cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
ISSN : 25285548     EISSN : 25285548     DOI : -
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang is an online, open access peer reviewed journal, which is published twice year every June and December. This journal is for all contributors who are concerned with a research related to Japanese language education studies. JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang provides a forum for publishing the original reserach articles, paper-based articles and review articles from contributors, related to Japanese culture, Japanese literature and Japanese language teaching/learning, which have never been published before.
Arjuna Subject : -
Articles 126 Documents
ANALISIS KESALAHAN PELAFALAN HURUF KONSONAN TSU DALAM BAHASA JEPANG TERHADAP PENUTUR BAHASA INDONESIA Pratiwi, Rahmawati Eka; Dahidi, Ahmad; Haristiani, Nuria
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang Vol 1, No 2 (2016): Agustus 2016
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (Indonesia University of Education)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/japanedu.v1i2.3294

Abstract

AbstrakPada saat mempelajari bahasa asing, pada umumnya kita tentu akan mempelajariya huruf dari bahasa tersebut. Setiap bahasa memiliki fonem yang berbeda-beda. Pembelajaran huruf dan bagaimana cara melafalkannya merupakan pembelajaran dasar dalam pembelajaran bahasa asing. Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan makna, sedangkan huruf adalah lambang bunyi atau lambang fonem. Misalnya, dalam bahasa Indonesia yang membedakan kata “kelas” dan “keras” adalah fonem /l/ dan /r/. Contoh lainnya yang berhubungan dengan bahasa Jepang. Pada penulisan bahasa Jepang, sering kita temukan kata dari bahasa asing yang ditulis dengan fonem yang sama. Misalnya, kata “light” (cahaya) dan “right” (kanan) yang memiliki makna yang berbeda, namun sama-sama ditulis dengan huruf atau lambang fonem yang sama yaitu 「ライト」/raito/. Dengan kesalahan seperti ini akan mudah sekali terjadi kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Terutama, komunikasi verbal.Setelah membandingkan fonem yang dimiliki oleh bahasa Jepang dan bahasa Indonesia, salah satu fonem bahasa Jepang yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia adalah fonem [ts]. Penelitian ini dilakukan di kampus Showa, Gunma University kepada 15 orang mahasiswa Indonesia, yang terbagi 2 suku bangsa dengan 2 bahasa daerah yang berbeda (Sunda dan Jawa). Pada penelitian kali ini, pertama-tama, penulis memperdengarkan sebuah rekaman yang berisikan kalimat yang sama dengan teks yang telah dibaca oleh responden, lalu meminta responden untuk mengulanginya dan kemudian merekamnya. Selanjutnya, penulis meminta responden untuk mebaca sebuah teks, kemudian merekamnya kembali. Setelah data terkumpul dan di periksa oleh penutur asli bahasa Jepang, penulis menganalisisnya berdasarkan teori yang ada. Hasilnya menunjukkan bahwa bahasa ibu (bahasa daerah) tidak berpengaruh dalam kealahan pelafalan bahasa dikarenakan responden melakukan kesalahan ditempat yang sama dan persentase jumlah responden yang mampu melafalkan dengan baik dan benar, dengan yang tidak, dapat dikatakan seimbang (50:50). Kemudian, huruf “tsu” yang berada diawal kataatau tidak didahului oleh bunyi apapun lebih rentan terjadi kesalahan. Dengan kata lain, bunyi yang keluar sebelum huruf “tsu” berpengaruh dalam membantu melafalkan fonem [ts] dalam huruf konsonan “tsu”. Kata kunci : Fonetik, Huruf Konsonan Tsu, kesalahan pelafalan, linguistik  Abstract At the timen of learning a foreign languange, in general, we would learn the letters of the language. Each language has different phonemes. Learning letters and how to prounounce it is the basis of learning a foreign language learning. Phoneme is the smallest sound that can distinguish the meaning, while the letter is the epitome of sound or phoneme emblem. For example, in the Indonesian language, phoneme /l/ and /r/ differentiates the word “kelas”(class) and “keras” (hard). In relatiom to Japanese languange learning, particulary in writing Japanese loan word, we often find the word of the foreign language written with the same phoneme. For example, the word “light” (cahaya) and “right” (kanan) which have different meanings, but written in the same letters or phoneme symbols /raito/.  Such an error will lead to misunderstandings to take place in communication, especially in terms of verbal communication. After comparing of characteristic of phoneme of both Japanese and Indonesia language, it was found out that the phoneme [ts] in the Japanese phonemes does not exitst in the Indonesian language. The research was conducted at the Showa campus of Gunma University involving 15 Indonesian students who were divided into two different ethnicities with two different local languages (Sundanese and Javanese). In her study, the researcher firstly the author played recording of the same sentences as the next text will read later by the respondents. Furthermore, the author asked the respondents to recite it and then record it. Then, the author asked respondents to read a text, and then to record it. again. Once the data were collected and checked by native Japanese speaker, the author analyzed them. The results showed that the local language does not affect the pronouncation errors because the respondents made the misktake at the same place and the percentage of respondents who were able to recite properly, compared to those who were unable to, was equal (50:50). Then, the letters “tsu” located at the beginning of words or not preceded by any sound is more susceptible to errors. In other words, the sound that comes out before the letter “tsu” is influential in helping to pronounce phonemes [ts] in letters “tsu”. Keyword : phonetic, Consonant Tsu of Japanese languange, pronounce errors, linguistic
Indonesian JSL Students Beliefs and Learning Strategies in Kanji Learning Bachri, Aep Saeful; Firmansyah, Dian Bayu; Sudjianto, Sudjianto
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang Vol 2, No 2 (2017): JAPANEDU Volume 2 Issue 2, December 2017
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (Indonesia University of Education)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/japanedu.v2i2.8818

