cover
Contact Name
sekretariat_jppdas
Contact Email
sekred.jppdas@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
bpt.kpdas@gmail.com
Editorial Address
-
Location
,
INDONESIA
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
ISSN : 25795511     EISSN : 25796097     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (JPPDAS) ) is an official publication that publishes scientific papers of research results in the field of watershed management. This Journal was published primarily by Watershe Management Technology Center on April 2017. Journal scopes include are land and vegetation management, soil and water conservation, land rehabilitation, hydrology, social, economic, institutional, remote sensing and Geographic Information Systems (GIS) that support watershed management technologies.
Arjuna Subject : -
Articles 67 Documents
FAKTOR INDIVIDU YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI PETANI TERHADAP SISTEM USAHATANINYA PADA LAHAN REHABILITASI TN MERU BETIRI (Individual factors influencing perception of farmer on its farming system at rehabilitation land of TN Meru Betiri) C Yudi Lastiantoro
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Management Research) Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Managem
Publisher : Center for Implementation of Standards for Environmental and Forestry Instruments Solo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jppdas.2020.4.2.137-154

Abstract

ABSTRACTThe individual factors of farmers who manage the rehabilitation land in Meru Betiri National Park (TN Meru Betiri) have relationships with the perceptions of their arable land and the surrounding forest areas. The purpose of this study was to determine individual factors of farmers influencing their perceptions on forest areas which should not be disturbed, stateowned forest areas, existing forest parts of TN Meru Betiri, forests as sources of building materials, forests as sources of animal feed, rehabilitation land as a livelihood, rehabilitation land as a food source, and rehabilitation land as the main cultivable land. The study was conducted in 2017, in Wonoasri Village, Tempurejo District, Jember Regency, East Java. The research methodology uses quantitative descriptive analysis. The study showed that farmers’ perception on rehabilitation land management toward forest areas and TN Meru Betiri rehabilitation area at a good level, they realized that  the existence of the rehabilitation land and its surrounding forest  is the forests area of TN Meru Betiri. Individual factors, namely the level of education has a significant effect to the perceptions of the reabilitation land of TN Meru as a food source. The level of income has a  significant influence on  the perception of forests as a source of animal feed and rehabilitation land as a livelihood.  The implication of the finding is that it is difficult for Meru Betiri National Park to request the rehabilitation land from the managing farmers to be used as forest area.Keywords: individual factors; perception; rehabilitation land; Meru Betiri National Park ABSTRAKFaktor individu petani pengelola lahan rehabilitasi  Taman Nasional (TN) Meru Betiri mempunyai hubungan terhadap persepsi mereka  pada lahan garapannya  dan  Kawasan hutan di sekelilingnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor individu petani yang mempengaruhi persepsinya terhadap 1) kawasan hutan untuk tidak diganggu, 2) Kawasan hutan milik negara, 3) hutan yang ada milik TN Meru Betiri, 4) hutan sebagai sumber bahan bangunan, 5) hutan sebagai sumber pakan ternak, 6) lahan rehabilitasi sebagai mata pencaharian, 7) lahan rehabilitasi sebagai sumber pangan, 8) lahan rehabilitasi sebagai garapan utama. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2017, di Desa Wonoasri Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember Jawa Timur. Metodologi penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi petani pengelola lahan rehabilitasi terhadap kawasan hutan dan lahan rehabilitasi TN Meru Betiri pada tingkat baik, artinya mereka mengakui keberadaan lahan rehabilitasi dan hutan di sekelilingnya merupakan kawasan hutan TN Meru Betiri. Faktor individu, yaitu tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap persepsi lahan rehabilitasi TN Meru Betiri sebagai sumber pangan. Tingkat pendapatan mempunyai pengaruh yang   signifikan terhadap persepsi hutan sebagai sumber pakan ternak dan lahan rehabilitasi sebagai matapencaharian. Implikasi dari temuan tersebut adalah pihak TN Meru Betiri  sulit untuk meminta kembali lahan rehabilitasi dari petani pengelolanya untuk dijadikan Kawasan hutan.Kata kunci: faktor individu; persepsi; lahan rehabilitasi; Taman Nasional Meru Betiri 
PENENTUAN PARAMETER KUNCI KUALITAS AIR SUNGAI BEDADUNG KABUPATEN JEMBER MENGGUNAKAN WATER QUALITY INDEX (Key determination of water quality parameter in Bedadung River, Jember Regency using water quality index method) Elida Novita; Satria Priambada Dwija Kusuma; Hendra Andiananta Pradana
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Management Research) Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Managem
Publisher : Center for Implementation of Standards for Environmental and Forestry Instruments Solo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jppdas.2021.5.1.69-88

