cover
Contact Name
Munirah Tuli
Contact Email
munirahtuli@ung.ac.id
Phone
+6281294614208
Journal Mail Official
jppt@apps.ipb.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Journal of Marine Research
ISSN : -     EISSN : 24077690     DOI : 10.14710/jmr.v9i4.28340
Core Subject : Agriculture, Social,
The Journal of Tropical Fisheries Management is managed by the Department of Water Resource Management, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Bogor Agricultural University aims to publish the results of basic, applied research in the scope of fisheries resources, fish stock studies, and population dynamics, fish biodiversity, fisheries technology, industrialization and fish trade, fisheries management, and fisheries development policies in the tropics, especially Indonesia. The scope of the area includes: Marine Fisheries Coastal Fisheries Inland Fisheries The focus and scope of this publication are expected to contribute thoughts for the government to strengthen the science of fisheries management
Articles 608 Documents
Kondisi Terumbu Karang di Pantai Wisata Kampung Kerapu Situbondo dan Strategi Pengelolaannya Dian Sari Maisaroh; Ardelia Humaimah Denatri; Yahya Abdillah Al Hanif; Dewi Fortuna Nurama; Saiful Bahri; Marita Ika Joesidawati
Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i4.35456

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi terumbu karang dan ikan karang di Perairan Wisata Kampung Kerapu Situbondo serta strategi pengelolaannya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dimana hasil observasi dideskripsikan untuk melihat kondisi suatu obyek penelitian. Metode penentuan stasiun dengan purposive sampling. Pengambilan data karang menggunakan metode Point Intersept Transect (PIT) dan pengambilan data ikan karang menggunakan metode Underwater Visual Census (UVC). Analisis strategi pengelolaannya menggunaan kuesioner dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT). Hasil menunjukkan bahwa stasiun 1, 3, 4 dan 5 mempunyai tutupan karang dengan kategori baik sedangkan stasiun 2 dan 6 menunjukkan hasil tutupan kategori rusak sedang. Tutupan karang paling tinggi berada di stasiun 5 dengan persentase tutupan sebesar 74%. Kondisi ekosistem terumbu karang di Perairan Kampung Kerapu memiliki indeks keanekaragaman dalam kategori sedang – tinggi. Kondisi ikan karang di Perairan kampung Kerapu memiliki indeks keanekaragaman dalam kategori sedang. Apabila indeks keanekaragaman masuk dalam kategori sedang, maka tidak ada persaingan antar komunitas baik karang maupun ikan karang. Strategi pengelolaan terumbu karang di Pantai Wisata Kampung Kerapu yang tepat adalah dengan cara memaksimalkan kekuatan internal supaya mendapatkan peluang eksternal dalam mencapai pengelolaan yang berkelanjutan This study aims to determine the condition of coral reefs and reef fish in the Tourism Waters of Kampung Grouper Situbondo and their management strategies. This study uses a descriptive method where the results of observations are described to see the condition of an object of research. The method of determining the station is by purposive sampling. Coral data retrieval using the Point Intercept Transect (PIT) method and reef fish data collection using the Underwater Visual Census (UVC) method. Analysis of the management strategy uses a questionnaire with the Analytic Hierarchy Process (AHP) and Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT) methods. The results showed that stations 1, 3, 4 and 5 had good coral cover, while stations 2 and 6 showed moderate damage. The highest coral cover was at station 5 with a cover percentage of 74%. The condition of the coral reef ecosystem in the waters of Kampung Grouper has a diversity index in the medium - high category. The condition of reef fish in the waters of the grouper village has a diversity index in the medium category. If the diversity index is in the medium category, then there is no competition between communities, both coral and reef fish. The right strategy for managing coral reefs at Pantai Wisata Kampung Kerapu is to maximize internal strengths in order to get external opportunities to achieve sustainable management.
Komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di Pulau Padaidori, Kabupaten Biak Numfor, Papua Trisnawaty Rica Florentina Siahaan; Endriano Manalu; Setiawan Mangando; Fredy Christian Eldiester Dan; Yulianti Elisabet Demena; Frits N. Y. Rumbino; Simon Petrus Octovianus Leatemia; Fitriyah Irmawati Elyas Saleh; Selvi Tebaiy; Nurhani Widiastuti; Emmanuel Manangkalangi
Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i4.33933

