cover
Contact Name
Salimulloh Tegar Sanubarianto
Contact Email
salimulloh@gmail.com
Phone
+6282329346828
Journal Mail Official
salimulloh@gmail.com
Editorial Address
Kantor Bahasa Nusa Tenggara Timur Jl. Jend. Soeharto No.mor 57A, Naikoten I, Kec. Kota Raja, Kota Kupang, Nusa Tenggara Tim. 85142
Location
Kota kupang,
Nusa tenggara timur
INDONESIA
Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan
ISSN : 26862700     EISSN : 26862719     DOI : 10.26499
Core Subject : Education, Social,
LINGKO adalah jurnal yang menerbitkan artikel ilmiah dari kajian kebahasaan dan kesastraan. Ruang lingkup LINGKO meliputi kajian linguistik teoretis, linguistik terapan, linguistik interdisipliner, sastra teoretis, sastra terapan, sastra interdisipliner, dan pengajaran bahasa dan sastra. LINGKO dikelola oleh Kantor Bahasa NTT, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. LINGKO menerima artikel dari penulis nasional maupun internasional. Penulis tidak dipungut biaya selama proses penerimaan sampai penerbitan jurnal.
Articles 48 Documents
STRATEGI PEMELAJARAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS English Vocabulary Learning Strategy in Students of English Study Program Ortalisje, Dethan Erniani
Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Vol 2, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Kantor Bahasa NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jl.v2i1.45

Abstract

Penelitian penelitian terdahulu menunjukkan bahwa strategi pembelajaran kosakata yang digunakan oleh pembelajar turut mempengaruhi pembelajaran bahasa kedua. Penelitian ini memiliki tiga pertanyaan: 1) strategi pembelajaran kosakata apa saja yang digunakan oleh para pembelajar Bahasa Inggris?, 2) Strategi pembelajaran kosakata apa yang paling sering digunakan oleh pembelajar?, dan 3) staretegi pembelajaran kosakata apa yang paling sedikit dipakai oleh pembelajar? Penelitian ini melibatkan 58 mahasiswa program studi pendidikan Bahasa Inggris di UKAW sebagai partisipan. Instrumen yang dipakai adalah kuesioner yang diadaptasi dari taksonomi Schmitt (1997). Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran kosakata Bahasa Inggris yang digunakan adalah strategi Penemuan dan Konsolidasi. Dalam strategi Penemuan, strategi sosial merupakan strategi yang paling sering digunakan, sedangkan strategi Determinasi merupakan strategi yang paling sedikit dipakai. Strategi Memori merupakan strategi yang paling sering sekaligus paling sedikit dipakai  dalam kategori strategi Konsolidasi.
PEMERTAHANAN BAHASA DAERAH DI LEMBAGA PENDIDIKAN BERBASIS AGAMA KABUPATEN PANDEGLANG Local Language Maintenance in Religious-Based Educational Institutions in Pandeglang Seha, Nur; Fatonah, Nur Alif
Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Vol 2, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Kantor Bahasa NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jl.v2i1.40

