cover
Contact Name
I Gusti Putu Ngurah Adi Santika
Contact Email
ngurahadisantika@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jpkrmahadewa@gmail.com
Editorial Address
Universitas PGRI Mahadewa Indonesia Jln. Seroja, Tonja, Denpasar, (0361)431434 E-Mail : jpkrmahadewa@gmail.com
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi
ISSN : 23379561     EISSN : 25801430     DOI : -
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi adalah jurnal pendidikan dan kesehatan yang dikelola oleh Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas PGRI Mahadewa Indonesia. Jurnal ini terbit dua kali dalam setahun, yaitu bulan Januari dan Juni. Memuat tulisan berbahasa Indonesia maupun Inggris yang berasal dari hasil penelitian, kajian teoretis dan aplikasi teori dengan kajian masalah pendidikan olah raga dan kesehatan. Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi telah melaksanakan (MOU) dengan Asosiasi Prodi Olahraga Perguruan Tinggi PGRI (APOPI).
Articles 363 Documents
PENGARUH PEMBERIAN MASASE PARTIAL SEBAGAI TAMBAHAN PEMANASAN TERHADAP KEKUATAN OTOT LENGAN Widhiyanti, KA. Tri; Ariawati, N.W.; Rusitayanti, N.W. Ary
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Vol 4 No 2 (2018): Juni 2018
Publisher : Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (86.64 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pemberian masase partial sebagai tambahan pemanasan terhadap kekuatan otot lengan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan desain posttest-only control-group design. Subjek sampel yang digunakan adalah Tim Bola Voli Putra IKIP PGRI BALI yang terdiri dari 15 orang kelompok kontrol dan 15 orang kelompok eksperimen. Lokasi penelitian dilaksanakan di Lapangan Lumintang Denpasar. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai untuk kelompok kontrol (M) 213,45 (S12) 177,42, (S) 13,32 dan kelompok eksperimen (M) 234,64, (S22) 239,01, (S) 15,46. Untuk menguji hipotesis digunakan rumus uji beda dua rata-rata (uji-t independent) yang didapatkan nilai t = 2,656, t kritis untuk derajat kebebasan n1+ n2– 2 = 28 dan α = 0,05 adalah 2,131. Oleh karena t hitung lebih besar dari t kritis (2,662 > 2,131), H0ditolak dan H1diterima. Jadi  disimpulkan bahwa ada perbedaan kekuatan antara kelompok kontrol yang diberi stretching dengan kelompok eksperimen yang diberi masasepartial. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah bahwa terdapat pengaruh dari pemberian masase lokal sebagai tambahan pemanasan yang dapat meningkatkan kekuatan otot lengan.
UPAYA MAKSIMAL MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN MELALUI PENERAPAN MODEL PERIKSA SENDIRI SISWA KELAS IV A SEMESTER I SD NEGERI 1 UBUNG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Murningsih, Anak Agung Raka
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Vol 3 No 1 (2017): Januari 2017
Publisher : Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (356.878 KB)

Abstract

Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan siswa Kelas IV A semester I SD Negeri 1 Ubung tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model periksa sendiri. Peningkatan prestasi belajar tersebut datanya diperoleh lewat pemberian tes, setelah data diperoleh, selanjutnya dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Kegiatan penelitian ini menghasilkan suatu peningkatan yang diharapkan yaitu meningkatnya perolehan data awal yang baru mencapai 71,72 dengan ketuntasan belajar 47,22% pada siklus I naik menjadi 74,94 dengan ketuntasan belajar 75%. Kemudian pada siklus II meningkat menjadi 80,83 dengan ketuntasan belajar100%. Hasil tersebut membuktikan keberhasilan penelitian ini sehingga peneliti berkesimpulan bahwa upaya maksimal penerapan model periksa sendiri dapat meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan siswa Kelas IV A semester I SD Negeri 1 Ubung tahun pelajaran 2016/2017.
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN SENAM LANTAI SISWA KELAS VIII J SMP NEGERI 4 ABIANSEMAL TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Sujana, I Made
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Vol 2 No 1 (2016): Juni 2016
Publisher : Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (133.045 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar guling depan dan guling belakang senam lantai melalui implementasi model pembelajaran kontekstual pada siswa kelas VIII J SMP Negeri 4 Abiansemal tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang melibatkan subyek sebanyak 36 orang siswa kelas VIII J semester satu SMP Negeri 4 Abiansemal tahun pelajaran 2013/2014 dengan guru sebagai peneliti. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi dan refleksi.Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII J SMP Negeri 4 Abiansemal yang berjumlah 36 siswa. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode observasidan tes. Hasil data yang terkumpul dan dianalisis dan dijabarkan secara deskriptif. Berdasarkan analisis data hasil penelitian aktivitas belajar senam lantai mengalami peningkatan sebesar 39 % dari data awalmenjadi menjadi 64 % pada siklus I dan meningkat 28% dari 64% siklus I menjadi 92% siklus II. Hal ini berdampak pada Ketuntasan hasil belajar senam lantai meningkat sebesar 33% dari 25% data awal menjadi 58% pada siklus I, dan meningkat 36% dari 58% siklus I menjadi 94% siklus II. Dengan kata lain telah terjadi Peningkatan yang signifikan terhadap aktivitas belajar dan hasil belajar siswa melalui penggunaan model pembelajaran Kontekstual. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar senam lantai meningkat melalui implementasi model pembelajaran kontekstual pada siswa kelas VIII J SMP Negeri 4 Abiansemal tahun pelajaran 2013/2014.
IDENTIFIKASI KETERAMPILAN PUKULAN OLAHRAGA WOODBALL Dewi, Putu Citra Permana
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Vol 1 No 2 (2015): Desember 2015
Publisher : Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (447.198 KB)