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui beliefs serta strategi belajar yang digunakan oleh pembelajar bahasa Jepang sebagai bahasa kedua (JSL Indonesia) dalam mempelajari huruf kanji. Penelitian ini juga bertujuan untuk meneliti tentang hubungan antara beliefs yang dimiliki oleh JSL Indonesia terhadap pembelajaran kanji dan strategi belajar kanji yang digunakan oleh pembelajar JSL Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif statistik. Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data berupa angket dan interview. Ada dua jenis angket yang digunakan pada penelitian ini yaitu angket Beliefs About Language Learning Inventory (BALLI) dan angket Strategy of Inventory Language Learning (SILL). Sampel dalam penelitian ini yaitu mahasiswa/i Departemen Pendidikan Bahasa Jepang, Universitas Pendidikan Indonesia. Dari hasil penelitian di lapangan, diketahui bahwa pembelajar JSL memiliki beliefs yang positif terhadap proses penguasaan kanji serta menganggap kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam proses pembelajaran kanji, dapat diatasi dengan pemilihan strategi belajar kanji yang tepat. Pengampu mata kuliah kanji juga dianggap memiliki peranan yang sangat penting untuk membantu pembelajar JSL Indonesia, terutama dalam memperkenalkan strategi-strategi belajar kanji yang efektif dalam proses penguasaan kanji. Terdapat korelasi positif yang signifikan antara Metacognitive-Compensation strategies dengan. Dari temuan penelitian di atas, disarankan agar pengampu mata kuliah kanji selalu mengevaluasi keefektifan metode ajar yang digunakan untuk membantu pembelajar dalam mengembangkan strategi belajar kanji mereka, serta membimbing pembelajar agar menghindari strategi belajar kanji yang tidak efektif seperti penggunaan kartu kanji untuk mengingat kanji.  The major purpose of this study were to find out about which kind of beliefs and learning strategies are used by Japanese as second language (JSL) students in studying Japanese character (kanji). In addition, this study also aims to examine how kanji learning beliefs relate to the use of kanji learning strategies by Indonesian university JSL students. This study was conducted with descriptive statistic method, using Lickert scale type survey questionnaire and short interviews. The self report survey questionnaire Beliefs About Language Learning Inventory (BALLI) and Strategy of Inventory Language Learning (SILL), was used to examine learners' beliefs in kanji learning and to determine about learning kanji strategies used by Indonesian JSL students. The subject in this current research were the Indonesia University of Education students who are majoring Japanese language as their second language. Survey questionnaire result showed that overall learners have a positive beliefs on the process of acquiring kanji and also consider that the difficulties experienced in kanji learning process, can be solve by employ appropriate kanji learning strategies. They also believe that teachers have an important role in providing them a wider range of appropriate kanji learning strategies, that help them to acquire kanji in more effective ways. The significant correlation found between Metacognitive-Compensation strategies and kanji learning beliefs. While negative correlation found between Association strategies and students beliefs. Based on these findings, it is highly recommends that teachers need to consider the effectiveness of teaching methods used, in order to help student develop their learning strategies and to aware them about the ineffective kanji learning strategies found in this study such as using kanji card to memorize a new kanji, etc.
PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA PEMBELAJARAN VERBA BAHASA JEPANG BENTUK~TE Agustina, Citra Dewi; Haristiani, Nuria; Sudjianto, Sudjianto
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang Vol 1, No 2 (2016): Agustus 2016
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (Indonesia University of Education)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/japanedu.v1i2.3285

