cover
Contact Name
Fredi Setiawan
Contact Email
fredi@malahayati.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.analisfarmasi@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota bandar lampung,
Lampung
INDONESIA
Jurnal Analis Farmasi
ISSN : 2503233X     EISSN : 26567598     DOI : -
Core Subject : Health,
Berisikan berbagai kara ilmiah kefarmasian obat dan makanan, mulai terbit tahun 2016, terbit 4 kali setahun.
Arjuna Subject : -
Articles 177 Documents
PENGARUH SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM PEMBUATAN KLEPON UBI JALAR Devy Cendekia; Hertini Rani; Dian Ayu Afifah
Jurnal Analis Farmasi Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.852 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v4i1.1303

Abstract

THE EFFECT OF ANTIOXIDANT COMPOUNDS IN SWEET POTATO KLEPON PRODUCTAntioxidants have recently become a widely promoted compound. Free radicals are molecules produced when the body gets damaged food or exposure to unhealthy environments such as tobacco smoke and radiation. Light-skinned fruits and vegetables with distinctive colors such as purple sweet potato, yellow sweet potato, red tomatoes, purple blueberries, yellow corn and orange carrots, are rich in antioxidants. Sweet potatoes are known to have high antioxidants. In addition, sweet potatoes are divided into three types based on differences in color, namely white sweet potato, yellow sweet potato, and purple sweet potato. In the research carried out the addition of three types of sweet potatoes in making klepon. The addition of sweet potato affects the color of the klepon product. Antioxidant compounds contained in sweet potatoes, become inactive again when processed into klepon products. This can be seen from the percentage inhibition value which is smaller than the value of control inhibition (ascorbic acid). So that antioxidant compounds only give color to the klepon product, while the antioxidant benefits have been reduced because of the processing in processing of the product. Keywords:   potato, compounds, antioxidant Antioksidan belakangan ini menjadi senyawa yang mulai banyak dipromosikan. Radikal bebas adalah molekul yang diproduksi ketika tubuh mendapatkan makanan yang rusak atau paparan lingkungan yang tidak sehat seperti asap tembakau dan radiasi. Buah dan sayuran yang berkulit terang dengan warna khas seperti ubi jalar ungu, ubi jalar kuning, tomat merah, blueberry ungu, jagung kuning dan wortel orange, kaya akan akan kandungan antioksidan. Ubi jalar diketahui memiliki  antioksidan yang tinggi. Selain itu, ubi jalar terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan perbedaan warnanya, yaitu ubi jalar putih, ubi jalar kuning, dan ubi jalar ungu. Pada penelitian dilakukan penambahan tiga jenis ubi jalar pada pembuatan klepon. Penambahan ubi jalar ini mempengaruhi warna pada produk klepon. Senyawa antioksidan yang terkandung dalam ubi jalar, menjadi tidak aktif kembali ketika diolah menjadi produk klepon. Hal ini terlihat dari nilai persen penghambatan yang lebih kecil dari nilai penghambatan kontrol (asam askorbat). Sehingga senyawa antioksidan hanya memberikan warna terhadap produk klepon, sedangkan manfaat antioksidannya sudah berkurang karena proses pengolahan dalam pembuatan produk. Kata Kunci:    Kentang, senyawa, antioksidan
HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 Dewi Yuliasari
Jurnal Analis Farmasi Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (38.584 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v2i2.1170