Abstract

Komunitas gastropoda sangat penting sebagai komponen dalam rantai makanan dan dekomposisi di ekosistem mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur komunitas gastropoda (komposisi spesies, pola sebaran, kepadatan, dan indeks keanekaragaman) pada ekosistem mangrove di Pulau Padaidori, Kepulauan Padaido, Kabupaten Biak Numfor. Ada dua stasiun yang dipilih untuk dilakukan pengambilan sampel. Periode pengambilan sampel gastropoda berlangsung pada bulan Agustus-September 2021 dengan menggunakan metode garis transek dan kuadrat. Pengambilan sampel gastropoda dilakukan ketika kondisi air surut. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 12 spesies gastropoda yang termasuk dalam enam famili (Cerithiidae, Ellobiidae, Littorinidae, Muricidae, Neritidae, dan Potamididae). Umumnya spesies ditemukan di substrat dasar dan akar vegetasi mangrove, kecuali Littoraria scabra yang ditemukan juga pada bagian batang dan daun mangrove. Kepadatan yang tinggi ditemukan pada spesies L. scabra (3,85-6,24 ind.m-2) dan Cerithium coralium (4,18-4,36 ind./m-2), sedangkan kepadatan untuk setiap stasiun, yaitu 12,73 ind.m-2 (stasiun 1) dan 9,97 ind.m-2 (stasiun 2). Pola persebaran spesies gastropoda umumnya mengelompok. Nilai indeks keanekaragaman, kemerataan, dan dominansi komunitas gastropoda di kedua stasiun yaitu 1,271-1,344, 0,579-0,646, dan 0,334-0,366. Kondisi ini mengambarkan bahwa komunitas gastropoda di kedua stasiun relatif stabil. Berbagai parameter dalam komunitas gastropoda ini bisa berubah karena gangguan dan aktivitas pemanfaatan. Oleh karena itu, informasi mengenai komunitas gastropoda ini dapat digunakan sebagai indikator dalam pemantauan perubahan kondisi ekosistem mangrove. The gastropod community is very important as a component in the food chain and decomposition in mangrove ecosystems. This study aims to describe the structure of the gastropod community (species composition, distribution pattern, density, and diversity index) in the mangrove ecosystem on Padaidori Island, Padaido Islands, Biak Numfor Regency. There were two stations selected for sampling. The sampling period for gastropods took place in August-September 2021 using the line transect and quadrat method. Sampling of gastropods was carried out at low tide. Results Based on the research, there were 12 gastropod species belonging to six families (Cerithiidae, Ellobiidae, Littorinidae, Muricidae, Neritidae, dan Potamididae). Generally, the species were found in the bottom substrate and roots of mangrove vegetation, except for Littoraria scabra which was also found on the stems and leaves of mangroves. High density was found in L. scabra (3.85-6.24 ind.m-2) and Cerithium coralium (4.18-4.36 ind./m-2), the density for each station was 12.73 ind.m-2 (station 1) and 9.97 ind.m-2 (station 2). The distribution pattern of gastropod species is generally clustered. The index of diversity, evenness, and dominance at the two stations was 1.271-1.344, 0.579-0.646, and 0.334-0.366. This condition illustrates that the gastropod community at both stations is relatively stable. Various parameters in this gastropod community can change due to disturbances and utilization activities. Therefore, this information about the gastropod community can be used as an indicator for monitoring changes in the condition of the mangrove ecosystem.
Status Nudibranchia dari Pantai Krakal, Gunungkidul, Yogyakarta Dinda Richa Kumarahaqi; Delianis Pringgenies; Retno Hartati
Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i4.34019

