cover
Contact Name
Dr. dr. Puspa Wardhani, SpPK
Contact Email
admin@indonesianjournalofclinicalpathology.org
Phone
+6285733220600
Journal Mail Official
majalah.jicp@yahoo.com
Editorial Address
Laboratorium Patologi Klinik RSUD Dr. Soetomo Jl. Mayjend. Prof. Dr. Moestopo 6-8 Surabaya
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory (IJCPML)
ISSN : 08544263     EISSN : 24774685     DOI : https://dx.doi.org/10.24293
Core Subject : Health, Science,
Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory (IJCPML) is a journal published by “Association of Clinical Pathologist” professional association. This journal displays articles in the Clinical Pathology and Medical Laboratory scope. Clinical Pathology has a couple of subdivisions, namely: Clinical Chemistry, Hematology, Immunology and Serology, Microbiology and Infectious Disease, Hepatology, Cardiovascular, Endocrinology, Blood Transfusion, Nephrology, and Molecular Biology. Scientific articles of these topics, mainly emphasize on the laboratory examinations, pathophysiology, and pathogenesis in a disease.
Articles 21 Documents
Search results for , issue "Vol 23, No 3 (2017)" : 21 Documents clear
RELATIONSHIP BETWEEN D-DIMER LEVEL AND CLINICAL SEVERITY OF SEPSIS Yessy Puspitasari; Aryati Aryati; Arifoel Hajat; Bambang Pujo Semedi
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 3 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i3.1196

Abstract

D-dimer merupakan tolok ukur laboratorium yang menunjukkan derajat keparahan pada sepsis. Selama tahapan sepsis terjadiaktivasi prokoagulan yang tidak diimbangi aktivitas antikoagulan (depresi protein C dan meningkatnya pelepasan Plasminogen activatorinhibitor) sehingga dapat meningkatkan hasilan fibrin polimer. Fibrin polimer yang telah mengalami cross-linked akan difibrinolisis olehplasmin membentuk formasi D-dimer. Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan D-dimer dengan derajat keparahan klinis darisepsis. Metode penelitian bersifat potong lintang observasional. Sampel darah sitrat dari 52 pasien sepsis yang dirawat di IRD, ICU, ROI,Ruang penyakit dalam RSUD. Dr. Soetomo Surabaya, dikumpulkan selama Februari 2016–Juni 2016. Kadar D-dimer diukur denganmetode ELFA (Enzyme Linked Fluorescent Assay). Proses dan tafsiran data menggunakan analisis deskriptif, One sample Kolmogorovsmirnovdan uji Pearson digunakan untuk menganalisis kenasaban. Didapatkan rerata kadar D-dimer 3879,46±2800,29 ng/mL.D-dimer pada non-survivors sepsis menurut skor APACHE II dan SOFA lebih tinggi daripada survivors sepsis. Terdapat kenasabanpositif yang bermakna antara kadar D-dimer dengan skor APACHE II dan skor SOFA r=0,513 dan r=0,580 (p=0,01). Berdasarkantelitian ini dapat disimpulkan D-dimer memiliki kenasaban dengan derajat keparahan klinis dari sepsis, semakin tinggi nilai D-dimermenunjukkan keparahan sepsis.
NEUTROPHIL-LYMPHOCYTE COUNT RATIO IN BACTERIAL SEPSIS Danny Luhulima; Marwito Marwito; Eva O
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 3 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i3.1204

Abstract

Sepsis akibat infeksi bakteri merupakan masalah kegawatdaruratan medik yang serius sehingga memerlukan penanganan cepat dantepat. Saat ini C-RP (C- reactive protein) dan PCT (procalcitonin) sering digunakan sebagai petanda sepsis bakterial. Sepsis adalah infeksiyang disertai inflamasi sistemik. Respons fisiologis terhadap inflamasi sistemik adalah peningkatan jumlah neutrofil dan penurunanjumlah limfosit, sehingga gabungan perbandingan neutrofil dan limfosit Neutrophil Lymphocyte Count Ratio (NLCR)) dapat digunakansebagai petanda sepsis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepekaan dan kekhasana dari uji NLCR di pasien sepsis akibatinfeksi bakteri. Terdapat 70 pasien SIRS dengan rentang usia 14–70 tahun di RS Mitra Keluarga Bekasi Timur dan RS FK - UKI Jakartamasa waktu bulan Juli–September 2015. Penelitian ini merupakan studi observasional komparatif dan potong lintang. Hasil penelitianmenunjukkan uji NLCR terhadap sepsis bakterial berdasarkan kurva ROC memiliki kepekaan 97,8% dan kekhasan 84,0% pada cutoff ≥6,4 (AUC: 0,94, nilai p<0,05). Neutrophil lymphocyte count ratio dapat diandalkan sebagai petanda sepsis bakterial dengan ujikepekaan dan kekhasan yang baik.
COMPARISON OF PERIPHERAL BLOOD ACTIVATED NK CELL PERCENTAGE BEFORE AND AFTER INDUCTION PHASE CHEMOTHERAPY IN PEDIATRIC ACUTE LYMPHOBLASTIC LEUKEMIA Syntia TJ; Endang Retnowati; Yetti Hernaningsih; I Dewa Gede Ugrasena; Soeprapto Ma’at
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 3 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i3.1208