Abstract

Salah  satu  penyebab  asfiksia  adalah  KPD.  Asfiksia  menempati penyebab kematian  bayi ke 3 di dunia dalam periode awal kehidupan. Di RSUD Abdul Moeloek kejadian KPD pada tahun 2015 sebanyak 23% dari 1495 kelahiran hidup dan Asfiksia sebanyak 55,1%.Diketahui hubungan ketuban pecah dini (KPD) dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir Di RSUD dr. Hi. Abdoel Moeloek Provinsi lampung tahun 2015.Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cohort retrospektif. Dengan sampel penelitian ibu bersalin sebanyak 130 responden, dimana 65 sebagai kasus dan 65 sebagai kontrol.variabel dependen pada penelitian ini adalah asfiksia dan variabel independen KPD. Tempat penelitian di RSUD Dr.H Abdul Moeloek Bandar Lampung Periode Tahun 2015,  waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2016. Pengumpulan data dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis kemudian dianalisa secara univariat dan bivariat (chi square)  yang disajikan dalam bentuk tabel.Hasil  penelitian  yang  dilakukan  diketahui  yang  mengalami asfiksia sebanyak 58 bayi (44,6%) responden. Ketuban Pecah Dini sebanyak 65 ibu  (50,0%)  responden.  1) Prodi Kebidanan Universitas Malahayati Ada  hubungan  Ketuban  Pecah  Dini  dengan  kejadian Asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung periode tahun 2015  (p-value  0.000  yang  berarti  p  <  α    0,05  dan  OR  3,833).Sosialisasi penatalaksanaan ketuban pecah dini kepada fasilitas kesehatan terkait, untuk menghindari keterlambatan dalam penanganan. Perawatan konservatif yang adekuat pada ibu yang sudah mengalami KPD Kata kunci : Asfiksia, KPD
PENETAPAN KADAR NIPAGIN (METHYL PARABEN) PADA SEDIAAN PELEMBAB WAJAH SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DANSPEKTROFOTOMETRI UV Nofita Nofita; Ade Maria Ulfa
Jurnal Analis Farmasi Vol 2, No 3 (2017): Volume 2 Nomor 3
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.269 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v2i3.1158

Abstract

Pelembab wajah merupakan salah satu bentuk perawatan yang biasanya digunakan untuk mencegah kekeringan, melembabkan kulit, menutrisi kulit wajah dan mencegah kerusakan kulit akibat faktor-faktor eksternal. Didalam sediaan kosmetik biasanya ditambahkan pengawet yang dapat memperpanjang masa penyimpanan kosmetik selama mungkin contoh pengawet yang sering digunakan salah satunya nipagin. Penggunaan pengawet nipagin dalam sediaan kosemetik sangat penting untuk mengawetkan dan menahan laju pertumbuhan bakteri dan jamur. Berdasarkan peraturan BPOM RI No. HK.03.1.23.08.11.07517 kadar nipagin yang diperbolehkan yaitu tidak lebih dari 0,4% karena jika melebihi batas kadar yang telah ditetapkan dapat menyebabkan reaksi seperti iritasi dan alergi. Sampel diambil di jalan Kartini Lorong King, Bandar Lampung. Identifikasi sampel dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis dan penetapan kadar dilakukan dengan Spektrofotometri Ultraviolet. KLT merupakan suatu metode yang digunakan untuk identifikasi atau memisahkan suatu senyawa sehingga menjadi senyawa murni sedangkan Spektrofotometri Ultraviolet merupakan pengukuran cahaya oleh suatu sistem pada panjang gelombang tertentu. Dari hasil penelitian pada metode KLT semua sampel menunjukkan hasil positif mengandung nipagin sedangkan pada penentuan panajang gelombang dengan menggunakan Spektrofotometri Ultraviolet didapatkan kadar rata-rata tiap sampel yaitu sampel A 0,04% sampel B 0,02%, sampel C 0,03 % hal ini menujukkan sampel pelembab wajah sesuai  dengan peraturan yang telah ditetapkan BPOM RI No. HK.03.1.23.08.11.07517 tahun 2011 yaitu tidak lebih dari 0,4%. Kata Kunci : Pelembab Wajah, Pengawet, KLT, Spektrofotometri Ultraviolet 
PENGARUH PEMBERIAN SENYAWA SAPONIN DALAM EKSTRAK MENTIMUN (Cucumissativus) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN MENCIT (Mus musculus L) Tusy Triwahyuni; Hetti Rusmini; Romi Yuansah
Jurnal Analis Farmasi Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.837 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v4i1.1308