Abstract

PEMERTAHANAN BAHASA DAERAH DI LEMBAGA PENDIDIKAN BERBASIS AGAMA KABUPATEN PANDEGLANG, BANTENAbstrakKajian ini berpijak pada asumsi bahwa penggunaan bahasa daerah sudah mengalami penurunan pada sebagian besar anak-anak Banten. Sikap negatif pemilik bahasa daerah terutama generasi muda yaitu rasa bangga dan setia terhadap kepemilikan bahasa daerah sama sekali tidak terlihat. Hal itu menyebabkan tidak adanya kemauan dan motivasi untuk mempelajari bahasa daerah. Sumber data kajian adalah kuisoner yang telah diisi oleh 50 responden dan studi pustaka yang telah dilakukan sebelumnya terkait pemertahanan bahasa daerah. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sementara itu, teori dalam kajian ini adalah sosiolinguistik. Berdasar pada analisis data, dapat disimpulkan penggunaan bahasa daerah di sekolah berbasis agama masih ditemukan, walaupun tingkat penggunaan bahasa daerah lebih rendah dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Di lingkungan sekolah, sebagian besar responden menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan teman dan gurunya, baik saat pembelajaran maupun bertemu di lingkungan sekolah. Pada saat pembelajaran, guru juga lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan muridnya. Di samping itu, belum adanya kebijakan dari pihak sekolah yang menganjurkan penggunaan bahasa daerah sebagai alat komunikasi di sekolah menyebabkan penggunaan bahasa daerah di lingkungan sekolah masih rendah. Keberadaan bahasa daerah sebagai muatan lokal hanya ditemukan di beberapa sekolah. Mayoritas pengguna bahasa daerah lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat berkomunikasi dibandingkan dengan bahasa daerah.  Dari segi intensitas penggunaan bahasa daerah, bahasa Indonesia justru lebih sering digunakan oleh masyarakat pemilik bahasa daerah sebagai alat komunikasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemertahanan bahasa daerah di sekolah berbasis agama Kabupaten Pandeglang masih rendah. Walau pun masih ditemukan penggunaan bahasa daerah, akan tetapi intensitas penggunaannya masih tertinggal daripada bahasa Indonesia.Kata kunci: pemertahanan bahasa daerah dan lembaga pendidikan berbasis agama LOCAL LANGUAGE MAINTAIN IN RELIGIOUS-BASED EDUCATIONAL INSTITUTIONS IN PANDEGLANG, BANTEN AbstractThis study rests on the assumption that the use of local languages has decreased in most Banten children. The negative attitude of the local languages owners, especially the younger generation, namely the sense of pride and loyalty towards the ownership of local languages is completely invisible. That cause the lack of willingness and motivation to learn local languages. The data source of the study were questionnaires that has been filled by 50 respondents and literature study that has been done previously related to maintaining local languages. This research used descriptive qualitative method. Meanwhile, the theory in this study was sociolinguistics. Based on data analysis, it can be concluded that the used of local languages in religious schools is still found, although the level wais lower than Indonesian. In the school environment, most respondents used Indonesian to communicate with their friends and teachers, both during learning activity and outside activity in the school environment. During learning activity, teachers also used Indonesian more to communicate with their students. In addition, the absence of a policy from the school that advocated the use of local languages as a communication tool in schools caused the use of local languages in the school environment was still low. The existence of local languages as local content was only found in a few schools. The majority of regional language users use more Indonesian as a communication tool compared to local languages. In terms of the intensity of the use of local languages, Indonesian was actually more often used by the people who own local languages as a communication tool. Thus, it can be concludes that the retention of regional languages in the religious-based schools in Pandeglang Regency is still low. Even though the use of local languages is still found, the intensity of their use is still lagging behind Indonesian.Keywords: local languages maintain and religious-based educational institutions
DESKRIPSI POLA SUKU KATA BAHASA WEMALE A Description of Syllabic Patterns of Wemale Language Erniati, Erniati; Sanjoko, Yohanis
Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Vol 2, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Kantor Bahasa NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jl.v2i1.48

Abstract

Abstrak Bahasa Wemale dipakai sebagai bahasa pertama oleh penutur asli masyarakat Suku Wemale di Pulau Seram, Maluku, tepatnya di  Negeri Hunitetu, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Bahasa Wemale memilki dua dialek yaitu dialek Wemale Utara dan Wemale Selatan.Hingga saaat ini, bahasa Wemale masih digunakan sebagai alat komunikasi secara lisan oleh kalangan tertentu dalam kehidupan masyarakat penuturnya. Meskipun demikian, bahasa Wemale dapat dikategorikan sebagai bahasa daerah yang hampir punah, karena tidak ada proses pewarisan kepada generasi mudanya.  Untuk mencegah hal tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya penyelamatan yang salah satu diantaranya melalui penelitian.Penelitian ini memberikan gambaran tentang pola suku kata bahasa Wemale. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pola suku kata bahasa Wemale, dialek Wemale Selatan. Meode yang digunakan adalah meode kualitatif deskriptif. Data diperoleh dari ucapan langsung penutur asli bahasa tersebut dan penutur yang dianggap mampu. Hasil analisis menunjukkan bahwa pola suku kata bahasaWemale terdiri atas V, KV, VKV,  KVV, dan ½ KV. Kata kunci: suku kata, pola suku kata, bahasa Wemale Abstract Wemale is used as the first language by native speakers of the Wemale tribe on Seram Island, Maluku, precisely in the village of Hunitetu, Kairatu District, West Seram Regency. Wemale has two dialects namely North Wemale and South Wemale. Until now, Wemale is still used as an oral communication tool by certain groups in the life of the speaker community. However, Wemale language can be categorized as a regional language that is almost extinct, because there is no inheritance process to the younger generation. To prevent this, various rescue efforts need to be done, one of which is through research. This research provides an overview of the Wemale syllable patterns. This study aims to describe the syllabic patterns of the Wemale language, South Wemale dialect. The method used is descriptive qualitative method. Data obtained from the direct speech of native speakers of the language and speakers who are considered capable. The results of the analysis show that the syllabic syllable patterns consist of V, KV, VKV, KVV,and ½ KV. Keywords: syllables, syllable patterns, Wemale language   
MITOLOGI DAN EKSISTENSI SASTRA INDONESIA DALAM PUSARAN POSHUMANISME Mythology and The Existence of Indonesian Literature in The Posthumanism's Vortex Aji, Gabriel Fajar Sasmita
Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Vol 2, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Kantor Bahasa NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jl.v2i1.42

