cover
Contact Name
Abdillah Afabih
Contact Email
abdillahafa5@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalnabawi@gmail.com
Editorial Address
Jl. Irian Jaya No. 10 Tebuireng Diwek Jombang
Location
Kab. jombang,
Jawa timur
INDONESIA
Nabawi: Journal of Hadith Studies
ISSN : 27978370     EISSN : 27463206     DOI : -
NABAWI: Journal of Hadith Studies provide a platform for researchers on hadith and history of hadith. Author can send his research about hadith on any perspective. Nevertherless, We suggest the following broad areas of research: 1. Takhrij and dirasat al-asanid 2. Ulumul Hadith 3. Living Hadith 4. Mukhtalaf Hadith 5. Fiqh al-Hadith 6. Lughat al-hadith 7. Biographical research of ahl al-hadith
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 38 Documents
KODIFIKASI HADIS DALAM PANDANGAN SUNNIY DAN SHI’IY Hanif Fathoni
Nabawi: Journal of Hadith Studies Vol 1, No 1 (2020): Nabawi Journal of Hadith Studies
Publisher : LP2M Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (693.252 KB) | DOI: 10.55987/njhs.v1i1.10

Abstract

Kodifikasi hadis memerlukan waktu yang cukup panjang dan diwarnai persaingan politik antar sekte atau kelompok dalam islam. Persaingan politik ini menimbulkan perpecahan pemikiran umat Islam menjadi dua kelompok besar yaitu Ahlu al-Sunnah (Sunniy) dan Shi’iy (pengikut Ali). Sunniy dan syiah sering berbenturan dalam memahami hadis. Keduanya memiliki perbedaan yang berakar dari pemahaman konsep hadis atau sunnah, walaupun antara Sunniy dan Shi’iy tidak terdapat perbedaan pandangan dalam menilai kedudukan hadis sebagai sumber hukum kedua setelah al-Quran. Penelitian akan mengkaji tentang kodifikasi hadis dari sudut pandang Sunniy dan Shi’iy. Selanjutnya, data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan pendekatan historis dan perbandingan. Menurut kalangan Sunniy, periwayatan hadis dalam keadaan belum tertulis dan terkodifikasikan dengan baik ketika ditinggal wafat Nabi Muhammad SAW. Beliau belum memerintahkan sahabat untuk melakukannya sekaligus menghindari tercampurnya al-Quran dan Hadis. Bagi Shi’iy, kodifikasi hadis sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW dan bahkan mereka meyakini bahwa Sayyidina Ali ibn Abi T{alib telah menulisnya.Kata Kunci: Hadis, Sunniy, Shi’ahAbstractThe codification of the hadith took a long time and was colored by political competition between sects or groups in Islam. This political competition led to a split in Muslim thought into two major groups, namely Ahlu al-Sunnah (Sunniy) and Shi'iy (followers of Ali). Sunni and Shi'a often clash in understanding the hadith. Both have differences that are rooted in the understanding of the concept of hadith or sunnah, although between Sunniy and Shi'iy there are no different views in assessing the position of hadith as the second source of law after the Koran. This research will examine the codification of hadith from the Sunniy and Shi'iy point of view. Furthermore, the collected research data were analyzed using historical and comparative approaches. According to Sunniy circles, the narration of the hadith was not written and codified properly when the Prophet Muhammad died. He has not ordered his friends to do so and at the same time avoid mixing the Koran and Hadith. For Shi'iy, the codification of hadith has existed since the time of Rasulullah SAW and they even believe that Sayyidina Ali ibn Abi Talib wrote it.Keywords: Hadith, Sunniy, Shi’ah
PRAKTIK SHOLAT DHUHA DAN SHOLAT TAHAJJUD BERJAMA’AH DI PONDOK PESANTREN HAMALATUL QUR’AN JOGOROTO JOMBANG (SEBUAH KAJIAN LIVING HADITS) Ahmad Rudik; Mohammad Abdul Rois
Nabawi: Journal of Hadith Studies Vol 1, No 2 (2021): Nabawi Journal of Hadith Studies
Publisher : LP2M Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.503 KB) | DOI: 10.55987/njhs.v1i2.28

