cover
Contact Name
Karto Wijaya
Contact Email
kartowijaya@universitaskebangsaan.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
arcade@universitaskebangsaan.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Arsitektur ARCADE
Published by Universitas Kebangsaan
ISSN : 25808613     EISSN : 25973746     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Architecture Journal A R C A D E is Open Journal System published by Prodi Architecture Kebangsaan University, Bandung. Architectural Journal A R C A D E is, is a peer-reviewed scientific journal, publishing scholarly writings about Architecture and its related discussion periodically. The aims of this journal is to disseminate research findings, ideas, and review in architectural studies SCIENTIFIC AREAS: Building (architecture) and Urban/Regional Study: theory, history, technology, landscape and site planning, behavioral, social and cultural, structure and construction, traditional architecture, criticism, digital architecture, urban design /planning, housing and settlements, and other related discussion Architecture Education and Practice: curriculum/studio development, work opportunities and challenges, globalization, locality, professionalism, code of ethics, project managerial etc. Architectural Journal A R C A D E is published 3 times a year in March, July and November every last date of the month.
Arjuna Subject : -
Articles 305 Documents
KAJIAN TIPOLOGI KONFIGURASI SONASI DAN FURNITURE PADA INTERIOR COFFEE SHOP DI DENPASAR Ardina Susanti
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 1, No 1 (2017): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2017
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (764.494 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v1i1.9

Abstract

Abstract:. Drinking coffee is a worldwide culture. Because the culture is now a global culture, then this culture was made commercially with the creation of a coffee shop. Coffee shop functions are growing, along with the development of lifestyle and social life of the surrounding community culture. With the evolving and changing function of the coffee shop, the interior configuration is definitely changed, especially in the configuration of space and furniture. Therefore, this study aims to examine the typology of the configuration of the sonasi and the interior furniture of the existing coffee shop, and to analyze the causal factors of the typology. Data collection method used is the method of observation, accompanied by qualitative data analysis method. The result of this research is furniture and sonasi configuration will arrange spatial organization that determine the tendency of function of a room / interior and function that runs in a coffee shop / coffee shop is very influenced by lifestyle that is developing Keyword: Coffee shop, furniture, interior, configuration, sonasi, typology Abstrak: Minum kopi merupakan suatu budaya yang mendunia. Oleh karena budaya tersebut kini menjadi budaya global, maka budaya ini pun dibuat komersial dengan diciptakannya coffee shop. Fungsi coffee shop pun semakin berkembang, seiring dengan perkembangan gaya hidup dan kehidupan sosial budaya masyarakat sekitarnya. Dengan berkembang dan berubahnya fungsi dari coffee shop, maka konfigurasi interiornya pun pasti berubah, terutama pada konfigurasi sonasi ruang dan furniture. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tipologi konfigurasi sonasi dan furnitur interior coffee shop yang ada, dan menganalisa faktor – faktor penyebab dari adanya tipologi tersebut. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, disertai dengan metode analisis data kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah konfigurasi furniture dan sonasi akan menyusun organisasi spasial yang menentukan kecenderungan fungsi suatu ruang/interior dan fungsi yang berjalan dalam suatu kedai kopi/coffee shop sangat dipengaruhi oleh gaya hidup yang sedang berkembang Kata Kunci: Coffee shop, furniture, interior, konfigurasi, sonasi, tipologi
OMAH KALANG OMAH TRADISI, DESA KALANG DESA TRADISI (Etnografi Tradisi Sub Etnis Jawa, Kalang) Prabani Setiohastorahmanto; Sugiono Soetomo; Agung Budi Sardjono
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 2, No 2 (2018): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2018
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1012.543 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v2i2.41