Abstract

ABSTRAKBerdasarkan pengalaman penulis ketika melaksanakan Program Pengalaman Lapangan di SMA Negeri 11 Bandung, ditemukan permasalahan berkenaan dengan kemampuan siswa dalam memahami materi perubahan verba bahasa Jepang bentuk kamus kedalam bentuk Te. Maka dari itu, penulis mengadakan penelitian penerapan metode Cooperative Learning model Student Facilitator and Explaining pada pembelajaran perubahan verba bahasa Jepang dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan pada hasil pembelajaran sebelum dan sesudah menggunakan metode Cooperative Learning  model Student Facilitator and Explaining. Penulis melakukan penelitian eksperimen quasi dengan desain one-grop pretest posttest.Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 11 Bandung tahun ajaran 2015/2016, dengan sampel dua puluh lima orang siswa kelas XII Lintas minat bahasa Jepang. Dari hasil analisis data, diketahui nilai rata-rata pretest sebesar 45, 28, posttest 83, 63, maka diperoleh t hitung sebesar 9, 88. Dengan db=24, maka dapat  disimpulkan bahwa  dengan nilai  untuk taraf signifikan 5% dan 9,88 2,80 untuk taraf signifikan 1%. Hasil diatas membuktikan bahwa Hk yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pembelajaran perubahan verba bahasa Jepang bentuk Te sebelum dan sesudah menggunakan metode Cooperative Learning model Student Facilitator and Explaining diterima.  Kata kunci: Student Facilitator and Explaining, DoushiABSTRACT  Based on the author experience, when implementing the program of field experience in SMAN 11Bandung, in regard to the problem found with the ability of the student in understanding material change japanese verb dictionary from into the shape of Te. Because of that, writer did a research with Cooperative Learning Student Facilitator and Explaining  model for studying Japanese verb with purpose to know if there’s a huge difference or not before and after using this model. The author conducted a quasi experimental study with one group pretest posttest design. Population in this study is the students from 11 Bandung Senior High School period year 2015/2016, with the sample of 25 student from class XII cross-interest in Japanese language. From the analysis of data, known to the average value of  pretest about 45, 28, and posttest 83, 63, then obtained  9,88 with db=24, so it conclude that with value 9, 88 2, 06 to a significant level 5% and 9, 88 2, 80 for significant level 1%. The above result prove that hk stating there are significant differences between learning Japanese language verbs change outcomes before and after using cooperative learning method model of  Student Facilitator and Explaining accepted.  Keyword:Student Facilitator and Explaining, Japanese verb
KOTO RENSHU DALAM PEMBELAJARAN KAIWA (BERBICARA) DI DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FPBS UPI Judiasri, Melia Dewi
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang Vol 2, No 1 (2017): JAPANEDU Volume 2 Issue 1, June 2017
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (Indonesia University of Education)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/japanedu.v2i1.6909

