Claim Missing Document
Check
Articles

FORMULASI LARVASIDA NABATI BERBASIS MINYAK BIJI KAMANDRAH (Croton tiglium L.) TERSTANDAR SEBAGAI PENCEGAH PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE Winoto, Evul; Iswantini, Dyah; Batubara, Irmanida; Hadi, Upik Kesumawati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 24, No 2 (2013): Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Balittro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKKamandrah (Croton tiglium L.) merupakan tanaman obat yang banyak terdapat di Kalimantan. Biji kamandrah banyak dimanfaatkan sebagai obat pencahar, racun ikan, dan pembunuh jentik nyamuk. Penelitian ini bertujuan mendapatkan formula minyak biji kamandrah untuk larvasida nabati yang efektif, aman dan mendapatkan minyak kamandrah terstandar sebagai bahan baku larvasida nabati. Analisis fisiko kimia minyak biji kamandrah hasil budidaya di Sukabumi memberikan hasil kadar air 0,33%, keasaman 0,09%, viskositas 4,1 cP, berat jenis 0,9425 g ml-1, indeks bias 1,4788 serta kadar asam lemak bebas 1,65%. Hasil uji ini lebih baik dibanding dengan tanpa budidaya dari Kalimantan dan Sukabumi. Uji menggunakan spektrofotometri menunjukkan kandungan piperine minyak biji kamandrah hasil budidaya Sukabumi sebesar 0,046%; tanpa budidaya dari Sukabumi dan Kalimantan masing-masing 0,043% dan 0,037%. Kandungan piperine berpengaruh terhadap hasil uji efikasi larva nyamuk Aedes aegypti instar III, nilai LC50 pengamatan 24 jam minyak kamandrah hasil budidaya Sukabumi sebesar 114,4 ppm, minyak kamandrah tanpa budidaya dari Sukabumi dan Kalimantan masing-masing 125,2 dan 212,9 ppm. Formulasi larvasida metode granulasi basah terhadap minyak biji kamandrah hasil budidaya Sukabumi menunjukkan, kandungan minyak kamandrah 15% dengan emulsifier gom arab memberikan hasil paling efektif dengan nilai LC50 24 jam sebesar 210,01 ppm. Uji stabilitas formula larvasida nabati minyak biji kamandrah yang disimpan pada temperatur 30, 40 dan 50oC selama 28 hari menunjukkan tidak ada perubahan fisik pada granul. Selama penyimpanan terjadi peningkatan kandungan piperine dalam formula larvasida antara 0,6-234%. Uji durabilitas formula larvasida terhadap larva A. aegypti menunjukkan penurunan potensi larvasida sampai di bawah 50% pada hari ke 12 setelah aplikasi.Kata kunci: Croton tiglium, larvasida nabati, standarisasi, formulasi
Epidemiology of Japanese–B– encephalitis infection in pigs in Riau and North Sumatera Provinces Sendow, Indrawati; Syafriati, Tatty; Hadi, Upik Kesumawati; Malole, Martin; Soviana, Susi; ., Darminto
Indonesian Journal of Animal and Veterinary Sciences Vol 8, No 1 (2003)
Publisher : Indonesian Animal Sciences Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.336 KB) | DOI: 10.14334/jitv.v8i1.374