Abstract

Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah keganasan sel progenitor limfoid yang berasal dari sumsum tulang dan ditandai proliferasileukosit. Kejadian LLA masih tinggi, sehingga perlu diteliti peran sel NK dalam melawan leukemia. Tujuan penelitian adalah untukmengetahui perbedaan persentase sel NK teraktivasi sebelum dan sesudah pengobatan induksi dan hubungan persentase sel NK teraktivasisebelum pengobatan induksi dengan keluaran kemoterapi pasien LLA anak. Penelitian analitik observasional dengan rancang banguncohort prospektif. Subjek penelitian 27 pasien di Ruang Rawat Inap Hemato-Onkologi Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya, antara bulanMaret–Juli 2016. Metode memeriksa flowcytometry menggunakan alat BD FACS CaliburTM reagen Fast Immune CD56FITC/CD69PE/CD45 Per CP No.katalog.5055879. Analisis statistik dengan uji Wilcoxon Signed Rank dan regresi logistik. Terdapat perbedaan bermaknarerata persentase sel NK teraktivasi sebelum pengobatan induksi 0,57% (SB 0,53%) dan sesudahnya 2,01% (SB 1,86%) p=0,000.Menunjukkan peningkatan bermakna sel NK teraktivasi sesudah pengobatan induksi. Kenasaban sel NK teraktivasi sebelum pengobataninduksi dengan keluaran kemoterapi berkurangnya gejala penyakit (remisi) dan meninggal R=0.723 berarti kenasabannya kuat.Peningkatan persentase sel NK teraktivasi sesudah pengobatan induksi disebabkan kerja kemoterapi meningkatkan hasil MICA/B dankerja activating receptors sel NK (NKG2D) yang bersifat sitotoksik yang kuat. Persentase sel NK teraktivasi sebelum pengobatan induksiyang rendah disebabkan mekanisme menghilangnya tumor di LLA. Terdapat perbedaan bermakna persentase sel NK teraktivasi sebelumdan sesudah pengobatan induksi. Hasilnya dapat menjadi peramal keberhasilan pemberian kemoterapi LLA anak. Persentase sel NKteraktivasi sebelum kemoterapi tahap induksi yang tinggi berpengaruh kuat terhadap keluaran kemoterapi berkurangnya gejala penyakitdan sebaliknya bila rendah berpengaruh terhadap kemungkinan yang bersangkutan meninggal. Diperlukan hasil jangka panjang sampaiselesai dalam pengelolaan pemberian pengobatan terkait.
ANALYSIS OF DENGUE SPECIFIC IMMUNE RESPONSE BASED ON SEROTYPE, TYPE AND SEVERITY OF DENGUE INFECTION Ade Rochaeni; Aryati Aryati; Puspa Wardhani; Usman Hadi
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 3 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i3.1199