Abstract

Penelitian mengenai identifikasi nudibranchia belum banyak dilakukan khususnya di Pantai Krakal, Gunungkidul, DI Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi nudibranchia yang ditemukan di Pantai Krakal. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2021. Nudibranchia dikumpulkan dengan menggunakan coolbox dari Pantai Krakal. Identifikasi dilakukan secara in situ dengan buku iden Debelius 2004. Jenis nudibranchia yang ditemukan dari penelitian ini adalah Aplysia dactylomela, Dendrodoris carbunculosa, Dendrodoris fumata, Dendrodoris nigra dan Discodoris lilacina. Dendrodoris nigra merupakan spesies yang paling banyak ditemukan di Pantai Krakal, dengan warna kehitaman dan memiliki corak bintik-bintik putih pada mantel.Research on the identification of nudibranchs has not been widely carried out, especially in Krakal Beach, Gunungkidul, DI Yogyakarta. This study aims to identify nudibranchs found on Krakal Beach. The study was conducted in October 2021. Nudibranchia were collected using a coolbox from Krakal Beach. Identification was carried out in situ with the book Iden Debelius 2004. The types of nudibranchia found in this study were Aplysia dactylomela, Dendrodoris carbunculosa, Dendrodoris fumata, Dendrodoris nigra and Discodoris lilacina. Dendrodoris nigra is the most common species found on Krakal Beach, with a blackish color and has a pattern of white spots on the mantle. 
Komposisi Jenis Ikan di Fish Apartment Perairan Situbondo Muliawati Handayani; Sukandar Sukandar
Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i3.34195

Abstract

Perairan Situbondo telah lama dikenal sebagai produksi ikan hias air laut. Penangkapan ikan hias di Situbondo salah satunya terletak di perairan Pasir Putih. Sebelum tahun 2015 penangkapan ikan hias menggunakan alat tangkap destruktif hingga mengakibatkan kerusakan ekosistem terumbu karang. Salah satu upaya pelestarian ekosistem terumbu karang dan ikan hias dapat dilakukan dengan penenggelaman rumah ikan yang telah dilakukan pada tahun 2013, 2014 dan 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan ikan, mengestimasi komposisi jenis ikan dan menganalisis indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi. Survey dilakukan dengan visual sensus menggunakan Belt Transect. Survey dilakukan pada fase bulan mati dan fase bulan purnama. Kelimpahan ikan pada fase bulan mati hampir mencapai tiga kali lipat dibandingkan dengan kelimpahan ikan pada fase bulan purnama. Ikan yang ditemukan terdiri dari 16 family dari 26 spesies pada fase bulan mati dan 15 family dari 22 spesies pada fase bulan purnama. Indeks keanekaragaman dan keseragaman pada fase bulan mati dan purnama tidak berbeda secara signifikan dan tergolong keanekaragaman rendah serta komunitas tertekan. Indeks dominansi pada fase bulan mati menunjukkan dominansi yang sedang, sedangkan pada fase bulan purnama menunjukkan dominansi yang rendah. Situbondo sea have long been known as ornamental fish production. One of the ornamental fish explorations in Situbondo is located in the Pasir Putih Beach. Before 2015, ornamental fish catchment using unfriendly environmental fishing gear effected in coral reef ecosystems destruction. Fish apartment is one of the efforts to restore and conserve coral reef ecosystem.  Fish apartments initiation have been carried out in 2013, 2014 and 2015. This study aims to determine the abundance of fish, estimate the composition of fish species and analyze the diversity index, similarity index and dominance index. The survey was conducted by visual census using a Belt Transect carried out during the dead moon phase and the full moon phase. The abundance of fish in the dead moon phase is almost three times higher than the abundance of fish in the full moon phase. The fish recorded consist 16 families of 26 species in the dead moon phase and 15 families of 22 species in the full moon phase. The diversity and similarity indexes in the dead and full moon did not differ significantly and were classified as low diversity and depressed communities. Dominance index in the dead moon phase shows moderate dominance, while the full moon phase shows low dominance. 
Struktur Komunitas, Biomassa Permukaan dan Status Simpanan Karbon Biru di Kawasan Mangrove Terdegradasi Kabupaten Kolaka La Ode Abdul Fajar Hasidu; Arif Prasetya; Maharani Maharani; Nur Anisa; Risnita Tri Utami; Laode Muhamad Hazairin Nadia
Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i4.35058