Abstract

Praktik Salat Duha dan Salat Tahajud Berjamaah di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an Jogoroto Jombang, berfungsi untuk membantu hafalan dan muraja’ah santri. Kegiatan ini merupakan salah satu cara melestarikan kebiasaan K.H. Hasyim Asy’ari dan ulama salaf. Penenlitian ini menjelaskan tentang pelaksanaan kegiatan, struktur genealogi pemikiran, dan tinjauan hadisnya. Untuk mendapatkan data, peneliti melakukan observasi dan wawancara, serta mencari hadisnya di kutubus sittah dan keterangan para ulama’ di kitab fiqh. Peneliti mendapati pelaksanaan salat duha pada pukul 06.00 – 06.30 WIB dengan maqra’ setengah juz dan tahajud berjamaah dilaksanakan pukul 02.30 WIB (persiapan) – 03.45 WIB. Kegiatan tersebut dipimpin langsung oleh pengasuh dengan bi al-hifz}i dan disimak oleh para santri yang lain dengan mushaf yang dibawa ketika salat (bi an-naz}ar). Tradisi ini merupakan gagasan pengasuh yang terinspirasi dari pengalaman  pribadi Pengasuh Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an sebagai alumni Pondok Pesantren Madrasatul Qur’anHHhhhhhhhhh. Walaupun tidak ada hadis yang menganjurkan atau melarang tahajud berjamaah sambil membawa mushaf untuk menyimak bacaan imam, tapi berjamaah dan memperhatikan bacaan imam adalah hal yang baik dan memiliki fadhilah/keutamaan. ABSTRACTThe congregational of Duha Prayers and Tahajud Prayers at the Hamalatul Qur'an Jogoroto Jombang Islamic Boarding School, serves to help the students memorize and muraja'ah. This activity is to preserve the habit of K.H. Hasyim Asy'ari and salaf scholars. This research describes the activities, the genealogy of thought, and a review of the hadiths. To get the data, the researcher made observations and interviews, and looked for the hadith in the kutubu sittah and the explanation of the scholars in the book of fiqh. Research found that duha prayer is held at 06.00 - 06.30 WIB and tahajud is held at 02.30 WIB (preparation) - 03.45 WIB with maqra 'half juz. The Head of pesantren read it from his memory and listened to by students with a mushaf on their hands. This tradition is an idea of The Head of pesantren which is inspired by the his experience as an alumni of the Madrasatul Qur'an Islamic Boarding School of Tebuireng. Although there is no hadith that recommends or prohibits tahajud in congregation while carrying a Mushaf to listen to the Imam's reading, congregation and paying attention to the reading of the Imam is a good thing and has fadila / virtue.
METODE KRITIK HADIS ALI MUSTAFA YAQUB; ANTARA TEORI DAN APLIKASI M. Rizki Syahrul Ramadhan
Nabawi: Journal of Hadith Studies Vol 1, No 1 (2020): Nabawi Journal of Hadith Studies
Publisher : LP2M Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (624.169 KB) | DOI: 10.55987/njhs.v1i1.5