Abstract

Infeksi Virus Dengue (IVD) menimbulkan derajat klinis beragam dari DD hingga DBD/SSD. Respons imun spesifik dengue berupaIgM dan IgG anti dengue masih merupakan perdebatan untuk patogenesis DBD di samping faktor virulensi virus dan jenis infeksi.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respons imun spesifik dengue terhadap serotipe, jenis dan derajat IVD di Surabaya. Subjekadalah pasien IVD yang dirawat di Ruang Tropik Infeksi Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo dengan hasil penyaringan uji cepat NS1 (SDBioline Dengue Duo) dan/atau PCR (Simplexa Dengue) positif. Pemeriksaan IgM dan IgG anti dengue kuantitatif dengan metode ELISA(Panbio Dengue Duo IgM and IgG Capture). Penelitian dilakukan Maret–Agustus 2016 dan didapatkan 61 pasien dengan hasil NSI dan/atau PCR dengue positif. Identifikasi serotipe didominasi DEN-3, namun serotipe yang lebih virulen ditunjukkan DEN-1 yaitu semuapasien bermanifestasi sebagai infeksi sekunder dan DBD. Jenis infeksi primer sebanyak 19 (31,1%) dan infeksi sekunder 42 (68,9%).Derajat IVD meliputi DD 10 (16,4%), DBD 47 (77%) dan SSD 4 (6,56%). Nilai indeks rerata IgM dan IgG anti dengue di kelompokinfeksi serotipe DEN-1 (5,140 dan 5,774), DEN-2 (2,971 dan 2,222), DEN-3 (1,863 dan 2,792); kelompok jenis infeksi primer (1,478 dan0,746), sekunder (4,028 dan 4,864) dan kelompok derajat DD (1,170 dan 1,492), DBD I (3,370 dan 3,651), DBD II (3,924 dan 4,439)dan DBD III (4,164 dan 4,243). Sebagai simpulan respons imun spesifik dengue didapatkan lebih tinggi bermakna di kelompok infeksiserotipe DEN-1, kelompok jenis infeksi sekunder dan kelompok DBD/SSD.
COMPARISON OF PERCENTAGE PERIPHERAL BLOOD LYMPHOBLAST PROLIFERATION AND APOPTOSIS IN PEDIATRIC ACUTE LYMPHOBLASTIC LEUKEMIA BEFORE AND AFTER CHEMOTHERAPY INDUCTION PHASE Farida Nur’Aini; Endang Retnowati; Yetti Hernaningsih; Mia Ratwita A
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 3 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i3.1205

Abstract

Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah penyakit neoplasma yang dihasilkan dari perpindahan somatik multistep progenitorlimfoid di sumsum tulang, ditandai maturation arrest, proliferasi tidak terkendali seri limfoid serta penumpukan limfoblas di sumsumtulang dan darah tepi. Kelainan terkait aktivitas proliferasi sel berkaitan dengan kendali apoptosis. Penelitian ini bertujuan mengetahuiperbandingan persentase proliferasi dan apoptosis limfoblas di darah tepi pasien LLA anak sebelum dan sesudah kemoterapi tahapinduksi. Subjek penelitian sebesar 12 pasien LLA anak kasus baru yang diperiksa sebelum dan sesudah kemoterapi tahap induksi. Jenispenelitian ini cohort prospektif tanpa pembanding. Pemeriksaan proliferasi limfoblas dilakukan menggunakan spesimen darah tepisedangkan pengecatannya menggunakan reagen PI/RNase. Pemeriksaan apoptosis limfoblas dilakukan menggunakan spesimen darahtepi sedangkan pengecatannya menggunakan reagen FITC Annexin V. Pembacaan proliferasi dan apoptosis limfoblas menggunakan alatBD FACSCallibur dengan metode flow cytometry. Rerata persentase proliferasi dan apoptosis limfoblas sebelum kemoterapi tahap induksi7,84%±7,50 dan 11,50%±8,60 sesudah kemoterapi tahap induksi 3,2%±1,89 dan 13,42%±8,10. Persentase proliferasi limfoblas didarah tepi sesudah pemberian kemoterapi tahap induksi terdapat penurunan bermakna, sedangkan pemeriksaan apoptosis limfoblasdidapatkan peningkatan yang tidak bermakna. Persentase proliferasi limfoblas di darah tepi sesudah kemoterapi tahap induksi terdapatpenurunan bermakna, sehingga dapat dipergunakan sebagai peramal keberhasilan pengobatan pasien LLA anak. Pemeriksaan apoptosislimfoblas tidak terdapat perbedaan bermakna sebelum dan sesudah kemoterapi tahap induksi. Perlu penelitian lebih lanjut untukmenganalisis hasil yang didapat.
LEUKOCYTE INTERFERENCE ON HEMOGLOBIN EXAMINATION IN HEMATOLOGY MALIGNANCY Trinil Sulamit; Fery H. Soedewo; Arifoel Hajat
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 3 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i3.1193