Abstract

ABSTRACT Determinion function of key parameters of water quality representing many parameters can be used to determine the water quality status . The purpose of the study were to analyse water quality status using Water Quality Index from Ministry of Environment of Mongolia and to select key parameter of water quality with discriminant analysis at Bedadung River. This research used 25 parameters (physicochemical and microbiology) were taken from 5 water sampling location at  the period of  2016 to 2019. Location of water quality sampling were in urban area i.e. Patrang, Sumbesari, and Kaliwates Sub-district. The results showed that the water quality status calculation of the Bedadung River in urban area segment was 0.70 - 2.00 in clean and lightly - moderately polluted category. The key parameters from discriminant analysis were TSS, cobalt, sulfide, and chlorine. The most polluted parameters were sulfide and chlorine. The source of chlorine and sulfide pollution in Bedadung River were solid waste domestic exposure. Recommendation to reduce the level of contamination caused by garbage is development of small dam to facilitate the cleaning of garbage on the current season drought and education of the public to not throw garbage or waste in the Bedadung River. Key words: watershed; water quality index; discriminant analysis;  Jember Regency ABSTRAKPenentuan parameter kunci dari kualitas air suatu badan air berfungsi untuk  mewakili beberapa parameter kualitas air guna menentukan status kualitas airnya. Tujuan dari penulisan artikel ini yaitu untuk menganalisis status kualitas air menggunakan Indeks Kualitas Air dari Kementerian Lingkungan Hidup Mongolia dan memilih parameter kunci kualitas air dengan analisis diskriminan di Sungai Bedadung. Data yang digunakan pada kajian ini berupa parameter fisika-kimia dan mikrobiologi dari perairan Sungai Bedadung. Penelitian ini menggunakan 25 parameter yang diambil dari 5 lokasi pengambilan contoh air pada periode tahun 2016 - 2019. Lokasi pengambilan sampel kualitas air berada di segmen perkotaan yaitu Kecamatan Patrang, Sumbersari, dan Kaliwates. Hasil perhitungan status kualitas air Sungai Bedadung segmen perkotaan menunjukkan nilai 0,70 - 2,00 dalam kategori bersih dan tercemar ringan hingga sedang. Parameter utama dari analisis diskriminan yaitu TSS, kobalt, sulfida, dan klorin.  Parameter yang paling tercemar yaitu sulfida dan klorin. Sumber pencemaran klorin dan sulfida di Sungai Bedadung adalah paparan limbah padat domestik. Rekomendasi yang diberikan untuk mengurangi tingkat pencemaran yang disebabkan oleh sampah yaitu membangun bendungan kecil untuk memudahkan pembersihan sampah pada musim kemarau yang sedang berlangsung serta mengedukasi masyarakat untuk tidak membuang sampah di Sungai Bedadung.Kata kunci: Daerah Aliran Sungai; indeks kualitas air; analisis diskriminan; Kabupaten Jember
IMPLIKASI BERLAKUNYA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG INSTRUMEN EKONOMI LINGKUNGAN HIDUP TERHADAP KONSERVASI TANAH DAN AIR (Implication of Goverment Regulation Number 46 of 2017 Concerning Environmental Economical Aspect Towards Water and Soil Conservation) Albertus Sentot Sudarwanto
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Management Research) Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Managem
Publisher : Center for Implementation of Standards for Environmental and Forestry Instruments Solo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jppdas.2020.4.1.1-16