Abstract

Artikel ini membahas aplikasi kritik hadis Ali Mustafa Yaqub dalam karyanya yang berjudul Hadis-hadis Bermasalah. Bahasan ini dipandang penting karena Ali Mustafa Yaqub memiliki peran besar dalam dinamika kajian hadis kontemporer di Indonesia dan Hadis-hadis Bermasalah adalah karya yang mendokumentasikan peran tersebut. Pembahasan dalam penelitian pustaka ini akan penulis lakukan menggunakan metode deskriptif dengan analisis yang akan memunculkan dua aspek aplikasi metode kritik hadis, yaitu alur dan kecenderungan rujukan. Melalui penelitian ini, diketahui bahwa alur kritik hadis Ali Mustafa Yaqub dalam Hadis-hadis Bermasalah adalah: a) Memaparkan pertanyaan; b) Menulis redaksi hadis beserta uraian rawi dan sanadnya; c) Mendeskripsikan kualitas sanad beserta penyimpulan kualitas hadis; d) Mengajukan padanan hadis lain untuk kemungkinan mengangkat kualitas hadis yang diteliti; e) Mendeskripsikan kritik matan beserta penyimpulan kualitas hadis; dan f) Mengemukakan refleksi sebagai bentuk tawaran pemahaman kepada masyarakat. Di beberapa jenis hadis, Ali Mustafa Yaqub tidak hanya melakukan analisis kualitas dengan kritik sanad, melainkan juga dengan kritik matan dengan parameter keselarasan dengan kaidah bahasa, Al-Qur’an atau hadis sahih, fakta historis dalam sirah nabawi, dan akal sehat atau sunnatullah. Adapun kecenderungan referensi yang dirujuk Ali Mustafa Yaqub adalah kitab-kitab yang berisi komentar tentang hadis problematis, dengan contoh nama pengarang: Al-Albani, Ibn Hibban, Al-Suyuthi, Al-Sakhawi, Ibn Hibban, dan Al-Minawi.
Ibn Qutaibah Al-Dinawari dan Kontribusinya dalam Bidang Hadis Mohamad Anas
Nabawi: Journal of Hadith Studies Vol 2, No 1 (2021): Nabawi: Journal of Hadith Studies
Publisher : LP2M Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (469.297 KB) | DOI: 10.55987/njhs.v2i1.43

Abstract

Abad kedua dan ketiga hijriah bisa disebut sebagai masa keemasan dalam perkembangan ilmu hadis. Banyak ulama hadis lahir dan hidup di masa ini, di antaranya, al-Bukhārī (194-256/810-870), Muslim al-Qushairī al-Naisāburī (206-261/810-875, Ibn Mājah (209-273/824-887), Abu Dāwud (202-275/817-889), Al-Tirmidhī (220-279/835-893), dan Al-Nasā’ī (215-303/830-915.). Selain nama-nama yang telah popular ini, ada satu nama yang patut diperhitungkan kontribusinya dalam bidaang ilmu hadis, yaitu Ibnu Qutaibah  al-Dinawari.Tulisan ini hendak memaparkan data-data yang menyangkut Ibn Qutaibah, sekaligus mengulas karya-karya intelektualnya. Pendekatan fenomenologi akan diimplementasikan dalam penelitian ini, yang secara obyektif akan dijadikan sebagai pijakan dalam memaparkan sosok Ibn Qutaibah. Hal ini mencakup biografi, latar belakang pendidikan, dan setting sosial-kultural yang melingkupi kehidupannya serta perkembangan intelektualnya, dengan menelaah karya-karyanya. Pandangan para ulama tentang Ibn Qutaibah, juga akan dipaparkan, sehingga akan diketahui secara utuh dan menyeluruh, serta pada gilirannya akan mampu memberikan motivasi bagi generasi masa kini.
BIOGRAFI INTELEKTUAL MUHADDITS NUSANTARA ABAD XX: HABIB SALIM BIN JINDAN Fathurrochman Karyadi
Nabawi: Journal of Hadith Studies Vol 1, No 2 (2021): Nabawi Journal of Hadith Studies
Publisher : LP2M Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (57.082 KB) | DOI: 10.55987/njhs.v1i2.24

