cover
Contact Name
Rinto Hasiholan Hutapea
Contact Email
rintohutapea81@gmail.com
Phone
+6281330296185
Journal Mail Official
danumpambelum21@gmail.com
Editorial Address
Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya Alamat: Jl. Tampung Penyang No.KM.6, Menteng, Kec. Jekan Raya, Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah 73112
Location
Kota palangkaraya,
Kalimantan tengah
INDONESIA
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja
ISSN : 27976858     EISSN : 2797684X     DOI : https://doi.org/10.54170/dp.v1i2
Danum Pambelum: Jurnal Teologi Dan Musik Gereja adalah jurnal yang diterbitkan oleh Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya. Periode Terbitan Jurnal ini yaitu bulan Mei dan November. Ruang Lingkup kajian jurnal ini di antaranya: Teologi Perjanjian Lama, Teologi Perjanjian Baru, Teologi dan Budaya, Misiologi, Sosiologi Agama, dan Musik Gereja.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 2 No 2 (2022): DPJTMG: November" : 10 Documents clear
Makna Spiritual Aku Hitam dalam Teks Kidung Agung 1:6 Fransiska Juliawati; Hendi
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 2 No 2 (2022): DPJTMG: November
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.707 KB) | DOI: 10.54170/dp.v2i2.87

Abstract

The article is a commentary on the Spritual significance in the song of Solomon 1:6 based on Origen view of the song of song commentary and homilies origen and another book by Gregory of nysa as homilies on the song of song. It was a book that blotted out the black spiritual significance of the song of Solomon. Many of god’s servants today have been inspired to convey only the literal meaning of the song of Solomon, and are then complemented by the experience and testimony of that servant of God. With the intent of making the hearts of the congregation rejoice even if the message of the text that is presented is irrelevant to the lives of the congregation the servants of the Lord often underestimate or take for granted the spiritual meaning of the song of Solomon because it is viewed only as a song representing the love of a man and a woman who love each other. There are not few servants of the Lord who view the text of the song of Solomon as relevant only to married congregations or to those in their 17th year of age or older. Because it’s so rare that the song of Solomon is preached because it is considered irrelevant in the modern age because it is just plain. This was the basic for the writer’s conception to discuss the book song of Solomon 1:6. Artikel ini adalah sebuah ulasan tentang Makna Spritual Dalam Kidung Agung Ps. 1:6 pandangan berdasarkan Origen dengan judul The Song of Songs Commentary and Homilies Origen dan buku lain oleh Gregory of Nysa yaitu Homilies on the Song of Songs. Yaitu sebuah buku yang membahas mengenai makna spiritual hitam dalam kitab kidung agung. Kebanyakan di zaman sekarang ini banyak hamba Tuhan yang hanya menyampaikan makna dari teks Kidung Agung secara literal saja, kemudian di lengkapi dengan pengalaman serta kesaksian hamba Tuhan tersebut. Dengan maksud membuat hati para jemaat menjadi senang meskipun pesan dari teks yang disampaikan tidak relevan dengan kehidupan jemaatnya. Hamba Tuhan seringkali menyepelekan atau tidak serius dalam menyampaikan makna spiritual dari teks Kidung Agung, karena dianggap hanya sebagai suatu nyanyian yang melambangkan antara cinta seorang pria dan wanita yang saling mencintai. Tidak sedikit hamba Tuhan yang berpandangan bahwa teks Kidung Agung ini dianggap relevan hanya bagi jemaat yang sudah berkeluarga atau kepada jemaat yang sudah menginjak usia 17 tahun ke atas. Oleh sebab itu Kidung Agung sangat jarang di khotbahkan karena dianggap tidak relevan di zaman kekinian sebab hanya ditujuhkan kepada kalangan-kalangan tertentu saja. Pandangan ini merupakan pandangan yang dangkal karena salah diartikan. Hal itulah yang mendasari penulis sehingga penulis tertarik untuk membahas kitab kidung agung 1:6.
Asal-Usul Kejahatan dan Penderitaan Menurut Kitab Kejadian 3:1-24 dan Usaha Manusia Melawan Dosa Mathias Adon
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 2 No 2 (2022): DPJTMG: November
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.109 KB) | DOI: 10.54170/dp.v2i2.98

