cover
Contact Name
Ganjar Safari
Contact Email
healthyjournalkeperawatan@gmail.com
Phone
+6287825585265
Journal Mail Official
healthyjournalkeperawatan@gmail.com
Editorial Address
Gedung Baru Universitas Bale Bandung Jl. R.A.A. Wiranatakusumah No. 7, Baleendah, Kab. Bandung, Jawa Barat
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Healthy Journal
Core Subject : Health, Social,
Healthy Journal adalah jurnal ilmiah yang menyampaikan hasil penelitian, pemikiran maupun kreasi ilmiah dalam bidang ilmu kesehatan. Ilmu kesehatan sebagai suatu bidang keilmuan dan seni yang berfokus kepada pemenuhan kebutuhan dasar manusia untuk mencapai status kesehatan yang optimal. Jurnal ini diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan UNIBBA yang terbit dua kali dalam setahun yaitu setiap Maret dan Oktober dalam rangka menunjang pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 92 Documents
HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN DIET PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DENGAN KADAR GULA DARAH DI POLIKLINIK ENDOKRIN RUMAH SAKIT. Mariana Nuryati; Jhoni Darjudin
Healthy Journal Vol. 1 No. 1 (2013): HEALTHY JOURNAL | Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES UNIBBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.509 KB)

Abstract

Penelitian ini dilatar belakangi oleh ketidak patuhan pasien terhadap diet, dimana menjadi kendala dalam pengobatan Diabetes Mellitus (DM). DM menduduki peringkat ke dua penyakit kronis di Jawa Barat. Hal ini disebabkan oleh perilaku hidup dimana terjadi perubahan gaya hidup dalam mengkonsumsi makanan. Mempertahankan kadar gula darah salah satunya untuk mengatur pola makan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat kepatuhan diet pasien DM dengan kadar gula darah. Kepatuhan merupakan sejauhmana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan. Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang diambil adalah pasien yang terdiagnosa DM. Teknik sampling menggunakan purposive sampling dengan sampel 66 responden. Pengumpulan data menggunakan kuestioner dan hasil laboratorium pemeriksaan glukosa. Pengolahan data dengan analisis Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ( 66,7%) responden yangtidak patuh terhadap diet memiliki kadar gula darah yang tidak normal. Terdapat hubungan antara tingkat kepatuhan diet dengan kadar gula darah dengan p-value (0,045). Semakin patuh melaksanakan diet maka semakin rendah terjadinya pasien dengan gula darah yang abnormal, sebaliknya semakin tidak patuh menjalankan diet maka semakin tinggi terjadinya pasien dengangula darah yang abnormal. Rumah sakit diharapkan dapat memodifikasi metoda promosi kesehatan yang lebih efektif dari sebelumnya mengenai diet DM dan meningkatkan komunikasi antara tenaga kesehatan dengan pasien
HUBUNGAN STRES KERJA PERAWAT INTENSIVE CARE UNIT (ICU) DENGAN TEKANAN DARAH YANI WAHYUNI; TARJUMAN
Healthy Journal Vol. 1 No. 1 (2013): HEALTHY JOURNAL | Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES UNIBBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (127.048 KB)

Abstract

Stres kerja adalah perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaanPerawat ICU berbeda dengan perawat bagian lain. Tingkat pekerjaan dan pengetahuan perawat ICU lebih kompleks dibandingkan dengan perawat lain di rumah sakit, karena bertanggung jawab mempertahankan homeostatis pasien untuk berjuang melawan kondisi kritis atau terminal yang mendekati kematian.Tujuanpenelitian adalah untuk mengetahui hubungan stres kerja perawat ICU dengan hasil tekanan darah pada perawat ruang ICU. Metodologi penelitian:mengunakan deskripsi studi korelasi dengan populasi adalah seluruh perawat yang bekerja di ruang ICU berjumlah 30 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling.Analisa hasil menggunakanPearson Korelasi Product Moment. Hasil penelitian diperoleh 56,6% responden mengalami stress, sedangkan 66,7% responden tekanan darahnya normal.Diperoleh koefisien korelasi (r) = 0,526,p- value = 0,003 dengan ? (0,05).Kesimpulan penelitian terdapat hubungan yang berarti antara stres kerja perawat ICU dengan tekanan darah. Saran untuk rumah sakit hendaknya memberikan pelatihan-pelatihan yang terkait psikologis agar perawat ICU lebih siap menghadapi dan mengatasi stres kerjaKata Kunci : stres kerja dan tekanan darah
PERAWATAN LUKA INFUS MENGGUNAKAN OLES PAVIDONE IODINE 10 PERSEN TERHADAP KEJADIAN PLEBITIS SUSY HERMANINGSIH
Healthy Journal Vol. 1 No. 1 (2013): HEALTHY JOURNAL | Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES UNIBBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.46 KB)