Abstract

Berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang digunakan sebagai media berkomunikasi sehari-hari. Kemampuan berbicara merupakan salah satu kemampuan untuk berkomunikasi guna menyampaikan berbagai macam ide, pesan, maksud dan pendapat kepada orang lain. Berbicara merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif, penggunaannya paling luas dan paling penting. Kemampuan berbicara di Departemen Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI diwadahi dalam mata kuliah shokyukaiwa 1 dan 2, chukyukaiwa 1 dan 2, chujokyukaiwa 1 dan 2, selama 6 semester. Perkuliahan kaiwa di setiap kelas merupakan kelas besar yang diikuti oleh sekitar 26 – 30 orang mahasiswa. Dengan demikian teknik pembelajaran yang bervariasi dapat memaksimalkan kemampuan berbicara bahasa Jepang sangat diperlukan.Koutourenshuu(口頭練習)adalah salah satu teknik pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbicara secara langsung dari pengajar dan diulang serta diucapkan kembali sesuai dengan ungkapan yang diajarkan. Dengar-ucap, ucap-ulang, tanya-jawabdan role play merupakan kegiatan yang dilaksanakan melatih keterampilan berbicara tingkat dasar. Makalah ini mengemukakan tentang pembelajaran mata kuliah shokyu kaiwa 1 dan 2 yang dilaksanakan di Departemen Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI. Sesuai dengan apa yang dikemukakan Iskandarwassid dan Sunendar (2015: 286) pembelajaran berbicara tingkat dasar dalam mata kuliah shokyukaiwa 1 dan 2 bertujuan agar pembelajar dapat melafalkan bunyi-bunyi bahasa, dapat menyampaikan informasi, menyatakan setuju atau tidak setuju, menjelaskan identitas diri, menceritakan kembali hasil simakan, menyatakan rasa hormat dan bermain peran. Pembelajaran  dilakukan dengan berbagai teknik pembelajaran diantaranya adalah ulang ucap (teks percakapan), lihat ucap (power point), wawancara (interviu sesuai materi), percakapan satu pihak (menyampaikan informasi hasil wawancara), dan bermain peran (pelatihan berbicara dengan ide pembelajar). Berdasarkan pengamatan selama perkuliahan berlangsung, pembelajar terlibat aktif berkomunikasi serta kemampuan menggagas dan menuangkan ide ketika bermain peran sangat positif.   Speaking is a language skill that is used as a medium of daily communication. The ability to speak is one of the ability to communicate to convey various ideas, messages, intentions and opinions to others. Speaking is the most effective form of communication, its use is the most extensive and most important. The ability to speak in the Department of Japanese Language Education FPBS UPI is covered in courses shokyukaiwa 1 and 2, chukyukaiwa 1 and 2, chujokyukaiwa 1 and 2, for 6 semesters. Kaiwa lectures in each class is a large class followed by about 26-30 students. Thus a variety of learning techniques can maximize the ability to speak Japanese is needed. Kourourenshuu (練習 練習) is one of the learning techniques to improve the speaking skills directly from the teacher and repeated and recited in accordance with the taught phrase. Hearing, reciting, questioning and role play are activities undertaken to practice basic level speaking skills. This paper discusses the learning subjects shokyu kaiwa 1 and 2 which is held in the Department of Japanese Language Education FPBS UPI. In accordance with what is proposed by Iskandarwassid and Sunendar (2015: 286) the basic level of speaking in the subject shokyukaiwa 1 and 2 aims for the learner to pronounce the sounds of language, can convey information, express or disagree, explain identity, retell The results simultaneously, express respect and role play. Learning is done by various learning techniques such as repeating speech (text conversation), see power point, interview (interviews), and one-party conversation (conveying interview information), and role play (speaking training with learner idea). Based on the observations during the lectures, the learner actively engages in communication as well as the ability to initiate and present ideas when playing a very positive role.
ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM MENGGUNAKAN VERBA FURU, KUDARU, ORIRU DAN SAGARU SEBAGAI SINONIM Novitasari, Ayuningtyas; Judiasri, Melia Dewi; Sutedi, Dedi
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang Vol 1, No 1 (2016): April
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (Indonesia University of Education)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/japanedu.v1i1.2649