Abstract

The story of the fall of man is told dramatically in Genesis 3: 1-24. This story illustrates how humans abuse their freedom as rational beings who are called to love God and others. Human disloyalty to this calling causes humans to be expelled from Eden. The fall into sin not only makes humans lose guarantees and protection but also brings suffering. In this situation, Satan uses the state of sin to tempt people to do evil. Therefore, this research aims to find the origins of evil and human efforts to get out of the shackles of sin. Because the fall of humans into sin is caused by humans listening more to the tempter (satan) than God. This study uses the method of literature study. This research finds that God is not the cause of human suffering but rather the human rejection of God's love. So, to obtain happiness, humans must get out of the shackles of sin by using free will to fight the temptations of the evil one. Kisah kejatuhan manusia dikisahkan secara dramatis dalam Kejadian 3: 1-24. Kisah ini melukiskan bagaimana manusia menyalahgunakan kebebasannya sebagai makhluk yang berakal budi yang dipanggil untuk mencintai Allah dan sesama. Ketidaksetiaan manusia terhadap panggilan ini membuat manusia diusir dari Eden. Kejatuhan dalam dosa tidak hanya membuat manusia kehilangan jaminan dan perlindungan tetapi juga mendatangkan penderitaan. Dalam situasi ini, setan menggunakan keadaan dosa untuk menggoda manusia untuk melakukan kejahatan. Karena itu, penelitian ini bertujuan menemukan asal-usul kejahatan dan upaya manusia untuk keluar dari belenggu dosa. Sebab kejatuhan manusia dalam dosa disebabkan karena manusia lebih mendengarkan si penggoda (setan) dari pada Allah. Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan. Penelitian ini menemukan bahwa Allah bukanlah penyebab penderitaan manusia melainkan penolakan manusia terhadap kasih Allah. Maka, untuk memperoleh kebahagiaan, manusia harus keluar dari belenggu dosa dengan menggunakan kehendak bebas untuk melawan godaan si jahat.
Pelaksanaan Katekisasi Sidi Masa Pandemi Covid-19 di Jemaat GKE Tangkiling Kecamatan Bukit Batu Windi Kristin; Merilyn; Silvia Rahmelia
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 2 No 2 (2022): DPJTMG: November
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.568 KB) | DOI: 10.54170/dp.v2i2.104