Abstract

Standar intervensi keperawatan yang merupakan lingkup tindakan keperawatan adalah upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah cairan (air dan elektrolit). Kebutuhan manusia terhadap cairan adalah sangat penting sekali untuk proses metabolisme tubuh. Pemasangan infus merupakan terapi intra vena bertujuan untuk mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dalam tubuh, dengan permasalahan yang sering dihadapi pada pemasangan infus tersebut adalah flebitis. Flebitis mengacu ke temuan klinis adanya nyeri, nyeri tekan, bengkak, pengerasan, eritema, hangat dan terbanyak vena seperti tali. Semua ini diakibatkan peradangan, infeksi dan atau trombosis. Faktor patogenesis flebitis, antara lain : faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan. Flebitis kimia bisa terjadi ketika cairan dengan pH yang tinggi atau rendah, osmolaritas yang > 500 mOsm/L (seperti infus glukosa, nutrisi parenteral, darah, dll), faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi, serta agen infeksius. Faktor pasien yang dapat mempengaruhi angka flebitis mencakup kondisi dasar yakni diabetes melitus, infeksi, luka bakar. Di Amerika Serikat, lebih dari 25 juta pasien di dipasang jalur intravena setiap tahun. 26% sampai 70% dari pasien yangterpasang infuse terjadi flebitis, sesuai dengan standar Intravenous Nurses Society, kalau itu lebih dari 5% tidak dapat diterima. Flebitis paling sering terjadi dalam 24 - 48 jam pertama setelah jalur intravena dilakukan, dan lebih mungkin terjadi ketika tempat penusukan dekat dengan penusukan yang terdahulu. Flebitis dapat berkembang sampai 96 jam setelah infus dihentikan. Kata kunci: luka infus, oles povidone, plebitis
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP KONDISI PENDERITA DIABETES MELLITUS TYPE II TARJUMAN; ASEP TARYANA
Healthy Journal Vol. 1 No. 1 (2013): HEALTHY JOURNAL | Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES UNIBBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.39 KB)

Abstract

Diabetes Mellitus ( DM ) merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan apabila tidak ditangani dengan tepat dapat menimbulkan kematian, Jumlah penderita di Indonesia cenderung meningkat dan pada tahun 2020 diperkirakan 8,2 juta dari 178 jutq penduduk diatas 20 tahun menderita diabetes, Penyuluhan dipandang sebagai langkah tepat membangun perilaku hidup sehat dalam mencegah peningkatan angka kejadian diabetes. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan olah raga untuk penderita DM dengan media audiovisual ( Video ) terhadap kondisi pasien ( pengetahuan, sikap dan latihan olah raga ) penderita DM type II. Metodapenelitian iniadalah quasi eksperimen dengan model pengukuran pre dan post test. Berdasarkan 81 sample yang ditetapkan dimana 41 sample sebagai kelompok perlakukan dengan diberikan penyuluhan menggunakan media audio visual dan 41 sample sebagai kelompok kontol diberikan leaplet.Hasil penelitian menunjukan rata - rata pengetahuan sebelum perlakuan 7,73 ( SD=1.205) dan pengetahuan setelah penyuluhan 9,34 ( SD=2,895 ), ? = - 3,213 dan p(? =0,05 = 0,003. Sikap sebelum penyuluhan adalah 42, 93 (SD=2,895) dan sikap setelah penyuluhan 47,02 (SD=2,858),?= - 4,226 dan ? ( ? = 0,05 ) = 0.000. Sedangkan kegiatan latihan olah raga sebelum penyuluhan adalah 8,24 (SD=0,435 ) dan kegiatan olah raga setelahpenyuluhan 12, 66 (SD=2,689, ? = - 10,647 dan ?(? = 0,05) = 0,000. Hasil uji statistik menunjukan bahwa pengetahuan dan sikap tentang olah raga penderita DM serta kegiatan latihan olah raga meningkat, sehingga dapat diartikan bahwa audio visual tentang olah raga pada penyakit DM berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan latihan olah raga penderita DM. Kesimpulan :pendidikan kesehatan tentang olah raga pada penderita DM melalui audio visual dapat meningkatkan pengetahuan, meningkatkan sikap mendukung (favorable) dan meningkatkan kegiatan olah raga penderita DM. Kata Kunci: Diabetes Mellitus Type II, Pendidikan Kesehatan, Media Audio Visual.
PENGARUH BERBAGAI PENGATURAN POSISI DUDUK TERHADAP FUNGSI VENTILASI PARU PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK LINA ERLINA; KAMSATUN
Healthy Journal Vol. 1 No. 1 (2013): HEALTHY JOURNAL | Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES UNIBBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.736 KB)