Abstract

ABSTRACTIf the upstream community carries out the Soil and Water Conservation (SWC), whereas thedownstream community participates in the benefits, therefore the upstream community needs to be rewarded with Payment Environmental Services (PES). This writing aims to analyze the logical consequences of the regulation of environmental economic instruments toward the SWC, especially related to environmental services. The research method is a normative juridical approach, using secondary data consisting of primary and secondary legal materials using qualitative analysis techniques. The results of the study show that the PES has been regulated in Government Regulation Number 46 of 2017 on Environmental Economic Instruments but there is no detailed regulation related to the calculation of SWC environmental services performed by downstream communities toward upstream communities. The Watershed Management Coordination Forum together with the government formed an Ad Hoc team whose task was to manage environmental service funds. Downstream communities pay for environmental services to the upstream communities as service providers through the environmental service management agencies. Therefore, the Ministry of Environment and Forestry of the Republic of Indonesia needs to immediately compile technical regulations on the mechanism and calculation of SWC from communities and governments in the downstream region to the government and communities in the upstream region.Keywords: Implication; instruments of living environmental economic; soil and water Conservation ABSTRAKApabila masyarakat wilayah hulu melakukan Konservasi Tanah dan Air (KTA), masyarakat bagian hilir ikut merasakan manfaatnya, oleh sebab itu masyarakat hulu perlu diberi Imbal Jasa Lingkungan (IJL). Penulisan ini bertujuan menganalisis konsekuensi logis pengaturan tentang instrumen ekonomi lingkungan hidup terhadap KTA khususnya terkait dengan jasa lingkungan. Metode penelitian dengan pendekatan yuridis normatif, menggunakan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan Teknik analisis secara kualitatif. Hasil kajian menunjukkan IJL telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2017 Tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup tetapi belum ada pengaturan secara rinci terkait penghitungan jasa lingkungan KTA yang dilakukan oleh masyarakat hilir kepada masyarakat hulu. Forum Koordinasi Pengelolaan DAS Bersama pemerintah membentuk tim Ad Hoc yang memiliki tugas mengelola dana jasa lingkungan. masyarakat hilir membayar jasa lingkungan kepada masyarakat hulu sebagai penyedia jasa melalui lembaga pengelola jasa lingkungan. Oleh karena itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI perlu segera menyusun peraturan teknis tentang mekanisme dan penghitungan IJL KTA dari masyarakat dan pemerintah di wilayah hilir kepada pemerintah dan masyarakat di wilayah hulu.Kata kunci: Implikasi; Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup; KTA; DAS
APLIKASI METODE SIDIK CEPAT JASA LINGKUNGAN PADA DAS MIKRO (Rapid assessment method of environmental services in the micro catchment) Anang Widicahyono; San Afri Awang; Ahmad Maryudi; Muhammad Anggri Setiawan
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Management Research) Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Managem
Publisher : Center for Implementation of Standards for Environmental and Forestry Instruments Solo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jppdas.2020.4.1.79-102

Abstract

ABSTRACTWatershed areas are used for a variety of environmental services that become a basic framework for watershed management activities. This study aims to develop and apply the rapid identification and assessment of environmental services at micro catchment level at Cebong Sub-watershed, Wonosobo Regency. This study uses three basic principles: (i) spatial and inter-regional relationships, (ii) causal relationship mechanism, and (iii) potential and impact values. This method is a combination of spatial analysis using Geographic Information Systems, causal relationship analysis using systems thinking, and economic valuations. The results indicated that the diversity of environmental services in the Cebong Sub-watershed are in the forms of: 1) provision services for food and water sources; 2) regulatory services for carbon stocks, and erosion and sedimentation control, 3) habitat services for  iodiversity, and 4) cultural services for tourism. As food supply services, potato farming provides the highest benefit value although generate other potential environmental services. As cultural services, tourism share lower value of direct benefits, but support the sustainable use of environmental services in the watershed. This is an initiative research to develop a technical guide in managing the micro catchment based on environmental services.Keywords: rapid assesment method; environmental services; micro-catchment ABSTRAKWilayah DAS terbagi habis oleh ekosistem dengan keragaman jasa lingkungan yang dapat dijadikan sebagai kerangka dasar kegiatan pengelolaan DAS. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan serta mengaplikasikan metode sidik cepat identifikasi dan penilaian jasa lingkungan pada level DAS mikro di Sub DAS Cebong, Kabupaten Wonosobo. Penelitian ini menggunakan tiga prinsip dasar: (i) spasial dan hubungan antar wilayah, (ii) mekanisme hubungan sebab akibat, serta (iii) nilai potensi dan dampak. Metode sidik cepat jasa lingkungan merupakan kombinasi analisis spasial dengan pemanfaatan Sistem Informasi Geografis, analisis hubungan sebab akibat dengan metode system thinking, serta valuasi ekonomi. Hasil identifikasi sidik cepat menunjukkan keragaman jasa lingkungan di Sub DAS Cebong berupa: 1) jasa penyediaan dengan jasa utama sumber makanan dan air domestik, 2) jasa regulasi dengan jasa utama cadangan karbon dan pengendalian erosi sedimentasi, 3) jasa habitat dengan jasa utama biodiversitas, dan 4) jasa budaya dengan jasa utama pariwisata. Jasa penyediaan makanan dalam bentuk pertanian kentang memberikan nilai manfaat paling tinggi, namun memunculkan penurunan potensi jasa lingkungan lainnya. Jasa budaya berupa pariwisata, meskipun nilai manfaat langsungnya lebih rendah, namun dapat mendukung keberlanjutan pemanfaatan jasa lingkungan di dalam DAS. Penelitian ini menjadi sebuah inisiasi petunjuk teknis rencana pengelolaan DAS mikro berbasis jasa lingkungan.Kata kunci: metode sidik cepat; jasa lingkungan; DAS Mikro
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI MELAKUKAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (Factors Affecting Farmers’ Decisions Making in Adaptation of Climate Change) Muhammad Asyrofi Haqul Lail; Suryanto Suryanto
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Management Research) Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Managem
Publisher : Center for Implementation of Standards for Environmental and Forestry Instruments Solo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jppdas.2020.4.2.121-136