Abstract

Epidemiology study on Japanese-B-Encephalitis (JE) was conducted in Riau and North Sumatera Provinces. A total of 190 pig sera from Riau Province and 164 pig sera from North Sumatera were tested using competitive ELISA (C-ELISA) to detect antibodies against JE virus. Insect collection was also conducted using several methods near pig farms in those provinces and identified into species to gain more information on its role to distribute JE infection. Serological results indicated that 70% pig in Sumatera and 94% pig in Riau had antibodies against JE virus. The highest prevalence of reaktor was detected in pig of more than 4 months age in both Provinces. The results of insect collection showed that Culex tritaeniorchynchus and Culex quinquefasciatus were the most dominant species in both provinces. Based on serological testing, indicated that JE virus infected pig in Sumatera and Riau Provinces, and higher reactor was obtained in older pig. Culex tritaeniorchynchus and Culex quinquefasciatus were the dominant insect species in both provinces, hence those species had a possibility to play an important role of JE transmission.   Key words: JE, pigs, serology, insects
FORMULASI LARVASIDA NABATI BERBASIS MINYAK BIJI KAMANDRAH (Croton tiglium L.) TERSTANDAR SEBAGAI PENCEGAH PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE Winoto, Evul; Iswantini, Dyah; Batubara, Irmanida; Hadi, Upik Kesumawati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 24, No 2 (2013): Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Balittro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKKamandrah (Croton tiglium L.) merupakan tanaman obat yang banyak terdapat di Kalimantan. Biji kamandrah banyak dimanfaatkan sebagai obat pencahar, racun ikan, dan pembunuh jentik nyamuk. Penelitian ini bertujuan mendapatkan formula minyak biji kamandrah untuk larvasida nabati yang efektif, aman dan mendapatkan minyak kamandrah terstandar sebagai bahan baku larvasida nabati. Analisis fisiko kimia minyak biji kamandrah hasil budidaya di Sukabumi memberikan hasil kadar air 0,33%, keasaman 0,09%, viskositas 4,1 cP, berat jenis 0,9425 g ml-1, indeks bias 1,4788 serta kadar asam lemak bebas 1,65%. Hasil uji ini lebih baik dibanding dengan tanpa budidaya dari Kalimantan dan Sukabumi. Uji menggunakan spektrofotometri menunjukkan kandungan piperine minyak biji kamandrah hasil budidaya Sukabumi sebesar 0,046%; tanpa budidaya dari Sukabumi dan Kalimantan masing-masing 0,043% dan 0,037%. Kandungan piperine berpengaruh terhadap hasil uji efikasi larva nyamuk Aedes aegypti instar III, nilai LC50 pengamatan 24 jam minyak kamandrah hasil budidaya Sukabumi sebesar 114,4 ppm, minyak kamandrah tanpa budidaya dari Sukabumi dan Kalimantan masing-masing 125,2 dan 212,9 ppm. Formulasi larvasida metode granulasi basah terhadap minyak biji kamandrah hasil budidaya Sukabumi menunjukkan, kandungan minyak kamandrah 15% dengan emulsifier gom arab memberikan hasil paling efektif dengan nilai LC50 24 jam sebesar 210,01 ppm. Uji stabilitas formula larvasida nabati minyak biji kamandrah yang disimpan pada temperatur 30, 40 dan 50oC selama 28 hari menunjukkan tidak ada perubahan fisik pada granul. Selama penyimpanan terjadi peningkatan kandungan piperine dalam formula larvasida antara 0,6-234%. Uji durabilitas formula larvasida terhadap larva A. aegypti menunjukkan penurunan potensi larvasida sampai di bawah 50% pada hari ke 12 setelah aplikasi.Kata kunci: Croton tiglium, larvasida nabati, standarisasi, formulasi
Effect of Climatic Factors and Habitat Characteristics on Anopheles Larval Density Tulak, Noper; Handoko, Handoko; Hidayati, Rini; Kesumawati, Upik; Hakim, Lukman
KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 13, No 3 (2018)
Publisher : Department of Public Health, Faculty of Sport Science, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kemas.v13i3.11560

Abstract

Koya Barat village is one of the areas in Jayapura City which has high incidence of malaria. Malaria cases in this region are affected by local conditions, including the climate and environment of aquatic habitats.The purpose of this study was to analyze the effect of climatic factors and habitat characteristics on Anopheleslarval density in Koya Barat village. The method used is field observation with descriptive and statistical analysis approach.The results showed that there are four parameters that significantly affect on larval density, namely rainfall, air temperature, water temperature and salinity. The relationship between rainfall with the larval density in freshwater permanent habitat is negative linear. While in brackish water permanent habitat and semi permanent habitat is non-linear (2nd order polynomial). The relationship between air temperature, water temperature and salinity with the larval density in freshwater habitat are positive linear, while in brackish water habitat and semi permanent habitat are negative linear.
Tabel Hidup Nyamuk Vektor Filariasis Limfatik Culex quinquefasciatus (Diptera: Culicidae) di Laboratorium Ramadhani, Tri; Yuliani, Vina; Hadi, Upik Kesumawati; Soviana, Susi; Irawati, Zubaidah
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 18, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.18.2.73-80