Abstract

Pasien keganasan hematologi sering menunjukkan gejala anemia dengan hasil laboratorium leukositosis. Tolok ukur penentu anemiasalah satunya hemoglobin, namun pemeriksaannya terganggu oleh jumlah leukosit tinggi yang menyebabkan hemoglobin tinggi palsu.Penelitian ini bertujuan mencari berapa jumlah leukosit minimal penyebab hemoglobin tinggi palsu pada keganasan hematologi. Sampeldarah EDTA pasien keganasan hematologi yang memeriksakan darah rutin di Laboratorium Patologi Klinik RSUD Dr. Soetomo bulanApril–Mei 2016. Penelitian analisis observasional dengan membandingkan hemoglobin tanpa pemusingan dengan hemoglobin setelahpemusingan serta dibuang buffy coat-nya. Terdapat 93 sampel dengan leukemia 43%, limfoma 16,12% dan terduga leukemia 38%.Rerata selisih hemoglobin yaitu 0,06±0,089; 0,025±0,05; 0,1±0,081; 0,15±0,07; 0,81±0,63; 0,94±1,13; 1,13±0,718; 1,6±0,818 g/dL pada peningkatan kelompok jumlah leukosit secara berurutan >11.000-20.000 sel/μL, >20.000-30.000 sel/μL, >30.000-40.000sel/μL, >40.000-50.000 sel/μL, >50.000-100.000 sel/μL, >100.000-200.000 sel/μL, >200.000-300.000 sel/μL, >400.000 sel/μL.Kenasaban rerata selisih hemoglobin dengan kelompok jumlah leukosit menunjukkan makin tinggi leukosit maka makin besar rerataselisih hemoglobin dengan kenasaban positif sedang. Semakin tinggi jumlah leukosit makin tinggi persentase hemoglobin tinggi palsudan rerata selisih hemoglobin makin besar. Leukosit minimal penyebab hemoglobin tinggi palsu pada keganasan hematologi yaitu 56.745sel/μL yang memiliki kepekaan 89,4% dan kekhasan 100%, dengan koefisien  0,592.
A THIRTY-ONE-YEARS-OLD FEMALE WITH SLE AND SYSTEMIC SCLERODERMA Rahardjo Rahardjo; Rachmawati Rachmawati
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 3 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i3.1210

Abstract

Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit rematik autoimun yang ditandai adanya inflamasi luas, yang mempengaruhisetiap organ atau sistem dalam tubuh. Sklerosis sistemik (skleroderma) adalah penyakit multisistem kronis yang tidak diketahuipenyebabnya, ditandai dengan penebalan kulit akibat penumpukan jaringan ikat disertai kelainan fungsi dan bentuk organ visceral.Seorang perempuan 31 tahun mengalami nyeri jari-jari dan sendi. Lima tahun lalu didiagnosis kusta serta diobati selama satu tahun.Pemeriksaan fisik didapatkan mouse face appearance, teleangiektasis, salt and pepper appearance, sclerodactili, artritis, serta calcinosis.Peregangan dan pengerasan kulit simetris. Hemoglobin menurun, sediaan darah tepi terdapat sebaran roleaux, neutrofilia dan limfositteraktivasi. Indirect Coomb Test (ICT) inkompatibel. SGOT, total protein, globulin meningkat. Anti Ds-DNA meningkat lima kali dan ANAmeningkat dua puluh kali lipat dari batas normal. Diagnosis SLE didasarkan pada peningkatan kadar ANA dan Ds-DNA. Sklerodermadidasarkan pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan hematologi dan anti Scl-70 (anti tropoisomerase I)
NEUTROPHIL-LYMPHOCYTE RATIO AND HIGH SENSITIVITY C-REACTIVE PROTEIN AS ISCHEMIC STROKE OUTCOME PREDICTOR Tissi Liskawini Putri; Ratna Akbari Ganie; Aldy S. Rambe
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 3 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i3.1201

