cover
Contact Name
Darwanto
Contact Email
bawal.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
bawal.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap
ISSN : 19078229     EISSN : 25026410     DOI : -
Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap dipublikasikan oleh Pusat Riset Perikanan yang memiliki p-ISSN 1907-8226; e-ISSN 2502-6410 dengan Nomor Akreditasi RISTEKDIKTI: 21/E/KPT/2018, 9 Juli 2018. Terbit pertama kali tahun 2006 dengan frekuensi penerbitan tiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan April, Agustus, Desember. Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap memuat hasil-hasil penelitian bidang “natural history” (parameter populasi, reproduksi, kebiasaan makan dan makanan), lingkungan sumber daya ikan dan biota perairan.
Arjuna Subject : -
Articles 348 Documents
ESTIMASI PARAMETER PERTUMBUHAN SERTA MORTALITAS IKAN TAWES DAN NILA DI DANAU TEMPE SULAWESI SELATAN Samuel Samuel; Safran Makmur
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 4, No 1 (2012): (April 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.153 KB) | DOI: 10.15578/bawal.4.1.2012.45-52

Abstract

Penelitian tentang pertumbuhan, mortalitas dan laju eksploitasi terhadap ikan tawes dan nila di Danau Tempe dari bulan Februari sampai Nopember tahun 2010, bertujuan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam rangka pengelolaannya di Danau Tempe. Estimasi parameter pertumbuhan, mortalitas dan laju eksploitasi dihitung menggunakan program FISAT. Hasil Penelitian menunjukkan pertumbuhan ikan tawes dan nila di Danau Tempe termasuk rendah dibandingkan dengan pertumbuhan jenis ikan tawes dan nila di beberapa badan air lainnya di Indonesia. Parameter pertumbuhan Von Bertalanffy ikan tawes mempunyai panjang infinitif (L∞)= 29,1 cm dengan laju pertumbuhan (K)= 0,30/tahun dan laju eksploitasi (E)= 0,46 sedikit dibawah nilai tangkap maksimum. Ikan nila mempunyai panjang infinitif  (L∞)= 31,8 cm dengan laju pertumbuhan (K)= 0,22/tahun dan laju eksploitasi (E) sebesar 0,50, tepat pada nilai tangkap maksimum. Untuk pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan di Danau Tempe agar tetap lestari perlu adanya pembatasan jumlah alat tangkap dan pengawasan terhadap aktivitas penangkapan di zona inti ketika air surut.Research on growth, mortality and exploitation rate of these two fish species in Lake Tempe was conducted from February to November 2010. The aim of the research was to obtain information for management of these two fish species in Lake Tempe. Estimation of growth, mortality and exploitation rate was calculated using FISAT program. The results showed that java barb had infinitive length (L∞) = 29.1 cm with a growth rate of 0.30/year and exploitation rate of 0.46, slightly below the optimum fishing value. Nile tilapia had infinitive length (L∞) = 31.8 cm with a growth rate of 0.22/year and exploitation rate of 0.50, same as the optimum fishing value. Growth rate of java barb and nile tilapia in Lake Tempe were lower compared with the growth of these two fish species in others water bodies in Indonesia. For management and utilization of fish resources in Lake Tempe are needed to limitize the number of fishing gear and the core zone has to be oversighted  from fishing  activities when the waters  is low.
KERAGAAN TEKNIS KAPAL RISET SARDINELLA SEBAGAI TRAWLER Erfind Nurdin
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 2, No 3 (2008): (Desember 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (81.902 KB) | DOI: 10.15578/bawal.2.3.2008.117-122

