cover
Contact Name
Muh Nadzirin Anshari Nur
Contact Email
nadzirin@gmail.com
Phone
+6281342713802
Journal Mail Official
ujmpps@uho.ac.id
Editorial Address
Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo, Kampus Abdullah Silondae, Jl. Mayjend. S. Parman, Kemaraya - Kendari 93121 Sulawesi Tenggara - Indonesia
Location
Kota kendari,
Sulawesi tenggara
INDONESIA
Jurnal Penelitian Budaya
Published by Universitas Halu Oleo
ISSN : -     EISSN : 25023268     DOI : http://dx.doi.org/10.33772/jpeb.v6i2.16156
Jurnal Penelitian Budaya (JPeB) adalah jurnal yang mempublikasikan hasil-hasil penelitian mahasiswa, dosen dan pemerhati masalah-masalah kebudayaan dan Masyarakat
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Budaya" : 10 Documents clear
THE LEGEND OF WA WULAMONIANDWA MATAIN MUNA ETHNIC Bayana, Bayana; Kuasa Baka, Wa; Sahidin, La Ode
Jurnal Penelitian Budaya Vol 5, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (79.327 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v5i1.9090

Abstract

The aim of this research was to explain the meaning contained in the Wa Wulamoni and Wa Mata Legends in the Muna Ethnic, as well as to explain the values contained in the Wa Wulamoni and Wa Mata Legends in the Muna Ethnic.The theory used was the thought of Roland Barthes about Semiotics and Clyde Kluckhohn's thinking about Cultural Values. The method used in the research was qualitative descriptive. Data Sources in the research were Wa Wulamoni and Wa Mata legends that were extracted or taken from informants. Data collection techniques in this research were direct observation, recording and quotation.The data in this research were analyzed using descriptive analytics. The results of the analysis can be concluded that the meanings contained in Wa WulamoniLegenddescribe social life of the Muna ethnic, such as glorifying a woman, the Patience Test, persevering and describing the traditions of the Muna ethnic community, namely the traditions of kaghomboand marriage, whereas the meaning of Wa Mata legend, namely: Ethics or behavior of child care in the family, respect for women, and discordant marriages. The values contained in the Wa Wulamoni and Wa Mata Legends, namely: Economic values that describe the economic system of the Lamaeo Village community, moral values that describe habits in everyday life, and religious values that describe the belief system in Muna ethnic especially in the community of Lamaeo and Lakarinta villages. Keywords: Meaning, value, legend, Muna ethnic
The Prossesing Transformation of Sago (Sumaku) in Tolaki Communityat Anggolomoare village in Konawe Regency Bobiy, Bobiy; Suardika, I Ketut; Alim, Abdul
Jurnal Penelitian Budaya Vol 5, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.52 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v5i1.9089

Abstract

This study aimed to describe the form of transformation of processing of sago (sumaku) from the Traditional to Semi-Modern Processing, and analyzing the factors that caused it to transform processing of food for Tolaki community at Anggalomoare village of Konawe Regency. The method used in this study is qualitative methods, from which the data is obtained through participatory observation, and interviews, as well as observations on research objects, then analyzed by qualitative descriptive. The results of this research showed that the transformation of sago processing (sumaku) consist of technological changes used from traditional tools to semi-modern tools, while the factors that influence transformation of processing sago (sumaku) in Tolaki community are caused by Economic, Educational and Technological factors. Modern processing has advantages including more production results, time utilization is more effective and efficient when compared to traditional methods.Keywords: Transformation, Processing of Sago (Sumaku), Tolaki community
RITUAL KADIANO GHUSE PADA MASYARAKAT ETNIK MUNA DI KECAMATAN NAPABALANO KABUPATEN MUNA Sunartin, Sunartin; Niampe, La; Ali Basri, La Ode
Jurnal Penelitian Budaya Vol 5, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (137.888 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v5i1.9098

