cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Buletin Anatomi dan Fisiologi (Bulletin of Anatomy and Physiology)
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 25276751     EISSN : 25410083     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 13 Documents
Search results for , issue "Volume 6, Nomor 2, Tahun 2021" : 13 Documents clear
Somatometri Tulang Ekstremitas Ayam Jantan Setelah Pemberian Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) Sebagai Pakan Tambahan Kencana Ayudya Prabahandari; Kasiyati Kasiyati; Muhammad Anwar Djaelani; Sunarno Sunarno
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 6, Nomor 2, Tahun 2021
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.6.2.2021.183-192

Abstract

 Daun kelor (Moringa oleifera) merupakan bagian tanaman yang mengandung nutrisi pendukung pertumbuhan tulang ekstremitas ayam jantan, meliputi protein dan mineral kalsium. Atas dasar potensi tersebut, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pakan tambahan tepung daun kelor pada pertumbuhan tulang ekstremitas ayam jantan. Parameter uji penelitian ini meliputi panjang sayap, panjang tibiotarsus, panjang tarsometatarsus, panjang badan, dan panjang paruh. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan meliputi P0 (pakan standar 100%), P1, P2, P3 dan P4 berturut-turut mendapat tambahan tepung daun kelor 1%, 2%, 3%, dan 4% dengan pakan standar 99%, 98, 97%, dan 96%, tiap perlakuan diulang 3 kali. Data dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan uji lanjut Duncan Multi Range Test(DMRT) (P<0,05). Hasil penelitian didapatkan bahwa pemberian tepung daun kelor berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan panjang sayap dan panjang tarsometararsus, namun tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan panjang tibiotarsus, panjang badan, dan panjang paruh. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penambahan tepung daun kelor pada pakan berpotensi meningkatkan panjang tulang sayap dan tulang tarsometatarsus yang merupakan bagian dari tulang ekstremitas ayam jantan Moringa leaf (Moringa oleifera) is part of plant that contains nutrients that support rooster extremity bone growth, including protein and calcium minerals. Base on this potential, doing research to analyzing  effect of supplemented Moringa meal on growth of rooster extremity bones. The test parameters of this study include wing length, tibiotarsus length, tarsometatarsus length, body length, and beak length. The research used completely randomized design (CRD) which consisted of 5 treatments including P0 (standard feed 100%), P1, P2, P3, and P4, respectively, received moringa leaf additions of 1%, 2%, 3%, and 4% with standard feed of 99%, 98, 97%, and 96%, each treatment was repeated 3 times. Data were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) and Duncan Multi Range Test (DMRT) advanced test (P <0.05). The results showed that supplementation of Moringa meal was significantly different (P<0.05) of the wing and tarsometatarsal length. However, it was not significantly different (P>0.05) in tibiotarsal length, body length, and beak length. Supplementation of Moringa leaf meal on the diet of rooster did not increase extremity bones at grower phase. The conclusion was addition of Moringa leaf meal in diet potentially increase wing and tarsometatarsal bone length which are part of rooster extremity bones.
Struktur Sel Sekresi Daun Jeruk Kalamansi (Citrus microcarpa Bunge.) di Pulau Ambon Christina Horowidi; Hermalina Sinay; Ritha Lusian Karuwal; Lona Parinussa
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 6, Nomor 2, Tahun 2021
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.6.2.2021.138-145