Abstract

Pengaturan posisi duduk merupakan tindakan keperawatan pada pasien PPOK. Tindakan tersebut dapat meningkatkan fungsi ventilasi paru pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh berbagai pengaturan posisi duduk terhadap fungsi ventilasi paru. Desain penelitian menggunakan quasieksperimen dengan pendekatan pre post test group design. Sampel berjumlah 48 orang. Teknik pengambilan sampelpurposive sampling. Pasien diberikan pengaturan posisi duduk semifowler, fowler, orthopneic, dan tripodmasing-masing 15 menit.Pengujian statistic menggunakan uji T test dependen.Hasil penelitian menunjukkan posisi semifowler tidak berpengaruh terhadap fungsi ventilasi paru ((P=0,487). Posisi fowler, orthopneic, dan tripod berpengaruh fungsi ventilasi paru (P=0,043, P=0,020, P=0,003).Rekomendasi hasil penelitian adalah perawat dapat melakukan pengaturan posisi fowler, orthopneic, atau tripod untuk meningkatkan fungsi ventilasi paru pasien PPOK. Kata kunci: PPOK, semifowler, fowler, orthopneic, tripod, fungsi ventilasi paru
HUBUNGAN FAKTOR – FAKTOR RESIKO PNEUMONIA DENGAN TINGKAT KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA ganjar safari
Healthy Journal Vol. 1 No. 1 (2013): HEALTHY JOURNAL | Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES UNIBBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.447 KB)

Abstract

Pneumonia di Indonesia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan TBC. UNICEF dan WHO menyebutkan pneumonia sebagai penyebab kematian anak balita tertinggi. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kejadian Pneumonia pada balita yakni umur < 2 tahun, tingkat sosial ekonomi yang rendah, status imunisasi, kurangnya asupan gizi, berat badan lahir rendah, tidak mendapat ASI yang memadai, kepadatan penghuni, membedong bayi (menyelimuti berlebihan) dan pencemaran udara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya penyakit Pneumonia pada balita. Faktor-faktor yang diteliti meliputi : status gizi, status imunisasi, kepadatan penghuni dan pencemaran udara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik accidental sampling.Pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner yang berisi kolom isian dan analisa data yang digunakan adalah prosentase. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara faktor imunisasi dengan kejadian pneumonia (p=8.275), ada hubungan antara faktor status gizi dengan kejadian pneumonia (p=6.316), tidak ada hubungan antara faktor kepadatan penghuni dengan kejadian pneumonia (p=4.211 < 5,02),ada hubungan antara faktor pencemaran udara dengan kejadian pneumonia (p=12.160,).Simpulan dari hasil penelitian 3 faktor resiko mempunyai hubungan yang cukup kuat dengan nilai p hitung: status gizi dengan p=6.316, status imunisasi dengan p=8.275, dan pencemaran udara dengan p=12.160, sedangkan untuk kepadatan penghuni tidak terdapat hubungan dengan kejadian pneumonia karena nilai p=4.211 < 5,02. Peneliti menyarankan bagi para orang tua diharapkan rajin mengunjungi tempat pelayanan kesehatan agar tidak terjadi kasus pneumonia berulang dan bagi petugas kesehatan agar memberikan informasi yang intensif kepada masyarakat tentang faktor-faktor yang menyebabkan pneumonia. Kata Kunci: FaktorResiko, Pneumonia, Tingkat Kejadian.
GAMBARAN MUTU PELAYANAN PENERIMAAN PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT LIDYA MARYANI
Healthy Journal Vol. 1 No. 1 (2013): HEALTHY JOURNAL | Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES UNIBBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.67 KB)

