cover
Contact Name
I KETUT MUDITE ADNYANE
Contact Email
adnyane@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
acta.vet.indones@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
ACTA VETERINARIA INDONESIANA
ISSN : 23373207     EISSN : 23374373     DOI : -
Core Subject : Health,
Acta Veterinaria Indonesiana (Indonesian Veterinary Journal) mempublikasikan artikel-artikel dalam bentuk: penelitian, ulasan, studi kasus, dan komunikasi singkat yang berkaitan dengan berbagai aspek ilmu dalam bidang kedokteran hewan, biomedis, peternakan dan bioteknologi. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris. Acta Veterinaria Indonesiana diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Hewan bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia. Terbit dua kali dalam satu tahun pada bulan Januari dan Juli. [ISSN 2337-3202, E-ISSN 2337-4373]
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol. 4 No. 2 (2016): Juli 2016" : 9 Documents clear
Identifikasi Kecacingan pada Satwa Liar dan Ternak Domestik di Taman Nasional Way Kambas, Lampung Dedi Candra; Efrida Warganegara; Samsul Bakri; Agus Setiawan
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 4 No. 2 (2016): Juli 2016
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (570.128 KB) | DOI: 10.29244/avi.4.2.57-67

Abstract

Penyakit kecacingan dan interaksi antara satwa liar dengan ternak domestik di kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) merupakan permasalahan yang harus mendapat perhatian serius dalam pengelolaan konservasi di TNWK dan pemeliharaan ternak di desa penyangga TNWK. Penelitian ini bertujuan untuk identifi kasi keberadaan cacing pada sampel tinja (feses) satwa liar (harimau, badak, dan gajah) dan ternak domestik (sapi, kerbau, dan kambing) di sekitar TNWK. Pengambilan sampel dilakukan pada musim hujan yaitu pada periode Januari-Juli 2014 dan Oktober 2014 - Februari 2015; dengan lokasi pengambilan mencakup 36 lokasi (11 lokasi di TNWK dan 25 lokasi di desa-desa penyangga). Identifikasi cacing dari feses dilakukan dengan metode natif, pengendapan dan pengapungan, penghitungan telur dengan metode Mc Master, dan telaah potensi cacing zoonosis dengan studi literatur. Tidak ditemukan cacing pada harimau, sementara itu pada badak dan gajah Sumatera ditemukan Paramphistomum spp dan Strongyloides spp. Cacing yang ditemukan pada kerbau, sapi dan kambing ialah Paramphistomum spp, Fasciola spp, Trichuris spp, Mecistocirrus spp, Strongylus spp, Bunostomum spp, Haemonchus spp, Strongyloides spp, Oesophagostomum spp, Nematodirrus spp, dan Trichostrongylus spp. Inang ternak domestik (kerbau dan sapi) berpotensi menjadi vektor penularan Paramphistomum spp ke satwa liar. Kemungkinan cacing gastrointestinal yang berpotensi sebagai zoonosis ialah Fasciola spp, Strongyloides spp, Oesophagostomum spp, Haemonchus spp, Trichostrongylus spp dan Trichuris spp.
Efek Anti Diabetes Buah Pare (Momordica charantia Linn.) Terhadap Kadar Glukosa Darah, Sel Penyusun Pulau Langerhans dan Sel Leydig pada Tikus Putih Hiperglikemia I Dewa Putu Anom Adnyana; Dewa Ketut Meles; . Wurlina; Sunarni Zakaria; Niluh Suwasanti
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 4 No. 2 (2016): Juli 2016
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (880.818 KB) | DOI: 10.29244/avi.4.2.43-50