Abstract

Abstract: Dukuh Lumbu in the village is the village Lumansari (residential) sub ethnic Javanese which is known as the Kalang of Java, they were known as the Kalang people. Group Loop has different traditions with those of Java in General, even some of the traditions are considered strange by some Java. In this article will discuss one of the traditions that are still done i.e. the tradition of Ewuh and Obong.  Both of these traditions is the result of acculturation among the cultural community who had formerly lived on the island of Java, then came the Hindu culture which came from India. Until now, both of these traditions are still carried out by the Circuit as a form of respect for their ancestors. This tradition has a context with their settlement which they refer to as the village of Kalang, similarly to their occupancy is referred to as the House Has.  Javanese traditional House, a House has the traditional Javanese generally inhabited by communities who have the strata below the nobility or priyayi. The House Has this become part of the lives of Kalang Kalang tradition.  Then the munculah questions, namely: 1) How the tradition of the Loop is executed in the context of the House has the traditional context and the settlements?; 2) what is the meaning of Kalang traditions in everyday life people Kalang? Through the deductive paradigm and using the techniques of Ethnography, found the answer to that is: 1) Has traditional houses as a container that traditionally have a philosophy of life for people in the context of the settlement while the Circuit of the village is the village of Kalang The tradition; 3) Kalang Tradition as a form of Thanksgiving to ancestors and beg protection from ghosts of the ancestors are believed to still continues to maintain village life. Keyword: Loop, it has, Obong, Ewuh Abstrak: Dukuh Lumbu yang ada di Desa Lumansari merupakan desa (tempat hunian) sub etnis Jawa yang dikenal dengan nama Kalang, mereka merupakan orang Jawa yang dikenal dengan sebutan orang Kalang. Kelompok orang Kalang ini memiliki tradisi yang berbeda dengan orang Jawa secara umum, bahkan beberapa tradisi dianggap aneh oleh sebagian orang Jawa. Dalam tulisan ini akan membahas salah satu tradisi yang masih dilakukan yaitu tradisi Ewuh dan Obong.  Kedua tradisi ini merupakan hasil akulturasi antara budaya masyarakat yang telah dahulu hidup di Pulau Jawa kemudian datang kebudayaan Hindu yang berasal dari India. Hingga saat ini kedua tradisi ini masih dilaksanakan oleh orang Kalang sebagai bentuk penghargaan terhadap leluhur. Tradisi ini memiliki konteks dengan pemukiman mereka yang mereka sebut sebagai desa Kalang, demikian pula dengan hunian mereka yang disebut sebagai rumah Limasan.  Rumah tradisional Jawa Limasan, sebuah rumah tradisional Jawa yang umumnya dihuni oleh masyarakat yang memiliki strata dibawah bangsawan atau priyayi. Rumah Limasan ini menjadi bagian dari kehidupan orang Kalang dengan tradisi Kalang.  Maka munculah pertanyaan yaitu: 1) Bagaimana tradisi Kalang tersebut dilaksanakan dalam konteks rumah tradisional Limasan dan konteks permukiman?; 2) apa makna tradisi Kalang dalam kehidupan sehari-hari orang Kalang?  Melalui paradigma deduktif dan menggunakan teknik etnografi, ditemukan jawaban yaitu: 1) Rumah tradisional Limasan sebagai wadah yang secara tradisi memiliki filosofi kehidupan bagi orang Kalang sedangkan dalam konteks permukiman desa Kalang adalah desa Tradisi; 2) Tradisi Kalang sebagai  bentuk ucapan syukur kepada leluhur dan mohon perlindungan dari arwah leluhur yang diyakini masih terus menjaga kehidupan desa.Kata Kunci: Kalang, Limasan, Obong, Ewuh
WASTE MANAGEMENT IN THE KAWATUNA LANDFILL SITE OF PALU CITY Yamin Astha; Altim .; Saiful Alam; Sutrati Melissa Malik
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 2, No 1 (2018): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2018
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1036.129 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v2i1.20