Abstract

Cabang olahraga yang ada dan diakui di dunia telah banyak mengalami peningkatan baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Dilihat dari segi kuantitasnya, dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir terdapat cabang olahraga baru yang mulai diperkenalkan bahkan sudah dipertandingkan pada event olahraga tingkat daerah dan nasional pada masing-masing Negara, bahkan tingkat internasional. Woodball merupakan cabang olahraga hasil modifikasi dari cabang olahraga golf. Teknik yang dipergunakan dalam olahraga woodball hampir sama dengan teknik yang dipergunakan pada permaianan golf. Dari pemaparan di atas, penulis tertarik untuk mengidentifikasi keterampilan pukulan apa saja yang harus dimiliki oleh pemain woodball, sehingga pemain woodball dapat mengontrol pukulannya dan meningkatkan ketepatan pukulannya. Keterampilan pukulan jarak jauh yaitu memukul bola hingga bola berada pada 65 meter atau lebih dari starting area. Pertimbangan ukuran pukulan jarak jauh karena panjang maksimal fairway 130 meter maka diharapkan saat pukulan pertama dapat mencapai setengah dari jarak fairway, sehingga dapat melakukan pukulan hingga gating dengan jumlah pukulan sedikit mungkin. Keterampilan pukulan jarak menengah yaitu memukul bola hingga bola berada pada jarak 30 meter atau lebih dari starting area. Keterampilan pukulan jarak pendek yaitu memukul bola hingga bola berada pada jarak 5 meter dari area start (starting area) atau kurang dari 5 meter. Keterampilan pukulan parking dan gating ditentukan dengan kemampuan pemain dalam menempatkan bola pada jarak dan sudut yang tepat sehingga dapat melakukan gating pada pukulan selanjutnya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, selain memiliki kemmapuan fisik dengan teknik dasar yang baik dan benar, pemain woodball juga harus memiliki beberapa keterampilan untuk dapat berprestasi. Untuk dapat menghasilkan pemain woodball yang berprestasi, perlu diadakan pelatihan yang sesuai dengan karakteristik permainan woodball.
ANALISIS KINESIOLOGI TEKNIK CABANG OLAHRAGA PANAHAN Vanagosi, Kadek Dian
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Vol 1 No 1 (2015): Juni 2015
Publisher : Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.461 KB)