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ekstrak buah pare (Momordica charantia Linn.) terhadap kadar glukosa darah, sel penyusun pulau Langerhans dan sel Leydig tikus putih (Rattus norvegicus) hiperglikemia. Tikus putih sebanyak 25 ekor dibagi secara acak menjadi 5 kelompok. Induksi aloksan dengan dosis 150 mg/kgbb secara intraperitoneal untuk menimbulkan kerusakan pankreas dilakukan pada 5 kelompok perlakuan. Tiga kelompok perlakuan diterapi dengan berbagai dosis ekstrak buah pare, (P1) 29 mg/1ml/hari, (P2) 50 mg/1ml/hari, dan (P3) 59 mg/1ml/hari, satu kelompok sebagai kontrol negatif (P0) diberi CMC Na 0,5% 1ml/hari, kontrol positif (K+) diberi Glibenclamide® 0,126 mg/1ml/hari. Ekstrak buah pare diberikan selama 21 hari. Kadar glukosa diperiksa setelah 2 jam, 4 jam, 6 jam dan 8 jam pascapemberian dihari pertama. Kadar glukosa selanjutnya diperiksa pada hari ke 7, 14 dan 21. Semua tikus dieuthanasia setelah 21 hari perlakuan, pankreas dan testis diambil untuk dibuat preparat histopatologi. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak buah pare (Momordica charantia Linn.) memiliki efek antidiabetik yang dapat menurunkan kadar gula darah, meningkatkan jumlah sel insula Langerhans dan meningkatkan jumlah sel Leydig pada dosis 50 mg/1ml/hari pada hari ke 21 setelah perlakuan.
Prevalensi Mastitis Subklinis dan Evaluasi Mikrobiologis Susu Peternakan Rakyat di Boyolali Ardilasunu Wicaksono; Mirnawati Sudarwanto
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 4 No. 2 (2016): Juli 2016
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.142 KB) | DOI: 10.29244/avi.4.2.51-56

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur prevalensi mastitis subklinis dan mengevaluasi kualitas mikrobiologis susu di peternakan rakyat Kabupaten Boyolali. Metode pengukuran prevalensi dilakukan dengan memilih sebanyak 130 ekor sapi sebagai sampel individu menggunakan penarikan contoh acak sederhana, sementara evaluasi mikrobiologis susu dilakukan pada 22 peternakan model yang telah diberikan penyuluhan dan pendampingan terkait praktik higiene dan sanitasi pemerahan. Uji diagnostik mastitis subklinis dilakukan dengan reagen IPB-1 mastitis test dan perhitungan jumlah kuman dengan total plate count (TPC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi mastitis subklinis di peternakan rakyat kabupaten Boyolali masih tinggi yaitu 65% (57-74%). Dari hasil tersebut, 72 sampel (55%) positif satu (+) dan 13 sampel (10%) positif dua (++) uji mastitis subklinis. Disamping itu dari hasil evaluasi mikrobiologis setelah dilakukan penyuluhan, 95,5% sampel susu memiliki jumlah total kuman di bawah standar SNI yaitu 1,0 x 106 cfu/ml dan hanya terdapat satu peternak (4,5%) yang memiliki TPC sebesar 4,4 x 106 cfu/ml. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa prevalensi mastitis subklinis masih sangat tinggi dan perlu dilakukan penyuluhan kepada peternak sehingga dapat meningkatkan kesadaran untuk menerapkan praktik higiene dan sanitasi.
Aktivitas Larvasida Biji Bengkuang sebagai Insektisida Nabati terhadap Larva Lalat Crysomya bezziana Aulia Andi Mustika; Upik Kesumawati Hadi; April Hari Wardhana; Min Rahminiwati; Ietje Wientarsih
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 4 No. 2 (2016): Juli 2016
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (42.789 KB) | DOI: 10.29244/avi.4.2.68-73

Abstract

Bengkuang merupakan salah satu tanaman obat yang berpotensi sebagai bioinsektisida. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas biji bengkuang sebagai insektisida nabati terhadap larva lalat Crysomya bezziana (C. bezziana) agen penyebab miasis secara in vitro. Penelitian ini terbagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Masing-masing sebanyak 20 Larva instar 1 (L1), Larva instar 2 (L2), dan Larva instar 3 (L3) C.bezziana digunakan untuk pengujian in vitro menggunakan pot plastik yang berisi media larva dan ekstrak ethanol biji bengkuang dengan konsentrasi bertingkat 0,06, 0,12, dan 0,25%. Coumaphos 0,06% dan akuades steril digunakan sebagai kontrol positif dan negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada konsentrasi 0,25% mampu menyebabkan 100% kematian larva dan 100% pupa tidak menetas. Pengujian L3 menunjukkan bahwa ekstrak ethanol biji bengkuang mampu menyebabkan penurunan daya tetas pada semua konsentrasi. Pengujiaan L1 dan L2 untuk mengindikasikan efektifi tas ekstrak sebagai racun perut, sedangkan pengujian pada L3 sebagai indikasi racun kontak. Biji bengkuang memiliki daya larvasida terhadap beberapa jenis larva serangga C. bezziana.
Gambaran Nilai Hematologi Tikus Putih Betina Dara pada Pemberian Tombong Kelapa Sumiaty Aiba; Wasmen Manalu; Agik Suprayogi; Hera Maheshwari
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 4 No. 2 (2016): Juli 2016
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.14 KB) | DOI: 10.29244/avi.4.2.74-81