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini merupakan penelitian mengenai analisis kesalahan penggunaan verba furu, kudaru, oriru dan sagaru sebagai sinonim pada mahasiswa tingkat III tahun akademik 2015/2016 Departemen Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan apa saja yang terjadi pada pembelajar bahasa Jepang dalam menggunakan verba furu, kudaru, oriru dan sagaru sebagai sinonim, mencari penyebab terjadinya kesalahan tersebut, dan upaya untuk mengurangi terjadinya kesalahan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Objek penelitian ini adalah mahasiswa tingkat III tahun akademik 2015/2016 Departemen Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang. Pengambilan data dilakukan dengan teknik one shoot model. Pengumpulan data dilakukan melalui cara tes dan angket. Berdasarkan hasil analisis, kesalahan terhadap penggunaan verba furu adalah 26,67%, kesalahan terhadap penggunaan verba kudaru adalah 68,55%, kesalahan terhadap penggunaan verba oriru adalah 58,52%, dan kesalahan terhadap penggunaan verba sagaru adalah 59,99%. Faktor – faktor penyebab terjadinya kesalahan penggunaan verba furu, kudaru, oriru dan sagaru adalah kurangnya pemahaman mengenai penggunaan verba furu, kudaru, oriru dan sagaru dengan tepat, kurangnya pengetahuan mengenai fungsi verba furu, kudaru, oriru dan sagaru, dan kurangnya pemahaman mengenai persamaan dan perbedaan verba furu, kudaru, oriru dan sagaru.  Kata Kunci : Sinonim, Furu, Kudaru, Oriru, Sagaru, kesalahan, analisis kesalahan  ABSTRACTThis study is about the analysis of error regarding the use of Japanese synonym furu, kudaru, oriru, and sagaru by third years students of DPBJ FPBS UPI 2015/2016. The purpose of this study was to determine any errors that occur when using synonym furu, kudaru, oriru, and sagaru in on Japanese Language learner. The method used in this research is descriptive type of survey with the instrument in the form of objective test and questionnaire. Data collection was done by using one shoot models. The sample of this study is the third years students of DPBJ FPBS UPI 2015/2016, with a sample of 60 people. The result of this research shows, the error of use of furu verb are 26,67%, the error of use of kudaru verb are 68,55%, the error of use of oriru verb are 58,52%, and the error of use of sagaru verb are 59,99%. The cause of error on the use of Japanese synonym furu, kudaru, oriru, and sagaru are the lack of understanding of the use, lack of understanding of the differences, a lack of meaning and function of Japanese synonym furu, kudaru, oriru, and sagaru. Key word : Synonym Furu,Kudaru,Oriru, Sagaru, error, error analysis
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA APLIKASI ALEPHBET KATAKANA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS HURUF KATAKANA Siregar, Tiur Mian; Renariah, Renariah; Sudjianto, Sudjianto
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang Vol 1, No 3 (2016): December 2016
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (Indonesia University of Education)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/japanedu.v1i3.5285