Abstract

Proses inflamasi merupakan perjalanan penyakit dari strok iskemik akut, yang melibatkan penumpukan mediator inflamasi daninfiltrasi leukosit. Nilai Rasio Neutrofil-Limfosit (RNL) di beberapa penelitian dapat digunakan untuk meramalkan strok akibat iskemikakut yang caranya mudah dilakukan. High sensitivity C Reactive Protein (hs-CRP) merupakan reaktan tahap akut yang kadarnyameningkat di strok iskemik. Oleh karena itu bermanfaat sebagai petanda peramal hal terkait. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiperbedaan nilai antara RNL dan hs-CRP dalam meramalkan hasilan pasien strok iskemik akut. Metode penelitian analitik observasionaldengan rancangan kohort prospektif. Hasil dinilai dengan modified Rankin Scale (mRS) (1–2=baik; 3–6=buruk) dan Barthel Index (BI)(0–20=ketergantungan jumlah keseluruhan, 21-60=berat; 1–90=sedang; 91–99=ringan dan 100=normal). Dari 43 sampel, didapatkanlaki-laki 24 orang (55,8%) dan perempuan 19 orang (44,2%) dengan rerata usia 57,12 ± 9,8 tahun. hubungan positif didapatkansedang dan bermakna antara RNL dengan hasilan mRS dan BI pasien strok iskemik akut (r=0,585; p=0,001 dan r=0,564; p=0,001).Hubungan positif didapatkan kuat dan bermakna antara hs-CRP dan hasilan mRS (r=0,614; p=0,001) serta didapatkan hubunganpositif dengan kekuatan sangat kuat dan bermakna antara hs-CRP dan hasilan n BI pasien strok iskemik akut (r=0,881; p=0,001).Dengan membandingkan ketepatan kedua data didapatkan RNL 86% dan hs-CRP 88% (p=0,6554). Perbedaan tidak bermakna terdapatantara nilai RNL dan hs-CRP sebagai peramal hasilan pasien strok iskemik akut.
COMPARISON OF FACTOR VIII ACTIVITY IN O AND NON-O BLOOD TYPES Adil Dinata Simangunsong; Yetti Hernaningsih
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 3 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i3.1197

Abstract

Golongan darah ABO telah dinilai untuk terjadinya berbagai proses penyakit. Penelitian terdahulu menyatakan tingginyakejadian trombosis pada golongan darah non O disebabkan tingginya aktivitas faktor VIII dibandingkan golongan darah O. Metodepenelitian merupakan analitik observasional secara potong lintang. Sampel darah sitrat dengan nilai APTT dan PTT normal tanpamempertimbangkan usia, jenis kelamin dan diagnosis. Aktivitas factor VIII diperiksa menggunakan sysmex CS 2100i. Analisis statistikmengunakan one way Anova untuk golongan darah A, B, O dan uji sampel T independen untuk golongan darah O dan non-O. Darikeseluruhan 30 sampel didapatkan 15 sampel golongan darah non-O dan 15 sampel golongan darah O. Pada golongan darah non-Odidapatkan 8 sampel golongan darah A dan 7 sampel golongan darah B. Terdapat perbedaan aktivitas faktor VIII yang tidak bermaknaantara golongan darah non-O dan O (p=0,277). Pada golongan darah A, B, O, juga didapatkan perbedaan yang tidak bermakna(p=0,108). Aktivitas faktor VIII pada golongan darah non-O lebih tinggi dibandingkan golongan darah O, tetapi tidak didapatkanperbedaan bermakna. Pada golongan darah A,B,O juga tidak didapatkan perbedaan bermakna. Mekanisme yang mendasari hubunganantara golongan darah ABO dengan aktivitas faktor VIII sampai sekarang belum diketahui. Tidak didapatkan perbedaan bermaknaaktivitas faktor VIII antara golongan darah O dan non-O. Diperlukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan mengikutsertakan golongan darah AB.
AGREEMENT OF SIMPLIFIED FENCL-STEWART WITH FIGGESTEWART METHOD IN DIAGNOSING METABOLIC ACIDOSIS IN CRITICALLY ILL PATIENTS Reni Lenggogeni; Rismawati Yaswir; Efrida Efrida; Desywar Desywar
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 23, No 3 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v23i3.1211