Abstract

Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh tombong kelapa yang dicampurkan ke dalam pakan terhadap parameter kesehatan tikus putih betina dara melalui nilai hematologi lengkap. Parameter hematologi yang dianalisa meliputi hemoglobin, eritrosit, leukosit, hematokrit, dan diff erensial leukosit. Penelitian ini menggunakan 4 kelompok perlakuan dosis tombong kelapa 0 mg, 50 mg, 100 mg, dan 200 mg/ekor/hari, masing-masing terdiri dari 6 ulangan. Serbuk kasar tombong kelapa dicampurkan ke dalam pakan komersil dan dibentuk kembali menjadi pakan pelet. Dosis campuran tombong kelapa tersebut diberikan sebanyak satu kali/hari. Sampel darah diambil selama 4 minggu. Hasil penelitian menunjukkan, kadar hemoglobin tidak meningkat secara nyata (P>0,05). Jumlah Hb normal, yaitu 11.93-15.19 g%. Eritrosit dan leukosit, menunjukkan peningkatan dan penurunan secara nyata (P<0,05). Rata-rata jumlah eritrosit 6.03-8.96 juta/mm3, leukosit 7.18-15.77 ribu/mm3 terindikasi normal. Leukosit di minggu keempat pada dosis 50 mg, 100 mg, dan 200 mg/ekor/hari menurun dari batas normal, yaitu 6-10 ribu/mm3. Hematokrit tidak meningkat secara nyata (P>0,05). Diff erensial leukosit, yaitu limfosit minggu pertama, dan monosit minggu ketiga meningkat signifi kan (P>0,05). Netrofi l di minggu pertama terjadi penurunan secara signifi kan (P<0,05) dibandingkan kelompok kontrol. Eosinofi l menunjukkan perubahan secara signifi kan di minggu ketiga (P<0,05). Rata-rata nilai eosinofi l berada dalam jumlah normal, yaitu 1-4%. Basofi l tidak ditemukan pada pemberian diet pakan tombong kelapa. Kesimpulan bahwa, tombong kelapa tidak berpengaruh pada homoestasis darah. Dosis yang terbaik yaitu 50 mg, dan 100 mg/ekor/hari.
Potensi Ekstrak Air Daun Sirsak sebagai Penurun Kolesterol dan Pengendali Bobot Badan Lelly Yuniarti; Miranti Kania Dewi; Uci Ary Lantika; Tryando Bhatara
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 4 No. 2 (2016): Juli 2016
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (155.893 KB) | DOI: 10.29244/avi.4.2.82-87

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak air daun sirsak terhadap bobot badan dan kadar kolesterol darah. Penelitian ini menggunakanrancangan acak lengkap dengan 5 kelompok perlakuan masing-masing sebanyak 3 ulangan. Hewan coba berupa tikus galur Wistar sebanyak 15 ekor dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, yaitu kelompok yang diberikan ekstrak air daun sirsak dengan dosis 200 mg/kgBB, 400mg/kgBB, kontrol positif, kontrol negatif, dan kontrol normal. Rerata bobot badan dan kadar kolesterol kemudian dianalisis menggunakan Sapphiro Wilk test, ANOVA dan Kruskall Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua kelompok yang diberikan ekstrak daun sirsak memiliki efek menghambat peningkatan bobot badan jika dibandingkan dengan kontrol normal, sedangkan untuk kadar kolesterol darah didapatkan bahwa seluruh kelompok perlakuan menunjukkan kadar kolesterol darah yang sama dengan kelompok yang diberikan simvastatin. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa ekstrak air daun sirsak memiliki efek mengendalikan bobot badan dan kolesterol darah. Efek terhadap kolesterol darah serupa dengan simvastatin, karena ekstrak air daun sirsak mengandung fl avonoid yang mempunyai efek menghambat enzim HMG CoA reduktase, serupa dengan mekanisme kerja simvastatin dalam menurunkan kadar kolesterol darah.
Prevalensi dan Karakterisasi Molekuler Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) di Sentra Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) Propinsi Banten Rona Choiruz Zaujat; Surachmi Setiyaningsih; Angela Mariana Lusiastuti
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 4 No. 2 (2016): Juli 2016
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.038 KB) | DOI: 10.29244/avi.4.2.88-96