Abstract

Pada awal tahun 1996 Kapal Riset (KR) Sardinella didesain untuk alat tangkap pukat cincin (purse seine). Karena kebutuhan akan wahana penelitian untuk mengambil contoh (sampel) sumberdaya ikan demersal, maka tahun 2004 fungsi diubah menjadi kapal trawl dasar (bottom trawl). Untuk itu, beberapa perubahan dilakukan terhadap KR. Sardinella, antara lain tata letak (layout) bagian buritan, penambahan gardan sebagai penarik tali selambar. Dengan perubahan tersebut, diharapkan KR. Sadinella mencapai kinerja yang memadai sebagai trawler. Guna mengetahui keragaan teknis (tingkat keberhasilan operasional dan laju tangkap) KR. Sardinella sebagai trawler, maka telahdilakukan penelitian melalui uji coba pada bulan September 2005 dan September 2006. Spesifikasi trawl yang dioperasikan di KR. Sardinella adalah panjang tali ris atas (head rope) 21 m dan tali ris bawah (ground rope) 24 m. Lokasi penangkapan adalah pada kedalaman 15 - 35 m, lama penarikan jaring rata-rata 1 jam pada kecepatan kapal rata-rata 2,5 knot. Keragaan teknis KR. Sardinella sebagai trawler baik dengan tingkat keberhasilan dalam pengoperasian mencapai sekitar 90%. Laju tangkap KR. Sardinella sebagai trawler cukup baik dengan rata-rata 16,43 kg/jam/ operasi trawl (setting) dari17 stasiun pada tahun 2005 dan17,95 kg/jam/operasi trawl (setting) dari 24 stasiun pada tahun 2006.
BEBERAPA ASPEK BIOLOGI UDANG WINDU (Penaeus monodon (Fabricus, 1789) DI PERAIRAN TARAKAN, KALIMANTAN UTARA Umi Chodrijah; Ria Faizah
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 10, No 1 (2018): April (2018)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.07 KB) | DOI: 10.15578/bawal.10.1.2018.49-55

Abstract

Udang windu merupakan salah satu komoditas ekonomis di Indonesia dan sudah dimanfaatkan serta dikembangkan cukup lama di perairan Tarakan sehingga perlu upaya pengelolaan dengan salah satu dasar kajian biologinya. Penelitian ini membahas beberapa aspek biologi udang windu, meliputi hubungan panjang-berat, nisbah kelamin, kematangan kelamin, serta ukuran rata-rata tertangkap dan matang kelamin. Penelitian dilakukan pada selama bulan Januari-November 2016. Hasil penelitian menunjukkan, dari 2208 ekor contoh udang windu yang dianalisa, ukuran yang tertangkap berkisar antara 21,9-63 mmCL serta hubungan panjang-bobot menyatakan pola pertumbuhan isometrik. Musim pemijahan diduga terjadi sepanjang tahun dengan puncak pemijahan pada bulan Maret-April dan September. Nisbah kelamin udang berada dalam kondisi tidak seimbang dan didominasi oleh betina. Rata-rata ukuran pertama kali tertangkap (Lc) adalah pada panjang karapas 40,69 mmCL serta rata-rata ukuran matang gonad (Lm) udang betina adalah 33,58 mmCL. Tiger shrimp (Penaeus monodon, Fabricus, 1789) was one of economic commodity of shrimp in Indonesia and had been historically exploited that required a proper management measure based on biology study. The research aims to examine biological aspects of tiger shrimp such as length-weigth relationship, sex ratio, maturity stage and length of first capture (Lc) and length of first maturity (Lm). The research was carried out from January to November 2016 using survey method and the monthly enumeration programme. The result of 2.208 individual tiger shrimp analysed showed that size of tiger shrimp range between 21.9-63 mmCL with the growth follows a isometric pattern. Spawning season occurs throughout the year with peak season in March-April and September. Sex ratio was in an unbalanced condition dominated by females. The length of first capture (Lc) was 40.69 mmCL and length of first maturity (Lm) was 33.58 mmCL.
DISTRIBUSI UKURAN, REPRODUKSI DAN HABITAT PEMIJAHAN IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis Blkr.) DI DANAU SINGKARAK Hafrijal Syandri; Azrita Azrita; Netti Aryani
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 5, No 1 (2013): (April 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.72 KB) | DOI: 10.15578/bawal.5.1.2013.1-8