Abstract

ABSTRACTAgriculture is the most vulnerable sector affected by climate change. In the agriculture sector, climate change will affect the seasonal change, planting time, and precipitation. The aims of this study are (1) to describe the participation of farmers in the Kecik Village farmer groups and their adaptation to climate change, and (2) to find out the factors that influence farmers to adapt the climate change in Kecik Village, Tanon, Sragen. Respondents in this study were 96 farmers who joined the farmer groups in Kecik Village. Logistic regression and descriptive analysis were used to analyze the data. The results showed that 18,75% of respondents anticipated the climate change while 81,25% did not anticipate it. They adapt the climate change by changing plant species, adding irrigation facilities, obtaining water pump and shifting planting time. Logistic regression analysis shows that area of crop failure, land area under cultivation, and credit access variables have a significant effect to influence adaptation. Farming experience does not influence significantlyon the anticipation of the climate change. Formal education and extension variables reject the hypothesis, stating that these two variable shave a positive influence on climate change adaptation.Keywords: adaptation; farmers group; climate change ABSTRAKSektor pertanian adalah sektor yang paling rentan terkena dampak perubahan iklim. Apabila iklim berubah akan memicu perubahan musim, waktu tanam, dan curah hujan. Tujuan penelitian ini untuk (1) mendeskripsikan partisipasi petani dalam kelompok tani di Desa Kecik dan adaptasi perubahan iklim yang dilakukan, dan (2) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi petani untuk melakukan adaptasi perubahan iklim di Kecik, Tanon, Sragen. Responden dalam penelitian ini adalah petani yang bergabung dalam kelompok tani di Desa Kecik, sebanyak 96 responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif dan regresi logistik. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa hanya 18,75% responden mengantisipasi perubahan iklim sedangkan 81,25% tidak mengantisipasinya. Cara beradaptasi petani dengan perubahan iklim dengan mengubah jenis tanaman, menambah fasilitas irigasi, membeli pompa air dan menggeser waktu tanam. Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa luas lahan gagal panen, luas lahan yang diusahakan, dan akses kredit berpengaruh positif dan signifikan. Lama bertani atau pengalaman bertani tidak menunjukkan pengaruh signifikan dalam antisipasi perubahan iklim. Variabel penyuluhan dan tingkat pendidikan formal menolak hipotesis yang menyatakan kedua variabel tersebut memiliki pengaruh positif terhadap adaptasi perubahan iklim. Kata kunci: adaptasi; kelompok tani; perubahan iklim
PEMETAAN POTENSI KERENTANAN PENCEMARAN AIR PERMUKAAN UNTUK PENGENDALIAN SANITASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN BULELENG (Mapping on the potential vulnerability of surface water pollution for environmental sanitation control in Buleleng Regency) Arief Wicaksono; Galih Dwi Jayanto
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Management Research) Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Managem
Publisher : Center for Implementation of Standards for Environmental and Forestry Instruments Solo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jppdas.2021.5.1.1-20