Abstract

Sebagai penyedia jasa kesehatan, rumah sakit harus dapat memenuhi kebutuhan pelayanan bagi pasien. Salah satu indikator mutu pelayanan rumah sakit adalah kepuasan pasien. Tempat penerimaan pasien rawat jalan menjadi ujung tombak dari pelayanan rumah sakit, karena di bagian inilah pasien pertama kali mendapatkan pelayanan dari rumah sakit. Dengan pelayanan terbaik, pasien akan merasa senang dan nyaman dilayani di rumah sakit tersebut, tetapi sebaliknya apabila pelayanan yang diberikan kepadanya tidak sesuai harapan dan tidak memuaskan, pasien tersebut mungkin tidak akan berobat lagi ke rumah sakit tersebut. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran mutu pelayanan penerimaan pasien rawat jalan di rumah sakit. Metode: Penelitian deskriptif kuantitatif ini dilakukan terhadap pasien rawat jalan di rumah sakit dengan jumlah sampel sebanyak 20 responden dan pengumpulan data dilakukan menggunakan angket. Hasil: Penelitian ini menunjukkan nilai variabel mutu pelayanan penerimaan pasien rawat jalan di rumah sakit menurut persepsi responden adalah sebesar 59,8%. Untuk nilai dimensi yaitu tangible, empaty, realibility, responsiveness, dan assurance, hasilnya secara berurutan adalah 65,31%, 61,25%, 62,9%, 51,25%, dan 46,25%. Kesimpulan: Mutu pelayanan penerimaan pasien rawat jalan di rumah sakit bernilai baik. Saran: Melakukan perubahan ke sistem komputerisasi dalam proses penerimaan pasien, menerapkan Sapa, Senyum, Salam, Sopan dan Santun dalam memberikan pelayanan kesehatan, perluasan ruangan TPPRJ, penyediaan alat-alat kebersihan yang lengkap dan pelatihan bagi petugas pelayanan penerimaan pasien agar pelaksanaannya lebih terarah. Kata Kunci: Pelayanan Rumah Sakit, Mutu, Kepuasan Pasien
HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK PENDERITA KANKER DENGAN KEJADIAN MUAL – MUNTAH AKIBAT KEMOTERAPI Nina Rosdiana.; Mariana Nuryati
Healthy Journal Vol. 2 No. 1 (2014): HEALTHY JOURNAL | Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES UNIBBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (767.677 KB)

Abstract

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, prevalensi tumor di Indonesia adalah 4,3 per 1.000 penduduk, yang sebelumnya kasus kematian akibat kanker meningkat dari 3,4 % (1980) menjadi 6 % (2001). Terapinya antara lain kemoterapi. Dampak dari kemoterapi salah satunya adalah mual – muntah.Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan kondisi fisik dengan menggunakan pengukuran Karnofsky Performance dengan kejadian mual muntah yang dibagi menjadi tiga type yaitu antisipatori, akut dan tertunda pada penderita kanker yang mendapatkan kemoterapi. Jenis penelitian menggunakan metode Descriptive Analitic dengan pendekatan Cross Sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 40 orang dari populasi 44 orang. Uji statistik menggunakan analisa univariat dan bivariat (chi square).Hasil penelitiandiperoleh gambaran kondisi fisik penderita kanker yaitu 50 % kondisi fisik cukup baik dan 50 % lainnya kondisi fisik lemah. Kejadian mual – muntah sebagian besar terjadi segera setelah kemoterapi 62,5 %, sebagian kecil sebelum kemoterapi 2,5 %, dan 35 % terjadi 24 jam setelah kemoterapi. Hasil yang didapatkan tidak ada hubungan antara kondisi fisik dengan kejadian mual – muntah pada penderita kanker yang mendapatkan kemoterapi dengan p-value ( 0,439) lebih besar dari alpha (0,05). Kesimpulan: Setengah responden memiliki kondisi fisik yang cukup baik dan setengahnya lagi memiliki kondisi fisik yang lemah, sebagian besar mual – muntah terjadi segera setelah kemoterapi. Tidak ada hubungan antara kondisi fisik dengan kejadian mual - muntah. Kata Kunci : Kondisi Fisik, Kejadian Mual Muntah, Kanker, dan Kemoterapi
PENERAPAN TEORI KONSERVASI LEVINE PADA ANAK DIARE DENGAN MASALAH GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT Nursinih
Healthy Journal Vol. 2 No. 1 (2014): HEALTHY JOURNAL | Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES UNIBBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (767.32 KB)

