cover
Contact Name
Agus Putra AS
Contact Email
agusputra@unsam.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
agusputra@unsam.ac.id
Editorial Address
Jln. Unsam Meurandeh. Kecamatan Langsa Lama, Kota Langsa. Aceh, 24416
Location
Kota langsa,
Aceh
INDONESIA
Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika
Published by Universitas Samudra
ISSN : 26215314     EISSN : 26146738     DOI : https://doi.org/10.33059/jisa
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika adalah terbitan ilmiah berkala, yang terbit dua kali setahun yakni edisi Januari-Juni dan Juli-Desember, Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika dikelola oleh Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Samudra. Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika mengangkat tema-tema yang meliputi akuakultur, manajemen sumberdaya perairan, pemanfaatan sumberdaya perikanan, teknologi hasil perikanan, manajemen sumber daya laut dan pantai, sosial ekonomi perikanan, ilmu kelautan, serta ilmu-ilmu perairan dan perikanan lainnya. Adapun reviewer pada Jurnal Samudra Akuatika merupakan ahli dan pakar dibidang Perikanan dan Kelautan dari beberapa Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian terkemuka yang ada di Indonesia.
Articles 77 Documents
Ecobiology, Habitat and Curtural Potential of Betok Fish (Anabas testudineus BLOCH) in Indonesia: Mini Review Helmy Akbar
Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.97 KB)

Abstract

Ikan Betok (Anabas testudineus) merupakan jenis ikan air tawar yang hidup diperairan tropis di wilayah asia dan timur jauh. Penggunaan nama Climbing Perch mengacu pada penamaan yang menyebar luas yang dipercayai bahwa ikan ini sanggup memanjat pohon walaupun kenyataannya terdapat kesalahan observasi. Riset mengenai ikan ini telah banyak dilakukan di Indonesia. Diantaranya mengenai aspek iktiologi dan ekobiologi, lalu riset aspek domestikasi (uji coba budidaya) diantaranya. Hal lain yang dikaji adalah mengenai kondisi habitat ikan betok dan makanan alami yang pada ekosisistem rawa banjiran. Telaahan mengenai prevalensi parasit pada ikan juga pernah dilakukan. Berdasarkan hasil kajian yang telah ada Ikan Betok memiliki potensi untuk dibudidayakan. Disamping karena faktor cita rasa yang enak. Harga ikan ini yang terpantau pada pasar lokal cukup tinggi. Telaahan mengenai aspek budidaya ikan betok ke depan dapat terus dilakukan hingga level budidaya ikan yang sempurna mulai proses pembibitan hingga pembesaran.
Mangrove Molluscs as an Alternative Sovereign Food Source Antoni Harahap; Suri Purnama Febri
Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (337.517 KB) | DOI: 10.33059/jisa.v1i1.363

Abstract

Kedaulatan pangan adalah hak dimana masyarakat memiliki akses terhadap makanan yang sehat dan dianggap layak sesuai dengan budaya di tempat mereka tinggal. Kedaulatan pangan merupakan konsep yang meletakkan petani (produsen), distributor dan konsumen sebagai aktor yang menentukan proses produksi pangan secara keseluruhan. Kedaulatan pangan juga lebih mengedepankan kepentingan generasi yang akan dibandingkan kepentingan pasar atau korporasi. Dalam rangka mencapai status kedaulatan pangan, Indonesia sebagai negara archipelago harus mencari alternatif sumber pangan yang berasal dari ekosistem akustik daripada hanya bergantung pada sumber makanan di daratan. Oleh karena itu, tujuan artikel ilmiah ini adalah; (1) mencari alternatif sumber pangan yang berasal dari daerah perairan, (2) meningkatkan kesadaran masyarakat akan perlunya alternatif sumber pangan, (3) memperkenalkan moluska bakau atau mangrove sebagai sumber pangan yang memiliki gizi tinggi. Moluska bakau dapat dijadikan solusi dalam menangani isu kedaulatan pangan di Indonesia. Salah satu contoh dari moluska bakau yang menunjukkan kandungan nutrisi tinggi adalah Telescopium telescopium atau lebih dikenal sebagai Horn snail. Kandungan proteinnya mencapai 16,8 gram 8,5 gram karbaohidrat, 1,2 gram lemak dan 802 mg kalsium. Oleh karena itu, konsumsi moluska bakau sebagai alternatif pangan sangatlah baik sebagai pemenuhan kebutuhan gizi.
Condition of Mangrove Forest Vegetation Kuala Langsa, Langsa City, Aceh Suri Purnama Febri; Andika Putriningtias; Teuku Muhammad Faisal
Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (407.922 KB)