Abstract

Catechism is a church formation to educate youth consider maturity in faith. Catechization is usually goes for a long period, however, due to Covid-19 pandemic, catechization’s timing become uncertainty and tends to be shorter. This is also happened at GKE Tangkiling as Evangelical Church in Kalimantan. Due to pandemic, implementation of the catechism for youth was carried out within two months. Through this research, the writer describes the catechization activities, catechization material which is packaged in a more concise manner and the way the teacher delivers its material in limited time. This research uses a qualitative approach with a descriptive method. From the results, it was found that catechism activities were carried out 6-8 times in November to December 2020 with one meeting in one week. Meanwhile, in the second week of December, catechism activities were held four times. Duration of catechism activity was approximately two hours. The material that presented to youth participants was very limited by summarizing the catechism guidelines by GKE. The catechism teacher selects and packs material that is considered very close and relevant to the lives of youth participants, such as good courtship, utilizing one's talents and potential and material about church life. The teacher also chooses sharing method according to the agreement of the catechism participants so that the available time can be used as effectively as possible. Katekisasi merupakan bentuk pembinaan gereja yang bertujuan mendidik remaja kepada kedewasaan iman. Katekisasi biasanya dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama, namun demikian karena pandemi Covid-19 waktu pelaksanaan katekisasi menjadi tidak menentu dan cenderung lebih pendek. Hal ini juga terjadi di GKE Tangkiling, karena pandemi maka pelaksanaan katekisasi sidi dilaksanakan dalam kurun waktu dua bulan. Melalui penelitian ini, penulis mendeskripsikan kegiatan katekisasi, materi katekisasi yang dikemas secara lebih ringkas dan cara pengajar menyampaikan materi katekisasi di tengah keterbatasan waktu di GKE Tangkiling. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kegiatan katekisasi dilaksanakan 6-8 kali pertemuan pada bulan November s.d Desember Tahun 2020 dengan mekanisme satu kali pertemuan dalam satu minggu. Sedangkan pada minggu kedua pada Bulan Desember, kegiatan katekisasi dilaksanakan empat kali pertemuan. Durasi kegiatan katekisasi dilaksanakan kurang lebih dua jam. Materi yang disampaikan kepada peserta sangat terbatas dengan merangkum dari pedoman katekisasi GKE. Pengajar katekisasi memilih dan mengemas materi yang dianggap sangat dekat dan relevan dengan kehidupan remaja selaku peserta katekisasi sidi seperti, hubungan pacaran yang baik, memanfaatkan talenta dan potensi diri dan materi tentang kehidupan bergereja. Pengajar katekisasi memilih metode sharing sebagaimana kesepakatan peserta katekisasi sehingga waktu yang tersedia dapat digunakan seefektif mungkin. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keterbatasan waktu dalam pelaksanaan kegiatan katekisasi sidi sehingga berdampak kurang maksimalnya materi disampaikan kepada peserta katekisasi.
Strategi Pelayanan Pastoral sebagai Upaya Pertumbuhan Rohani Jemaat di GKII Jemaat Bukit Moria Kasongan Yelicia Yelicia; Krido Siswanto
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 2 No 2 (2022): DPJTMG: November
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.784 KB) | DOI: 10.54170/dp.v2i2.124

Abstract

Each shepherd has his own strategy or way of serving the Lord's people and reaching out to the lost. Likewise with the congregational shepherd who serves at the Indonesian Gospel Tabernacle Church (GKII) bukit Moria Kasongan Congregation. Until now, the congregation at GKII Bukit Moria Kasongan Congregation continues to exist and continues to show spiritual growth. Therefore, the author will examine how the strategy of pastoral service to the congregation in GKII of the Bukit Moria Kasongan congregation in Central Kalimantan. The purpose of this study is to explain how the pastoral ministry strategy is an effort to grow the spirituality of the congregation at GKII Bukit Moria Kasongan Congregation. The author uses qualitative research methods by collecting data through interviews with congregational pastors, congregational governing bodies and congregational members. Based on the results of the author's research, it can be concluded that from several pastoral ministry strategies carried out by shepherds such as Pastoral Counseling, Pastoral Admonition, God's Word Ministry, and Discipleship, it has an impact on the spiritual growth of the congregation at GKII Bukit Moria Kasongan which can be seen in terms of quality, namely through the attitude of life or the character of the faithful congregation in serving God and is willing to be involved in the ministry and can testify about God's help through his life. Setiap gembala memiliki strategi atau cara tersendiri dalam melayani umat Tuhan dan menjangkau orang-orang yang terhilang. Begitu juga dengan gembala sidang yang melayani di Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Jemaat Bukit Moria Kasongan. Hingga saat ini, jemaat di GKII Jemaat Bukit Moria Kasongan tetap eksis dan terus menunjukkan pertumbuhan secara rohani. Oleh karena itu, penulis akan meneliti bagaimana strategi pelayanan pastoral kepada jemaat yang ada di GKII jemaat Bukit Moria Kasongan Kalimantan Tengah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana strategi pelayanan pastoral sebagai upaya pertumbuhan rohani jemaat di GKII Jemaat Bukit Moria Kasongan. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara kepada gembala sidang, Badan Pengurus Jemaat maupun anggota jemaat. Berdasarkan hasil penelitian penulis, dapat disimpulkan bahwa dari beberapa strategi pelayanan pastoral yang dilakukan oleh gembala seperti, Konseling Pastoral, Perkunjungan Pastoral, Pelayanan Firman Tuhan, dan Pemuridan, berdampak bagi pertumbuhan rohani jemaat di GKII Bukit Moria Kasongan yang dapat dilihat dari segi kualitas yaitu melalui sikap hidup atau karakter jemaat setia dalam melayani Tuhan dan bersedia dilibatkan dalam pelayanan serta dapat bersaksi tentang pertolongan Tuhan melalui kehidupannya.
Tanggung Jawab Gereja bagi Kaum Difabel di GMIT Jemaat Lahai Roi Tofa, Klasis Kota Kupang Timur Nelci Non; Ezra Tari; Nelman A. Weny
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 2 No 2 (2022): DPJTMG: November
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.464 KB) | DOI: 10.54170/dp.v2i2.125