Abstract

Penelitian ini bertujuan : (1) untuk mendeskripsikan prosesi pelaksanaan ritual kadiano ghuse pada etnik Muna di Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna; dan (2) untuk menganalisis makna simbolik yang terkandung dalam ritual kadiano ghuse pada masyarakat etnik Muna di Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna. Teori yang digunakan sebagai alat analisis dan dasar pembahasan masalah dalam penelitian ini adalah teori interaksi simbolik  dan teori semiotika. Teknik pengumpulan data digunakan dengan cara: (1) observasi; (2) wawancara mendalam; dan (3) studi dokumen. Teknik analisis data dilakukan dengan cara: (1) penyusunan data; (2) sajian data; (3) penafsiran data; dan (4) penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa: (1) Prosesi pelaksanaan ritual kadiano ghuse  memiliki beberapa tahapan yang dilakukan, yaitu (a) pemanggilan pawang hujan; (b) menyiapkan bahan pelaksanaan ritual kadiano ghuse; (c) pawang hujan melaksanakan ritual  kadiano ghuse. (2) Bahan-bahan  yang digunakan  dalam ritual kadiano ghuse selalu memunculkan penggunaan simbol-simbol yang sangat sarat dengan makna tertentu, di antaranya (a)  Tabhako (Rokok) dan Bhakeno Saha (Buah Cabe) memiliki makna untuk mengarahkan hujan ke tempat lain dan menjadikan hujan menghindar dari tempat hajatan masyarakat; (2)  Paesa (Cermin), Ghohia (Garam) dan Winto Kontu ( Batu Asa) memiliki makna untuk menyinari langit agar cerah dan tidak turun hujan, dan sebagai media perantara doa air hujan tidak meluap di tempat hajatan masyarakat; dan (3) Roono Kalei  (Daun Pisang) dan Kalumembe (Tumbuhan yang dijadikan Sapu Tradisional) memiliki makna untuk mengeringkan awan di langit dan untuk menyapu bersih awan yang ada di langit. Kata kunci: Kadiano ghuse, prosesi, makna simbolik, etnik Muna
Historical and Cultural Elements of Buton in the Textof Hikayat Negeri Buton Laniampe, Hasdairta; Niampe, La; Sahidin, La Ode
Jurnal Penelitian Budaya Vol 5, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.63 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v5i1.9088

Abstract

This PenelitianResearch inidimaksudkanintens to untuktomengidentifikasiidentify the unsur-unsurthe sejarahhistorical danand kebudayaancultural elements dalamin the tekstext of Hikayat Negeri Buton (Country HikayatSaga of NegeriButon,mengkajiButon), reviewing the perkembangansejarahhistorical danand kebudayaancultural development dalamin the tekstext Hikayat Negeri Buton as well as describing the Hikayatdanasasjugadescribingthemaknayangterkandungmeaning contained dalamin it, teksiniitberdasarkanbased on analisisanalysis semiotikRoland Barthes.Roland Barthes's semiotics, also become the concern of the research. The JenisThe penelitianresearchis classified iniwatergolongas penelitiankepustakaanliterature research denganwith the menggunakanuse of pendekatankualitatif.qualitative approach.HasilResults darifrom penelitianresearch inithis indicate thatadalah: 1)terdapatindicate: 1) there are empatfourteen belasunsurelements of sejarahyangadahistory dalamin tekstext of Hikayat Negeri HikayatHikayart ButonButon, in which one of these historical elements presents the salahadalahpreseasalorigin of usulpofSipajongan,kemudianSipajongan, as well as terdapatpuladelapan seven unsurfound as cultural elements, which one of them also presents people’s believe to the kepercayaanahliexpert of nuzum, 2)perkembangannuzum, 2) sejarahhistorical danand perkembangankebudayaancultural development terdapatpuladalamare also attached inside the tekstext of Hikayat Negeri HikayaButon, yangmanaButon, in which sejarahnyaits history development berawalstarted darifrom the first ditemukannyafound of Negeriof ButonButon olehby SipajonganSipajongan danand followed by its culture development started perkembanganfollowekebudayaanyaby its adalahawalearly once mulaonceSipajonganSipajongan meninggalkanTanahMelayuleaving Melayu (the Malay Land) as guided in karenaasmendapatkanpetunjukguimimpinya,maksudnyahis dream, meaning by this dream, over past people masihstill begituso percayabelieved denganwith the tafsiraninterpretation ofmimpinya, 3)suntingan dreams, 3) edited tekstext in Hikayat Negeri HikayatHikayaButonyangdianalisisButon analyzed menggunakanusing semiotikRoland Barthes,terdapatlimakodeRoland Barthes's semiotic, found that there are five codes diantaranyaamong them are kodearehermeneutikhermeneutic such as adalah“buluh/bambu” yangbermaknassuch "reed/bamboo" meaning big keluargafamilybesar.. KodeCode of ProairetikProaireticadalahis aaib“perselingkuhan” yangmenyebabkandisgrace "infidelity" that causes WaWa KaakaaKaakaa meninggalkanleave SibataraSibatara danand anaknyahis child Bulawambona.Bulawambona. KodeCode of KulturalCulture such asdisuch adalah“pelamaran”sebagai "engagement" is described as prosesprocess sebelumbefore melakukanpernikahan.marriage. KodeCode semantiksemantics di"great personbesar-besarnya” yangbermakna" is described as orangyangmemilikipeople having high jabatanposition tinggiatauor pejabatofficials in the empirekerajaan.empire. KodeCode simboliksymbolic such as disuch a"malige" is described as a istanapalace tempatthe place the tinggalwwwkeluargafamily of empire kerajaanempiradanand pusatcenter pemerintahangovernment livekerajaan.. KeywordKataKeyw: Buton,HikayatButon Empire, Country Saga of NegeriButon,Unsur-UnsurButon, SejarahHistorical Elements of Buton,Unsur-UnsurButon, KebudayaanCultural Elements of ButonButon
PENGETAHUAN ORANG BAJO TENTANG PAMALI DALAM BIDANG EKOLOGI LAUT DI WILAYAH TIWORO Said, Taufiq; Niampe, La; Sifatu, Wa
Jurnal Penelitian Budaya Vol 5, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (125.52 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v5i1.9094