Abstract

 Perbedaan lokasi tumbuh dapat mengakibatkan perbedaan penampilan fenotipik tanaman yang dapat diamati secara morfologi dan anatomi seperti struktur anatomi sel sekretori. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur sel sekretori daun jeruk kalamansi di pulau Ambon. Metode jelajah dilakukan pada 13 lokasi di Pulau Ambon untuk koleksi sampel, dan pada setiap lokasi diambil 3 tanaman sebagai 3 ulangan. Tiap tanaman diambil 5 daun pada setiap sisi pohon tanaman jeruk kalamansi dengan ukuran panjang 5-7 cm dan warna hijau tua. Pembuatan preparat mengikuti metode free hand section. Pengamatan menggunakan kamera Optilab pada mikroskop Olympus dengan perbesaran 400x. Pengukuran diameter sel menggunakan fitur measure pada software Image Ruster. Data kualitatif berupa struktur sel sekresi daun jeruk Kalamansi ditampilkan dalam bentuk gambar dan dideskripsikan sesuai hasil yang terlihat, sedangkan data hasil pengukuran diameter sel sekresi adalah rerata 3 ulangan dan ditampilkan sebagai mean ± standar deviasi (SD). Hasil penelitian menunjukkan adanya sel sekretori yang berjumlah satu sel. Struktur sel sekretori terdiri dari sel epitel, sel selubung, dan rongga sekretori. Bentuk sel sekresi ada yang bulat dan lonjong. Diameter rongga sekretori berkisar antara 106,08-167,60 µm.  Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa sel sekresi pada daun jeruk kalamansi pada lokasi-lokasi berbeda di Pulau Ambon bervariasi baik bentuk maupun ukurannya. Differences in habitat can induce differences in the phenotypic appearance of plants that can be observed morphologically and anatomically such as the anatomical structure of secretory cells. The purpose of this study was to determine the structure of the secretory cells in the leaves of Calamansy citrus in Ambon island. Tracking method was done for sample collections, and at each location 3 plants were taken as replicates. Each plant was taken 5 leaves with a length of 5-7 cm and dark green color. Prior to be observed, the fresh sample was done with free-hand section method.   Microscopy observations were done by a light microscope at 400x magnification. Measurement of cell diameter was done by the measure feature in Image Ruster software.  Qualitative data such as secretory cell structures of Calamansy citrus leaves were shown in form of images and described according to the results, while the data of the measurement of secretory cell diameters is the average of 3 replications and was shown as mean ± standard deviation (SD).  The results showed the presence of secretory cells which amounted to one cell. The secretory cell structure is composed of epithelial cells, sheath cells, and secretory cavities. Cell shapes vary, including round and oval. The diameter of the secretory cell cavity ranges from 106.08-167.60 µm.   
Pengaruh Salinitas dan Limbah Cair Tahu pada Konsentrasi yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Mikroalga Botryococcus braunii Kutzing Savira Amelia Putri; Riche Hariyati; Tri Retnaningsih Soeprobowati
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 6, Nomor 2, Tahun 2021
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.6.2.2021.161-166

Abstract

Pertumbuhan mikroalga Botryococcus braunii Kutzing dipengaruhi oleh faktor lingkungan berupa salinitas, suhu, pH, oksigen terlarut (DO), intensitas cahaya dan nutrisi pada media kultivasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh salinitas dan limbah cair tahu terhadap pertumbuhan mikroalga B. braunii. Perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu konsentrasi limbah cair tahu 10% dengan salinitas 15‰ (L10S15); limbah cair tahu 10% dengan salinitas 20‰ (L10S20); limbah cair tahu 10% dengan salinitas 25‰ (L10S25); limbah cair tahu 20% dengan salinitas 15‰ (L20S15); limbah cair tahu 20% dengan salinitas 20‰ (L20S20); limbah cair tahu 20% dengan salinitas 25‰ (L20S25); limbah cair tahu 30% dengan salinitas 15‰ (L30S15); limbah cair tahu 30% dengan salinitas 20‰ (L30S20); dan limbah cair tahu 30% dengan salinitas 25‰ (L30S25). Pengamatan yang dilakukan meliputi kepadatan sel dan faktor lingkungan berupa salinitas, suhu, pH, oksigen terlarut, serta kadar N dan P total. Data yang diperoleh diolah menggunakan metode analisis sidik ragam (ANOVA) yang dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan kepadatan sel tertinggi didapatkan pada perlakuan L10S25 dengan rata-rata kepadatan sel 313x104sel/ml. Secara umum, semakin tinggi limbah cair tahu yang diberikan maka kepadatan sel mikroalga akan semakin rendah.
Gambaran Histologi Ren Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Hiperglikemia Setelah Pemberian Ekstrak Etanol Daun Mimba (Azadirachta Indica A. Juss) Fani Fahriyansyah; Sri Isdadiyanto; Siti Muflichatun Mardiati; Agung Janika Sitasiwi
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 6, Nomor 2, Tahun 2021
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.6.2.2021.193-202