Abstract

ABSTRACT One of the efforts to prevent water pollution is done by mapping of potential pollution vulnerability to support water quality control policy making. The research location is in Panas Sub-watershed, a part of the Saba Watershed which originates on the northwest slope of the Bratan Volcano Complex and upstream is Lake Tamblingan, Buleleng Regency. The objectives of the study include: 1) mapping the parameters of potential surface water pollution vulnerability, 2) mapping land cover changes in 2000 and 2016, 3) mapping the potential surface water pollution vulnerability and its dynamics in 2000 and 2016, and 4) formulating a management recommendation to control surface water pollution. Mapping the potential surface water pollution vulnerability was conducted by GIS and Point Count System Model (PCSM) method using parameters of slope, land cover, and annual average rainfall. The results showed that some of the upstream and middle areas of the Panas Subwatershed were categorized as high potential vulnerability caused by steep slopes, plantation cover, and annual average rainfall of 2,251 - 2,500 mm/year. Various recommendations to control surface water pollution are conducting integrated waste management individually or in groups, such as collectively septic tank construction, waste disposal organization, and waste water management installation; providing directions for appropriate land cultivation for farmers so that the pollutant load due to the use of pesticides could be controlled; as well as controlling and supervising the tourist area around Tamblingan Lake. Keywords: potential pollution vulnerability; surface water; sustainable water resource management; PCSM; Panas Sub Watershed ABSTRAKUpaya mencegah pencemaran air salah satunya dilakukan dengan memetakan potensi kerentanan pencemaran untuk mendukung pengambilan kebijakan pengendalian kualitas air. Lokasi penelitian berada di Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Panas, bagian dari DAS Saba yang berhulu di lereng Barat Laut Kompleks Gunung Api Bratan dan di bagian hulunya terdapat Danau Tamblingan, Kabupaten Buleleng. Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1) memetakan parameter potensi kerentanan pencemaran air permukaan, yaitu curah hujan rata-rata tahunan, kemiringan lereng, dan tutupan lahan, 2) memetakan perubahan tutupan lahan tahun 2000 dan 2016, 3) memetakan potensi kerentanan pencemaran air permukaan dan dinamikanya pada tahun 2000 dan 2016, serta 4) merumuskan rekomendasi pengelolaan untuk mengendalikan pencemaran air permukaan. Pemetaan tingkat kerentanan pencemaran air permukaan dilakukan dengan bantuan Sistem Informasi geografis (SIG) dan metode Point Count System Model (PCSM) menggunakan parameter kemiringan lereng, penutupan lahan, dan curah hujan rerata tahunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian wilayah hulu dan wilayah tengah Sub DAS Panas masuk dalam kategori potensi kerentanan tinggi terhadap pencemaran air permukaan yang disebabkan oleh kondisi lereng curam, penutupan lahan perkebunan/kebun, dan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2.251 – 2.500 mm/tahun. Berbagai usulan untuk mengendalikan pencemaran air permukaan antara lain melalui pengelolaan limbah secara individu atau kelompok secara terpadu, seperti pembangunan septic tank secara kolektif, pembuangan sampah yang terorganisir, dan pembangunan IPAL; memberikan arahan pengolahan lahan yang benar bagi para petani agar beban pencemar akibat penggunaan pestisida dapat dikendalikan; serta melakukan pengendalian dan pengawasan Kawasan wisata di sekitar Danau Tamblingan.Kata kunci: potensi kerentanan pencemaran; air permukaan; pengelolaan sumber daya air berkelanjutan; PCSM; Sub DAS Panas
MEMBANGUN PROSES PERENCANAAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI MIKRO SECARA PARTISIPATIF: SEBUAH PEMBELAJARAN (Developing a participatory planning process of micro-watershed management: a lesson learned) Agung Budi Supangat; Dewi Retna Indrawati; Nining Wahyuningrum; Purwanto Purwanto; Syahrul Donie
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Management Research) Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Managem
Publisher : Center for Implementation of Standards for Environmental and Forestry Instruments Solo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jppdas.2020.4.1.17-36