Abstract

Dunia paradigma dan perspektif keilmuan pada masa kini sedang dalam “kekacauan” lewat kehadiran bermacam terminologi, seperti posmodernisme, pasca kebenaran (post truth), disrupsi, dan juga poshumanisme. Masing-masing membentuk pusarannya sendiri-sendiri dan seolah-olah masing-masing memiliki legalitas dan kebenarannya untuk muncul sebagai eksisensi yang sangat menopang perkembangan kualitas peradaban umat manusia di atas bumi ini. Sementara itu, dalam konnteks ke-Indonesia-an, berbagai pusaran tersebut pasti mau tidak mau, lambat maupun cepat, tentu akan memiliki dampak, mengingat Indonesia merupakan bagian dari peradaban dunia yang sedang dan terus dalam proses peradaban global. Alih-alih sekadar sebagai objek dari berbagai pusaran tersebut, mampukah Indonesia mengembangkan pola atau strategi yang karakteristik sehingga mampu juga hadir sebagai agen pengubah bagi peradaban tersebut? Jika peradaban Barat berhasil mengglobalkan peradabannya ke berbagai penjuru dunia, lepas dari aspek kolonialisme dan modernismenya, lewat kebesaran mitologi Yunani, yang merupakan sumber peradabannya, mungkinkah Indonesia juga mampu menghadirkan diri secara independen dan berkarakteristik lewat mitologi? Di sinilah peranan eksistensi sastra yang akan akan menjadi salah satu pilar utamanya. Terlebih, sebagai bangsa yang sangat beragam dengan kekayaan etnik, yang tentu juga kaya akan mitologi, sastra Indonesia tentu sudah memiliki modalnya. Bersama-sama dengan bangsa-bangsa lain serumpun, Indonesia bisa menciptakan nilai-nilai dalam menegosiasi peradaban dunia yang sedang sibuk dengan berbagai paradigma dan perspektif yang beridentitaskan “post.”.
NILAI PENDIDIKAN KARAKTER CERITA "ARIA TADUNG WANI PEWARIS PUSAKA SAKTI DAN DUA BADANGSANAK DAN HANTU NI BAYUR" KARYA ALIANSYAH JUMBAWUYA (The Character Education Value of "The Story of Tadung Wani Pewaris Pusaka Sakti, Dua Badangsanak and Hantu Ni Bayur" by Aliansyah Jumbawuya Jahdiah, NFN
Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Vol 3, No 1 (2021): Vol 3, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Kantor Bahasa NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jl.v3i1.54