Abstract

Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi sampai ke Papua (Spalding et al., 2010). Mangrove adalah tumbuhan berkayu yang hidup diantara daratan dan lautan daerah pasang surut, kondisi tanah berlumpur dan salinitas tinggi di daerah tropis dan subtropis (Duke et al., 2007). Ekosistem Mangrove merupakan suatu ekosistem khas pada daerah pantai yang memiliki produktivitas tinggi dan berperan sebagai fungsi fisik, ekologis dan ekonomis. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui kondisi vegetasi hutan mangrove di Kuala Langsa, Kota Langsa. Metode pengambian sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara Purposive Sampling. Pengamatan terdiri atas 3 stasiun, pada tiap stasiun ditentukan 3 transek/plot. Transek dimulai dari arah laut menuju ke daratan dan tegak lurus garis pantai. Pengukuran dilakukan terhadap pohon (20mx20m), pancang (5m x5m), dan semai (2m x2m) yang meliputi inventarisasi jenis, jumlah individu, diameter dan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vegetasi di hutan mangrove Kuala Langsa didominasi jenis R.apiculata, baik pada tingkat semai, pancang dan pohon. Selanjutnya pada kawasan hutan magrove Kuala Langsa diperoleh 5 jenis mangrove sejati dan 2 jenis komponen mangrove ikutan.
Analysis of Business Profitability and Added Value of Terasi Products in Langsa Barat District, Langsa City Fiddini Alham; Siti Balqies Indra; Nora Saputri
Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (629.972 KB)

Abstract

Permasalahan hasil tangkapan udang rebon oleh nelayan yang melimpah di Kecamatan Langsa Barat, dengan sifat produk mudah rusak dan bernilai rendah, maka butuh pengolahan udang rebon tersebut menjadi produk unggulan dan sebagai usaha sampingan, sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan. Oleh sebab itu tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis profitabilitas dan besarnya nilai tambah dari udang rebon pada usaha pembuatan terasi di Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa. Penelitian ini menggunakan metode survey dan pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling). Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 30 pelaku usaha pengolahan udang rebon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk mencapai keadaan impas, usaha terasi di kecamatan Langsa Barat harus berproduksi minimal 1.972,03 Kg dengan total penerimaan Rp. 78.916.663,54 per tahun. Dari perhitungan MIR disimpulkan bahwa usaha terasi di Kecamatan Langsa Barat dapat memberikan 37 persen dari hasil penjualannya untuk menutupi biaya tetap usaha dan mendapatkan keuntungan. MOS adalah penurunan jumlah produksi yang dapat ditoleransi oleh usaha diatas titik impas. Dari perhitungan MOS menunjukkan bahwa usaha memiliki tingkat keamanan yang sedang yaitu 36 persen, yang menunjukkan batas penurunan tingkat penjualan agar usaha tidak mengalami kerugian. Sedangkan dari perhitungan profitablitas didapat sebesar 13 persen, ini menunjukkan keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan adalah sebesar 13 persen. Sedangkan nilai tambah yang terdapat dari setiap satu kilogram udang rebon adalah Rp 7.937,97 atau sebesar 39,65 persen dari nilai produksi terasi. Dari nilai tambah tersebut dapat diketahui besarnya distribusi nilai tambah untuk setiap pemilik faktor produksi dalam pengolahan produk terasi. Balas jasa atau imbalan untuk pemilik faktor produksi yaitu sebesar Rp 7.937,97 per Kg dengan distribusi margin untuk pemilik usaha sebesar 42,45 persen, untuk tenaga kerja sebesar 18,90 persen dan untuk sumbangan input lainnya sebesar 54,74 persen. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa tingkat keuntungan bagi pemilik usaha adalah sebesar 69,19 persen dari nilai produksi, artinya setiap 100 unit nilai produksi yang akan diproduksi akan diperoleh keuntungan sebesar 69 unit.
Utilization of Pineapple Leaf Extract in Determining the Survival Rate of Chanos chanos Larvae Walidin Walidin; Rindhira Humairani; Teuku Fadlon Haser
Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.548 KB)

Abstract

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas benih ikan adalah baik atau buruknya kualitas telur ikan. Rendahnya tingkat kelangsungan larva setelah menetas salah satunya diakibatkan oleh telur ikan yang terjangkit mikroorganisme seperti jamur dan bakteri. Daun nenas merupakan salah satu komponen yang banyak memiliki kandungan bahan aktif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan apakah telur ikan yang direndam ekstrak daun pepaya memiliki kelangsungan hidup larva yang lebih tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman telur dengan konsentrasi ekstrak daun pepaya pada konsentrasi 20 mg/l dan 30 mg/l memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih baik.
Analysis of Public Awareness in the Kuala Langsa Fisherman's Settlement on the Impact of Domestic Waste Disposal in Coastal and Marine Waters Suri Purnama Febri
Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (35.641 KB)