Abstract

Asidosis metabolik adalah kasus yang paling sering ditemukan pada pasien critically ill. Pendekatan Henderson-Hasselbalch gagalmenjelaskan gangguan metabolik yang rumit karena hanya tertuju pada kenasaban pH dengan tekanan parsial karbondioksida dan ionbikarbonat. Pendekatan keseimbangan asam-basa metode Stewart lebih akurat dan dapat menggambarkan gangguan metabolik yangrumit. Modifikasi metode Stewart yang digunakan saat ini adalah metode Figge-Stewart dan Fencl-Stewart yang disederhanakan, dapatdigunakan di tempat dengan sumber daya terbatas. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kesesuaian metode Fencl-Stewart yangdisederhanakan dengan Figge-Stewart dalam mendiagnosis asidosis metabolik di pasien critically ill. Penelitian analitik potong lintangterhadap 40 pasien critically ill yang dirawat di ICU, CVCU dan HCU RSUP Dr. M. Djamil Padang masa waktu Oktober–November 2015.Analisis gas darah diukur dengan potensiometri, elektrolit dengan ion selective electrode dan kadar albumin dengan immunoturbidimetri.Hasil dianalisis dengan program komputer. Kesesuaian metode Fencl-Stewart yang disederhanakan dengan Figge-Stewart dianalisisdengan uji Kappa, bermakna jika nilai p<0,05. Sebanyak 40 orang pasien (18 laki-laki, 22 perempuan) diikutkan dalam penelitian ini.Rerata umur pasien adalah 48,35(18,4) tahun dan diagnosis terbanyak adalah gagal jantung (30%). Hiponatremia, hipernatremia,hipokalemia, hiperkalemia, hipokloremia dan hipoalbuminemia ditemukan masing-masing sebanyak 37,5%, 12,5%, 2,5%, 12,5%,17,5%, 20% dan 87,5% pasien. Terdapat kesesuaian yang baik antara metode Fencl-Stewart yang disederhanakan dengan Figge-Stewartdengan nilai kappa=0,529 dan bermakna secara statistik (p<0,001). Kesesuaian metode Fencl-Stewart yang disederhanakan denganFigge-Stewart dalam mendiagnosis asidosis metabolik di pasien critically ill adalah baik.

Page 1 of 3 | Total Record : 21


Filter by Year

2017 2017


Filter By Issues
All Issue Vol. 30 No. 1 (2023) Vol. 29 No. 3 (2023) Vol. 29 No. 2 (2023) Vol. 29 No. 1 (2022) Vol 29, No 1 (2022) Vol 28, No 3 (2022) Vol. 28 No. 3 (2022) Vol. 28 No. 2 (2022) Vol 28, No 2 (2022) Vol. 28 No. 1 (2021) Vol 28, No 1 (2021) Vol 27, No 3 (2021) Vol. 27 No. 3 (2021) Vol. 27 No. 2 (2021) Vol 27, No 2 (2021) Vol. 27 No. 1 (2020) Vol 27, No 1 (2020) Vol 26, No 3 (2020) Vol. 26 No. 3 (2020) Vol. 26 No. 2 (2020) Vol 26, No 2 (2020) Vol 26, No 1 (2019) Vol. 26 No. 1 (2019) Vol. 25 No. 3 (2019) Vol 25, No 3 (2019) Vol. 25 No. 2 (2019) Vol 25, No 2 (2019) Vol 25, No 1 (2018) Vol. 25 No. 1 (2018) Vol 24, No 3 (2018) Vol. 24 No. 3 (2018) Vol. 24 No. 2 (2018) Vol 24, No 2 (2018) Vol. 24 No. 1 (2017) Vol 24, No 1 (2017) Vol 23, No 3 (2017) Vol. 23 No. 3 (2017) Vol 23, No 2 (2017) Vol. 23 No. 2 (2017) Vol 23, No 1 (2016) Vol 22, No 3 (2016) Vol 22, No 2 (2016) Vol 22, No 1 (2015) Vol 21, No 3 (2015) Vol 21, No 2 (2015) Vol 21, No 1 (2014) Vol 20, No 3 (2014) Vol 20, No 2 (2014) Vol 20, No 1 (2013) Vol 19, No 3 (2013) Vol 19, No 2 (2013) Vol 19, No 1 (2012) Vol. 19 No. 1 (2012) Vol 18, No 3 (2012) Vol. 18 No. 3 (2012) Vol 18, No 2 (2012) Vol 18, No 1 (2011) Vol. 18 No. 1 (2011) Vol 17, No 3 (2011) Vol 17, No 2 (2011) Vol 17, No 1 (2010) Vol 16, No 3 (2010) Vol 16, No 2 (2010) Vol 16, No 1 (2009) Vol 15, No 3 (2009) Vol 15, No 2 (2009) Vol 15, No 1 (2008) Vol 14, No 3 (2008) Vol 14, No 2 (2008) Vol 14, No 1 (2007) Vol 13, No 3 (2007) Vol 13, No 2 (2007) Vol 13, No 1 (2006) Vol 12, No 3 (2006) Vol 12, No 2 (2005) Vol 12, No 1 (2005) More Issue