Abstract

Diabetes melitus merupakan penyakit kelainan metabolic yang ditandai dengan hiperglikemia kronis yang disebabkan tidak cukupnya produksi insulin dan resistensi insulin. Diabetes telah diketahui dapat menyebabkan komplikasi berupa kerusakan pada jaringan ginjal. Mimba (Azadirachta indica A.Juss) memiliki kandungan antioksidan flavonoid yang mampu menangkal radikal bebas dan memperbaiki jaringan ginjal yang rusak akibat diabetes. Penelitian ini menggunakan 18 tikus putih yang menjadi 6 kelompok perlakuan. P0 (kontrol normal) merupakan tukus normal diberi aquades. P1(Kontrol negatif) merupakan tikus hiperglikemia diberi aquades. P2 (kontrol positif) merupakan tikus hiperglikemia diberi glibenklamid dosis 2,25 mg/ kg BB. P3, P4, dan P5 merupakan tikus hiperglikemia yang diberi ekstrak etanol daun mimba dosis 100, 200, dan 400 mg/kg BB. Data penelitian kemudian dianalisis dengan uji Anova. Untuk data yang tidak terdistribusi normal diuji dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun mimba tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot ginjal, konsumsi air minum, diameter glomerulus, ruang kapsula bowman, tebal sel epitel tubulus proksimal, dan tebal sel epitel tubulus distal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol daun mimba  mampu melindungi jaringan ginjal tikus putih dari paparan hiperglikemia Diabetes is  a metabolic disorder that treats chronic hyperglycemia caused by insufficient insulin production and insulin resistance. Diabetes has been  known to cause complications in the form of damage to kidney tissue. Neem (Azadirachta indica A.Juss) has flavonoid antioxidants that can ward off free radicals and repair kidney tissue damaged by diabetes. The purpose of the study was to examine the ethanol extract of neem leaves repairing kidney tissue. The study used 18 albino rats were divided into 6 treatment groups. P1 (negative control) was a hyperglycemic rats group were given distilled water. P2 (positive control) was a hyperglycemic rats were given 2.25 mg/kg BW of glibenclamide. P3, P4, and P5 were rats were given 100, 200, and 400 mg/kg BW of ethanolic neem leaf extract The research data were analyzed by ANOVA. The non-normally distributed data were analyzed by  Kruskal-Wallis. The results showed that the ethanol extract of neem leaves had no significant effect on kidney weight, water consumption, glomerular diameter, bowman's capsule space, proximal tubular epithelial cell thickness, and distal tubular epithelial cell thickness. The conclusion of this study was  the ethanol extract of neem leaves  was able to protect the kidney tissue of white rats from hyperglycemia.
Pengaruh Pemberian Minuman Beralkohol (Ciu) Terhadap Histomorfometri Ren Mencit (Mus musculus L.) Aida Ridwanah Yusuf; Silvana Tana; Tyas Rini Saraswati
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 6, Nomor 2, Tahun 2021
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.6.2.2021.146-153