Abstract

Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) adalah virus yang umum menyerang udang putih (Litopenaeus vannamei) dalam industri budidaya udang di dunia. Di Indonesia, penyakit myonecrosis pertama kali diketahui terjadi pada udang putih dari pertambakan di Situbondo, Jawa Timur, pada tahun 2006 dengan prevalensi 11.11% dan gejala klinis serupa dengan kejadian wabah myonecrosis di Brazil pada tahun 2002. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan karakteristik molekuler IMNV di sentra budidaya udang vaname di Propinsi Banten. Sampel udang dikumpulkan selama periode Maret hingga Juni 2015. Sebanyak 24 sampel diperoleh dari 24 area pertambakan aktif kemudian di-pool dan diuji menggunakan metode Real Time Polymerase Chain Reaction (PCR). Hasil uji menunjukkan bahwa prevalensi IMNV secara keseluruhan di Propinsi Banten adalah sebesar 33,3% dengan rincian: Kota Serang 0%; Kabupaten Serang 0%; Kabupaten Tangerang 14,3% dan Kabupaten Pandeglang 100%. Analisis perbandingan genom IMNV pada ORF1parsial menunjukkan bahwa isolat lapang Banten, isolat Indonesia dan Brazil memiliki persentase kemiripan 97,4-100%. Analisis sekuens asam amino menunjukkan persentase kemiripan 97,6-100%. Analisis fi logenetik sekuens nukleotida menunjukkan bahwa telah terjadi diversifikasi genetik antara IMNV Indonesia dan Brazil dan antar isolat Indonesia sendiri.
Perbandingan Aktivitas Antelmintik Albendazole dan Levamisole terhadap Ascaridia galli secara In Vitro Ummu Balqis; Muhammad Hambal; . Darmawi; Abdul Harris; . Rasmaidar; Farida Athaillah; . Muttaqien; . Azhar; . Ismail; Razali Daud
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 4 No. 2 (2016): Juli 2016
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.142 KB) | DOI: 10.29244/avi.4.2.97-102

Abstract

Penelitian ini meneliti aktivitas antelmintik albendazole dan levamisole terhadap hambatan motilitas, percepatan waktu paralisis, dan motilitas cacing Ascaridia galli dewasa secara in vitro. Sebanyak empat ekor cacing masing dibuat triplikat dalam NaCl 0,9% masing-masing dengan konsentrasi 15 mg/ml Albendazole, dan 0.6 mg/ml Levamisole. Motilitas cacing diamati pada interval 10, 20, 30, dan 40 jam. Paralisis dan kematian diamati pada tampilan tidak ada pergerakan badan pada bagian kepala dan ekor cacing. Hasil menunjukkan bahwa aktivitas albendazole dan levamisole terhadap mortalitas A. galli berturut-turut terjadi pada 40 dan 30 jam pasca inkubasi. Levamisole dapat menghambat motilitas A. galli pada jam ke 10 dan juga menyebabkan lebih awal paralisis pada 6,75 ± 0,50 jam pasca inkubasi. Kajian tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas antelmintik levamisole lebih awal dibandingkan efek albendazole pada cacing A. galli.
Sampul Luar, Sampul Dalam & Daftar Isi Vol 4 No 2 Acta Vet Indones
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 4 No. 2 (2016): Juli 2016
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.116 KB) | DOI: 10.29244/avi.4.2.i-vii

Abstract

Acta Vet Indones Vol 4 No 2 Sampul Luar, Sampul Dalam, Kata Pengantar, Guideline for Author, dan Daftar Isi

Page 1 of 1 | Total Record : 9