Abstract

Latar belakang: Kelangsungan hidup nyamuk merupakan aspek yang penting dalam penularan penyakit tular vektor. Culex quinquefasciatus merupakan vektor filariasis limfatik yang disebabkan oleh wuchereria bancrofti. Pengetahuan kehidupan nyamuk berperan penting dalam keberhasilan program pengendalian vektor. Tujuan penelitian ini mendiskripsikan tabel hidup nyamuk Cx. quinquefasciatus di laboratorium.Metode: Penelitian diawali dengan koleksi larva Cx. quinquefasciatus di  Kota Pekalongan, kemudian diidentifikasi dan kolonisasi dalam kondisi laboratorium. Parameter yang diukur meliputi masa inkubasi, ekslosi, eksdisis, ketahanan hidup, laju reproduksi, waktu generasi dan laju pertumbuhan intrinsik.  Hasil: Cx. quinquefasciatus mempunyai siklus hidup 12.5 hari. Umur telur, larva, dan pupa masing-masing adalah 2.07; 10.2; dan  2.25 hari. Nyamuk jantan mempunyai ketahanan hidup yang lebih pendek dibandingkan betina. Laju reproduksi  bersih (Ro) sebesar 196.75, laju pertumbuhan intrinsik 0.35  dan waktu generasi (T) 14.91 hari.Simpulan: Pertumbuhan populasi Cx. quinquefasciatus  dapat diatur dan dikendalikan oleh kelulusan hidup dan mortalitas. ABSTRACTTitle: The Live Table of Vector Lymphatic Filariasis Culex quinquefasciatus (Diptera: Culicidae) in the LaboratoryBackground: The survival of a mosquito is an important aspect in the transmission of vector borne disease. Culex quinquefasciatus, which is a vector of lymphatic filariasis caused by wuchereria bancrofti. The knowledge of mosquito life is important in providing the foundation for the success of the vector control program. The research  aim to describe the life table Cx. quinquefasciatus in the laboratoryMethods:. This study was originated from the collecting larve  of Cx. quinquefasciatus from Pekalongan City, which were then identified and colonized under laboratory conditions. Parameters measured include the incubation period, ekslosi, eksdisis, survival rate, reproduction rate, and generation time.Results:The results showed that Cx. quinquefasciatus has a 12.5 day life cycle. Egg, larva, and pupa respectively were 2.07; 10.2; and 2.25 days. The males have a shorter survival period compared to  the  females. The net  reproductive  rate  (Ro)  was  196.75;  the  intrinsic  growth  rate  (rm)  was  0.35  and  the average generation time (T) was 14.91 days.Conclusion : The population growth of Culex quinquefasciatus can be regulated and controlled by life graduation and mortality 
Studi agrobiofisik kamandrah (croton tiglium L.) dan penentuan potensi awal kamandrah sebagai larvasida hayati pencegah penyakit demam berdarah dengue Dyah Iswantini; Rosihan Rosman; Upik Kesumawati; Djumali Mangunwidjaja; Min Rahminiwati; Adi Riyadhi
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 14 No. 2 (2009): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1308.713 KB)

Abstract

The aim of the research is to obtain the ecological condition and propagation of kamandrah (Croton tiglium L.) and determination of its potency as biological larvacidal for preventing dengue haemorraghic fever. Agrobiophysic study indicated that Croton tiglium L. plant need full sunlight(> 70 %). low intensity of sunlight could decrease the ability of plant to produce seed. The plant could grow well on podzolic land (30-50 m upon sea surface). Seed of kamandrah from Ampah has growth percentage of 43.8 °/o, height of 27.5 em, stem diameter of 5 em, total leaves of 10, and total primary branches of 2. Phytochemical assay resulted that among other part of Kamandrah, Kamandrah seed has highest alkaloid content. Because alkaloid compound has high larvicidal activity, kamandrah seed has high potency as larvicide. Among all of extracts of part of plant, oil of Croton tiglium L. has the highest potency as biological larvacidal with 863.67 ppm of LC50 for 24 hours of treatment.
Potensi Jarak Pagar (Jatropha curcas) sebagai Larvasida Hayati Pencegah Penyakit Demam Berdarah Dengue Dyah Iswantini; Adi Riyadhi; Upik Kesumawati; Rosihan Rosman; Djumali Mangunwidjaja; Min Rahminiwati
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 16 No. 1 (2011): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (629.563 KB)