Abstract

Abstract: The waste is all kind of things or material/human excreta, animal, vegetation or anything from the result of human activity to fulfill their daily need. This waste may trigger and or cause contamination to the water, land, and air and cause damage to the human environmental. The ultimate waste disposal of the city in The Landfill Site is against some obstacles, physically and nonphysical, such as social, economy, maintenance problems, etc. According the field experience in some area especially in the City of Palu, city waste management in TPA Kawatuna or Kawatuna Landfill Site consistently practice open dumping system with specific awareness on the environmental protection. The problem occur in Kawatuna Landfill Site is none of waste selection criteria. This condition caused a habitant of the scavengers to earn the life for their expanse, but this settlement has negative impact to their healthiness. The contours of landfill site are valley and hilly. This caused a waste collections activity from the waste employee throw away randomly to the valley of landfill site area and caused wider landfill area. In addition, another wider valley becomes the garbage collection area and causes destruction to the land structure. As a result, the qualitative descriptive method of this research concludes applicable waste management system for the Kawatuna Landfill Site and factors that influences the waste management system. Effort and good cooperation are necessary for a good waste management practice in Kawatuna Landfill Site. This practice starts from each of us where the waste is a requirement that should minimize together. Application of 4R (Reduce, Replace, Reuse and Recycle) is the first step in maximizing the waste management system of Kawatuna Landfill Site. All of this effort certainly requires a support from human resources, facility and infrastructure, social participation and government regulation. Keywords: Waste, Waste Management, Kawatuna Landfill Abstrak: Sampah ialah semua jenis benda atau barang bangunan/kotoran manusia, hewan atau tumbuh-tumbuhan atau yang berasal dari aktivitas kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang dapat menimbulkan dan atau mengakibatkan pengotoran terhadap air, tanah dan udara sehingga dapat menimbulkan pengrusakan lingkungan hidup manusia. Penampungan akhir sampah kota dilakukan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) mengalami berbagai macam kendala baik fisik maupun non fisik, seperti masalah sosial, ekonomi, pemeliharaan dan lain–lain. Dari berbagai kenyataan yang ada di lapangan, di berbagai daerah, khususnya di Kota Palu, pengelolaan sampah perkotaan di TPA Kawatuna masih menggunakan sistem pembuangan terbuka (open dumping), dimana sistem ini kurang memperhatikan aspek perlindungan lingkungan. Masalah yang timbul di TPA Kawatuna yakni : belum ada pengelolaan untuk pemilahan jenis sampah, kondisi ini mengakibatkan munculnya permukiman para pemulung yang mencari nafkah dengan memilah sampah yang dapat memberikan pendapatan bagi mereka, namun keberadaan permukiman mereka dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan mereka. Dan kondisi TPA yang berkontur yaitu lembah dan perbukitan menjadikan sampah yang telah dikumpulkan oleh petugas dibuang sembarangan pada lembah di daerah TPA yang mengakibatkan bertambah luasnya daratan sampah, hal lain lembah yang cukup besar dijadikan sebagai penampung sampah yang dapat menyebabkan rusaknya struktur tanah. Olehnya penyelesaian penelitian dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif didapatkan sistem pengelolaan sampah yang sesuai diterapkan di TPA Kawatuna dan faktor – faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah. Diperlukan usaha dan kerjasama yang baik agar pengolahan sampah di TPA Kawatuna dapat berjalan dengan baik. Hal tersebut dimulai dari diri kita masing – masing bahwa sampah merupakan suatu kebutuhan yang harus kita minimalisasikan bersama – sama. Penerapan 4R yakni (Reduce, Replace, Reuse and Recycle) merupakan langkah awal agar sistem pengelolaan sampah di TPA Kawatuna berjalan maksimal. Tentunya semua itu perlu didukung dengan sumber daya manusia, sarana prasarana, partisipasi masyarakat dan peraturan pemerintah. Kata Kunci: Sampah, Pengelolaan Sampah, TPA Kawatuna
MAKNA KUBAH MASJID DI PULAU JAWA STUDI KASUS: MASJID AGUNG DI JAWA Shabrina Hasnadhiya Retnoasih; Satriya Wahyu Firmandhani
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 1, No 2 (2017): Jurnal Arsitektur ARCADE November 2017
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (785.088 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v1i2.15