Abstract

  Panahan merupakan salah satu cabang olahraga permainan target dengan tujuan akhir adalah menembakkan anak panah tepat pada target face (sasaran). Dilihat dari karakteristiknya olahraga panahan adalah melepaskan panah melalui lintasan tertentu menuju sasaran pada jarak tertentu. Apabila dibandingkan dengan olahraga yang memerlukan gerak yang statis atau suatu keterampilan tertutup lainnya seperti cabang olahraga menembak, maka perbedaan olahraga panahan dengan olahraga menembak terletak pada jenis kekuatan tarikannya. Upaya dalam penguasaan teknik memanah yang tepat dan benar tidak lepas dari memahami mekanika gerak dalam panahan. Adapun maksudnya adalah suatu sikap memanah (shooting form) yang ditinjau dari mekanika gerak dengan tidak menyalahi hukum-hukum mekanika gerak yang berlaku. Oleh sebab itu, perlu dilakukan analisis secara kinesiologi terhadap gerak pada teknik cabang olahraga panahan. Analisis kinesiologi merupakan analisis suatu gerak secara mekanika. Analisis secara kinesiologi yang dilakukan berdasarkan tulang, otot, ligamen, dan persendian yang terlibat saat melakukan suatu gerakan. Teknik cabang olahraga panahan yang dianalisis secara kinesiologi berupa analisis otot-otot dan persendian yang terlibat saat melakukan tiap teknik dalam panahan. Dalam cabang olahraga panahan komponen tubuh yang dominan digunakan adalah bagian muscle of vertebra, upper ekstrimitas, core muscle, lower ekstrimitas, dan persendian yang berhubungan dengan kelompok otot tersebut.
PELATIHAN PERMAINAN GAME TIPE A LEBIH MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEBUGARAN FISIK DIBANDINGKAN PERMAINAN GAME TIPE B PEMAIN FUTSAL IKIP PGRI BALI Indrawathi, Ni Luh Putu
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Vol 2 No 2 (2016): Agustus 2016
Publisher : Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.57 KB)

Abstract

Kebugaran fisik akan mengalami penurunan disebabkan oleh latihan fisik tidak teratur. Ketidak teraturan dalam melakukan pelatihan sering disebabkan oleh motivasi yang kurang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kebugaran fisik dan motivasi pada pelatihan permainan game tipe A dan permainan game tipe B, serta untuk mengetahui tipe pelatihan game yang menghasilkan kebugaran fisik dan motivasi yang lebih baik dari kedua tipe pelatihan game yang diterapkan pada pemain futsal IKIP PGRI Bali. Telah dilakukan penelitian experimental Pre-Posttest Control Group Design pada 26 orang mahasiswa yang berumur 20 – 29 tahun. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok dengan menggunakan teknik alokasi acak sederhana. Kelompok I diberikan pelatihan game tipe A dan kelompok II diberikan pelatihan game tipe B. Pelatihan diberikan 4 kali seminggu selama 6 minggu. Kebugaran fisik dan motivasi diukur sebelum dan sesudah pelatihan. Perbedaan rerata kebugaran fisik dan motivasi tiap-tiap kelompok sebelum dan sesudah perlakuan dengan tingkat kebugaran fisik dan motivasi tiap-tiap kelompok sebelum dan sesudah perlakuan diuji dengan uji Wilcoxon dan uji Mann Whitney dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan kebugaran fisik dan motivasi pada kelompok I dan kelompok II. Hasil uji beda kebugaran fisik pada kelompok I data awal 3,0415 ± 0,1607 m/detik meningkat menjadi 3,5262 ± 0,1696 m/detik dan pada kelompok II data awal 2,7000 ± 0,1010 m/detik meningkat menjadi 3,0623 ± 0,3203 m/detik (p<0,05). Pada kelompok I rerata motivasi 97,61± 0,65 meningkat menjadi 99,61 ± 0,50 dan pada kelompok II rerata motivasi 94,46 ± 1,33 meningkat menjadi 98,15 ± 0,89 (p<0,05). Uji satatistik meningkatkan kelompok I dengan pelatihan game tipe A lebih meningkatkan motivasi dan kebugaran fisik (p<0,05). Peningkatan motivasi dan kebugaran fisik pada game tipe A disebabkan adanya pelatihan menendang bola, menyundul bola, dan mengontrol bola yang memberi efek gerakan yang dinamis dan menyenangkan serta menimbulkan efek terhadap komponen biomotorik yang lebih baik dibandingkan pelatihan game tipe B. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pelatihan permainan game tipe A lebih meningkatkan kebugaran fisik dan motivasi dibandingkan dengan pelatihan game tipe B.
PELATIHAN DRILLS BOX SETINGGI 50 CM 5 REPETISI 5 SET MENINGKATKAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PESERTA PUTRA UKM BOLA VOLI IKIP PGRI BALI Widiantari, Ni Luh Gde; Indrawathi, Ni Luh Putu
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Vol 4 No 2 (2018): Juni 2018
Publisher : Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.806 KB)