Abstract

Disabled people do not have a proper place in church management. The stigmatization of their abilities can cause marginalization of people with disabilities. The stigmatization of people with disabilities is triggered because much of society still adhere to traditional beliefs. The lack of public understanding of the reality of people with disabilities is due to people's knowledge about the real world of people with disabilities. This paper intends to explain the congregation's understanding of people with disabilities and how the church empowers people with disabilities. The research method used is descriptive qualitative. This study found that initially, it was difficult for people with disabilities to accept their situation. However, they can rise and think positively because they receive assistance from the church. The church assembly activates the Diakonia program through material assistance, pastoral assistance, and empowerment. Now people with disabilities are starting to become independent individuals and actively involved in ministry. For this reason, to increase understanding of the reality of people with disabilities in society, it is necessary to introduce the world of people with disabilities to early childhood through various types of children's literature. Kaum difabel belum mendapat tempat yang layak dalam penatalanan gereja. Marginalisasi terhadap kaum difabel dapat disebabkan adanya stigmatisasi terhadap kemampuan mereka. Stigmatisasi terhadap difabel, dipicu oleh adanya sebagian besar masyarakat yang masih menganut paham tradisional. Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai realitas kaum difabel disebabkan pengetahuan masyarakat mengenai dunia kaum difabel yang sebenarnya. Tulisan ini bermaksud menjelaskan pemahaman jemaat tentang kaum difabel serta bagaimana gereja memberdayakan kaum difabel. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini menemukan bahwa penyandang difabel awalnya sulit untuk menerima keadaannya. Akan tetapi mereka dapat bangkit dan berpikir positif karena mendapat pendampingan dari gereja. Majelis gereja menggiatkan program diakonia baik berupa bantuan materi, pendampingan pastoral dan pemberdayaan. Kini kaum difabel mulai menjadi pribadi yang mandiri dan terlibat aktif dalam pelayanan. Untuk itu, dalam upaya meningkatkan pemahaman mengenai realitas kaum difabel dalam masyarakat, perlu dilakukan pengenalan dunia kaum difabel terhadap anak usia dini melalui berbagai jenis bacaan anak-anak.
Kajian Historis Kritis Kedudukan dan Tugas Perempuan Dalam Surat 1 Korintus 14:34 Bagi Gereja Masa Kini Sri Angellyna; Stynie Nova Tumbol; Eduhertho
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 2 No 2 (2022): DPJTMG: November
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.02 KB) | DOI: 10.54170/dp.v2i2.141