Abstract

Ciu merupakan salah satu minuman beralkohol yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Konsumsi Ciu dapat merusak jaringan dan organ tubuh, karena hasil metabolisme alkohol merupakan molekul reaktif yang berupa Reactive Oxygen Species (ROS). Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh konsumsi Ciu terhadap perubahan histomorfologi ren. Penelitian menggunakan 15 ekor mencit jantan dengan Desain Rancangan Acak Lengkap dengan 3 kelompok perlakuan dan 5 ulangan, yaitu T0: mencit tidak diberikan perlakuan Ciu, T1: mencit diberi perlakuan Ciu 1 x 0,2ml/hari, dan T2: mencit diberi perlakuan Ciu 2 x 0,2ml/hari. Parameter pengukuran antara lain bobot ren, diameter glomerulus, lebar ruang Bowman, ukuran sel epitel dan diameter lumen tubulus kontortus proksimal, dan ukuran sel epitel dan diameter lumen tubulus kontortus distal. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Analysis of Variance (ANOVA), dilanjutkan dengan uji Duncanpada taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian Ciu memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap bobot ren, ukuran sel epitel tubulus kontortus proksimal, dan diameter lumen tubulus kontortus distal. Kesimpulan, pemberian Ciu pada mencit dapat merubah histomorfometri dan menurunkan bobot ren. Ciu is one of an alcoholic beverages that widely consumed by Indonesian people. Ciu consumption could damage body tissues and organs, because the result of alcohol metabolism is a reactive molecule that forms Reactive Oxygen Species (ROS). The study aims to analyze the effect of Ciu consumption on ren histomorphometry changes. The study used 15 male mice with Completed Random Design with 3 treatment groups and 5 repetitions, i.e. T0: mice were not given Ciu treatment, T1: mice were treated with Ciu 1 x 0,2ml/day, T2: mice were treated with Ciu 2 x 0,2ml/day. The measurement parameters are ren weight, glomerular diameter, Bowman space width, epithelial cell size and lumen diameter of proximal tubules, and epithelial cell size and lumen diameter of distal tubules. Data obtained were analyzed using the Analysis of Variance (ANOVA) test, followed by Duncan’s test at 95% confidence level. The result of the study showed that giving Ciu had a significant effect on ren weight (P<0,05), epithelial cell size of proximal tubule, and lumen diameter of distal tubule. In conclusion, Ciu given to mice could change the histomorphometry and decrease weight of its ren.
Pengaruh Durasi Penggenangan terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan Waktu Berbunga Cabai Merah Keriting Capsicum annum (L.) Varietas Jacko Nia Nur Insani; Sri Darmanti; Endang Saptiningsih
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 6, Nomor 2, Tahun 2021
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.6.2.2021.104-114

Abstract

Cabai merah keriting (C. annum L.) merupakan salah satu komoditas holtikultura yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Musim penghujan di Indonesia menyebabkan lahan pertanian tergenang sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan hasil panen cabai. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji pengaruh durasi penggenangan terhadap pertumbuhan vegetatif dan waktu berbunga cabai merah keriting (C. annum L.) varietas Jacko. Perlakuan terdiri dari kontrol, penggenangan durasi 1 hari, 3 hari, dan 10 hari. Masing-masing perlakuan menggunakan 5 ulangan. Desain penelitian menggunakan RAL satu faktor yaitu durasi penggenangan. Analisis data setelah perlakuan penggenangan menggunakan uji T taraf signifikansi 5% dan analisis data setelah periode pemulihan 30 hari menggunakan one-way ANOVA yang dilanjutkan ke uji LSD taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan panjang akar, jumlah daun, ukuran daun, perubahan warna daun, tinggi tanaman, bobot segar akar, dan bobot segar tajuk tanaman setelah perlakuan penggenangan. Diakhir periode pemulihan terjadi peningkatan pertumbuhan vegetatif pada semua perlakuan. Peningkatan durasi penggenangan menurunkan pertumbuhan vegetatif tanaman dan menunda waktu pembentukan tunas bunga. Pertumbuhan akar dan jumlah daun selama periode pemulihan merupakan faktor penting dalam adaptasi tanaman terhadap penggenangan. Capsicum annum L. is a horticultural commodity that has high economic value. The rainy season in Indonesia caused agricultural land to be flooded, which affected chili pepper's growth and yield. The purpose of this study was to examine the effect of flooding duration on vegetative growth and flowering time of C. annum L. var. Jacko. The treatments consisted of control, flooding duration of 1 day, three days, and ten days. Each treatment used five replications. The research design used one-factor RAL, namely the duration of flooding. Data analysis after flooding treatment used the T-test with a significance level of 5%, and data analysis after the recovery period used one-way ANOVA followed by the LSD test with a significance level of 5%. The results showed a decrease in root length, leaf number, leaf size, leaf color change, plant height, root fresh weight, and shoot fresh weight after flooding treatment. At the end of the recovery period, there was an increase in vegetative growth in all treatments. Increasing the duration of flooding reduces the vegetative growth of plants and delays the time of flower bud formation. Root growth and number of leaves during the recovery period are important factors in plant adaptation to flooding. 
Karakterisasi Bunga Tetua Anggrek Dendrobium dalam Menghasilkan Variasi Fenotipe Baru Melalui Teknik Hibridisasi Muhammad Ni&#039;amul Albab; Tintrim Rahayu; Gatra Ervi Jayanti
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 6, Nomor 2, Tahun 2021
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.6.2.2021.203-211