Abstract

Pelatihan olahraga merupakan salah satu upaya meningkatkan kondisi kesehatan fisik, disiplin dan sportivitas. Kemampuan yang perlu ditingkatkan dalam olahraga salah satunya adalah daya ledak otot tungkai. Peningkatan daya ledak otot tungkai dapat terjadi dengan melakukan pelatihan drills box. Drills box adalah pelatihan yang dilakukan dengan cara meloncat ke atas box berulang kali, dalam penelitian ini dipakai 3 box. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelatihan drills box dapat meningkatkan daya ledak otot tungkai peserta putra UKM bola voli IKIP PGRI Bali. Penelitian ini menggunakan rancangan experimental randomized pre-test and post-test groups design. Populasi diambil dari keseluruhan peserta putra UKM bola voli IKIP PGRI Bali yang berjumlah 42 orang siswa yang dibagi menjadi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hasil penelitian didapatkan rata-rata tes awal daya ledak otot tungkai pada kelompok perlakuan yaitu, 35,353 dan rata-rata tes akhir yaitu 40,040. Sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata tes awal yaitu 31,180 dan rata-rata tes akhir yaitu 34,287. Bersadarkan uji t-test independent didapat bahwa beda rerata hasil pre test antara kelompok perlakuan dengan kelompok control sebesar 4,173 dengan hasil p lebih kecil dari 0,05 (p < 0.05) yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna dari hasil pre test antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol, sedangkan beda rerata hasil post test antara pelatihan drills box pada kelompok perlakuan dengan pelatihan meloncati rintangan pada kelompok control sebesar 5,753 dengan hasil p lebih kecil dari 0,05 (p < 0.05) yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna dari hasil post test antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Berdasarkan penelitian diatas disarankan agar pelatihan drills box dan meloncati rintangan sebagai salah satu pelatihan untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai.
PELATIHAN LOMPAT GAWANG 40 CM 6 REPETISI 5 SET MENINGKATKAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI SISWA PUTRA KELAS VII SMP PGRI 1 DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Kopong, Daton; Adnyana, I Wayan; Indrawathi, Ni Luh Putu
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Vol 3 No 1 (2017): Januari 2017
Publisher : Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.368 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui lompat gawang 40 cm 6 repetisi 5 set tidak atau dapat meningkatkan daya ledak otot tungkai siswa putra kelas VII SMP PGRI 1 Denpasar Tahun Pelajaran 2015/2016. Hasil penelitian ini nantinya akan dipakai sebagai pedoman untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai siswa di SMP PGRI 1 Denpasar. Populasi penelitian ini adalah siswa putra kelas VII SMP PGRI 1 Denpasar Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 213 orang. Teknik pengambilan sempel yaitu dengan acak sederhan (simple random) dan dihitung menggunakan rumus pocock. Dari perhitungan tersebut didapat sempel sebanyak 20 orang dan di bagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok I sebanyak 10 orang yang di beri pelatihan lompat gawang 40 cm 5 repetisi 3 set dan kelompok II sebanyak 10 orang di beri pelatihan lompat gawang 40 cm 6 repetisi 5 set. Data diperoleh dengan melaksanakan tes awal, dan tes akhir dengan menggunakan alat ukur yang bernama jump meter digital (jump MD) dengan satuan centimeter (cm). data yang telahterkumpul akan dianalisa dengan metode analisis statistik dengan rumus t-tes. Berdasarkan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 9 , didapat angka batas penolakan Ha dalam tabel sebesar 2,262 sedangkan nilai t-tes yang diperoleh kelompok I (kontrol) sebesar 1,351. Pada kelompok II (perlakuan) terdapat penolakan Ho dengan nilai t-test yang diperoleh -23,252. sedangkan nilai yang ada di t-tabel sebesar 2,262. Hal ini berarti nilai t-tes Ha diterima. Berdasarkan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 18, diapatkan angka penolakan Hipotesis nol dalam t-tabel sebesar 2,101. Jadi kesimpulan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kelompok I (kontrol) dan kelompok II (perlakuan) mempunyai perbedaan pengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai siswa putra kelas VII SMP PGRI 1 Denpasar tahun pelajaran 2015/2016.
PENGARUH PELATIHAN PLYOMETRIC DEPTH JUMP 10 REPETISI 3 SET TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI Kresnayadi, I Putu Eri; Dewi, I.A.Kd.Arisanthi
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Vol 3 No 2 (2017): Juni 2017
Publisher : Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.1 KB)