Abstract

The social life of society in the context of the 1st Corinthian letter regarding the position and duties of women and men is inseparable from the nuances of patriarchal culture, that is, the culture that dominates men as heads. The male has always been seen as a strong and powerful figure, and the female is seen as a weak figure and is under the power of men. This study was conducted to describe the critical historical study of 1 Corinthians 14:34 and to determine the position and duties of women for the church today. The method used is descriptive qualitative. The results of the study revealed that women during the Corinthian church were seen as figures who did not produce education and knowledge, so women were seen as weak. But in today's context, women are no longer seen as weak figures who have no education. There have been many sectors of life held by female figures, even women are seen as figures who have wisdom in carrying out the tasks they are engaged in. Kehidupan sosial masyarakat pada konteks surat 1 Korintus mengenai kedudukan dan tugas perempuan dan laki-laki tidaklah terlepas dari nuansa budaya patriarki, yaitu budaya yang mendominasikan kaum laki-laki sebagai kepala. Laki-laki selalu dipandang sebagai sosok yang kuat dan berkuasa, dan perempuan dipandang sosok yang lemah dan berada di bawah kuasa laki-laki . Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan kajian historis kritis 1 Korintus 14:34 dan mengetahui kedudukan dan tugas perempuan bagi gereja masa kini. Metode yang digunakan ialah kualitatif deskrisptif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kaum perempuan pada masa jemaat Korintus, dipandang sebagai sosok yang tidak memproleh pendidikan dan pengetahuan, sehingga kaum perempuan dipandang sebagai kaum yang lemah. Namun pada konteks masa kini, perempuan tidak lagi dipandang sebagai sosok yang lemah yang tidak mempunyai pendidikan. Sudah banyak sektor kehidupan yang dipegang oleh tokoh-tokoh perempuan, bahkan perempuan dipandang sebagai sosok yang mempunyai kebijaksaan dalam melakukan tugas yang ditekuninya.
Gaya Kepemimpinan Gembala dalam Meningkatkan Pertumbuhan Gereja di GKB EL-Shaddai Palangka Raya Mariadi Dandung; Tiavone Theressa Andiny; Ratih Sulistyowati
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 2 No 2 (2022): DPJTMG: November
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (247.242 KB) | DOI: 10.54170/dp.v2i2.145

Abstract

This study was conducted to determine the pastoral leadership style and its impact on increasing church growth in GKB El-Shaddai Palangka Raya. Leadership style is a leader’s way of influencing his group so that they can work together to achieve the goals that have been set. This research is a field research with a qualitative approach and a descriptive type of research that aims to identify and describe the pastoral leadership style and its impact on increasing church growth in GKE El-Shaddai Palangka Raya. The data collection techniques used in this study were observation, interviews and documentation conducted on pastors, church councils, and church members at GKB El-Shaddai Palangka Raya. The results of the study concluded that the leadership style of the pastor in leading the church members at GKB El-Shaddai Palangka Raya tends to lead to a participatory, democratic, autocratic, moralist and paternalistic leadership style. This can be seen from various aspects including the ability of the shepherd to solve problems, the personality of the shepherd, and the ability to communicate. The impact of the pastoral leadership style is that the church is experiencing growth in terms of quality (quality) and quantity (quantity). Growth in terms of quantity (amount) is indicated by the increasing number of church members every year. Growth in quality can be seen from the life of the congregation who enjoys participating in worship, prayer fellowship, sharing, and having the ability to serve in worship such as playing music, leading praise, and singing. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gaya kepemimpinan gembala dan dampaknya dalam meningkatkan pertumbuhan gereja di GKB El-Shaddai Palangka Raya. Gaya kepemimpinan merupakan cara pemimpin untuk mempengaruhi kelompoknya agar dapat saling bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui dan mendeskrifsikan mengenai gaya kepemimpinan gembala dan dampaknya dalam meningkatkan pertumbuhan gereja di GKB El-Shaddai Palangka Raya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi yang dilakukan terhadap gembala, majelis jemaat, dan anggota jemaat di GKB El-Shaddai Palangka Raya. Hasil penelitian disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan yang dimiliki gembala dalam memimpin anggota jemaat di GKB El-Shaddai Palangka Raya cenderung mengarah kepada gaya kepemimpinan partisipatif, demokratis, otokratis, moralis dan paternalistik. Hal tersebut dilihat dari berbagai aspek diantaranya kemampuan gembala dalam memecahkan masalah, kepribadian yang dimiliki gembala, serta kemampuan dalam berkomunikasi. Dampak yang di timbulkan dari gaya kepemimpinan gembala adalah gereja mengalami pertumbuhan dari segi kualitas (mutu) dan kuantitas (jumlah). Pertumbuhan dari segi kuantitas (jumlah) di tandai dengan meningkatnya jumlah anggota jemaat setiap tahun.Pertumbuhan secara kualitas (mutu) dilihat dari kehidupan jemaat yang senang dalam mengikuti ibadah, persekutuan doa, suka berbagi, dan memiliki kemampuan untuk melayani dalam ibadah seperti bermain musik, memimpin pujian, dan singer.
Hospitalitas sebagai Laku Hidup Menggereja dalam Bingkai Moderasi Beragama di Indonesia Harls Evan R. Siahaan; Munatar Kause
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 2 No 2 (2022): DPJTMG: November
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.761 KB) | DOI: 10.54170/dp.v2i2.146