Abstract

ABSTRACTPlanning is one of the very important stages in the micro watershed management. Difficulties and failures in the management of micro watershed are often caused by failures in the building of participatory planning processes with the community as well as a collaborative mechanism with relevant parties. This action research aims to find the applicable processes or stages of participatory planning based on the experience and evaluation of existing processes. The research was carried out in the Naruan micro watershed, Keduang sub-watershed, Bengawan Solo upper watershed. Some lessons learned that can be found from this research are as follows: 1) detailed baseline data related to the potential and vulnerability characteristics of micro watershed is very important to be understood before planning process; 2) micro watershed planning process cannot fully rely on community participation, but it should be a combination of top-down and participatory mechanism; 3) top-down planning is related to the provision of proper land management guidelines in the upstream area; 4) participatory planning is carried out when preparing of land use plans, determining the appropriate types of soil and water conservation activities, as well as identifying the resources contribution from the community as a form of participation; 5) collaborative action plans are needed to be built with relevant parties to support integrative and sustainable micro watershed management.Keywords: Collaboration; micro watershed; participation; planning ABSTRAKTahapan perencanaan merupakan bagian yang sangat penting dalam rangkaian kegiatan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) skala operasional (DAS mikro). Kesulitan dan kegagalan pengelolaan DAS mikro seringkali bermula dari kegagalan dalam membangun proses perencanaan partisipatif bersama masyarakat dan kolaboratif dengan para pihak terkait. Kegiatan penelitian tindakan (action research) ini bertujuan untuk menemukan proses/tahapan perencanaan partisipatif yang lebih aplikatif berdasarkan pengalaman dan evaluasi proses yang sudah ada. Penelitian dilaksanakan di DAS Mikro Naruan, Sub DAS Keduang, DAS Bengawan Solo Hulu. Pelajaran yang dapat diambil dari kegiatan adalah sebagai berikut: 1) Basis data dasar (baseline data) detil terkait karakteristik potensi dan kerentanan wilayah DAS mikro sangat penting diketahui sebelum proses perencanaan; 2)Proses perencanaan pengelolaan DAS mikro tidak dapat sepenuhnya mengandalkan partisipasi masyarakat, tetapi perlu kombinasi antara sistem top down dan partisipatif; 3) Perencanaan yang sifatnya top down menyangkut pemberian rambu-rambu pengelolaan lahan yang benar di wilayah hulu DAS; 4) Perencanaan partisipatif dilakukan pada saat penyusunan rencana penggunaan/ pemanfaatan lahan, jenis kegiatan konservasi yang sesuai serta andil sumber daya dari masyarakat sebagai bentuk partisipasi; 5) Rencana kolaboratif perlu dibangun dengan para pihak terkait dalam rangka keterpaduan dan keberlanjutan kegiatan pengelolaan DAS mikro.Kata kunci: Kolaborasi; DAS mikro; partisipasi; perencanaan
ASSESSMENT OF GROUNDWATER QUALITY FOR IRRIGATION AT MALAMAWI ISLAND, BASILAN, PHILIPPINES Alejandro Amin Jalil; Roger A Luyun, Jr; Aurelio A Delos Reyes, Jr; Victorino A Bato
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Management Research) Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Managem
Publisher : Center for Implementation of Standards for Environmental and Forestry Instruments Solo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jppdas.2020.4.2.187-200