Abstract

Penelitian tentang biologi reproduksi ikan bilih di Danau Singkarak dilakukan pada bulan Januari –Desember 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi ukuran, tingkat kematangan gonad, fekunditas dan pemijahan ikan bilih. Hasil penelitian menunjukkan ukuran panjang ikan bilih betina matang gonad berkisar antara 70-109 mm dan bobot tubuh berkisar antara 6,4-8,7 gram, ikan jantan pada panjang antara 70-89 mm dengan bobot antara 4,5-6,6 gram. Persentase ikan betina yang memijah setiap stasiun berkisar 68,4-75,7% dan ikan jantan berkisar 73,4-78,4%. Pada saat memijah ikan bilih beruaya dari danau ke sungai Sumpur, Paninggahan dan Baing setiap hari dimulai pukul 16.00 hingga 23.00 WIB. Karakteristik habitat pemijahan mempunyai kecepatan arus sungai antara 10-15 m/detik, kedalaman perairan berkisar antara 20-40 cm, substrat dasar perairan terdiri dari kerikil dan karakal.Study of biology reproduction bilih fish on Lake Singkarak has done a series of studies in January and December 2010. The purpose of this study is to reveal the size distribution, gonada mature level, fecundity and spawning of bilih fish. The research proves that the size of mature female fish gonads bilih range in size of 70-109 mm with a weight of 6.4 to 8.7 g and males 70-89 mm and weighs 4.4 to 6.6 g. Percentage of female fish to spawn each research station ranged from 68.5-75.7 % and males 73.4-78.3%. Bilih spawning fish populations by conducting migration from lakes to rivers Sumpur, Paninggahan and Baing everyday starting at 16:00 until 23:00 am. Characteristics of spawning habitat with river flow velocity between 10-15 m / sec, water depth between 20-40 cm, bottom substrate consists of gravel and karakal.
PERUBAHAN UPAYA DAN HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI SEKITAR LAUT JAWA: KAJIAN PASKA KOLAPS PERIKANAN PUKAT CINCIN BESAR Suwarso Suwarso; Wudianto Wudianto; Suherman Banon Atmaja
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 2, No 1 (2008): (April 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1175.775 KB) | DOI: 10.15578/bawal.2.1.2008.17-26

Abstract

Penyusutan stok (biomassa) ikan pelagis di Laut Jawa dan Selat Makassar akibat peningkatan kapasitas penangkapan yang tak terkontrol diduga menjadi sumber penyebab penurunan produktivitas pukat cincin yang berlangsung secara simultan sejak tahun 1995 sampai dengan sekarang (tahun 2006), serta memberikan hasil tangkapan semakin rendah dan tidak menguntungkan. Kajian tentang perubahan upaya dan hasil tangkapan ikan pelagis pasca collaps perikanan pukat cincin inididasarkan pada data hasil tangkapan (per spesies) dan upaya (jumlah trip, hari laut) kapal pukat cincin yang mendarat di Pekalongan dan Juwana kurun waktu tahun 1999 sampai dengan 2006. Hasil menunjukkan jumlah kapal aktif berkurang, karena sejumlah kapal tidak lagi dapat beroperasi (bangkrut), sedang kapal yang beroperasi nampak tidak efisien yang terlihat dari jumlah hari laut yang semakin lama, jumlah trip per kapal juga makin menurun. Tidak ada lagi perluasan daerah penangkapan baru karena perluasan telah mencapai maksimum pada tahun 1996. Selain itu, dalam usaha merespon ketidakseimbangan antara hasil yang diperoleh dengan tinggi biaya eksploitasi,beberapa kelompok usaha perikanan bermodal kuat juga melakukan ekspansi (relokasi) daerah penangkapan baru di luar perairan Laut Jawa dan Selat Makassar; transhipment di laut dimungkinkan banyak dilakukan. Penurunan laju tangkap terjadi di hampir seluruh daerah penangkapan, disertai dengan pergeseran komposisi spesies terutama di Jawa bagian timur (Matasirih) dan Selat Makassar. Terutama pada puncak musim hasil tangkapan (musim peralihan antara bulan September sampai dengan Nopember), kategori layang (Decapterus spp.) yang dalam keadaan normal dominan keberadaan tergeser oleh muncul spesies baru, yaitu ikan ayam-ayaman (Aluterus monoceros, Monacanthidae). Selar bentong (Selar crumenophthalmus) cenderung semakin banyak, tetapi banyar(Rastrelliger kanagurta) makin sedikit. Kontrol upaya sangat penting dilakukan kalau tujuan sustainable fisheries akan dicapai; bagi perikanan pelagis Laut Jawa kontrol tersebut dalam hal jumlah dan ukuran kapal, teknologi penangkapan, dan lama di laut.
EFISIENSI PEMANFAATANENERGICAHAYAMATAHARIOLEHFITOPLANKTON DALAMPROSES FOTOSINTESISDIWADUKMALAHAYU Andri Warsa; Kunto Purnomo
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 3, No 5 (2011): (Agustus 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.906 KB) | DOI: 10.15578/bawal.3.5.2011.311-319