Abstract

THE EFFECT OF GIVING SAPONIN COMPOUNDS IN CUCUMBER EXTRACTS (Cucumis sativus) ON WEIGHT REDUCTIONBODY OF MENCIT (Mus musculus L) Saponin is a compound which has hidrofobic substance (soluble in fat) and part of sugar chain which has hydrophilic substance (soluble in water). One of plants containing saponins is cucumber. Samponins contained in cucumber work by binding to bile acids and cholesterol, thereby functioning as an anti- obesity and anti adipogenik.This research used True Eksperimental research with pre and post test control group design consisting of control group, treatment groups (-), P1, P2 and P3. Each treatment group was given by saponin compound in cucumbar extract with different dose variant. Subject this research using 25 mice. The data used primary data. This research usedanova-tukey. Body weight of mice in control group with an mean of 29,8 ± 1,304 in treatment group (-) with an mean of 42,00 ± 0,707, in treatment at a dose of 0,2 mg with an mean of 33,60 ± 1,817, in treatment at a dose of 0,4 mg with an mean of 36,00 ± 1,121 and in treatment at a dose of 0,6 mg with an mean 36,00 ±2,121.The results of this study proved that saponin is cucumber extract able to lose weightof mice who are obese and the most significant dose of weight loss in mice is a dose of 0,2 mg and 0,6 mg.Keywords :Weight, Saponins,Cucumber Extract, Mice Saponin adalah senyawa yang bersifat hidrofobik (larut dalam lemak) dan bagian rantai gula yang bersifat hidrofilik (larut dalam air).Salah satu tanaman yang memiliki kandungan senyawa saponin adalah buah mentimun. Senyawa saponin yang terkandung dalam buah mentimun berkerja dengan cara berikatan dengan asam empedu dan kolesterol, sehingga berfungsi sebagai anti obesitas dan anti adipogenik.Penelitian ini merupakan penelitian True Eksperimental dengan desain penelitian Pre and post test control groups yang terdiri dari kelompok kontrol, kelompok perlakuan (-), P1, P2 dan P3. Setiap kelompok perlakuan diberikan senyawa saponin dalam ekstrak mentimun dengan varian dosis yang berbeda-beda.Subjek penelitian ini mengunakan 25 ekor mencit (Mus musculus L).Data yang digunakan adalah data primer.Uji statistik menggunakan uji ANOVA- Tukey.Berat badan mencit pada kelompok kontrol dengan rerata sebesar 29,80 ± 1,304, pada kelompok perlakuan (-) dengan rerata sebesar 42,00 ± 0,707, pada perlakuan dengan dosis 0,2 mg dengan rerata sebesar 33,60± 1,817, pada perlakuan dengan dosis 0,4 dengan rerata sebesar 36,00 ± 1,121 dan pada perlakuan dengan dosis 0,6 mg dengan rerata 36,00 ± 2,121. Hasil penelitian ini terbukti bahwa senyawa saponin dalam ekstrak mentimun mampu menurunkan berat badan pada mencit yang mengalami obesitas dan dosis yang paling signifikan terhadap penurunan berat badan pada mencit adalah dosis 0,2 mg dan 0,6 mg.Kata Kunci: Berat badan, senyawa saponin , ekstrak mentimun, mencit
UJI EFEK STIMULAN INFUSA KAYU SECANG (Sappan lignum) PADA MENCIT JANTAN Isnenia Isnenia
Jurnal Analis Farmasi Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (72.295 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v2i2.1175

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek stimulan dari pemberian infusa kayu secang pada mencit putih jantan serta mengetahui hubungan peningkatan dosis infusa dengan efek stimulan yang ditimbulkan.Penelitian ini bersifat eksperimental dengan menggunakan metode uji ketahanan berenang. Mencit dikelompokkan menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok akuadest, infusa kayu secang 6,5%, 19,5%, 32,5%, 45,5%, dengan masing-masing kelompok terdiri dari 5 mencit.  Satu jam setelah pemberian sediaan uji atau aquadest maka mencit dimasukkan ke dalam bak berenang. Penghitungan durasi ketahanan berenang dimulai sejak sejak fase struggling dimulai hingga fase floating berakhir. Fase struggling dimulai saat mencit dimasukkan ke dalam bak, mencit akan berenang sekuat tenaga dengan posisi kepala dan kedua kaki depan berada di atas permukaan air  hingga tubuh mencit berada di bawah permukaan air serta keempat kaki tidak bergerak lagi (fase floating berakhir) selama 3 detik.Hasil uji posthoc menunjukkan adanya perbedaan bermakna (sig 0,000)antara kelompok akuades dengan  kelompok infusa kayu secang. Antara konsentrasi infusa kayu secang juga menunjukkan perbedaan bermakna, kecuali  pada konsentrasi 6,5% dan 19,5%. Keeratan hubungan antara kedua variabel ini diuji melalui uji korelasi Pearson dengan nilai r 0,942 yang menunjukkan hubungan positif dan sangat kuat. Kata kunci : Stimulan, infusa kayu secang, uji ketahanan berenang
VALIDASI METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) PADA PEMISAHAN AMBROKSOL HCL DALAM SEDIAAN OBAT SIRUP MEREK X Ade Maria Ulfa; Diah Astika Winahyu; Resmawati Resmawati
Jurnal Analis Farmasi Vol 2, No 3 (2017): Volume 2 Nomor 3
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (449.842 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v2i3.1163