Abstract

ABSTRACTThe assessment of groundwater quality for agricultural purposes was conducted in Malamawi Island, Isabela City, Basilan. Groundwater quality wasevaluated based on the FAO irrigation quality standards (1994)which include salinity and alkalinity, sodium, magnesium, bicarbonate hazards and chloride hazards. Spatial delineation of groundwater quality parameters was carried out using QGIS software. Results revealed that the use of groundwater from two separate sampling wells (SW4 and SW6) in Lukbuton area require slight to moderate restrictionbased on the parameters of electrical conductivity and magnesium hazard. This means that its groundwater can still be safe for irrigation but with little salinity hazard on sensitive crops.Also, the chloride concentration in SW4 indicates that groundwater was slightly poor in quality but generally suitasble for irrigation while in SW6, the calcium concentration was considered unsuitable for irrigation. In the same way, the sampling wells 1 and 3 in Santa Barbara and Lukbuton were considered unsafe and unsuitable for irrigation in terms of magnesium hazard. Also, the calcium content of groundwater in some part of the island was considered unsuitable for irrigating high-value crops. Therefore, this study suggests that some management is needed in the northeastern part of Lukbuton because of its poor ground water quality for irrigation in terms of salinity.  Keywords: Malamawi, Basilan, irrigation, shallow well.  ABSTRAK Penilaian kualitas air tanah untuk keperluan pertanian dilakukan di Pulau Malamawi, Kota Isabela, Basilan. Kualitas air tanah dievaluasi berdasarkan kesesuaian untuk irigasi sesuai standar kualitas irigasi FAO meliputi salinitas dan alkalinitas, serta bahaya natrium, magnesium, bikarbonat dan klorida. Delineasi spasial dari parameter kualitas air tanah dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak QGIS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan airtanah dari dua sumur sampel terpisah (SW4 dan SW6) di Kawasan Lukbuton memerlukan pembatasan ringan hingga sedang berdasarkan parameter konduktivitas listrik dan bahaya magnesium. Hal ini menunjukkan air tanah masih aman untuk irigasi walaupundengan sedikit bahaya salinitas untuk tanaman yang sen sitif. Selain itu, konsentrasi klorida di SW4 menunjukkan bahwa kualitas airtanah agak buruk walaupun umumnya cocok untuk irigasi sedangkan di SW6, konsentrasi kalsium dianggap tidak sesuai untuk irigasi. Dengan cara yang sama, pengambilan sampel sumur 1 dan 3 di Santa Barbara dan Lukbuton dianggap tidak aman dan tidak cocok untuk irigasi dalam hal bahaya magnesium. Selain itu, kandungan kalsium air tanah di beberapa bagian pulau dianggap tidak sesuai untuk mengairi tanaman bernilai ekonomi tinggi. Oleh karena itu, studi ini menyarankan bahwa perlu dilakukan pengelolaan di bagian timur laut Lukbuton karena kualitas air tanah yang buruk untuk irigasi dari segi salinitas.Kata kunci: Malamawi, Basilan, irigasi, sumur dangkal
PENGARUH AGROFORESTRI TERHADAP KUALITAS DAERAH ALIRAN SUNGAI CILIWUNG HULU, JAWA BARAT (Impact of agroforestry on the quality of Ciliwung Hulu Watershed, West Java) Rini - Fitri; Adisti Permatasari Putri Hartoyo; Nur Intan Simangunsong; Halus Satriawan
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Management Research) Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Managem
Publisher : Center for Implementation of Standards for Environmental and Forestry Instruments Solo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jppdas.2020.4.2.173-186

Abstract

ABSTRACTWatershed ecosystem will be stable when the relationship between the components of watershed are stable. Ecological and biophysical disturbances in watersheds are closely related to the disruption of its ecosystem components.The research was conducted to analyse the contribution of agroforestry system to the quality of watershed management, such as erosion, curve number (CN), and potential air retention. This study used qualitative method with steps survey, observation and interviewed the respondents who have the land and joint in the study site to obtain agroforestry practice data, vegetation components, and biophysic condition. Erosion prediction used the Universal Soil Loss Equation (USLE) equation, analyzis of the CN used an empirical equation to estimate surface run-off as a result of the rainfall, land cover changes, and soil hydrological groups (Cover complex classification). The value of a CN was based on the maps of soil types and land cover, the potential retention value (S), the value curve, and the rainfall factor (P). The results showed that the types of agroforestry affected the quality of watershed landscape management with indicators were erosion, curve numbers and potential air retention. Those indicators  have a quantitative relationship with various types of agroforestry. The value of soil hydrological group (KHT) in the agroforestry types of Ciliwung Hulu Watershed in West Java Province was dominated by KHT B. This value indicated that the infiltration capacity in the current study location was moderate. The amount of CN obtained varies between 44-78. Keywords: agroforestry; curve number; erosion; potential retention; watershed management  ABSTRAK Ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) akan stabil jika hubungan antar komponen DAS stabil. Gangguan ekologis dan biofisik DAS terkait erat dengan terganggunya komponen ekosistemnya. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis keterkaitan hubungan agroforestri dengan kualitas DAS dari segi erosi, CN dan retensi air potensial. Penelitian ini dilakukan melalui tahapan survei lapang dan wawancara responden untuk memperoleh data praktek agroforestri, komponen penyusun tipe agroforestri dan kondisi biofisik. Prediksi erosi menggunakan persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE), sedangkan analisis CN menggunakan persamaan empiris untuk memperkiraan aliran permukaan akibat hujan, perubahan tutupan lahan dan kelompok hidrologi tanah. Nilai CN diperoleh berdasarkan peta jenis tanah dan peta tutupan lahan, nilai retensi potensial (S), dan factor curah hujan (P). Hasil penelitian menunjukkan bahwa agroforestri mempengaruhi kualitas pengelolaan lanskap DAS, baik erosi, CN maupun retensi air potensial. Erosi, CN dan retensi air potensial memiliki hubungan kuantitatif dengan berbagai tipe agroforestri. Nilai kelompok hidrologi tanah (KHT) pada tipe agroforestri lanskap DAS Ciliwung Hulu Provinsi Jawa Barat didominasi oleh KHT B. Nilai ini menunjukkan bahwa kapasitas infiltrasi di lokasi penelitian berada pada tingkat sedang. Nilai CN yang didapat bervariasi antara 44 – 78.Kata kunci: agroforestri; curve number; erosi; pengelolaan DAS; retensi potensial
TATAKELOLA LANSKAP RAWAPENING BERDASARKAN TINGKAT RESIKO BENCANA LINGKUNGAN DI SUB DAS RAWAPENING (Landscape governance of Rawapening based on the level of environmental disaster risk in the Rawapening Sub Watershed) Djati Mardiatno; faridah faridah; sunarno sunarno; Dwi Wahyu Arifudiin Najib; Yuli Widyaningsih; M. Anggri Setiawan
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Management Research) Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Managem
Publisher : Center for Implementation of Standards for Environmental and Forestry Instruments Solo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jppdas.2021.5.1.21-40