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengetahuan orang Bajo tentang pamali di bidang ekologi laut, dan bentuk pergeseran pengetahuan masyarakat Bajo di bidang ekologi kelautan. Teori yang digunakan untuk membaca data mengacu pada Geertz, C, (1973) yang berpikir tentang sudut pandang asli. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan studi dokumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan orang Bajo tentang pamali di bidang ekologi kelautan di wilayah Tiworo, ada 21 jenis pamali yang menjadi pandangan masyarakat Bajo dalam berinteraksi dengan lingkungan laut. Sementara bentuk pergeseran pengetahuan orang Bajo tentang pamali disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: faktor agama, faktor struktur dan agen, faktor diskriminasi orang-orang seperti, kebijakan pemerintah.Kata kunci: Pengetahuan Pamali, orang Bajo, ekologi kelautan
Muna Local Food Defense Post-Arrival of Transmigrants in South Tiworo Subdistrict West Muna Regency Mursin, Mursin; Suyyuti, Nasruddin; Sifatu, Wa Ode Sifatu
Jurnal Penelitian Budaya Vol 5, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (113.874 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v5i1.9086

Abstract

The purpose of this study was to reveal the pattern of Muna's local food sustainability, and the response of transmigrant communities to Muna's local food. The theory used in this research was Geertz's mindset, Clifford (1973) about ethos, world-view, and the Analysis of sacred symbols with ethnographic methods . Research Results showed that: 1) The pattern of local food security of the Muna community through: at least every planting season there are three types of plants: rice, corn, sweet potatoes, cassava, and vegetables. Every day, there are at least five types of food: rice, processed corn, processed cassava, vegetables, and side dishes, as well as completing the life cycle ceremony. Local food of the Muna community can disappear if it eliminates the life cycle ceremony because of the influence of the new Islamic religion. In the development of leaves as the staple of vegetables, they have health functions. Muna's local food that still survives today is cahitela, paewuna, mafusau, midawa, ghofa, mafu, tonea, rapo-rapo, bhanggai, romedawa, popasa, ghontoghe, usa, ghoenu, lembeghu, wuragha, robu, foo, paranggi, sirikaea, bubuno, katapi, kahawa, pumpkin, ghotimu, conduru, pariah, tereka, kula, lawue, kentanooemorindi, kenta we tehi ,, kaliwuoemorindi, kaliwu we tehi. 2) Transmigrants also participate in consuming local Muna food. Conclusion: The work ethic and farming patterns that are still maintained up to the new Islamic religious school faced by the Muna community in maintaining local food. As a result, a relative of the Muna community could have a conflict just because of the implementation of a life cycle ceremony. The government should be able to revive the use of local food in a scientific way. Keywords: Defense, Local Food, Transmigrants
STRATEGI PROMOSI WISATA MAI TE WUNA SEBAGAI DAYA TARIK WISATAWAN DI KABUPATEN MUNA Zulzaman, Zulzaman; Bahtiar, Bahtiar; Marhadi, Akhmad
Jurnal Penelitian Budaya Vol 5, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (86.816 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v5i1.9095