Abstract

Abstrak:Cerita rakyat merupakan salah satu dari sastra lisan yang ada di Nusantara. Cerita rakyat sperti karya sastra lainnya. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam cerita rakyat Aria Tadung Wani Pewaris Pusaka Sakti dan Dua Badangsanak  dan Hantu Ni Bayur. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan karakter apa yang terdapat dalam dua cerita tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskripsif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam cerita  Aria Tadung Wani Pewaris Pusaka Sakti mempunyai nilai pendidikan karakter jujur, kerja keras, bersahabat, cinta damai, peduli sosial, , dan tanggung jawab. Nilai pendidikan yang terdapat dalam cerita Dua Badangsanak dan Ni Bayur berisi nilai pendidikan  kerja keras, cinta damai,  kreatif, demokrasi, dan rasa ingin tahu.AbstractFolklore is one of oral literature that exists in Indonesian archipelago. Like any other literature, folklore has values in our life, including the value of character education. This study aims to describe the value of character education in the folklore entitled Aria Tadung Wani Pewaris Pusaka Sakti dan Dua Badangsanak dan Hantu Ni Bayur. The problem which is raised in this study is what kind of the value of character education in both stories. This study uses descriptive method by using qualitative approach. The result shows that the folklore entitled Aria Tadung Wani Pewaris Pusaka Sakti has the value of character education of Honest, hardworking, friendly, peace loving, socially responsible and responsibility The values of character education in the folklore entitled Dua Badangsanak dan Hantu Ni Bayur are hard worker, loving peace, creative, social care, and curiosity. 
ROJA HAMA-HAMA? TINJAUAN LINGUISTIK TRADISI TENUN ENDE DAN PALU'E (Roja Hama-hama? A Linguistic Review of The Ende and Palu'e Weaving Traditions) Danerek, Stefan
Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Vol 3, No 1 (2021): Vol 3, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Kantor Bahasa NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jl.v3i1.82

Abstract

The study of loom technology and textile design structure can reveal connections between weaving traditions similarly to how comparative linguistics reveal connections between linguistic groups, due to the inherent conservatism of weaving. This paper compares the weaving traditions of the Ende and the Palu’e, who are linked in oral traditions, primarily by comparing weaving related terminology against the dictionary, and examines if Palu’e weaving have branched away from Ende weaving. The archaic style of Palu’e weaving may have a source in older forms of Flores design structures that became surpassed by developments, such as patola designs among the Ende. But the comparison of the weaving lexicons show a lower convergence than language generally and does not support a Palu’e weaving origin from the Ende, neither do the designs and basic techniques. The links between the Ende and the Palu’e are more on the proto-level; language group, culture, weaving tools. Studi tentang teknologi alat tenun dan struktur desain tekstil dapat mengungkapkan hubungan antara tradisi menenun serupa linguistik komparatif mengungkapkan hubungan antara kelompok linguistik, karena konservatisme inheren tradisi tenun. Artikel ini membandingkan tradisi tenun Ende dan Palu'e, dua kelompok yang terkait dalam tradisi lisan, terutama dengan membandingkan terminologi tenun dengan kamus, dan menguji apakah tenun Palu’e pernah bercabang dari tenun Ende. Gaya kuno tenun Palu’e mungkin memiliki sumber dalam bentuk struktur desain Flores zaman dahulu yang dilampaui perkembangan seperti desain patola di tradisi Ende. Tetapi perbandingan leksikon tenun menunjukkan konvergensi yang lebih rendah daripada bahasa pada umumnya dan tidak mendukung bahwa tenun Palu’e pernah bercabang dari tenun Ende, begitu pula desain dan teknik dasarnya. Hubungan antara Ende dan Palu lebih pada tingkat proto; kelompok bahasa, budaya, alat tenun.
MEMBANGUNKAN BAHASA YANG SEDANG TIDUR DI ALOR: REVITALISASI BAHASA ADANG (Awaken Sleeping Language: Revitalization of Adang Language in Alor) Yulianti, Santy; Handayani, Retno; Ferdinandus, Pangkul
Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Vol 3, No 1 (2021): Vol 3, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Kantor Bahasa NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jl.v3i1.62

Abstract

Revitalization locations for the Adang language learning process are carried out in Alaang Village. The choice of this village due to Alaang Village is located around 30 kilometers from the center of Kalabahi city and is in the middle of the Adang language speaker area. Although it is quite far from the city center, the Alaang people only use the Adang language among the older generation. The target of this activity is the young generation as the next generation of the Adang language. One revitalization activity deals with at least 20 teenagers or children. The learning process is focused on storytelling, poetry, poetry, and singing in Adang. The material is developed based on the daily life of the Adang tribe. The recommendation that can be proposed from this activity is the maintenance of the Adang language that can be carried out by inserting local language learning through local content in schools located in the Adang language area.
MASKULINITAS ISLAM DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURAHMAN EL SHIRAZY (Islamic Masculinity in The Novel of Ayat Ayat Cinta by Habiburahman El Shirazy) Yulianto, Agus
Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Vol 3, No 1 (2021): Vol 3, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Kantor Bahasa NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jl.v3i1.83