Abstract

Di dunia diperkirakan lebih dari 1,3 miliar serangan dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare. Lebih kurang 80% kematian terjadi pada anak berusia kurang dari dua tahun. Diare menyebabkan tubuh kehilangan cairan beserta komponen didalamnya. Adanya kehilangan cairan akibat diare berdampak terhadap timbulnya masalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Hal mana akan berbahaya bila terjadi pada bayi dengan proporsi cairan lebih besar dibandingkan pada orang dewasa. Karya ilmiah akhir ini bertujuan memberikan gambaran penerapan teori konservasi Levine pada anak diare dengan gangguan masalah keseimbangan cairan dan elektrolit. Penerapan melalui konservasi energi, konservasi integritas struktur, konservasi integritas personal dan konservasi integritas sosial, mengupayakan pemberian asuhan keperawatan untuk meningkatkan kemampuan beradaptasi dan mempertahankan keutuhan. Pengambilan pada kelima kasus kelolaan memperlihatkan adanya tanda-tanda hidrasi tidak adekuat yang mengindikasikan adanya gangguan cairan dan elektrolit, dan trophicognosis utama yang muncul adalah ketidakseimbangan volume cairan, bahkan ada yang mengalami penurunan kadar elektrolit. Intervensi diberikan berfokus pada memaksimalkan konservasi. Pentingnya program family center care (FCC) dalam pemberian asuhan keperawatan, melalui kekuatan dan kemampuan yang ada keluarga untuk keberhasilan pemberian asuhan keperawatan. Respon organismik memperlihatkan adanya hidrasi adekuat, dan permasalahan pada kelima kasus dapat teratasi dalam kurun waktu perawatan yang bervariasi. Kata kunci : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit; diare; teori konservasi
MENGAPA BAYI MENANGIS TERUS MENERUS? ( SUSY HERMANINGSIH
Healthy Journal Vol. 2 No. 1 (2014): HEALTHY JOURNAL | Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES UNIBBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (743.97 KB)

Abstract

Menangis adalah ungkapan perasaan sedih (kecewa, menyesal) dengan mencucurkan air mata serta mengeluarkan suara (tersedu-sedu, menjerit-jerit). Bila bayi terus menerus menangis, maka perlu dicari penyebabnya kemungkinan bayi tersebut lapar, haus, teknik menyusu yang salah, ingin ditemani, tidak nyaman, gigi tumbuh, lelah, bosan, kolik, atau kebiasaan, karakter, atau bayi tersebut sakit, dan lain-lain. Menangis adalah cara bayi berkomunikasi. Melalui tangisan bayi memberitahukan kebutuhan-kebutuhannya kepada orang tua seperti rasa lapar, lelah, pedih dan keadaan tubuh yang tidak menyenangkan lainnya, serta untuk memenuhi keinginannya untuk diperhatikan. Orang tua terkadang tidak mengetahui apa yang dibutuhkan ketika bayinya menangis sehingga bayinya menangis terus-menerus. Umumnya, orang tua mengartikan tangis bayi sebagai tanda lapar padahal bayi menangis itu tidak selalu berarti lapar. Hasil penelitian tentang Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Bayi Menangis Terus-Menerus menunjukan bahwa ibu-ibu memiliki pengetahuan dan sikap yang positif berdasarkan pengalaman dan informasi yang didapatkan ibu diusia produktif tetapi masih ada ibu-ibu di usia produktif ini, memiliki sikap yang negatif, yang disebabkan oleh faktor internal ibu, seperti kelelahan dan rasa cemas dalam merawat bayi yang sakit dan menangis terus-menerus. Tangisan pada bayi dapat dihentikan jika orang tua mengetahui penyebab bayi itu manangis. Bayi yang banyak menangis bisa membuat ibunya tegang, lelah dan bosan karena seorang ibu tidak tahu penyebab tangisannya. Arti tangisan bayi berbeda-beda, masing-masing merupakan tanda komunikasi yang jelas sebagai ungkapan pesan kepada orang tua tentang apa yang bayi butuhkan. Gerakan tubuh yang menyertai tangis dapat membantu orang tua lebih memahaminya. Makin lama dan makin keras tangisannya menandakan semakin kuat kebutuhannya. Kata Kunci: bayi, orang tua/ibu, menangis terus menerus,

Page 1 of 10 | Total Record : 92