Abstract

Not many muhaddits (hadith experts) were found from the archipelago Nusantara. The name Habib Salim bin Jindan (1906-1969) is one of the figures. There are more than 50 of his works in the field of hadith and volumes including al-'Uqud al-Dirayah fi al-Musalsalat al-Fakhriyah in three volumes, Tanqih al-Akhbar fi al-Nasikh wa al-Mansukh min al-Akhbar, and al-Mawahib al-'Alawiyah fi al-Arba'in al-Nabawiyah. Some sanads mention Habib Salim's name as a narrator of hadith. It is no wonder that there are no less than 400 teachers from various countries. This paper will reveal Habib's intellectual biography as well as state his position as a hadith expert in Indonesia.
MEMPROMOSIKAN KHL SEBAGAI STANDAR NAFKAH ISTRI (KAJIAN HADIS TEMATIK) Yayan Musthofa
Nabawi: Journal of Hadith Studies Vol 1, No 2 (2021): Nabawi Journal of Hadith Studies
Publisher : LP2M Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.229 KB) | DOI: 10.55987/njhs.v1i2.32

Abstract

AbstrakDalam kajian Islam, para ulama sepakat bahwa standar minimal istri adalah “kifāyah” dan “ma’rūf”, hanya saja standar nilai tersebut belum dibreak down menjadi nominal angka. Artikel ini menurunkan dari standar yang masih umum tersebut menjadi lebih spesifik di wilayah Jombang dengan mengacu pada KHL. Untuk mendapatkan konsep utuh, penulis merujuk pada hadis-hadis Nabi Muhammad saw, artikel-artikel ilmiah, website, dan buku terkait nafkah, serta menanyakan langsung harga KHL di pasaran wilayah Jombang. Dari telaah yang diperoleh menunjukkan bahwa standar minimal nafkah istri wilayah Jombang adalah Rp819.533/bulan atau Rp27.318/hari. Dari nilai yang muncul, kepala keluarga dapat mengambil kebijakan apakah harus mengelola sirkulasi keuangan dalam internal keluarga, atau juga mengeluarkan ke luar keluarga, seperti sedekah atau lainnya. AbstractIn Islamic studies, the scholars agree that the minimum standards for wives are "kifāyah" and "ma'rūf", it's just that these standard values have not been broken down into nominal numbers. This article derives from this still general standard to be more specific in the Jombang area by referring to the KHL (the necessities of a decent life). To get a complete concept, the author refers to the hadiths of the Prophet Muhammad, scientific articles, websites, and books related to income, and asks directly the KHL price in the market in the Jombang area. The analysis obtained shows that the minimum standard of living for a wife in the Jombang region is IDR 819,533/month or IDR 27,318/day. From the values that emerge, the head of the family can make a policy whether to manage the internal financial circulation of the family or also to spend outside the family, such as alms or others.
PENGGUNAAN PENDEKATAN MAQASID SHARI’AH SEBAGAI INSTRUMEN KONTEKSTUALISASI MAKNA HADIS Kholishuddin Kholishuddin
Nabawi: Journal of Hadith Studies Vol 1, No 1 (2020): Nabawi Journal of Hadith Studies
Publisher : LP2M Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (694.633 KB) | DOI: 10.55987/njhs.v1i1.4