Abstract

Religious life has experienced an anxious level of disruption in the last two decades, where there has been an escalation of violence that has led to murders and even sadism in the name of religion. Responding to a situation stimulated by religious fundamentalism and radicalism, the Indonesian government, through the Ministry of Religion, initiated an inclusive religious model that can accept and respect differences; the product is called religious moderation. This article is qualitative research that aims to offer the praxis of religious moderation through modeling early church life behavior. By using a descriptive analysis method based on a literature review, this study shows that the hospitality of the early church, as disseminated by Amos Yong and Amy G. Oden, was an act of religious moderation in church life amidst the socio-political disruptions at that time. We conclude that hospitality can become a doctrine that embodies church life which expresses the practice of religious moderation in Indonesia. Kehidupan beragama mengalami tingkat disrupsi yang mengkhawatirkan dalam dua dasawarsa terakhir, di mana terjadi eskalasi kekerasan yang mengarah kepada pembunuhuan hingga kesadisan dengan mengatasnamakan agama. Merespons situasi yang distimulasi oleh fundamentalisme dan radikalisme beragama, pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Agama, menginisiasi sebuah pola beragama yang inklusif, yang dapat menerima dan menghargai perbedaan; produk itu dinamai moderasi beragama. Artikel ini adalah sebuah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menawarkan praksis moderasi beragama melalui permodelan laku hidup gereja perdana. Dengan menggunakan metode analisis deskriptif yang berbasis pada kajian literatur, penelitian ini memperlihatkan hospitalitas gereja perdana, seperti yang ditunjukkan oleh Amos Yong dan Amy G. Oden, merupakan sebuah laku moderasi beragama dalam hidup menggereja di tengah disrupsi sosial-politik saat itu. Kami menyimpulkan bahwa hospitalitas dapat menjadi doktrin yang mengejawantah hidup menggereja yang mengekspresikan laku moderasi beragama di Indonesia.
Manajemen Pelayanan Sekolah Minggu di Gereja Kalimantan Evangelis Jemaat Kasih Marawan Lama Margaret Wela Victoria; Rinto Hasiholan Hutapea
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 2 No 2 (2022): DPJTMG: November
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.038 KB) | DOI: 10.54170/dp.v2i2.147