Abstract

Peningkatan mutu pada tanaman anggrek juga dapat ditingkatkan pada teknik persilangan dan perbanyakan biji hasil persilangan. Kegiatan persilangan banyak menggunakan varietas-varietas dengan tetua yang sama sehingga menyebabkan variasi genetik pada hibrida yang terbentuk menjadi terbatas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik bunga tetua anggrek Dendrobium yang digunakan sebagai indukan dan menganalisis bunga pada generasi hasil persilangan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan cara mendeskripsikan karakteristik bunga tetua anggrek dengan variasi berbeda serta bunga pada anggrek hibrida hasil persilangan. Analisis dilakukan melalui pendekatan morfologi secara langsung. Hasil yang diperoleh adalah anggrek hibrida hasil persilangan yang telah berbunga memiliki morfologi bunga yang mirip seperti kedua tetua persilangannya seperti ukuran bunga, warna bunga, bentuk dan warna sepal maupun petal, dan warna dari labellum tergantung dari karakteristik bunga yang terdapat pada kedua tetua persilangannya. Kesimpulan yang didapat berupa pemilihan tetua persilangan ditentukan sesuai karakter bunga yang dikehendaki sehingga menghasilkan generasi yang memiliki variasi bunga baru dan bunga dari anggrek hibrida yang dihasilkan dari pemuliaan anggrek memiliki campuran karakteristik bunga dari kedua tetua anggrek yang digunakan sebagai indukan persilangan, tetapi tidak semua karakter bunga dari kedua tetua muncul, ada beberapa karakter bunga yang muncul dari salah satu tetua. Improving the quality of orchid plants can also be improved on the technique of crossing and seed propagation from crosses. Crossing activities use a lot of varieties with the same parents, causing genetic variation in the hybrids formed to be limited. The purpose of this study was to describe the characteristics of the flower of the Dendrobium orchid parent used as a parent and to analyze the flower in the generation of crosses. This study uses a qualitative method by describing the characteristics of the flower of elder orchids with different variations and the flowers on hybrid orchids from crosses. The analysis was carried out through a direct morphological approach. The results obtained are hybrid orchids that have flowered from crosses that have flower morphology that is similar to the two parents of the cross, such as flower size, flower color, shape and color of the sepals and petals, and the color of the labellum depending on the characteristics of the flowers found in the two parents of the cross. The conclusion obtained in the form of the selection of the crossing parent is determined according to the desired flower character to produce a generation that has new flower variations and flowers from hybrid orchids produced from orchid breeding have a mixture of floral characteristics from the two orchid elders used as cross breeders, but not all flower characters. from the two elders who appeared, several flower characters emerged from one of the elders.
Efek Serbuk Kunyit dan Kurkumin pada Spermatogenesis Mencit (Mus musculus) yang Diberi Minuman Beralkohol Helena Chika Valencia Hanisa; Tyas Rini Saraswati; Silvana Tana
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 6, Nomor 2, Tahun 2021
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.6.2.2021.154-160