Abstract

Ambroksol HCl merupakan metabolit aktif dari bromheksin. Zat ini banyak ditemukan pada obat batuk ekspektoran sebagai agen mukolitik yang berfungsi menurunkan viskositas mucus. Validasi metode menurut United States Pharmacopeia (USP) dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik, reprodusibel, dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis. Parameter yang digunakan pada validasi metode kali ini yaitu linearitas, selektivitas,  akurasi, dan presisi. Kondisi KCKT yang digunakan adalah fase terbalik dengan kolom ODS (C18) dengan panjang gelombang 310 nm dan fase gerak metanol:bufer fosfat (8:2 v/v), laju alir 1,0 mL/min dengan volume penyuntikan 4µg/mL. Pada validasi metode ambroksol HCl memperlihatkan nilai lineritas yang baik  r = 0,996,  selektivitas larutan standar 6,542 dan sampel 7,044 tidak memenuhi persyaratan karena rentang perbedaan waktu retensi lebih dari ±5%, presisi yang didapat 1,69 (%RSD)  memenuhi persyaratan yaitu ±2%, sedangkan pada uji akurasi kadar yang didapat yaitu 75-79 % tidak memenuhi  persyaratan yaitu 97-103%. Jika salah satu dari parameter tersebut tidak memenuhi persyaratan maka diperlukan validasi ulang, terjadinya kesalahan pada saat validasi bisa disebabkan karena kondisi perubahan sintesis bahan aktif obat, perubahan komposisi obat dan perubahan prosedur analisis, kemungkinan lain juga bisa dikarenakan variasi fase gerak yang berbeda. Jika tidak dilakukan validasi ulang maka validasi metode tidak bisa digunakan untuk penetapan kadar. Kata kunci: HPLC, ambroxsol HCl sediaan sirup, validasi metode
ANALISA KADAR NIKOTIN PADA TEMBAKAU DENGAN PERLAKUAN DALAM BENTUK ROKOK LINTINGAN DAN ROKOK KRETEK DI PASAR MANDALA, LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Ade Maria Ulfa; Diah Astika Winahyu; Desti Galuh Anggraini
Jurnal Analis Farmasi Vol 2, No 3 (2017): Volume 2 Nomor 3
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (77.38 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v2i3.1154