Abstract

Cahaya matahari merupakan sumber energi utama yang menentukan produktivitas suatu ekosistem akuatik. Ketersediaan cahaya akan menentukan kecepatan fotosintesis yang akan menentukan kecepatan pertumbuhan produsen primer. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi pemanfaatan cahaya matahari oleh fitoplankton di Waduk Malahayu. Penelitian ini dilakukan di Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Barat, pada bulan Oktober 2010. Pengamatan produktivitas primer kotor, kelimpahan fitoplankton, intensitas cahaya, dan klorofil-a dilakukan pada dua stasiun yaitu stasiun keramba jaring apung dan dam pada kedalaman 0,5; 2; dan 4 m dengan metode survei berstrata. Pengukuran produktivitas primer kotor dilakukan dengan metode botol gelap dan terang. Hasil penelitian menunjukkan nilai produktivitas primer kotor diWadukMalahayu berkisar 45,6-121,9 mgC/jamdan konsentrasi klorofil-a berkisar 3,7-11,8mg/m3. Kelimpahan individu fitoplankton diWaduk Malahayu berkisar 100,6-112,67 ind./l dengan genera yang dominan adalah Oscillatoria (Cyanophyceae) dan Peridinium (Dinophyceae). Efisiensi penggunaan cahaya matahari oleh fitoplankton di Waduk Malahayu berkisar 0,5-2,7%. Efisiensi cahaya matahari menurun dengan bertambahnya kedalaman air. Sunlight is primary energy resource that determine the productivity of aquatic ecosystem. Its availability will determines the photosynthetic rate and primary producer growth rate. Study in order to know thr effeciency of sunlight uptake by phytoplankton inMalahayu Reservoir, Brebes Regency, Central Java in October 2010. Sampling were for gross primary productivity, phytoplankton abudance, light intensity, and chlorophyll-a carried at two stations, keramba jaring apung and dam and at three water depth, surface, 2 and 4 m with stratified sampling method. Measurement of gross primary productivity was conducted with dark and ight botle method. Gross primary productivity ranged from 45.6-121.9 mgC/hr with chlorophyll-a concentration between 3.7-11.8 mg/m3. Phytoplankton abundance ranged from 10.06-112.67 ind./l with Oscilatoria and Peridinium as dominant genera. Efficiency of sunlight uptake by phytoplankton ranged from 0.5-2.7% and its value decreased along with an increasing water depth.
BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LIDAH, (Cynoglossus cynoglossus, Hamilton 1822) PISCES: CYNOGLOSSIDAE DI TELUK PABEAN, JAWA BARAT Arinie Gustiarisanie; Muhammad Fadjar Rahardjo; Yunizar Ernawati
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 2 (2017): (Agustus 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (944.195 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.2.2017.103-112

Abstract

Ikan Cynoglossus cynoglossus termasuk dalam famili Cynoglossidae yang hidupnya menetap di dasar perairan. Di Teluk Pabean, ikan ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dikonsumsi sendiri dan untuk dijual. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aspek biologi reproduksi ikan C. cynoglossus yang mencakup ukuran ikan pertama kali matang gonad, musim dan tipe pemijahan. Penelitian dilakukan pada Januari-Desember 2015 di perairan Teluk Pabean, Kabupaten Indramayu. Pengambilan contoh dilakukan setiap bulan sekali dengan menggunakan alat tangkap sero. Diperoleh jenis ikan 613 ekor terdiri dari 290 ekor ikan jantan dan 323 ekor betina. Distribusi ukuran panjang total berkisar Antara 46-117 mm (jantan), 61-126 mm (betina) dengan bobot tubuh berkisar antara 0,57-8,75 g (jantan), dan 2,81-16,72 g (betina). Ukuran ikan betina pertama kali matang gonad pada panjang total 105,5 mm. Ikan ini termasuk pemijah bertahap dengan jumlah telur berkisar antara 2.657-39.647 butir. In the Pabean Bay, Tonguesole (Cynoglossidae) has important value to the community. This research aims to investigate some reproductive biology aspects of tongue sole, namely length at first maturity, spawning season and type of spawn. The research conducted in January to December 2015 in the Pabean Bay, Indramayu. Monthly enumeration conducted from sample that collected through trap net by 613 fishes (290 males and 323 females). The total length of fish ranged from 46 to 117 mm (males), 61 to 126 mm (females). While, the body weight of the fish ranged from 0.57 to 8.75 gram (males), 2.81 to 16.72 gram (females). The results showed that the first maturity of the female is about 105.5 mm total length. This species is probably a batch spawner with the number of eggs ranges from 2657 to 39647 grains.
PARAMETER POPULASI IKAN BAWAL PUTIH (Pampus argenteus) DI PERAIRAN TARAKAN, KALIMANTAN TIMUR Prihatiningsih Prihatiningsih; Nurainun Mukhlis; Sri Turni Hartati
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 7, No 3 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (862.572 KB) | DOI: 10.15578/bawal.7.3.2015.165-174