Abstract

Kunyit mengandung senyawa kurkumin yang dapat digunakan sebagai zat antiinflamasi dan membantu memperbaiki sel-sel yang rusak. Tujuan dari penelitian ini menganalisis pengaruh serbuk kunyit dan kurkumin pada jumlah dan ukuran sel spermatogonium; spermatosit primer; dan spermatosit sekunder; bobot testis serta diameter tubulus seminiferus Mus musculus yang diberi minuman beralkohol. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), menggunakan 12 ekor Mus musculus jantan yang dibagi kedalam 4 kelompok perlakuan dan 3 kali ulangan. R0 merupakan kontrol, R1 kontrol alkohol, R2 pemberian serbuk kunyit sebanyak 0,1 mg/hari, R3 pemberian kurkumin sebanyak 0,01 mg/hari. Perlakuan diberikan selama 30 hari. Data penelitian dianalisis menggunakan analysis of variance (ANOVA) pada taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0.05) pada jumlah spermatogonium dan ukuran sel (spermatogonium, spermatosit primer, dan spermatosit sekunder), namun terdapat perbedaan bermakna pada (P<0,05) pada bobot testis, diameter tubulus seminiferus dan jumlah sel (spermatosit primer, dan spermatosit sekunder). Turmeric contains curcumin compounds that can be used as anti-inflammatory substances and help repair damaged cells. The purpose of this study was to analyze the effect of turmeric powder and curcumin on the number and size of spermatogonia cells; primary spermatocytes; and secondary spermatocytes; testicular weight and diameter of the seminiferous tubules of Mus musculus given alcoholic beverages. This study is an experimental study with a completely randomized design (CRD), using 12 male Mus musculus which were divided into 4 treatment groups and 3 replications. R0 is control, R1 is alcohol control, R2 is 0.1 mg/day of turmeric powder, R3 is 0.01 mg/day of curcumin. The treatment was given for 30 days. The research data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) at the 95% confidence level. Based on the results obtained, it can be concluded that there is no significant difference (p>0.05) in the number of spermatogonia and cell size (spermatogonia, primary spermatocytes, and secondary spermatocytes), but there is a significant difference (P<0.05) in testicular weight, diameter of the seminiferous tubules and the number of cells (primary spermatocytes, and secondary spermatocytes).
Efek Pemberian Ekstrak Etanol Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) terhadap Struktur Histologis Pankreas Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Hiperglikemia Nunuk Shofiati; Siti Muflichatun Mardiati; Agung Janika Sitasiwi; Sri Isdadiyanto
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 6, Nomor 2, Tahun 2021
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.6.2.2021.115-123

Abstract

Indikator klinis penyakit Diabetes Melitus adalah hiperglikemia. Mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai alternatif obat herbal hiperglikemia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ekstrak etanol daun mimba terhadap struktur histologis pankreas pada tikus hiperglikemia. Penelitian ini mengunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan jumlah tikus 24 ekor yang dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan dan 4 kali ulangan. P0 (kontrol normal) adalah kelompok tikus normal yang diberi akuades, P1 (kontrol negatif) adalah tikus hiperglikemia yang diberi akuades. P2 (kontrol positif) adalah kelompok tikus hiperglikemia yang diberi glibenklamid dosis 2,25 mg/kg BB. P3, P4, dan P5 adalah kelompok tikus yang diberi ekstrak etanol daun mimba dosis 100, 200, dan 400 mg/kg BB. Data dianalisis dengan ANOVA pada signifikansi 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak etanol daun mimba dosis 100, 200, dan 400 mg/kg BB tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot pankreas, diameter, luas, dan densitas pulau Langerhans (P>0,05). Skoring struktur pulau Langerhans berdasarkan uji Mann-Whitneymenunjukkan hasil beda nyata pada kelompok  tikus yang diberi daun mimba (P≤0,05). Kesimpulan dari penelitian ini, pemberian ekstrak daun mimba dosis 400mg/kg BB menunjukkan adanya perbaikan morfologi pulau Langerhans. The clinical indicator of Diabetes mellitus was hyperglycemia. Azadirachta indica A. Juss was a plant has the potential to alternative medicine for hyperglycemia. The study was to analyze the ethanol neem leaf extract effect on histological structure of hyperglycemic rat pancreas. This study used a completely randomized design (CRD) with 24 rats were divided into 6 treatment groups and 4 replications. P0 (control) was a normal rats group were given distilled water, P1 (negative control) was a hyperglycemic rats group were given distilled water. P2 (positive control) was a hyperglycemic rats were given 2.25 mg/kg BW of glibenclamide. P3, P4, and P5 were rats were given 100, 200, and 400 mg/kg BW of ethanolic neem leaf extract.The data analyzed by ANOVA at 95% significance showed the treatment of 100, 200, and 400 mg/kg BW ethanolic neem leaf extract had no significant effect on the pancreatic weight, diameter, area, and density of Langerhans islet (P> 0.05). The score of Langerhans islet structure based on the Mann-Whitney test showed significant differences in the groups of mice given neem leaves (P≤0.05). Treatment of 400mg/Kg BW neem leaf extract showed an improvement in the morphology of the islets of Langerhans. 
Bobot Karkas dan Morfometri Serabut Muskulus Pektoralis Itik Pengging Periode Layer Setelah Pemberian Tepung Daun Kelor Dalam Pakan Muhammad Alvin Gibran; Muhammad Anwar Djaelani; Kasiyati Kasiyati; Sunarno Sunarno
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 6, Nomor 2, Tahun 2021
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.6.2.2021.167-174