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh minat siswa dalam pembelajaran bahasa Jepang. Siswa mengalami kesulitan dalam menguasai huruf hiragana dan katakana. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, diperlukan alat atau media yang menarik dan praktis untuk membantu siswa dalam meningkatkan kemamapuan menulis huruf katakana. Berdasarkan hal tersebut penulis memberikan alternatif pembelajaran menulis katakana dengan menggunakan aplikasi Alephbet Katakana. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak lima kali pertemuan menggunakan metode penelitian eksperimen kuasi dengan desain pre-test dan post-test. Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah test dan angket. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Pasundan 2 Bandung tahun ajaran 2013/2014 dan sampel yang digunakan adalah siswa kelas XI IPA 1 berjumlah 24 siswa yang sedang belajar bahasa Jepang. Hasil dari analisis data diperoleh nilai mean pre-test adalah 18.13 dan nilai mean dari post-test adalah 88.23, dengan demikian terdapat peningkatan setelah treatment yaitu sebesar 70.1. Dan didapatkan nilai dari t hitung adalah 20.32 dan nilai t tabel dengan derajat kebebasan (db) yaitu 23 dengan taraf signifikan 5% 2.07 dan 1% 2.81. Dengan demikian nilai t hitung lebih besar dari t tabel (20.32 2.07). Yang artinya dapat ditari kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y sehingga hipotesis kerja ( Hk) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa aplikasi Alephbet Katakana dapat membantu meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam huruf katakana. Berdasarkan pengolahan hasil angket yang diperoleh dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa menyatakan merasa lebih mudah mempelajari huruf katakana dengan aplikasi Alephbet Katakana. Sebagai kesimpulan, aplikasi Alephbet Katakana dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis huruf katakana. Oleh karena itu, aplikasi Alephbet Katakana dapat dijadikan solusi sebagai metode pembelajaran huruf katakana.
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL MADOGIWA NO TOTTOCHAN KARYA TETSUKO KUROYANAGI & NIJUUSHI NO HITOMI KARYA SAKAI TSUBOI Andari, Novi; Sudarwati, Sudarwati
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang Vol 3, No 1 (2018): JAPANEDU Volume 3 Issue 1, June 2018
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (Indonesia University of Education)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/japanedu.v3i1.10191

Abstract

Banyak pendidik mulai percaya bahwa proses belajar yang berpusat pada peserta didik akan membawa hasil yang lebih baik dan menghasilkan kesuksesan pada peserta didik tersebut. Inspirasi seorang pendidik dalam menentukan dan menciptakan metode dan model pembelajaran dapat diperoleh dari berbagai sumber. Novel adalah salah satu karya sastra yang berfungsi sebagai alat untuk mewakili kehidupan manusia sebagaimana dinyatakan dalam karya fiksi. Karena pesan yang disampaikan oleh penulis melalui novel bersumber dari permasalahan yang ada di masyarakat, salah satu masalahnya adalah pendidikan. Penjelasannya menjelaskan bahwa ada hubungan khusus antara novel dan pendidikan. Untuk membuktikan pernyataan di atas, dilakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data atau informasi bentuk pembelajaran dalam karya sastra. Ditemukan dalam novel Madogiwa no Totto-chan dan novel Nijuushi no Hitomi tentang bentuk pembelajaran untuk anak-anak sekolah dasar. Dalam tulisan ini dipaparkan temuan metode pembelajaran kontekstual pada dua novel tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif.  Many educators are beginning to believe that the learning process centered on learners will bring better results and result in success in those learners. Inspiration of an educator in determining and creating methods and models of learning can be obtained from various sources. Novel is one of the literary works that serve as a tool to represent human life as stated in the work of fiction. Because the message conveyed by the author through the novel sourced from the problems that exist in the community, one of the problems is education. The explanation explains that there is a special connection between novel and education. To prove the above statement, conducted a study that aims to obtain data or information of the forms of learning in a literary work. Found in the novel Madogiwa no Totto-chan and novel Nijuushi no Hitomi about the forms of learning for elementary school children. In this paper that presented the findings of a method of contextual learning in the two novels. Research method used is descriptive qualitative method.   
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEA PARTY UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JEPANG (EKSPERIMEN MURNI TERHADAP SISWA KELAS X SMA BPI 1 BANDUNG Tahun Ajaran 2015/2016) Pebriani, Vina; Sutedi, Dedi; Haristiani, Nuria
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang Vol 1, No 2 (2016): Agustus 2016
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (Indonesia University of Education)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/japanedu.v1i2.3290