Abstract

Ikan bawal putih (Pampus argenteus) mempunyai nilai ekonomis penting dan sebagai salah satu komoditas unggulan di perairan Tarakan. Informasi tentang biologi perikanan ikan tersebut masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untukmengestimasi parameter populasi meliputi pertumbuhan, umur, mortalitas dan tingkat eksploitasi ikan bawal putih. Data frekuensi panjang bulanan dikumpulan pada Februari – Nopember 2013 dengan bantuan enumerator. Sebaran frekuensi panjang ikan dipisahkan kedalam sebaran normal menggunakan metode Bhattacharya pada progran FiSAT (FAO-ICLARM Stock Assessment Tools). Estimasi parameter populasi dengan aplikasi model analitikmenggunakan program ELEFAN-1 (Electronic Length Frequency Analysis). Hasil penelitian menunjukkan ukuran panjang ikan bawal putih berkisar antara 9,0 cm–35,0 cmFL. Hubungan panjangberat ikan bawal putih yang tertangkap dengan jaring insang bersifat allometrik negatif mengikuti persamaan W= 0,187L2,374. Nilai rata-rata panjang ikan pada saat pertama kali tertangkap (Lc) sama dengan ukuran pertama kali matang gonad (Lm). Laju pertumbuhan (K) sebesar 0,52/tahun dan panjang asimptotik (L ) sebesar 37,28 cmFL. Persamaan pertumbuhan dari Von Bertalanffy sebagai Lt = 37,28 (1 – e-0,52(t-+0,07)). Mortalitas alami (M) adalah 1,11/tahun, mortalitas karena penangkapan (F) = ,65/tahun dan mortalitas total (Z) = 1,65/tahun. Laju pengusahaan (E) sebesar 0,60 berarti tingkat eksploitasinya sudah melebihi dari nilai optimal (E=0,5) atau populasi ikan bawal putih dalam keadaan lebih tangkap (over exploited). Untuk itu diperlukan kebijakan pengelolaan secara hati-hati dengan mempertimbangkan aspek biologi dan aspek penangkapan yang sedang berjalan.White pomfret (Pampus argenteus) is one of the economically important fish and includes leading commodity in Tarakan waters. Information of fishing biology of those species were still limited. This study aims to determine the population parameters including growth, age, mortality and exploitation rate of white pomfret. Monthly length frequency data have been collected by enumerator from February to November 2013. Fish lengthfrequency distribution was separated into a normal distribution using the Bhattacharya method with software of FiSAT (FAO-ICLARMStock Assessment Tools). Estimation of population parameters were use analytical model application with ELEFAN-1 (Electronic Length Frequency Analysis) program. The results showed that lengths distribution of white pomfret ranged beetwen 9.0 cm -35.0 cmFL. Length-weight relationship was negatively allometric. Estimating the average length at first captured (Lc) was equal with average length at first maturity (Lm) with growth equation of Lt = 37.28 (1 - e-0, 52 (t +0.07)). Natural mortality (M) was 1.11/year, fishing mortality (F) was 1.65/yearand total mortality (Z) was 1.65/ year. The exploitation rate (E) was 0.60. It is mean that more higher than optimal exploitation so that the white pomfret fish population in a state of over fished. It is necessary to better policy in the management of white pomfret through precaution approach and describing of biologycal and fishing aspect in Tarakan, Kalimantan Timur.
PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWATIMUR Erfind Nurdin
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 2, No 4 (2009): (April 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.112 KB) | DOI: 10.15578/bawal.2.4.2009.177-183