Abstract

bstract:.Mosque is a house of worship of Muslims and is a work of art and culture of architecture. The development of Islam is in line with the development of architecture, namely Mosque Architecture. As we often see today, the mosque is identical to the dome on its roof. In its use, the dome of the mosque is used as a structure and construction but some are only used as aesthetic ornaments. With the many uses of the dome on the building of the mosque, making some people think the dome that is used as a hallmark of this mosque is the ornament of the Islamic Architects. If noticed, the ancient mosque on the island of Java at first has no dome. Characteristic of the ancient mosque in Java, among others, the roof is in the form of overlapping two to five levels upwards. While the mosque building that we often encounter today is a mosque that has a dome roof. We need to learn more about the development of this mosque architecture in the context of roof overlap and domes. So we need to know whether the meaning of the dome applied to the mosque in Java. This study reveals that, the meaning of the dome evolved according to the needs of the mosque itself, such as political symbols, gratitude, and media of da'wah. Keyword: mosque, dome, meaning Abstrak: Masjid adalah rumah ibadah umat Islam dan merupakan suatu karya seni dan budaya dalam bidang arsitektur. Perkembangan Agama Islam sejalan dengan perkembangan arsitekturnya, yakni Arsitektur Masjid. Seperti yang sering kita lihat sekarang, Masjid sangat identik dengan kubah di bagian atapnya. Dalam penggunaannya, kubah masjid ada yang digunakan sebagai struktur dan konstruksi namun ada pula yang hanya digunakan sebagai ornamen estetika. Dengan banyaknya penggunaan kubah pada bangunan masjid, menjadikan sebagian orang beranggapan kubah yang dijadikan ciri khas masjid ini adalah ornamen dari Arsitekur Islam. Jika diperhatikan, masjid kuno di pulau Jawa pada awalnya tidak ada yang memiliki kubah. Ciri khas masjid kuno di Jawa antara lain atapnya yang berbentuk tumpang bersusun dua hingga lima tingkat keatas semakin mengecil. Sedangkan bangunan masjid yang sering kita temui saat ini adalah masjid yang memiliki atap kubah. Perkembangan arsitektur masjid ini dalam konteks atap tumpang dan kubah, perlu kita pelajari lebih lanjut. Sehingga perlu kita ketahui apakah makna kubah yang diterapkan pada masjid di Jawa. Penelitian ini mengungkap bahwa, pemaknaan kubah berkembang sesuai kebutuhan yang di capai masjid itu sendiri, seperti simbol politik, rasa syukur,dan media dakwah. Kata kunci: masjid, atap kubah, makna
KAJIAN DESAIN DAN MEKANISME SISTEM PERUMAHAN PUBLIK (DANCHI) DI JEPANG Lucy Yosita; Indah Susanti
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 2, No 2 (2018): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2018
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (886.789 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v2i2.29

Abstract

Abstract: Problem of housing in Indonesia is still as a complex problem, with many problems of: land acquisition, backlog 13,8 million of housing need  and high price of house. All of that problems is crucial which need the best and faster solution, therefore analysis and problem solving for this is necessary. In this paper will describe about analysis about public housing in Japan (Danchi) to complete the housing literature study in Indonesia to understand many positive aspects from that. From this analysis can be known that Danchi has many positive aspects, there are : (1). The role of government is as main keyword on Danchi Program by subsidy and totality application, (2). The role of government on  land acquisition is also as the second factor (the justice on right of the land), (3). The simple layout and design is also significant factor to get the price being affordable, (4). The system of payment is based on affordability of community, different salary can be possible to buy/rent housing  (5). The building maintenance is keep on high quality, therefore the age can be longer and the quality can be better.  Keyword: Public Housing, Danchi, Backlog of housing needs Abstrak: Masalah perumahan di Indonesia masih merupakan masalah yang kompleks, dengan aneka masalah yakni: permasalahan tanah, backlog kebutuhan rumah sebanyak 13,8 juta, dan tingginya harga rumah. Semua masalah ini adalah masalah penting yang masih memerlukan solusi yang terbaik dan paling efisien, maka dari itu analisis dan pemecahan masalah adalah sangat penting. Dalam telaah literatur ini akan menganalisis dan membahas mengenai nilai-nilai positif mengenai perumahan di Jepang (Danchi) untuk melengkapi kajian literarur mengenai perumahan dan permukiman di Indonesia. Dari analisis dapat diketahui bahwa : (1). Pranata dan prosedur penanganan pihak pemerintah yang konsisten dan berkeadilan, (2). Penataan lahan, (3). Layout dan desain yang sederhana dan efektif, (4). Sistem pembayaran dan penyewaan sesuai dengan tingkat kemampuan (level of payment) dan (5) Pemeliharaan bangunan secara high quality, adalah prasyarat untuk usia dan kualitas bangunan yang lebih baik.Kata Kunci: Perumahan massal (public housing), Danchi dan Kebutuhan perumahan (housing needs)
KAJIAN PEMAHAMAN KETUKANGAN SIPIL TERHADAP SNI 2847:2013 TENTANG PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG Siswanti Zuraida; Romi Bramantyo Margono
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 1, No 1 (2017): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2017
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (623.012 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v1i1.10