Abstract

Recently, Indonesia has big problem caused by dengue haemorraghic fever with A. aegypti as vector. Potential medicine and vaccine for curing this disease have not been found. The effective method to prevent this disease is the use of A. aegypti larvicidal. The chemical larvicidal has disadvantage for evironmental aspect. To solve this problem, the biological larvicidal has a good chance to develop. Indonesia has megadiversity which can be developed as biological larvicidal. Crude aqueous extracts and ethanol extracts of Jatropha curcas (Jarak pagar) seed and oil of Jatropha curcas were evaluated for larvicidal potential against the Aedes aegypti mosquito. Among all extracts, Jatropha curcas oil possessed a highest activity against the 3th instar larvae of Aedes. LC50 values of Jatropha curcas oil was 1507 ppm for 24 h and 866 ppm for 48 h. It was suggested that the Croton tiglium oil and Jatropha curcas oil possess larvicidal properties that could be developed and used as biological larvicidal. 
Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kota Sukabumi Berdasarkan Kondisi Iklim Lisa Hidayati; Upik Kesumawati Hadi; Susi Soviana
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 5 No. 1 (2017): Januari 2017
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (42.789 KB) | DOI: 10.29244/avi.5.1.22-28

Abstract

Demam berdarah dengue (BDB) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari famili Flaviridae yang ditularkan oleh serangga (arthropod borne virus = arbovirus) melalui perantara utama nyamuk Aedes aegypti. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor iklim dengan kejadian DBD di Kota Sukabumi. Data iklim merupakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Klimatologi Meteorologi dan Geofisika wilayah II Dramaga. Sedangkan data kasus DBD diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Sukabumi. Data dianalisa menggunakan analisis correlation pearson product moment dan regresi linear sederhana. Hasil penelitian tentang faktor iklim menunjukkan bahwa ada hubungan antara suhu udara dengan kasus DBD di kota Sukabumi di tahun 2010-2015, tetapi tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor iklim (curah hujan, dan kelembaban) dengan tingkat kejadian DBD karena data tidak dikumpulkan untuk jangka waktu yang cukup lama. Hasil ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam program pengendalian masa depan untuk Ae. aegypti, karena bisa dilakukan untuk meramalkan waktu pengendalian dan manajemen pengendalian yang efektif.
Aktivitas Larvasida Biji Bengkuang sebagai Insektisida Nabati terhadap Larva Lalat Crysomya bezziana Aulia Andi Mustika; Upik Kesumawati Hadi; April Hari Wardhana; Min Rahminiwati; Ietje Wientarsih
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 4 No. 2 (2016): Juli 2016
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (42.789 KB) | DOI: 10.29244/avi.4.2.68-73

Abstract

Bengkuang merupakan salah satu tanaman obat yang berpotensi sebagai bioinsektisida. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas biji bengkuang sebagai insektisida nabati terhadap larva lalat Crysomya bezziana (C. bezziana) agen penyebab miasis secara in vitro. Penelitian ini terbagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Masing-masing sebanyak 20 Larva instar 1 (L1), Larva instar 2 (L2), dan Larva instar 3 (L3) C.bezziana digunakan untuk pengujian in vitro menggunakan pot plastik yang berisi media larva dan ekstrak ethanol biji bengkuang dengan konsentrasi bertingkat 0,06, 0,12, dan 0,25%. Coumaphos 0,06% dan akuades steril digunakan sebagai kontrol positif dan negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada konsentrasi 0,25% mampu menyebabkan 100% kematian larva dan 100% pupa tidak menetas. Pengujian L3 menunjukkan bahwa ekstrak ethanol biji bengkuang mampu menyebabkan penurunan daya tetas pada semua konsentrasi. Pengujiaan L1 dan L2 untuk mengindikasikan efektifi tas ekstrak sebagai racun perut, sedangkan pengujian pada L3 sebagai indikasi racun kontak. Biji bengkuang memiliki daya larvasida terhadap beberapa jenis larva serangga C. bezziana.
Ragam Jenis dan Aktivitas Mengisap Darah Lalat Stomoxys spp di Peternakan Sapi Perah di Kabupaten Bogor Wendi Afriyanda; Upik Kesumawati Hadi; Susi Soviana
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 7 No. 1 (2019): Januari 2019
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (14.505 KB) | DOI: 10.29244/avi.7.1.37-45