Abstract

Tembakau merupakan jenis tanaman yang sangat dikenal dikalangan masyarakat Indonesia. Kegunaan utama tembakau adalah sebagai bahan baku pembuatan rokok sigaret kretek, rokok filter, rokok lintingan dan biasa juga digunakan sebagai tembakau susur. Nikotin zat kimia yang terkandung dalam rokok, nikotin bersifat adiktif (kecanduan). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar nikotin pada tembakau dengan perlakuan rokok lintingan dan rokok kretek yang beredar di wilayah Pasar Mandala, Lampung Tengah apakah kadar nikotin yang diizinkan dalam sebatang rokok memenuhi persyaratan Peraturan Pemerintah No. 81 tahun 1999 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan yaitu 1,5 mg/batang. Sampel yang digunakan adalah sampel tembakau dengan perlakuan dalam bentuk rokok lintingan dan rokok kretek pada pedagang yang berbeda. Analisis kuantitatif nikotin ditentukan dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Dari hasil penelitian dengan panjang gelombang (λ) 261 nm dengan persamaan y= b.X+a sehingga diperoleh koefisien korelasi (r) 0,9996. Hasil penelitian menunjukkan kadar rata-rata nikotin dalam ekstrak tembakau matahari sebesar 0,74 mg/batang, sampel rokok kretek sebesar 0,80 mg/batang. Hal ini menunjukkan bahwa kedua sampel tersebut diperoleh hasil kadar nikotin yang diizinkan dalam sebatang rokok memenuhi syarat Peraturan Pemerintah No.81 tahun 1999 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan yaitu 1,5 mg/batang. Kata Kunci:Nikotin, tembakau, spektrofotometri UV-Vis. 
PENETAPAN KADAR FLAVONOID PADA KULIT BATANG KAYU RARU(CotylelobiummelanoxylonP) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Diah Astika Winahyu; Agustina Retnaningsih; Marisa Aprillia
Jurnal Analis Farmasi Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (571.541 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v4i1.1304

Abstract

DETERMINATION OF FLAVONOID LEVELS IN RARU WOOD STONE (CotylelobiummelanoxylonP) WITH METHOD UV-VIS SPECTROFOTOMETRYRaru (Cotylelobium melanoxylon Pierre) is one group of tropical forest plants endemic to Indonesia from the dipterocarpaceae family. Raru is a term for a group of bark types which is added to palm juice which aims to improve the taste and alcohol content of beverages and preserve traditional palm wine drinks. Raru wood bark has active compounds of flavonoids, tannins and saponins which have hypoglycemic activity or lower blood sugar levels. Flavonoids are polyphenol compounds which have biological activities such as antioxidants, antibacterials, anticholesterol, antihyperlipidemia, antiviral, antidiabetic, anti-inflammatory, anticancer. This study aims to determine the levels of flavonoids found in raru wood bark with UV-Vis spectrophotometry method. The samples were tested qualitatively and quantitatively. In the qualitative test ethanol extract of raru bark was done using a color reaction. In quantitative tests using quercetin mother liquor were analyzed using UV-Vis spectrophotometer with a maximum wavelength of 438 nm. A linear regression line equation is obtained which is y = 0.0065x + 0.014 with the correlation coefficient (r) is 0.9973. The qualitative results of the ethanol extract of the rattan bark are red which indicates the sample contains flavonoids. The results of quantitative analysis of the average level of flavonoids in ethanol extract of raru bark were 3.6922%. Keywords:     raru bark, flavonoid, UV-Vis spectrophotometryRaru (Cotylelobium melanoxylon Pierre) merupakan salah satu kelompok tumbuhan hutan tropis endemik Indonesia dari famili dipterocarpaceae. Raru merupakan sebutan untuk kelompok jenis kulit kayu yang ditambahkan pada nira aren yang bertujuan untuk meningkatkan cita rasa dan kadar alkohol minuman serta mengawetkan minuman tradisional tuak. Kulit batang kayu raru memiliki senyawa aktif flavonoid, tanin dan saponin yang memiliki aktivitas hipoglikemik atau penurun kadar gula darah. Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang memiliki aktivitas biologi seperti  antioksidan, antibakteri, antikolesterol, antihiperlipidemia, antivirus, antidiabetes, antiradang, antikanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar flavonoid yang terdapat pada kulit batang kayu raru dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Sampel diuji secara kualitatif dan kuantitatif. Pada uji kualitatif ekstrak etanol kulit batang kayu raru dilakukan menggunakan reaksi warna.Pada uji kuantitatif menggunakan larutan induk quersetin yang dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan didapatkan panjang gelombang maksimum 438 nm. Diperoleh persamaan garis regresi linier yaitu y = 0,0065x + 0,014 dengan koefisien korelasi (r) adalah 0,9973. Hasil kualitatif pada ekstrak etanol kulit batang kayu raru terbentuk warna merah  yang menandakan sampel mengandung flavonoid. Hasil analisa kuantitatif kadar rata-rata flavonoid pada ekstrak etanol kulit batang kayu raru yaitu 3,6922 %. Kata kunci:    Kulit batang kayu raru, flavonoid, spektrofotometri UV-Vis.
PERBANDINGAN KADAR KALSIUM PADA BUAH NAGA DAGING MERAH (Hylocereus polyrhizus) DAN BUAH NAGA DAGING PUTIH (Hylocereus undantus) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Robby Candra Purnama; Ade Maria Ulfa; Wahyuningtiyas Wahyuningtyas
Jurnal Analis Farmasi Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.713 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v2i2.1171