Abstract

Abstract:. This research conducted to determine the understanding of the civil craftmanship according to SNI 28847:2013 on requirements for Concrete Structural Building. The Indicator in this research are concrete material standard, reinforced concrete standard, and concrete on site construction standard. Respondents consisted of college students and several construction practitioners surveyed using online questionnares and interviews. Based on the results obtained by analysis of the distribution of about 132 respondents consisting 85 college students respondents and 47 construction practitioners with diverse background positions. The majority college student are 3rd and 5th semester student while construction Practitioners respondents with 0-5 years field experience. The result of this analysis also shows the level of understanding respondents to concrete indicator standard that is 72% respondent understand about concrete material standard, 53 % respondent understand about reinforced concrete standard, and 48% respondent understand about concrete workmanship standard on site construction.Keyword: SNI 2847:2013, concrete, craftmanship  Abstrak:  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman ketukangan Sipil terhadap SNI 2847:2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung. Indikator dalam penelitian ini yaitu standar bahan beton, standar tulangan beton dan standar pengerjaan beton di lapangan. Responden terdiri dari mahasiswa dan praktisi konstruksi yang disurvey menggunakan kuisioner online dan wawancara langsung. Berdasarkan hasil analisis diperoleh sebaran responden sebanyak 132 terdiri dari 85 responden mahasiswa dan 47 responden praktisi dengan berbagai latarbelakang posisi. Sebagain besar responden mahasiswa duduk di semester 3 dan 5 sementara untuk responden praktisi yaitu tukang dengan pengalaman lapangan 0-5 tahun. Hasil analisis juga menunjukan tingkat kepamahan respoden terhadap indikator standar beton yaitu 72% responden paham mengenai standar bahan beton, 53% responden yang paham standar tulangan beton dan 48% responden yang paham standar pengerjaan beton di lapanga. Kata Kunci: SNI 2847:2013, beton, ketukangan
PENDEKATAN DESAIN PARAMETRIK DALAM SAYEMBARA KONSEP DESAIN GEDUNG ASEAN SECRETARIAT (ASEC) Rendy Perdana Khidmat
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 2, No 1 (2018): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2018
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (993.644 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v2i1.24

Abstract

Abstract:. Recent trends and rapid developments in computing gives tremendous impact in many disciplines beside computer science. Architecture is one of disciplines that have undergone an evolution in paradigm as a result of this development. Parametric design is one of the approaches used in architectural design which lead to the advance circumtances in design process. This approach adopts some of designer-friendly programming language where architects can utilize unlimited computation abilities from computers in search of design solutions by designing their parametric definitions or rules. This article will discuss about the parametric approach to the design of multi-storey building buildings. The case study in this research is the design competition of ASEAN Secretariat building (ESAC) organized by Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jakarta. The Grasshopper platform is used to explore for building form (form-finding) that maximize the view toward its site. A simple radiation analysis is also conducted in this design process using the plug-in called Ladybug + Honey bee and Multi-Objecive Optimization using Octopus plug-in, to look for minimal radiation that is affected by the location of the building form. Keywords: Parametrik desain, Grasshopper, Ladybug + Honey bee, Octopus Abstrak: Tren dan perkembangan yang pesat dalam komputasi banyak mempengaruhi disiplin lain diluar ilmu komputer. Arsitektur adalah salah satu disiplin yang banyak mengalami perubahan dalam paradigma pemikirannya akibat dari perkembangan ini. Parametrik desain merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam desain arsitektur. Pendekatan ini mengadopsi bahasa pemrograman dimana arsitek dapat memanfaatkan kemampuan menghitung yang tidak terbatas dari komputer dalam mencari solusi desain dengan merancang definisi parametriknya. Artikel ini akan membahas mengenai pendekatan parametrik pada desain bangunan gedung berlantai banyak. Studi kasus pada penelitian ini adalah sayembara desain gedung sekretariat ASEAN Jakarta yang diselenggarakan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jakarta. Platform Grasshopper digunakan untuk mencari gubahan masa yang dapat memaksimalkan view dan bentuk terhadap tapaknya. Analisa radiasi sederhana juga dilakukan pada proses ini dengan menggunakan plug-in Ladybug + Honey bee dan Multi-Objecive Optimization dengan menggunakan plugin Octopus, untuk mencari radiasi minimal yang dipengaruhi oleh bentuk dan letak bangunan yang didesain. Kata Kunci: Parametrik desain, Grasshopper, Ladybug + Honey bee, Octopus
KAWASAN BANTARAN SUNGAI CIKAPUNDUNG SEBAGAI PERMUKIMAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH (MBR) DI KOTA BANDUNG Karto Wijaya; Asep Yudi Permana; Noor Swanto
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 1, No 2 (2017): Jurnal Arsitektur ARCADE November 2017
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (717.601 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v1i2.7