Abstract

This article aims to analyze the management of Sunday Schools in the Kalimantan Evangelical Church of Kasih Marawan Lama, South Barito Regency, Central Kalimantan Province. The problem is that the church is not aware that Sunday schools are experiencing some management-related problems. This caused the Sunday school categorical worship service to be unable to perform its functions properly. This research uses a qualitative method by examining phenomena that occur in the field and providing an explanation of what the author sees and feels and describes the results of interviews with informants. The results of the study revealed that the work program was prepared by Sunday School teachers, then the panel evaluated and reviewed each work program design that had been planned. Sunday School financial management of income and expenses is reported on a quarterly basis. The chairman of the assembly and the Sunday School teacher worked together to solve the Sunday School problem. The implementation of Sunday School services has not been running optimally and effectively. This has an impact on decreasing children's interest in coming to Sunday School services. The timing of the implementation of worship is also not appropriate and prevents children from coming. Evaluation of the performance of Sunday School teachers needs to be carried out to see the results of the implementation of Sunday School activities. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis manajemen Sekolah Minggu di Gereja Kalimantan Evangelis Kasih Marawan Lama, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah. Permasalahan gereja kurang menyadari bahwa sekolah minggu mengalami beberapa masalah terkait manajemen. Hal ini menyebabkan pelayanan ibadah kategorial sekolah minggu tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan meneliti fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan serta memberikan penjelasan atas apa yang dilihat dan dirasakan oleh penulis dan mendeskripsikan hasil wawancara dengan informan. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa program kerja disusun oleh guru Sekolah Minggu, kemudian majelis mengevaluasi dan meninjau kembali setiap rancangan program kerja yang sudah direncanakan. Manajemen keuangan Sekolah Minggu terkait pemasukan dan pengeluaran dilaporkan setiap kunjungan triwulan. Ketua majelis dan guru Sekolah Minggu bekerja sama untuk menyelesaikan permasalahan Sekolah Minggu. Pelaksanaan pelayanan Sekolah Minggu belum berjalan dengan maksimal dan efektif. Hal ini berdampak pada menurunnya minat anak untuk datang dalam ibadah Sekolah Minggu. Pengaturan waktu pelaksanaan ibadah juga tidak sesuai dan membuat anak tidak datang. Evaluasi kinerja guru Sekolah Minggu perlu dilakukan untuk melihat hasil dari pelaksanaan kegiatan Sekolah Minggu.
Studi Tentang Tingkat Kepuasan Jemaat Terhadap Musik Iringan dalam Ibadah di Gereja Kalimantan Evangelis Sinta Asi di Kota Muara Teweh Edwin Meko Taka Melas; Yuliati Eka Asi
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 2 No 2 (2022): DPJTMG: November
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.56 KB) | DOI: 10.54170/dp.v2i2.148

Abstract

Church Accompaniment Music is an instrument that produces a beautiful and melodious tone and plays one of the important roles in Church Worship. However, it is not yet known the congregation's response to the accompaniment music. This research was conducted to find out and describe the congregation's satisfaction with the music of worship accompaniment. The method used is descriptive quantitative. The sample of this study was the congregation of GKE Sinta Asi Muara Teweh with a sampling quota technique. Data collection techniques using questionnaires and documentation. Data analysis techniques by using data frequency distribution tables and guideline tables to describe data. Of the 31 respondents to the congregation of the Kalimantan Evangelical Church Sinta Asi Muara Teweh stated that they were satisfied with the accompaniment music and it was functioning properly and in accordance with the needs of the congregation to worship. It was shown that 20 respondents (54.50%) stated good, 9 respondents (29.10%) stated quite good. Of the different types of accompaniment used: 71% of respondents stated that worship was more satisfied accompanied by a piano (without a rhythm keyboard). There were 22.60% of respondents who stated that worship could be accompanied by other musical instruments. Based on the aspect of the congregation living or not: there are 61.35% of respondents living and 32.35% of respondents feeling less passionate. Musik Iringan Gereja merupakan suatu suatu instrumen yang menghasilkan suatu nada yang indah dan merdu serta memainkan salah satu peranan penting dalam Ibadah Gereja. Namun belum diketahui tanggapan jemaat terhadap musik iringan. Penelitian ini di lakukan untuk mengetahui dan mendeskripsikan kepuasan jemaat terhadap musik iringan ibadah. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Sampel penelitian ini adalah jemaat GKE Sinta Asi Muara Teweh dengan teknik kuota sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi data dan tabel pedoman untuk mendeskripsikan data. Dari 31 orang responden jemaat Gereja Kalimantan Evangelis Sinta Asi Muara Teweh menyatakan sudah merasa puas terhadap musik iringan dan sudah berfungsi dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan jemaat untuk beribadah. Hal ini ditunjukan bahwa 20 responden (54,50%) menyatakan baik, 9 responden (29,10%) menyatakan cukup baik. Dari perbedaan jenis iringan yang digunakan: 71% responden menyatakan ibadah lebih puas diiringi dengan piano (tanpa rhythm keyboard). Terdapat 22,60% responden menyatakan ibadah dapat diiringi alat musik lain. Berdasarkan aspek jemaat menghayati atau tidak: terdapat 61,35% responden menghayati dan 32,35% responden merasa kurang menghayati.

Page 1 of 1 | Total Record : 10