Abstract

Perairan pesisir pantai dan laut di Indonesia merupakan potensi sumberdaya alam yang perlu di jaga dan dikelola dengan baik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2017, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kesadaran nelayan di pemukiman Kuala Langsa terhadap dampak yang disebabkan oleh pembuangan sampah domestik pada perairan pantai dan laut. metode yang digunakan yaitu metedo deskriptif dengan melakukan wawancara pada rumah tangga nelayan di Kuala Langsa, selanjutnya digunakan dengan analisis studi pustaka terhadap dampak yang ditimbulkan oleh limbah domestic terhadap perairan pantai dan laut. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu tingkat kesadaran masyarakat nelayan pada desa Kuala Langsa masih kurang, mengingat banyaknya yang masih membuat sampah sembarangan dan masyarakat juga menganggap bahwa sampah-sampah tersebut akan dibawa oleh arus ke laut, mereka beranggapan bahwa sampah yang ada dilaut tidak berdampak apapun dikarenakan laut itu luas. Andai saja masyarakat memiliki kesaranan akan arti pentingnya kualitas lingkungan serta dampaknya terhadap kegiatan baik diperairan maupun di daratan pesisir pantai dan lautan memberikan kesan akan tingginya perhatian masyarakat terhadap kelautan baik sebagai sumberdaya alam, maupun sebagai objek kegiatan yang berorientasi pada ekonomi, yang pada akhirnya masyarakat nelayan jugalah yang akan memperoleh untungan.
Utilization of the Potential of Microorganism Biotechnology to Increase Fisheries Productivity Among the Community Muhammad Fauzan Isma
Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (128.403 KB)

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki panjang garis pantai 81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta km2. peningkatan produksi perikanan nasional yang diprogramkan Menteri Kelautan dan Perikanan hingga 350% menuntut semua pihak yang terkait berpikir maksimal guna mengoptimalkan segala potensi. Tingkat keberhasilan dalam budidaya perikanan sangat dipengaruhi oleh kemampuan membentuk ekosistem yang mampu mendukung kehidupan ikan yang dipelihara dan penyediaan pakan berkualitas dengan harga yang cukup terjangkau. Pada ekosistem perairan, khususnya lingkungan budidaya ikan, mikroorganisme memiliki peran sangat kompleks dan vital. Seiring meningkatnya taraf pengetahuan masyarakat dan kesadaran budidaya yang berkelanjutan, pola pikir pembudidaya mulai bergeser ke arah optimalisasi peran mikroorganisme sebagai sahabat, dan bukan semata sebagai jasad penyebab masalah yang harus dimusnahkan dari ekosistem budidaya. Hal ini tentunya dapat tercapai apabila pembudidaya mampu mengelola jasad renik tersebut secara benar. Kemampuan mikroorganisme menghasilkan enzim pencernaan dan mengkonversi limbah pertanian menjadi protein juga sangat potensial untuk dimanfaatkan dalam menyediakan bahan baku pakan alternatif dengan harga yang cukup terjangkau. Pemanfaatan bioteknologi berbasis mikroorganisme secara intensif dalam mengatasi permasalahan limbah budidaya, agen biokontrol, pakan alami, dan agen fermentasi pakan diharapkan mampu mendongkrak produktivitas budidaya perikanan di kalangan masyarakat luas.
Community Structure of Crustacean Macrobenthos in Mangrove Vegetation, Tugurejo Village, Tugu District, Semarang City Andika Putriningtias; Rudhi Pribadi; Retno Hartati
Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.702 KB)