Abstract

Abstract: The city of Bandung has always been a tourist attraction with various activities every year. Bandung population growth rate in the last 5 years reached 0.89% per year and in the expansion area reached 6.79% per year. With an area of only about 17,000 ha, Bandung is now inhabited by ± 2.481.901 inhabitants. The rate of population growth above the average growth rate of the population of West Java province. No wonder the average population density is 145 people / ha. Though ideally the population density of Bandung is 50-60 people / Ha. There are 657 districts and 57,687 homes that experience environmental degradation and 67 areas identified as urban slums. The implication of the high urbanization of Bandung City in Metropolitan scale to the scale of the region emerged the problem of integration of settlements with surrounding functions. The problem of settlement of Bandung City also includes segmentation of residential objects such as Low Income Community (MBR), non MBR, immigrants, local residents, students and workers of various Sectors. Thus the problems of the settlement of Bandung City include low level of fulfillment of adequate housing needs, limited access of Low Income Community to housing resources, unfinished system of financing and housing market, decreasing the quality of housing and settlement environment and not yet integrated development of area Housing and settlements with the construction of housing and settlement infrastructure, facilities and utilities. This research method to find out how far the level of slum settlement contained in Cihampelas Bandung Settlement and recommendations that can be done for the improvement of the settlement of the kampong. Keyword:Urbanization, Integration, Human settlement, Metropolitan Abstrak: Kota Bandung selalu menjadi daya tarik pendatang dengan berbagai aktivitas setiap tahunnya. Laju pertumbuhan penduduk Kota Bandung dalam 5 tahun terakhir mencapai 0,89% per tahun dan di wilayah perluasan mencapai 6,79% per tahun. Dengan luas wilayah hanya sekitar 17.000 Ha, Bandung kini dihuni oleh ± 2.481.901 jiwa. Laju pertambahan penduduknya diatas laju pertumbuhan rata-rata penduduk provinsi Jawa Barat. Tidak heran jika tingkat kepadatan penduduk rata-rata 145 jiwa/Ha. Padahal idealnya tingkat kepadatan penduduk Kota Bandung adalah 50-60 jiwa/Ha. Terdapat 657 kawasan dan 57.687 rumah yang mengalami penurunan kualitas lingkungan dan 67 kawasan diidentifikasi sebagai kawasan kumuh perkotaan. Impilikasi dari tingginya urbanisasi Kota Bandung dalam skala Metropolitan hingga skala kawasan muncul masalah integrasi permukiman dengan fungsi sekitarnya. Permasalahan permukiman Kota Bandung juga meliputi segmentasi objek hunian seperti masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), non MBR, pendatang, penduduk lokal, mahasiswa dan pekerja berbagai sektor. Dengan demikian masalah-masalah yang permukiman Kota Bandung meliputi rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak, terbatasnya akses Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) terhadap sumber daya perumahan, belum mantapnya sistem pembiayaan dan pasar perumahan, menurunnya kualitas lingkungan perumahan dan permukiman dan belum terintegrasinya pengembangan kawasan perumahan dan permukiman dengan pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas perumahan dan permukiman. Metode penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana tingkat kekumuhan pemukiman yang terdapat di Permukiman Cihampelas Bandung dan rekomendasi yang dapat dilakukan demi perbaikan pemukiman kampung tersebut. Kata kunci: Urbanisasi, Integrasi, Pemukiman, Metropolitan
SISTEM SAMBUNGAN KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL DI KAMPUNG PULO, JAWA BARAT Andi Harapan
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 2, No 2 (2018): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2018
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (574.248 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v2i2.28