Abstract

Penelitian ini menggunakan rancangan experimental randomized pre-test and post-test groups design. Populasi diambil dari siswa peserta ekstrakurikuler bolabasket SMP Negeri 2 Denpasar tahun pelajaran 2016/2017. Sampel berjumlah 32 orang di dapat dengan rumus pocok. Jumlah sampel di bagi menjadi dua kelompok yang masing – masing kelompok terdiri dari 16 orang. Pelatihan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pelatihan plyometric depth jump 10 repetisi 3 set, frekuensi pelatihan 4 kali seminggu selama 6 minggu. Data berupa hasil meningkatkan daya ledak otot tungkai yang diambil sebelum dan sesudah pelatihan. Data yang diperoleh di uji menggunakan program komputer SPSS 16. Data berdistribusi normal dan homogen sehingga selanjutnya di uji menggunakan uji t-paired untuk membandingkan nilai rata – rata sebelum dan sesudah pelatihan antara masing -masing kelompok, sedangkan ujit-test independent untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata antara kedua kelompok. Hasil uji t-paired kelompok kontrol dan kelompok perlakuan terjadi peningkatan yang bermakna (p<0.05). Hasil uji t-test independent di dapat bahwa kedua kelompok sebelum pelatihan tidak berbeda bermakna (p>0,05), sedangkan setelah pelatihan kedua kelompok sampel (perlakuan dan kontrol) menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05). Akan tetapi kelompok perlakuan lebih memiliki rerata lebih besar dari pada kelompok kontrol. Simpulannya bahwa pelatihan plyometric depth jump 10 repetisi 3 set dapat meningkatkan daya ledak otot tungkai dan menyatakan hipotesis alternative diterima. Untuk hasil post test kedua kelompok, ada perbedaan yang signifikan dan hipotesis alternatif diterima. Dari hasil rerata dan persentase bahwa kelompok pelatihan plyometric depth jump 10 repetisi 3 set lebih baik dari pada kelompok kontrol dalam meningkatkan daya ledak otot tungkai siswa peserta ekstrakulikuler bolabasket SMP Negeri 2 Denpasar tahun pelajaran 2016/2017.
PENYALAHGUNAAN ZAT TERLARANG (DOPING DAN NAPZA) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN STAMINA DALAM OLAHRAGA Dewi, Ida Ayu Kade Arisanthi
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Vol 1 No 1 (2015): Juni 2015
Publisher : Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.005 KB)

Abstract

Banyak cara orang untuk meraih sesuatu terutama prestasi dengan segala cara dan salah satunya adalah doping dan Napza. 1). Menurut Perspektif umum, doping dalam Bahasa Inggris berarti zat campuran opium dan narkotika untuk perangsang. Kata doping pertama kali dipakai di Inggris pada tahun 1869 untuk balapan kuda, dimana kuda didoping agar menjadi juara. Nilai sportifitas dalam beberapa cabang olahraga sering ternoda oleh pemakaian obat doping yang dikonsumsi atletnya. Salah satu jenis doping yang paling sering digunakkan para atlet adalah obat-obatan anabolik, termasuk hormon androgenik steroid ( androstenedione, nandrolone dan stanozolol. THG (tetrahydrogestrinone) adalah steroid tiruan yang didesain secara spesifik untuk membantu atlet. Ditemukan di laboratorium Los Angeles setelah mendapat petunjuk dari seorang pria yang menyatakan sebagai pelatih atletik terkenal. Steroid anabolik adalah steroid yang merangsang sel otot dan tulang untuk membuat protein baru, meniru pengaruh dari hormon seks laki-laki testosterone. 2).Menurut Perspektif Hukum, penyebutan kata doping” dapat dilihat dalam UU. No.3 tahun 2005 tentang sistem Keolahrgaan Nasional. dalam pasal 1 angka 22 disebutkan :“doping adalah penggunaan zat dan metode terlarang untuk meningkatkan prestasi olahraga. Jenis obat kategori doping tidak sengaja dikonsumsi antara lain; stimulan, obat penenang, obat anti mual, Beta Blockers, obat penghilang rasa sakit, diuretik. Jenis obat kategori doping sengaja dikonsumsi adalah narkotika. Narkotika atau Napza adalah zat /bahan yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan saraf pusat/otak sehingga bilamana disalahguunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa, dan fungsi social. Penggolongan Napza menurut WHO, 1973 antara lain; alcohol-barbiturate, amphetamine, cannabis, cocaine, hallucinogen, opiate (morphine), khat, volatile solvents (inhalant). Snyder, 1983 : Opiate, neuroleptic, stimulants, anti-anxiety, anti-depressant, psychedelic, sedative-hypnotic. Lainnya: uppers, downers & hallucinogens. Akibat yang ditimbulkan dari pemakaian Napza dan Narkotika antara lain;mudah tersinggung , kadang agresif, pemarah, membolos sekolah, siang tidur- malam bergadang, kemampuan / prestasi belajar turun. Beberapa kasus : gangguan jiwa, paranoid, pernah juga percobaan bunuh diri.

Page 2 of 37 | Total Record : 363