Abstract

AbstrakTujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bentuk-bentuk maskulinitas Islam dalam novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburahman El Shirazy dan pertentangannya dengan paham feminis. Adapun masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah bentuk-bentuk maskulinitas Islam dalam novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburahman El Shirazy dan pertentangannya dengan paham feminis. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik studi pustaka. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa maskulinitas Islam yang terdapat dalam novel berupa: 1) berpoligami; 2) saleh; 3) menghargai wanita; 4) humoris dan romantis;  5) pekerja keras dan mandiri; dan 6) teguh dalam memegang prinsip kebenaran. Selain itu pertentangan antara maskulinitas Islam dengan feminisme antara lain masalah poligami dan kesamaan peran. Kata kunci: Maskulinitas, Islam, Novel 
REPRESENTASI TEMA NASIONALISME DALAM FILM UNU PRODUKSI UNIMOR: SEBUAH KAJIAN SEMIOTIKA ROLAND BARTHES (Representation of The Theme of Nationalism in Unu, Unimor Production: A Semiotic Study of Roland Barthes Nalenan, Joni Soleman; Oki, Maria Prisila
Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Vol 3, No 1 (2021): Vol 3, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Kantor Bahasa NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jl.v3i1.69

Abstract

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah Bagaimana menyatakan tema nasionalisme dalam film Unu? Penelitian ini bertujuan untuk merepresentasikan tema nasionalisme dalam film Unu produksi Unimor melalui semiotika Roland Barthes. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif, sedangkan teori yang digunakan adalah teoeri semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat scene yang merepresentasi tema atau makna nasionalisme dalam film Unu, yaknu:  (1) Scene 1: Tentara Nasional Indonesia (TNI) sedang menjaga arus – balik warga di Perbatasan Indonesia – Timor Leste; (2) scene 2. Dalam keadaan bangga dan bahagia Ano memperlihatkan uang rupiah hasil kerjanya kepada Ana kakak perempuannya; (3) scene 3. Ana sedang menerima jahitan seragam SD yang merupakan simbol nasionalisme  dengan sukacita; dan (4) scene 4. Ana sedang mencari jaket merah putih di pasar perbatasan Indonesia dan Timor Leste.
PEREMPUAN DALAM MASKULINITAS MENTAWAI: TELAAH CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL BURUNG KAYU KARYA NIDUPARAS ERLANG (Women Behind Mentawai Masculinities: Their Reflections on "Burung Kayu" by Niduparas Erlang Nurfaidah, Resti
Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Vol 3, No 1 (2021): Vol 3, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Kantor Bahasa NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jl.v3i1.84

Abstract

Makalah ini mengeksplorasi tentang kehidupan suku Mentawai berdasarkan hal-hal yang terungkap di dalam novel Burung Kayu karya Niduparas Erlang. Novel ini merupakan novel ekplorasis yang menuangkan fakta di lapangan. Kehidupan perempuan suku Mentawai cukup menarik perhatian karena dianggap tidak pernah mengalami perubahan, meskipun sebagian kehidupan suku Mentawai telah ditransformasi ke dalam konsep kehidupan barasi. Penelitian ini dibatasi pada dua hal berikut, yaitu 1) bagaimana keterlibataan perempuan dalam sebuah konflik kultural? dan  2) bagaimana bentuk upaya pemertahan diri perempuan dalam suku Mentawai untuk mengatasi konflik kultural tersebut? Melalui konsep analisis framing Pan Kosicki, kehidupan perempuan suku Mentawai dieksplorasi. Hasil amatan sementara, kehidupan perempuan suku Mentawai ibarat dalam dua sisi mata uang. Pada satu sisi, peranannya sangat masif di lingkungan domestik, tetapi peranan tersebut dikooptasi kepentingan patriarkis yang sangat kental.