Abstract

Abstract: Kampong Pulo in West Java has a unique characteristic of it’s traditional building that can be showed the building shape, material and joint system, which be divided into lower system, middle system, and upper system. The lower system is included the foundation (included column untuk floor) and floor, the middle system is included wall frame, door & window, and the upper system is included ceiling (and its frame) and roof. Based on this reaseach we found that traditional building in Kampong Pulo is not depends on theory and principle of building but adjusting it with the circumstance and climate around it.The observation is focused on three building aspects: form and configuration, material and dimension, and detail of joint system for all the building system (lower, middle, and upper). This observation created to map construction joint system for traditional building in Kampong Pulo, West Java Keywords: Kampong Pulo, joint system of construction, traditional house, West Java.  Abstrak: Bangunan rumah tradisional di Kampung Pulo, Jawa Barat mempunyai karakteristik yang unik, yang dapat dilihat dari sistem konstruksi bangunannya, yang meliputi sistem bagian bawah, tengah dan atas. Bagian bawah meliputi fondasi dan lantai, bagian tegah meliputi rangka dinding, pintu dan jelndela, sedangkan bagian atas meliputi langit-langit dan atap. Pembahasan penelitian dilihat dari tiga aspek, yaitu: aspek bentuk dan konfigurasi, material dan dimensi, detail sistem sambungan konstruksi. Karakteristik dari bangunan tradisional yakni tidak menerapkan teori atau prinsip bangunan akan tetapi menyesuaikan dengan lingkungan dan iklim yang ada. Dari penelitian ini dapat membuka ruang pengembangan sistem sambungan konstruksi yang dapat diterapkan pada bangunan sederhana terutama yang menggunakan struktur dan konstruksi kayu dan memberikan ruang untuk pengembangan bangunan-bangunan tradisional yang dilindungi/diproteksi oleh Pemda setempat khususnya Jawa Barat terhadap keberadaan sistem sambungan tradisional. Kata Kunci: Kampung Pulo, sistem sambungan konstruksi, rumah tradisional, Jawa Barat.
KAJIAN OPTIMALISASI FASAD BANGUNAN RUMAH TINGGAL DALAM MENUNJANG PROGRAM NET ZERO ENERGY BUILDINGS (NZE-Bs) Asep Yudi Permana; Indah Susanti; Karto Wijaya
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 1, No 1 (2017): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2017
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (771.332 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v1i1.11

Abstract

Abstract: The house is one of the primary needs of man, so planning the construction of houses should be careful and consider many things. Some of them, namely the potential physical and socio-cultural potential. Physical potential is considered to be the building materials, the local climate and geological conditions. Mean while, social and cultural potential consists of local architecture and way of life. Related to the issue of global warming that occurred in modern times, the climate becomes a major consideration that needs to be resolved.Energy waste is also caused by the design of the buildings are not well integrated and not even one responsive to aspects of functionality, wet tropical climate of Indonesia. This is compounded designers are more concerned with aesthetic aspects (the prevailing trend). Issues green concept and the efficiency of energy consumption through the program Net-Zero Energy Buildings (NZE-Bs) of the housing sector as respon to tackle global heating-an already familiar in Indonesia, although its application can not be found significantly. Green concept by houses an developers often only as a mere trick and not realized and grown the responsibility of residents. Key word: socio-culture, Net-Zero Energy Buildings, energy consumption. Abstrak: Rumah merupakan salah satu kebutuhan utama manusia, sehingga perencanaan pembangunan rumah harus cermat dan mempertimbangkan banyak hal. Beberapa di antaranya, yaitu potensi fisik dan potensi sosial budaya. Potensi fisik adalah pertimbangan akan bahan bangunan, kondisi geologis dan iklim setempat. Sedangkan, potensi sosial budaya terdiri atas arsitektur lokal dan cara hidup. Terkait dengan isu pemanasan global yang terjadi pada masa modern ini, iklim menjadi sebuah pertimbangan utama yang perlu diselesaikan.Pemborosan energi disebabkan oleh desain bangunan yang tidak terintegrasi dengan baik bahkan salah dan tidak tanggap terhadap aspek fungsi, iklim tropis basah Indonesia. Hal tersebut diperparah kecende­rungan para perancang yang lebih mementingkan aspek estetis (tren yang berlaku). Isu-isu konsep hijau dan efisiensi konsumsi energi melalui program Net Zero-Energy Buildings (NZE-Bs) dari sektor perumahan sebagai res­pon untuk menanggulangi pemanas­an global sudah tidak asing di Indo­nesia, walaupun penerapannya ma­sih belum dapat ditemukan secara signifikan. Konsep hijau yang dita­warkan oleh pengembang perumah­an seringkali hanya sebagai trik pe­masaran belaka dan tidak diwujudkan serta ditumbuhkan tanggung jawab para penghuni untuk menja­ganya. Akibat minimnya pemaham­an mengenai konsep hijau tersebut, para pengembang perumahan cen­derung lebih banyak menawarkan lingkungan perumahan yang asri dan hijau, bukan konsep hijau yang sebenarnya. Kata Kunci: Sosial budaya, Net-Zero Energy Buildings, Konsumsi Energi

Page 2 of 31 | Total Record : 305