampling. The catch of mosquitoes was carried out in each kelurahan, namely 13 urban villages scattered in the work area of the Soasio Health Center, namely places such as health services, education services, residential areas, and vacant land around residential areas. Results of research on mosquito population Ae. aegypti found in the Puskesmas work area of the ratio includes 13 sub-districts varying between 6-23 individuals.  population the highest Ae. aegypti in Tuguwaji Village is 23 individuals and the lowest in Tambula Village is 6 individuals.  Population of mosquitoes most  Ae.  aegypti in the morning, which is at 08:00 a.m. to 10:00 a.m. by 52 individuals and in the afternoon at 14:00 to 16:00 as many as 50 individuals.  The number of dengue sufferers between November 2018 and January 2019 is 5 people, consisting of 3 people in Tuguwaji village, 1 person in the Indonesiana village and 1 person in Tomagoba village.Keywords: Ae. aegypti, Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), spread, population
Kehadiran Logam-Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Zn) Pada Air dan Sedimen Sungai Lowatag, Minahasa Tenggara - Sulawesi Utara (The Occurrence of Heavy Metals (Pb, Cd, Cu, Zn) on Water and Sediment in the River Lowatag, Southeast Minahasa - North Sulawesi) Patty, Jesica O; Siahaan, Ratna; Maabuat, Pience V
JURNAL BIOS LOGOS Vol 8, No 1 (2018): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.8.1.2018.20592

Abstract

Abstrak Kualitas air sungai yang baik dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk keberlanjutan kehidupannya. Kehadiran logam-logam berat di air dan sedimen dapat menurunkan kualitas air sungai. Penelitian ini bertujuan menganalisis kehadiran logam-logam berat timbal (Pb), kadmium (Cd), tembaga (Cu) dan seng (Zn) di air dan sedimen Sungai Lowatag. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling pada tiga stasiun yang tersebar dari hulu ke hilir. Pengambilan sampel sedimen dilakukan secara komposit di tiap stasiun. Sampel air diulang sebanyak tiga kali di tiap stasiun. Kehadiran logam berat-logam  berat  pada sedimen dengan konsentrasi berbeda-beda yaitu Cu berturut-turut dari Stasiun I, II dan III yaitu 13; 17 dan 13 mg/kg dan Zn yaitu 73; 48 dan 56 mg/kg. Kehadiran logam berat Pb di sedimen dari Stasiun I, II dan III yaitu 28; 19,1 dan 28,2 mg/kg masih di bawah Nilai Ambang Batas (NAB) menurut RNO/1981 sebesar 10 mg/kg – 70 mg/kg. Kehadiran logam berat Cd berturut-turut 3,83;  2,69 dan 4,03 mg/kg telah melampaui NAB menurut RNO/1981 (0,1 mg/kg – 2,0 mg/kg). Kehadiran logam-logam berat Pb, Cd, Cu, dan Zn di air masih di bawah NAB menurut PP No.82/2001. Kata-kata kunci: logam berat, kualitas air, sedimen, Sungai Lowatag, Sulawesi Utara AbstractThe qualified river water is required by organisms for their sustainability. The occurrence of heavy metals in surface water and sediments can degrade the quality of river water. The aim of this study was to analyze the occurrence of lead metals (Pb), cadmium (Cd), copper (Cu) and zinc (Zn) in water and sediment of Lowatag River. The purposive sampling method was applied to survey three stations from upstream to downstream. Sediment sampling was collected compositely at each station. Water samples were collected three times in each station. The occurrence of heavy metals in the surface sediments with different concentrations of Cu were 13; 17 and 13 mg /kg and Zn were 73; 48 and 56 mg/kg respectively from Station I, II and III. The occurrence of heavy metal Pb in the sediments of Stations I (28 mg/kg), II (19.1 mg/kg) and III (28.2 mg/kg) were below the Threshold Limit Value (TLV) according to Du Reseau National D’ Observation (RNO) year 1981 (10 mg/kg-70 mg/kg). The occurrence of heavy metal Cd in the sediments of Stations I (3.83 mg/kg), II (2.69 mg/kg) and III (4.03 mg/kg) were exceeded TLV according to RNO/1981 (0.1 mg/kg-2.0 mg/kg). The occurrence of heavy metals Pb, Cd, Cu, and Zn in water were still in the standard range of Indonesia Government Regulation No.82 year 2001.Key words: heavy metals, water quality, sediment, Lowatag River, North Sulawesi 
Aktivitas Harian Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) di Bumi Perkemahan Sukamantri Taman Nasional Gunung Halimun Salak Luthfi, Muhammad; Elfidasari, Dewi; Pairah, Pairah
JURNAL BIOS LOGOS Vol 10, No 2 (2020): JURNAL BIOS LOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.10.2.2020.29082

Abstract

ABSTRAKBurung merupakan salah satu fauna yang memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi di Indonesia dengan jumlah 1598 jenis burung, di antaranya terdapat burung pemangsa. Elang jawa (Nisaetus bartelsi) yang merupakan burung endemik di Pulau Jawa. Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) merupakan habitat bagi elang Jawa, hal ini dikarenakan kondisinya yang masih cukup baik. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan menganalisis aktivitas harian elang Jawa serta faktor yang mempengaruhi aktivitas elang jawa di TNGHS. Metode yang digunakan yaitu survei dan pemantauan sarang, pengamatan aktivitas harian, pengumpulan dan analisis data. Berdasarkan hasil pengamatan Nisaetus bartelsi  di TNGHS, diperoleh aktivitas  harian elang jawa yang terlihat adalah bertengger dengan persentase sebesar 66%, dan terbang 34% dengan frekuensi waktu tertinggi aktivitas pada pukul 10:00-14:00. Aktivitas harian elang jawa juga dipengaruhi oleh lingkungan seperti suhu dan curah hujan di lingkungannya.Kata Kunci: aktivitas harian; Elang Jawa; TNGHS ABSTRACTBird is one of the fauna that has a fairly high biodiversity in Indonesia with a total of 1598 species of birds, including birds of prey. One of the birds of prey found in Indonesia is the Javan Hawk Eagle (Nisaetus bartelsi) which is an endemic bird on the Java island. Mount Halimun Salak National Park (HSNP) is one of the National Parks which is a habitat for Javan Hawk eagles, this is because the conditions are still quite good. This observation aims to study and find out the daily activities of the Javanese eagle and the factors that influence the activity of the Javan Hawk Eagle in HSNP. The methods used are nest surveying and monitoring, observing daily activities, collecting and analyzing data. Based on observations by Nisaetus bartelsi in HSNP, it was found that the Javan Hawk eagle's daily activity was perched with a percentage of 66%, and flew 34% with the highest frequency of activity at 10:00 to 14:00. The daily activities of Javan Hawk eagles are also influenced by the environment such as temperature and rainfall in their environment.Keywords: daily activities; Javan Hawk eagle; HSNP

Page 1 of 20 | Total Record : 192