Abstract

Keberadaan Stomoxys spp (lalat kandang) pada peternakan sapi perah memiliki dampak negatif seperti penurunan produktivitas susu dan bobot badan, dan sebagai vektor penularan patogen penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis dan aktivitas mengisap darah lalat kandang. Lalat dikoleksi dengan menggunakan vavoa trap yang ditempatkan di luar peternakan sapi perah dan juga dilakukan pengamatan aktivitas mengisap darah lalat pada tubuh sapi selama 12 jam (06.00-18.00). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada empat spesies dari genus Stomoxys, yaitu, Stomoxys calcitrans (90.5%), S. sitiens (5,05%), S. indicus (3,57%), dan S. bengalensis (0,88%). Aktivitas mengisap darah lalat Stomoxys spp sangat berfluktuasi di setiap jam pengamatan, mulai pukul 06.00-07.00 WIB, kemudian meningkat pada setiap jam, dan puncak aktivitas mengisap darah pada pukul 15.00-16.00 WIB. Hasil uji korelasi Pearson antara curah hujan dan aktivitas mengisap darah Stomoxys spp menunjukkan korelasi yang tinggi, tetapi tidak signifikan (R-0,922 dan nilai p=0,253>0,05) karena waktu penelitian tidak lama.
Co-Authors . Sugiarto Adi Riyadhi Adi Supryatno Affan Zufar Agus Setiyono Agustin Indrawati Amalan Tomia Ambar Retnowati Anak Agung Istri Sri Wiadnyani Angga Puji Nugraha April Hari Wardhana Apriyanto . Ari Tjahyadi Rafiuddin ARSHI Veterinary Letters FKH IPB ASEP SAEFUDDIN Asti Tri Pramadani Aulia Andi Mustika Azery Bin Kamiring Bayu Febram Prasetyo Bayu Febram Prasetyo Bina Ikawati Cahyaningsih, Umi Daowen Zhang Darminto . Darminto . Dimas Novianto Djumali Mangunwidjaja Dwi Astuti Dwi Djayanti Gunandini Dwi Jayanti Gunandini Dyah Iswantini Dyah Widiastuti Eko Prasetyo Nugroho Elok Budi Retnani Etih Sudarnika Ety Rahmawati Evul Winoto Evul Winoto Fahmi Khairi Fahmi Khairi Handoko Handoko Handoko Handoko Idho Anugrah Al Kholik IETJE WIENTARSIH Imam Hanafi Indrawati Sendow Indrawati Sendow Irmanida Batubara Isfanda Isfanda Isna Lailatur Rohmah jek managerxot Jodi Vanden Eng Jusniar Ariati Lisa Hidayati Lukman Hakim Lukman Hakim Lukman Hakim Lukman Hakim Lukman Hakim Lukman Hakim Lukman Hakim Lukman Hakim Martin Malole Mila Karmila Min Rahminiwati Mirnawati Sudarwanto Muhammad Nirwan Muhammad Umar Riandi Ni Putu Indah Purnami Noper Tulak Pratitis S Wibowo Puguh Wahyudi Rama Adi Rianto Rini Hidayati Risa Tiuria Riski Muhammad Rita Kusriastuti Rizaldi Boer Rosihan Rosman Safika . Singgih Harsoyo Sigit Singgih Harsoyo Sigit Sjafrida Manuwoto sri murtini . Sri Nur Rahmi Nur Rustam Sugiarto Sugiarto Sugiarto Sugiarto Sugiarto Sugiarto Sugiarto Sugiarto Sumiati Tomia SUPRIYONO SUPRIYONO Supriyono, Supri Surachmi Setiyaningsih Surachmi Setyaningsih Suriyani Tan Suryani Tan Susan M Noor Susi Soviana Syarif Hidayat Syifa Alya Tatty Syafriati Tri Ramadhani Tri Ramadhani Tytha Nadhifa Winarto Vina Yuliani, Vina Virgilius Martin Kelake Kedang Wendi Afriyanda William A. Hawley Wiwin Winarsih Yonny Koesmaryono Zahara Fadilla Zubaidah Irawati Zubaidah Irawati