Abstract

Tulisan ini membahas tentang perikanan tuna skala kecil. Penelitian telah dilakukan di salah satu pusat pendaratan tuna di selatan Jawa, yaitu Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi, Trenggalek - Jawa Timur. Alat tangkap utama yang digunakan oleh nelayan Prigi untuk menangkap ikan tunacakalang adalah, jaring insang hanyut (drift gill net), pancing ulur (hand line), dan tonda (troll lines). Kegiatan penangkapan ikan dilakukan di perairan selatan Jawa dengan menggunakan rumpon. Musim ikan terjadi pada bulan Agustus-Desember dengan puncak musim pada bulan Oktober. Sebaran panjang cagak (fork length) dominan untuk beberapa jenis sebagai berikut yellowfin berkisar 46-50 cm (40,0%) dan bigeye berkisar 46-50 cm (76,0%). Hubungan panjang bobot menunjukkan pertambahan panjang lebih cepat dari bobot (Alometrik negatif).
KARAKTERISTIK DAN POTENSI KONFLIK DALAM AKTIVITAS PERIKANAN TANGKAP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN Andi Indra Jaya Asaad
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1237.255 KB) | DOI: 10.15578/bawal.1.2.2006.61-64

Abstract

Daerah aliran sungai Musi merupakan salah satu sungai besar dan mempunyai perairan penting dalam aspek ekologi dan ekonomi. Berbagai kepentingan dan peran dari beragam pengguna (slakeholders) dalam pemanfaatan daerah aliran Sungai Musi dapat menjadi potensi timbul konflik antar pengguna baik itu lintas sektor maupun dalam suatu sektor sendiri salah satu pengguna yang dominan adalah sektor perikanan khusus perikanan tangkap. Beragam alat tangkap dan pengoperasian terdapat hampir di seluruh badan air khusus di daerah rawa banjiran dapat menyebabkan konflik antar nelayan tangkap sendiri. pengetahuanterhadap karakteristik dan potensi konflik merupakan hal penting dalam pengelolaan perikanan tangkap di perairan umum.

Page 6 of 35 | Total Record : 348


Filter by Year

2006 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 15, No 2 (2023): (AGUSTUS) 2023 Vol 15, No 1 (2023): (APRIL) 2023 Vol 14, No 3 (2022): (DESEMBER) 2022 Vol 14, No 2 (2022): (Agustus) 2022 Vol 14, No 1 (2022): (APRIL) 2022 Vol 13, No 3 (2021): (DESEMBER) 2021 Vol 13, No 2 (2021): (AGUSTUS) 2021 Vol 13, No 1 (2021): (April) 2021 Vol 12, No 3 (2020): (Desember) 2020 Vol 12, No 2 (2020): (AGUSTUS) 2020 Vol 12, No 1 (2020): (April) 2020 Vol 11, No 3 (2019): (Desember) 2019 Vol 11, No 2 (2019): (Agustus) 2019 Vol 11, No 1 (2019): (April) 2019 Vol 10, No 3 (2018): (Desember) 2018 Vol 10, No 2 (2018): (Agustus) 2018 Vol 10, No 1 (2018): April (2018) Vol 9, No 3 (2017): (Desember) 2017 Vol 9, No 2 (2017): (Agustus 2017) Vol 9, No 1 (2017): (April, 2017) Vol 8, No 3 (2016): (Desember, 2016) Vol 8, No 2 (2016): (Agustus 2016) Vol 8, No 1 (2016): (April 2016) Vol 7, No 3 (2015): (Desember 2015) Vol 7, No 2 (2015): (Agustus 2015) Vol 7, No 1 (2015): (April 2015) Vol 6, No 3 (2014): (Desember 2014) Vol 6, No 2 (2014): (Agustus 2014) Vol 6, No 1 (2014): (April 2014) Vol 5, No 3 (2013): (Desember 2013) Vol 5, No 2 (2013): (Agustus 2013) Vol 5, No 1 (2013): (April 2013) Vol 4, No 3 (2012): (Desember 2012) Vol 4, No 2 (2012): (Agustus 2012) Vol 4, No 1 (2012): (April 2012) Vol 3, No 6 (2011): (Desember 2011) Vol 3, No 5 (2011): (Agustus 2011) Vol 3, No 4 (2011): (April 2011) Vol 3, No 3 (2010): (Desember 2010) Vol 3, No 2 (2010): (Agustus 2010) Vol 3, No 1 (2010): (April 2010) Vol 2, No 6 (2009): (Desember 2009) Vol 2, No 5 (2009): (Agustus 2009) Vol 2, No 4 (2009): (April 2009) Vol 2, No 3 (2008): (Desember 2008) Vol 2, No 2 (2008): (Agustus 2008) Vol 2, No 1 (2008): (April 2008) Vol 1, No 6 (2007): (Desember 2007) Vol 1, No 5 (2007): (Agustus 2007) Vol 1, No 4 (2007): (April 2007) Vol 1, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 1, No 1 (2006): (April 2006) More Issue