Abstract

 AbstrakKosakata merupakan komponen terpenting dalam bahasa. model pembelajaran kooperatif tipe tea party dilakukan dengan cara siswa membentuk dua barisan dimana siswa saling berhadapan satu sama lain. Guru mengajukan sebuah pertanyaan, siswa mendiskusikan jawaban dengan siswa yang ada dihadapannya, setelah satu menit baris terluar bergerak searah jarum jam sehingga akan berhadapan dengan pasangan yang baru. Guru mengajukan peranyaan ke dua dan seterusnya. kemudian siswa mempresenasikan hasil diskusi depan kelas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara kemapuan mengingat kosakata bahasa Jepang siswa sebelum dan setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Tea Party. metode yang di gunakan adalah true experimental design dengan menggunakan design Randomized control group Pre-test Post-test..Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA BPI 1 Bandung tahun ajaran 2014/2015 kelas X-5 sebanyak 20 orang sebagai kelas eksperimen dan kelas X-4 sebanyak 20 orang sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah adalah test dan angket. Hasil analisis data, diperoleh nilai t-hitung sebesar 2,85 dan taraf signifikan 5% adalah 3,73. Karena t-hitung lebih besar dari t-tabel maka Hk diterima. Hal ini berarti bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe tea party efektif digunakan dalam pembelajaran bahasa Jepang.Serta data yang diperoleh dari angket, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Tea Party mempunyai langkah-langkah yang efektif dan mampu membuat siswa lebih fokus dan belajar bertanggung jawab dengan tugas-tugas yang diberikan. Kata kunci : menghafal, model pembelajaran, model Tea Party.Abstractvocabulary is the most important component in language. Cooperative learning type tea party is done by students forming two rows witch every students is facing each other. Teacher asking a question. Student s discuss the answer with student in front of him,after one minute, the outer row is moving in the same direction as clockwise so that will facing with new student. Teacher asking a new question etc. after that student have to presented the result of discussion in front of class. The purpose of this research is to determinate the significant different between student ability to remember Japanese vocabulary before and after using cooperative learning type Tea Party method that used is true experimental design method with using  randomized control group Pre-test Post-test design. Sample in this research is 10th grade student SMA BPI 1 Bandung school year 2014/2015 class X.4 that consist 20 students for control class and class X.5 that consist 20 students for experiment class. Instrument that used is test and questionnaire.  Result of data analysis obtained t-count value is 2.02 with significant level 5% 3.73. because t-count is greater than t-table so Hk is accepted. That can be concluded that the ability in the end of Japanese vocabulary education is significantly better than the initial of Japanese vocabulary education.  As well as date that obtained from questionnaire, can be says that cooperative learning type Tea Party is have an effective ways and can make students more focus  in studies, and more responsible in every task that they have. Key world : memorized, learning model, Tea Party model.
EFEKTIVITAS METODE PEER READING DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN (DOKKAI ) Rasiban, Linna Meilia; Dianasari, Wina
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang Vol 2, No 1 (2017): JAPANEDU Volume 2 Issue 1, June 2017
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (Indonesia University of Education)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/japanedu.v2i1.6999

Abstract

Tidak sedikit pembelajar mengalami kesulitan dalam pembelajaran membaca pemahaman (selanjutnya dibaca dokkai). Hasil angket yang disebarkan (September 2014) menunjukkan bahwa kesulitan yang dialami mayoritas mahasiswa dalam pembelajaran dokkai adalah memahami kanji, bunpou, arti kosakata, dan makna kalimat. Jadi dapat dikatakan kesulitan yang kompleks apalagi dilakukan oleh sendiri (Broughton dalam Tarigan, 2008; Iskandarwassid, 2008). Untuk memecahkan permasalahan tersebut, perlu dilakukan suatu kegiatan kerjasama dalam memahami wacana yaitu dengan salah satu metode Peer Learning yang pada akhir-akhir ini sedang banyak dilakukan di negara Jepang. Teori Peer Reading (Ogasa Emiko, 2006; Kobayashi Yuki, 2012) diambil berdasarkan teori Tateoka (2004, 2007) yang dijadikan sebagai sumber utama dari kajian pustaka (pilot study) pada penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam pembelajaran dokkai setelah menggunakan metode Peer Reading dan untuk mengetahui tingkat keefektifitasan penerapan metode Peer Reading dalam pembelajaran dokkai. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen murni dengan desain Pre-Test Post-Test Control Design. Sampel penelitian adalah mahasiswa tingkat 2 Departemen Pendidikan Bahasa Jepang tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 40 mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Peer Reading lebih efektif dalam pembelajaran dokkai dibandingkan dengan metode konvensional. Selain itu, analisis data angket menunjukan bahwa mahasiswa memberikan respon yang positif terhadap penerapan metode Peer Reading dalam pembelajaran dokkai.
TEKNIK PERMAINAN CERITA BERANTAI DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK PEMBELAJARAN BERBICARA BAHASA JEPANG Tamara, Gati Intan; Risda, Dianni; Juangsih, Juju
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang Vol 1, No 1 (2016): April
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (Indonesia University of Education)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/japanedu.v1i1.2656