Abstract

Kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman fungsional yang mengandung nutrisi dan antioksidan. Daun tanaman ini digunakan sebagai bahan pakan karena nutriennya yang lengkap. Tujuan penelitian adalah mengkaji pengaruh substitusi tepung daun kelor dalam pakan itik pengging periode layer pada bobot karkas dan ukuran serabut muskulus pektoralis. Rancangan penelitian menggunakan 60 ekor itik dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan. Pengulangan tiap perlakuan dilakukan 3 kali dengan 4 ekor itik setiap ulangan. Kelompok perlakuan terdiri atas kontrol (K0) menggunakan pakan standar; K1 menggunakan 97,5% pakan standar dan 2,5% tepung daun kelor; K2 menggunakan 95% pakan standar dan 5% tepung daun kelor; K3 menggunakan 92,5% pakan standar dan 7,5% tepung daun kelor; K4 menggunakan 90% pakan standar dan 10% tepung daun kelor. Analisis data menggunakan one-way Analysis of Variance (ANOVA). Hasil penelitian didapatkan bahwa substitusi pakan dengan tepung daun kelor tidak memberikan pengaruh yang signifikan (P>0,05) terhadap bobot karkas, bobot muskuli pektoralis, dan ukuran serabut. Kesimpulan penelitian ini adalah substitusi tepung daun kelor pada pakan itik pengging periode bertelur tidak memberikan dampak pada bobot karkas, muskulus pektoralis, dan diameter serabut otot. Nutrien lebih banyak diarahkan untuk produksi telur daripada sintesis karkas.Moringa (Moringa oleifera) is a functional plant that contains lots of nutrients and antioxidants. The leaves on this plant are often used as a feed ingredient because of their potential to increase growth and cells development. The objective of the study is to examine moringa leaf inclusion meal on carcass weight and size of pectoral musculus fibrils of sexually mature laying ducks. The study used a completely randomized design (CRD) consisting of 5 treatments. Treatment was repeated 3 times. Feeding were carried out at 07.00 WIB and 16.00 WIB. Treatment Control (K0) used standard feed; treatment 1 (K1) used 97.5% standard feed and 2.5% moringa leaf meal; treatment 2 (K2) used 95% standard feed and 5% Moringa leaf meal; treatment 3 (K3) used 92.5% standard feed and 7.5% Moringa leaf meal; treatment 4 (K4) used 90% standard feed and 10% moringa leaf meal. Data analysis used Analysis of Variance (ANOVA) and regression test using SPSS version 25. The results showed that feed substitution on Moringa leaves did not have a significant effect on carcass weight and fibril size of treated and control ducks. In conclusion, substitution of Moringa leaf meal in pengging ducks feed on layer period had no impact of carcass and pectoral muscles weight, and could not change the diameter of pectoral muscles fibril. Nutrient and energy leads to egg production than carcass synthesis.

Page 1 of 2 | Total Record : 13