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan strategi promosi Mai Te Wuna sebagai daya tarik wisatawan di Kabupaten Muna.  Teori yang digunakan untuk membaca data adalah pemikiran Stephen K. Sanderson (2003) tentang infrastruktur material. Metode yang digunakan, yaitu metode etnografi Sanderson, dimana data diperoleh melalui observasi dan wawancara, serta melakukan pengamatan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan promosi wisata, dan selanjutnnya semua objek penelitian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian mengenai promosi wisata Mai Te Wuna sebagai daya tarik wisatawan di Kabupaten Muna masih fokus pada pembenahan sarana dan prasarana seperti jalan, air bersih, dan penataan lokasi objek wisata. Adapun, untuk menarik simpati para wisatawan dibuatkan promosi wisata melalui TV, radio, website dan media sosial lainnya dan untuk menopang segala pengembangan pembangunan infrastruktur menuju objek wisata yang ada di Kabupaten Muna masih menyesuaikan dengan kebutuhan anggaran daerah yang tersedia. Pembangunan sektor pariwisata yang berkelanjutan akan menyandingkan ekologi masyarakat setempat demi menjaga kultur dan budaya tradisionalnya. Hal ini menjadi sangat penting bagi masyarakat Muna untuk meminimalisir jiwa dan mental masyarakat Muna yang belum sepenuhnya siap menerima kebudayaan asing yang datang secara tiba-tiba. Dengan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya, adat dan istiadatnya yang ada akan menjadi benteng pertahanan dari masuknya budaya-budaya luar.Kata Kunci: Promosi Wisata, Mai Te Wuna, Wisatawan, Kabupaten Muna
TUTURAN DALAM PROSESI ADAT PERKAWINAN PADA MASYARAKAT ETNIK MUNA DI KABUPATEN MUNA Nurwiati, Nurwiati; Taena, La; Kuasa Baka, Wa
Jurnal Penelitian Budaya Vol 5, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (107.258 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v5i1.9093

Abstract

Tujuan Penelitian adalah: (1) untuk mendeskripsikan prosesi pelaksanaan adat perkawinan pada masyarakat Etnik Muna di kabupatenan Muna; dan (2) untuk menganalisis makna tuturan adat perkawinan pada masyarakat Etnik Muna. Jenis jenelitian ini yaitu penelitain deskriptif kualitatif. Informan penelitian ini dengan menggunkan unsur kesengajaan yaitu tohoh-tokoh adat serta tokoh masyarakat. Metode pengumpulan data yaitu observasi lapangan, wawancara langsung serta rekaman kejadian, dengan foto dan vidio. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model analisis Miles dan Huberman, yaitu Pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (verifikasi). Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) prosesi pernikahan dengan bentuk doangka mata (kawin pinang adalah dimulai dari: a. Dekanamu-namu, b. Dempali-mpali, c. De kamata, d. Dorompu, e. Desalo too, f. Defeenagho tungguno karete, g. Kagaa atawa okafokawi, h. Kabhintingiano Kafeena, i. Kataburi, j. Kabhintiangiano Paniwi, k. Kabhintingiano Adhati bhalano, l. Kabhintingiano lolino ghawi, m. Kabhintingiano kaokanuha, n. Kabhintingiano kafoatoha, o. Matano kenta, p. Desalo kafetangkahando agamando anahi, q. Kafelesau, r. Kafosulino katulu. (2) Makna tuturan dalam prosesi perkawinan pada masyarakat etnik Muna yaitu tujuh kabhintingia dalam prosesi perkawinan masyarakat etnik Muna mempunyai satu makna tuturan yaitu dimana tujuh kabhintingia tersebut yaitu sebagai tangga perjalanan Nabi Muhammad SAW menujuh langit ketujuh, sedangkan makna tuturan dalm prosesi yang lainya yaitu sebagai adat menujuh perkawinan. Sehingga perkawinan merupakan perjalanan hidup yang sangat lama didalamnya dipenuhi dengan tanggungjawab yang sangat berat dan bahkan perkawinan merupakan salah satu ibadah yang sangat panjang dan yang sangat lama dan semua itu dimintai pertanggungjawabanya nanti di akhirat. Sehingga didalam pekawinan itu orang tua dan sanak keluarga selalu mendoakan kedua mempelai agar menjadi keluarga yang sakinna, mawadda, warohma, dan  tujuan dari perkawinan itu adalah agar keturunan mereka berguna bagi bangsa dan Negara dan sukses dunia dan akhirat”.Kata Kunci: Pernikahan, Tuturan, Etnik Muna.
PROSES DEGALU (BERKEBUN) PADA ETNIK MUNA DI KABUPATEN MUNA BARAT Pomili, Hasriman Danaosa; Hafsah, Sitti; Alim, Abdul
Jurnal Penelitian Budaya Vol 5, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (86.941 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v5i1.9097