Abstract

Aspek tsubut dan dilalah mayoritas hadis adalah zanniyat sehingga para ulama mempunyai kesempatan menginterpretasikan maksud hadits tersebut. Terutama hadis yang bukan ibadah mahdah. Namun, pemahaman hadis secara literal tanpa melibatkan sabab wurud, setting sosial akan menampilkan wajah Islam yang tidak responsif dan rigid terhadap arus perubahan yang terus berlangsung. Untuk mengatasinya, perlu adanya pendekatan khusus. Artikel ini berfokus pada bagaimana penggunaan Maqasid al-Shari’ah sebagai Instrument pendekatan dalam upaya kontekstualisasi makna literal hadis. Penelitian ini mencari pemahaman yang relevan di zaman sekarang dengan membandingkan pemahaman Yusuf Qardawi dalam kaifa nata’ammal ma’a al-sunnah al-nabawiyah dan penjelasan al-munawi dalam faid al-qadir sharh jami’ al-saghir  mengenai empat hadis pilihan. Artikel ini menggunakan manhaj maqasidi sebagai alat analisa. Hasilnya, pendekatam maqasid shari’ah yang menekankan pada dalil-dalil umum dan berorentasi pada maslahah, nilai-nilai, ‘illal , hikmah dan asas rasional, dapat menghadirkan keluwesan dan kelenturan teks hadis melalui makna kontekstualnya. Sedangkan pendekatan ulama salaf juga dapat menjadi luwes dengan metode jam’u adillah atau intertekstualnya.Kata kunci: Maqasid Shari’ah, Konstekstual, TekstualAbstractAspects of tsubut and dilalah from the majority of hadith is zanniyat, so that the scholars have the opportunity to interpret the meaning of the hadith. Especially hadith that is not pure form of worship Allah. However, understanding the hadith literally without involving the cause of existence, social settings will present the riggid an unresponsive face of Islam. To overcome this, a special approach is needed. This article focuses on how the use of Maqasid al-Shari’ah as an Instrument approach in an effort to contextualize the literal meaning of hadith. This study seeks relevant understanding in modern times by comparing the understanding of Yusuf Qardawi in kaifa nata'ammal ma'a al-sunnah al-nabawiyah and the explanation of al-Munawi in faid al-qadir sharh jami' al-saghir on four optional hadiths. This article uses manhaj maqasidi as an analysis tool. As a result, the approach of maqasid shari'ah which emphasizes on general propositions and is oriented on maslahah, values, ‘illal, wisdom and rational basis, can present the flexibility and responsiveness of the hadith through it’s contextual meaning. While the approach of Salaf scholars can also be flexible with jam'u adillah or it’s intertextual concept.Keywords: Maqasid Shari’ah, Contextual, Textual
Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual (Analisis Pemikiran Muhammad Syuhudi Ismail) Dayan Fithoroini
Nabawi: Journal of Hadith Studies Vol 2, No 1 (2021): Nabawi: Journal of Hadith Studies
Publisher : LP2M Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (539.171 KB) | DOI: 10.55987/njhs.v2i1.42

Abstract

Artikel ini menjelaskan tentang pemahaman terhadap hadis tekstual dan kontekstual. Tokoh yang diteliti adalah Muhammad Syuhudi Ismail yaitu salah satu tokoh hadis di Indonesia dengan buku yang ditulis yaitu, Hadis Nabi Yang Tekstual dan Kontekstual. Dalam memahami sebuah hadis, Muhammad Syuhudi Ismail melakukannya dengan beberapa cara yaitu: Pertama, menganalisis teks. Kedua, Mengidentifikasikan konteks historis munculnya hadis. Ketiga, Kontekstualisasi hadis. Jenis penelitian ini adalah normative dengan melakukan pendekatan kepustakaan. Adapun sumber yang digunakan dalam penulisan ini adalah buku Hadis Yang Tekstual dan Kontekstual serta buku-buku lain atau jurnal yang berhubungan dengan penulisan. Adapun cara menganalisisnya yaitu dengan menggunakan metode content analysis atau metode analisis isi. Dalam artikel ini menjelaskan pemikiran dari Muhammad Syuhudi Ismail, pemikirannya dalam memahami hadis menunjukkan bentuk hermeneutik dijelaskan dengan adanya analisis teks-konteks. Dalam menganalisis konteks hadis, Syuhudi Ismail juga terpengaruh oleh pemikiran tokoh hadis sebelumnya, yaitu Imam Syihabuddin al-Qarafi dan Syah Waliyullah al-Dahlawi. Keterpengaruhan tersebut diperkuat dengan adanya penelitian berupa karya ilmiah dari Muhammad Syuhudi Ismail yang menganalisis pemikiran dua tokoh tersebut.
Metode Studi Hadis Taḥlīlī dan Implementasinya Amrulloh Amrulloh
Nabawi: Journal of Hadith Studies Vol 2, No 2 (2022): Nabawi: Journal of Hadith Studies
Publisher : LP2M Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55987/njhs.v2i2.49