Abstract

AbstraksiKemampuan berbicara merupakan salah satu aspek yang mempunyai peranan penting dalam berkomunikasi sehingga dapat menunjang keterampilan berbahasa khususnya Bahasa Jepang. Namun dalam kenyataannnya keterampilan berbicara kurang mendapat perhatian. Pembelajar bahasa asing menemui masalah pada saat berbicara dalam bahasa yang sedang dipelajarinya. Oleh karena itu, dibutuhkan teknik pembelajaran yang dapat mengatasi masalah tersebut, salah satunya dengan menerapkan teknik permainan cerita berantai dengan media gambar untuk pembelajaran berbicara Bahasa Jepang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan berbicara bahasa Jepang sebelum dan sesudah diterapkannya teknik permainan cerita berantai dengan media gambar. Selain itu, untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap teknik permainan tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu. Dengan menggunakan one group pre-test-post-test design. Sampel penelitian ini adalah 20 mahasiswa Tingkat II Departemen pendidikan bahasa Jepang UPI. Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan tes dan angket. Berdasarkan hasil analisis data, diketahui db-19, t-hitung 34.8 dan t-tabel pada taraf signifikan 5% adalah 2,09 dan pada taraf signifikan 1% adalah 2,86. Dengan kata lain t-hitung lebih besar dari pada t-tabel. Sehingga diartikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pembelajaran berbicara Bahasa Jepang sebelum dan sesudah menggunakan teknik permainan cerita berantai. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan teknik permainan cerita berantai dengan media gambar ini dapat meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Jepang. Sehingga dari hasil penelitian ini, peneliti merekomendasikan untuk dijadikan sebagai alternatif teknik pembelajaran. Kata kunci : teknik permainan cerita berantai, media gambar, pembelajaran berbicara Bahasa Jepang.  AbstractSpeaking skills is an aspect that have important role in communication in order to support language skills, especially Japanese. Yet, in reality, speaking skill received less attention. Foreign language learners encounter problems when they learn to speak in Japanese. Therefore, an appropriate learning techniques is needed to cope with the problem, one of them is by applying chained story techniques with pictures as the media for Japanese speaking skill education. The purpose of this research are to description of speaking ability before and after chained story techniques with pictures as the media. Beside that, to determine the response of students about chained story technique. The research method that used of this research is quasi experiment. And the design of this research used one group pre-test-post-test design. The sample of this research are 20 university student on the second semester of Japanese Language Education Department. As for how to collect data in this research used test and questionnaire. Based on the result of data analysis that known db-19, t hitung 34.8 and t-table on significant level at 5% is 2, 09 and on significant level at 1% is 2,86. In other word, t hitung greater than t table. Its mean there’s significant difference between the result of Japanese speaking skill education before and after used chained story technique. The conclusion of this matter is the use of chained story techniques with pictures as the media can improve Japanese language speaking skill education. So that, the researcher recommended this technique can be used as an alternative as a learning technique.  Keyword : chained story techniques, pictures as the media, Japanese language speaking skill education.

Page 1 of 13 | Total Record : 126