Abstract

Hutan mangrove mempunyai arti yang sangat penting bagi berbagai jenis biota (ikan, cacing, kepiting, udang, siput, kerang, dan biota lainnya) yang hidup di kawasan mangrove maupun di perairan sekitarnya (Hogarth, 2007). Menurut Saenger (2002), secara fisik, mangrove mampu berperan sebagai penahan abrasi, erosi, gelombang, angin kencang bagi wilayah daratan, pengendali intrusi air laut dan pembangun lahan melalui proses sedimentasi. Penelitian yang dilaksanakan pada Bulan Desember 2009 - November 2010 ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas makrobentos Krustasea di vegetasi mangrove KelurahanTugurejo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-eksploratif. Untuk penentuan titik lokasi penelitian menggunakan purpossive sampling dan pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode survei contoh (survey sampling methods). Krustasea yang ditemukan terdiri dari 21 jenis, 8 famili yang masuk kedalam 3 infraordo yaitu terdiri dari 14 jenis Brachyura, 4 jenis Macrura dan 3 jenis Anomura. Kelimpahan Krustasea di lokasi penelitian rata-rata berkisar 227-316 ind./100m² dan yang tertinggi sebesar 316 (ind./100m2) pada stasiun penelitian A (tepi sungai). Nilai Indeks Keanekaragaman (H’) berkisar antara 2,46–3,16 sehingga termasuk dalam kategori sedang kecuali Stasiun D yang termasuk dalam kategori tinggi, sementara nilai Indeks Keseragaman (e) berkisar antara 0,82–0,86 dan masuk kategori tinggi. Indeks Dominansi (C) berkisar antara 0,14–0,23 dan secara umum menunjukkan tidak adanya dominasi jenis. Pola sebaran di lokasi penelitian menunjukkan pola sebaran yang mengelompok/clumped (52,38%), dan sisanya (47,61%) menunjukkan pola sebaran acak/random. Nilai Indeks Kesamaan Komunitas secara umum termasuk kategori rendah (28,57%), sedang (31,5-57,14%) dan kategori tinggi (69,57-88,89%).
Correlation of Aquatic Biological and Physical Parameter Factors to the Growth of Oyster Oysters in the Waters of Langsa City, Aceh Fradira Allaik Purba; Amirul Fikri; Riza Rasuldi; Mutia Ika Wilianti; Suri Purnama Febri
Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.472 KB)

Abstract

Tiram oyster adalah biota laut kelas bivalvia berprotein tinggi yang menjadi salah satu tangkapan atau buruan minoritas nelayan Kuala Langsa, Kota Langsa, khususnya bagi para istri nelayan. Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui faktor hubungan biologis perairan terhadap pertumbuhan tiram oyster pada perairan ujung perling yang tinggi akan kuantitasnya dengan mengukur kepadatan dan jenis fitoplankton yang dominan hidup di periaran tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi dengan jenis metode survei langsung. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan melihat langsung ke lokasi penelitian. Pengukuran kerapatan fitoplankton dilakukan dengan pengambilan contoh air yakni dengan menggunakan Plankton net no. 20 dengan mesh size 76 µm. Hasil dari penelitian ini ditemukan jenis fitoplankton pada ketiga stasiun terdiri dari dua kelas yaitu Bacillariophyceae, Dinophyceae. Sedangkan bagi parameter fisika perairan, diperoleh bahwa secara keseluruhan kondisi perairan (suhu, DO, salinitas, kekeruhan, pH dan kecepatan arus) berada pada kondisi yang optimum bagi pertumbuhan tiram oyster.
Bioeconomic Analysis of Pelagic Fishing Gear Resources in the Meranti Archipelago, Riau Province Muhammad Fauzan Isma
Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (641.13 KB)

Abstract

Berbagai jenis pemanfaatan telah dilakukan dan hasilnya mendatangkan keuntungan dengan nilai ekonomi yang besar. Beberapa negara bahkan sangat diuntungkan oleh sumberdaya perikanan yang mereka miliki, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) memperkirakan 75% dari perikanan laut dunia sudah tereksploitasi penuh, mengalami tangkap lebih (overfishing) atau stok yang tersisa bahkan sudah terkuras hanya 25% dari sumberdaya yang masih berada pada kondisi tangkap kurang (DPK Riau, 2013). Untuk memperoleh keuntungan dengan memperhatikan kelestarian sumberdaya ikan di kabupaten Kepulauan Meranti perlu dilakukan suatu usaha pendekatan yang memperhatikan aspek biologis dan ekonomis, sehingga nelayan dalam melakukan aktifitasnya dapat memperoleh keuntungan secara maksimal tetapi sumberdaya ikan tetap lestari. Untuk itu maka digunakan pendekatan bioekonomi untuk mengestimasi aspek biologi, ekonomi dan sosial dalam melakukan usaha penangkapan ikan. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu kajian pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap dengan pendekatan bioekonomi. Hasil penelitian perikanan tangkap di kabupaten Kepulauan Meranti saat ini menghasilkan produksi (catch) sebesar 509,25 ton/tahun pada saat upaya penangkapan (effort) sebesar 7.773,17 trip/tahun, kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan perikanan tangkap mencapai 98,21 % dari potensi maksimum lestarinya CMSY sebesar 518,52 ton/tahun yang telah melebihi jumlah tangkapan yang diperbolehkan/Total Allowabel Catch (TAC) yaitu 80 %, begitu juga dengan tingkat upaya penangkapan mencapai 90,70 % dari upaya penangkapan lestarinya EMSY sebesar 8.570,62 trip/tahun, maka dapat dinyatakan perikanan tangkap di kabupaten kepulauan meranti telah menuju puncak overfishing dan perlu mendapatkan perhatian yang mutlak terhadap kelestariannya.