Abstract

Tujuan Penelitian adalah: (1) untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan kegiatan degalu (berkebun) pada etnik Muna di Kabupaten Muna Barat; (2) untuk menganalisis nilai degalu yang terkandung pada etnik Muna di Kabupaten Muna Barat. Jenis jenelitian ini yaitu penelitain kualitatif. Informan penelitian ini dengan menggunkan unsur kesengajaan (purpose sampling) yaitu tokoh masyarakat serta anggota masyarakat yang berkebun. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik pengamatan (observasi partisipasi), wawancara langsung, serta rekaman kejadian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model analisis Miles dan Huberman, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) proses kegiatan degalu (berkebun) dimulai dari: (a) defelentu gholeo metaano, (b) detambori, (c) dewei, (d) detughori, (e) desula maka detotawu, (f) ghala/katondo, (g). kasalasa, (h) detisa kahitela bhe detisa rapo-rapo, (i) dekangkiri, (j) depasele, (k) demoghuri, (l) debuna, (m) dotongka; (2) Nilai-nilai yang terkandung dalam degalu (berkebun) pada etnik Muna antara lain: (a) nilai religi, (b) nilai pelestarian hutan dan lingkungan, (c) nilai sosial, dan (d) nilai kesejahteraan.Kata Kunci: degalu, nilai, etnik Muna
The Change of Culture Social Post-Development of Mutiara Beach Tourism at Gumanamo Village, Mawasangka Subdistrict of Central Buton Regency Munsir, Munsir; Dirman, La Ode; Bahtiar, Bahtiar
Jurnal Penelitian Budaya Vol 5, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.52 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v5i1.9087

Abstract

Thisstudy aims to describe and analyze the condition of culture social before the development of the tourism and the change of culture social post-development and the impact of culture social post-development of Mutiara beach toursim at Gumanano village of Mawasangka Subdistrict of Central Buton Regency. The theory used in this study is the mindset of John W. Bennet (2005) about cultural adaptation. The method used is descriptive-qualitative method, namely the gained data were taken through observation, interview, and doing observation about related cases concerning the change of culture social post-development of Mutiara beach tourism.The result of the study showed that: (1) The condition culture social before the tourism: (i) cooperation system (pokaowa), (ii) belief system, (iii) the granting of the property ground,and (iv) interaction. (2)The change of culture social post-development of Mutiara beach tourism are: (i) the change of opening the new livelihood system, (ii) the change of life style, (iii) the change of the society mindset, and (iv) the society income increases. (3) Ihe impact of the change of culture socialpost-development of Mutiara beach tourism at Gumanano village of Mawasangka Subdistrict of Central Buton Regency consist of two impact, they are positive and negative impacts. The positive impact are (i) increasing the village economic turnover, and (ii) getting new knowledge. Meanwhile the negative impact are: (i) causing new culture, and (ii) adaptation with the new habit post-development of the toursim.Key words:The chnage, tourism, social-culture, Gumanano.

Page 1 of 1 | Total Record : 10