Abstract

Rumusan metode dan tahapan studi hadis taḥlīlī yang bersifat praktis dan operasional dibutuhkan terutama dalam ranah Studi Hadis yang bersifat ilmiah-akademik. Rumusan metode dan tahapan itu diharapkan bisa memberi kontribusi dan solusi terhadap problem ketidakdetailan, ketidakkomprehensifan, dan ketidaktuntasan studi hadis taḥlīlī yang beredar. Tujuan tulisan ini ada dua. Pertama, merumuskan metode dan tahapan studi hadis taḥlīlī yang bersifat praktis dan operasional, terutama untuk diimplementasikan pada kajian hadis yang bersifat ilmiah-akademik. Kedua, mengimplementasikan metode dan tahapan studi hadis taḥlīlī pada hadis “al-dunyā sijn al-mu’min wa-jannat al-kāfir.” Dengan menerapkan metode dan pendekatan Ilmu Hadis, tulisan ini menyimpulkan dua hal. Pertama, studi hadis taḥlīlī adalah kegiatan mengupas tuntas satu hadis tertentu yang mencakup analisis eksternal dan analisis internal. Kedua, rumusan metode dan tahapan studi hadis taḥlīlī itu bisa memastikan kehujahan hadis “al-dunyā sijn al-mu‘min wa-jannat al-kāfir” dan kandungan maknanya.
Mustafa Azami's Contribution in Rebutting Orientalist Views about The Writing of Hadith Naila Sa'datul Amdah
Nabawi: Journal of Hadith Studies Vol 2, No 2 (2022): Nabawi: Journal of Hadith Studies
Publisher : LP2M Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55987/njhs.v2i2.50

Abstract

Penelitian ini berangkat dari pandangan orientalis yang mengungkapkan bahwa hadis bukan berasal dari Nabi, melainkan datang dari orang-orang yang hidup setelah Nabi karena tidak adanya bukti tertulis pada masa itu. Dari sini peneliti akan menjelaskan bantahan dari salah satu ulama kontemporer, Mustafa Azami yang membuktikan bahwa hadis sudah tertulis dari masa Nabi. Berbeda dari penelitian terdahulu yang hanya menyebutkan pandangan dari salah satu orientalis ataupun tanpa menyebut kontribusi Mustafa Azami, kali ini peneliti mencantumkan pandangan dari dua orientalis termasyhur, yaitu Ignaz Goldziher dan Joseph Schacht mengenai penulisan hadis serta kontribusi Mustafa Azami dalam membantah keduanya. Buku-buku dari kedua orientalis dan Mustafa Azami menjadi rujukan dari penelitian ini. Dengan mengumpulkan sumber-sumber data dokumenter, mengkaji, dan menganalisisnya, peneliti berhasil menemukan jawaban untuk masalah ini. Hasilnya, Ignaz Goldziher dan Joseph Schacht berpendapat bahwa hadis berasal dari orang-orang abad kedua dan ketiga. Adapun Mustafa Azami berpendapat bahwa penulisan hadis sudah ada sejak masa Nabi. Kontribusi Mustafa Azami tampak dengan pembuktian penulisan hadis pada awal Islam, pembuktian istilah “Haddatsana”, “Akhbarana”, dan lain-lain bukan hanya untuk penyebaran hadis secara verbal saja, melainkan juga melalui tulisan, penjelasan hadis-hadis yang melarang penulisan hadis, dan meluruskan ungkapan “Ibnu Syihab adalah orang pertama yang menulis hadis”.

Page 2 of 4 | Total Record : 38