Abstract

Buah naga pada umumnya sering dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk buah segar atau jus. Buah naga banyak mengandung mineral salah satunya adalah kalsium. Kalsium berfungsi untuk kesehatan tulang dan gigi. Pentingnya peran kalsium dalam tubuh maka perlu memperhatikan jenis makanan yang memiliki kandungan kalsium yang baik untuk tubuh  salah satunya mengkonsumsi buah naga.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kadar kalsium yang terdapat pada buah naga  daging merah (Hylocereus polyrhizus) dan buah naga daging putih (Hylocereus undatus). Penelitian ini dilakukan dengan analisis kuantitatif  yaitu dilakukan secara spektrofotometri serapan atom pada panjang gelombang 422,51 nm. Sampel diabukan didalam tanur dengan temperatur awal 100 interval 25oC dan perlahan-lahan temperatur dinaikkan menjadi 500oC setiap 5 menit dan dilakukan selama 36 jam, abu kemudian dilarutkan dengan larutan HNO3, lalu sampel dianalisis dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Hasil kadar rata-rata kalsium pada buah naga daging merah adalah 3,6584 ± 0,1459 mg/100 gram dan buah naga daging putih adalah 1,1440 ± 0,0212 mg/100 gram. Hasil analisa data dengan menggunakan uji t didapat  thitung sebesar = 4,4630 dengan taraf kepercayaan 95% yaitu 4,30, sehingga kadar kalsium pada buah naga daging merah dan buah naga daging putih berbeda signifikan Kata kunci : buah naga, kalsium, spektrofotometri serapan atom.
PERBANDINGAN KADAR KALSIUM PADA KECAMBAH KACANG HIJAU DAN KECAMBAH KACANG KEDELAI SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Ade Maria Ulfa; Nofita Nofita; Shinta Shinta
Jurnal Analis Farmasi Vol 2, No 3 (2017): Volume 2 Nomor 3
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (57.689 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v2i3.1159

Abstract

Kecambah adalah salah satu sayuran yang mengandung beragam mineral penting, diantaranya yaitu kalsium. Kecambah terbuat dari kacang hijau dan kacang kedelai yang sering kita sebut dengan tauge. Kecambah dapat diolah menjadi berbagai macam masakan sayur, selain itu kecambah dapat dimakan mentah. Ditinjau dari segi konsumsi masyarakat lebih mengenal kecambah kacang hijau dibandingkan kecambah kacang kedelai untuk pendamping sayur di masakan. Sampel diperoleh dari pasar Gintung Bandar Lampung. Sampel kecambah terlebih dahulu dipreparasi agar dapat dianalisis melalui destruksi kering. Kemudian penetapan kadar kalsium dilakukan dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom dengan menggunakan lampu katoda kalsium pada panjang gelombang 422,51 nm. Diperoleh persamaan garis regresi linier yaitu y = 0,13016x + 0,0091179 dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,9990. Hasil penelitian menunjukan kadar kalsium dalam kecambah kacang hijau yaitu 1,4945 mg/100gram sedangkan kadar kalsium dalam kecambah kacang kedelai yaitu 2,9917 mg/100 gram. Hasil dari perhitungan uji t didapatkan bahwa thitung = 4,5535 lebih besar dari ttabel pada taraf signifikan 5% = 2,78. Berdasarkan hasil yang didapat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar kalsium kecambah kacang hijau dan kecambah kacang kedelai. Kata kunci :   kecambah kacang hijau, kecambah kacang kedelai, kalsium, spektrofotometri serapan atom

Page 1 of 18 | Total Record : 177