Abstract

ABSTRACT Lake ecosystem balance is influenced by the interaction and interrelation of upstream and downstream processes of catchment. Environmental degradation upstream affects the trophic status of the lake, triggering the risk of environmental disasters. Integrated lake management is a form of governance to achieve sustainable development goals. This study aims to analyze the implementation of the Rawapening Lake management program plan spatially by considering the environmental risk conditions of the Rawapening catchment area. Semi-quantitative analysis is used to assess the level of disaster risk in Rawapening catchment area. The zoning results of environmental disaster risk areas are used as the basis for the implementation of the 2019 Rawapening lake management plan descriptively. The results showed that Rawapening catchment area has a very low, low, medium, high, and very high risk levels. Panjang Sub Watersheds, Galeh Sub Watersheds, Parat Sub Watersheds, Sraten Sub Watersheds have a high to very high risk level. The Rengas Sub Watershed, Torong Sub Watershed falls into the medium risk category. Low to very low risk levels are scattered in the Legi Sub Watershed, the Kedung Ringis Sub Watershed, and the Ringis Sub Watershed. The complexity of the problems in the agricultural, livestock, residential and industrial sectors is the main contributor to sediment and pollutants in the lake system. The integration of upstream and downstream processes is used as a consideration in conducting spatial planning for Rawapening Lake management to achieve management objectives. Keywords: environmental disaster; eutrophication; landscape management ABSTRAKKeseimbangan ekosistem danau dipengaruhi oleh interaksi dan interelasi proses hulu dengan hilir DAS. Degradasi lingkungan di bagian hulu berpengaruh terhadap status trofik danau, memicu resiko bencana lingkungan. Pengelolaan danau secara terpadu merupakanwujud tata kelola untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi rencana program pengelolaan Danau Rawapening secara spasial dengan mempertimbangkan kondisi resiko bencana lingkunganSub DAS Rawapening. Analisis semi kuantitatif digunakan untuk menilai tingkat resikobencana Sub DAS Rawapening. Hasil zonasi kawasan resiko bencana lingkungan dijadikandasar dalam impelementasi Rencana Pengelolaan Danau Rawapening Tahun 2019 secaradeskriptif. Hasil penelitian menunjukkan Sub DAS Rawapening memiliki tingkat resiko sangatrendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Sub Sub DAS Panjang, Sub Sub DAS Galeh,Sub Sub DAS Parat, Sub Sub DAS Sraten memiliki tingkat resiko tinggi hingga sangat tinggi.Sub Sub DAS Rengas, Sub Sub DAS Torong masuk ke dalam kategori resiko sedang. Tingkatresiko rendah hingga sangat rendah tersebar pada Sub Sub DAS Legi, Sub Sub DAS KedungRingis, Sub Sub DAS Ringis. Kompleksitas permasalahan dalam sektor pertanian, peternakan,permukiman dan industri menjadi penyumbang utama sedimen dan polutan pada system danau. Integrasi proses hulu dengan hilir dijadikan sebagai pertimbangan dalam melakukan perencanaan spasial pengelolaan Danau Rawapening untuk mecapai tujuan pengelolaan.Kata kunci: bencana lingkungan; eutrofikasi; pengelolaan lanskap