Abstract

: Ekosistem mangrove memiliki potensi yang cukup besar dalam menyerap emisi karbon dari atmosfer. Karbon tersebut mampu tersimpan di dalam biomassa maupun sedimen, dan dikenal sebagai blue carbon. Meskipun demikian, degradasi mangrove dapat mengganggu potensi tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas, biomassa permukaan (AGB), simpanan karbon biru vegetasi mangrove, serta kemampuan serapan karbon ekosistem mangrove yang telah mengalami degradasi di sepanjang pesisir Kabupaten Kolaka. Ekosistem mangrove di kawasan tersebut merupakan mangrove tepian (Fringe Mangrove), dan ketebalannya kurang dari 100 meter. Penelitian ini menggunakan metode transek kuadrat sejajar garis pantai. Sebanyak 5 plot berukuran 100m2 diletakkan disepanjang transek. Data yang dikoleksi di setiap plot berupa diameter batang (dbh), jenis, dan jumlah jenis. AGB diestimasi menggunakan persamaan allometrik yang telah dikembangkan oleh beberapa peneliti terdahulu. Sementara itu stok karbon diestimasi menggunakan data AGB dan konstanta karbon dari bahan organik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekosistem mangrove di pesisir Kolaka tersusun atas 8 spesies mangrove. Kerapatan mangrove tertinggi berturut-turut stasiun 3 (2180 ind/ha; kategori baik), stasiun 4 (2160 ind/ha; kategori baik), stasiun 1 (1520 ind/ha; kategori baik), dan stasiun 2 (1160 ind/ha; kategori sedang). Total AGB untuk seluruh stasiun sebesar 1242,29 ton/ha dengan AGB tertinggi pada stasiun 4 (455,58 ton/ha). Total stok karbon vegetasi mangrove untuk seluruh stasiun yaitu sebesar 583,85 ton/ha, dengan stok karbon tertinggi terdapat pada stasiun 4 (214,11 ton/ha). Sementara itu, total serapan karbon untuk seluruh stasiun sebesar 1362,46 ton/ha, dengan serapan karbon tertinggi terdapat pada stasiun 4 (499,65 ton/ha). Nilai AGB berbanding lurus dengan nilai stok karbon dan serapan karbon.  Mangrove ecosystem has a great potential to absorb carbon emission from atmosphere. Those carbon could be stored into the biomass as well as into the sediment, and it’s well known as blue carbon. Nevertheless, mangrove degradation could disturb those mangrove potential. The aims of this study were to knows the community structure, aboveground biomass (AGB), blue carbon stocks of mangrove vegetation, as well as the ability of carbon absorbtion of degraded mangrove ecosystem along Kolaka Coastal Line. The mangrove ecosystem at those areas was a fringe mangrove, and the mangrove thickness less than 100 meters. This study using quadratic transect method prependicular to the coastal line. 5 plots sized 100m2 were placed along transect line. The data were collected in each plot were stem diameter (dbh), species and total of species. The AGB were estimated using allometric equation that has been developed by previous researcher. Meanwhile, the carbon stock was estimated by using the AGB data and carbon constant value from organic matter. The results of this study showed that mangrove ecosystem of Kolaka coastal line constructed by 8 mangrove species. The highest mangrove density were station 3 (2180 ind/ha; good category), station 4 (2160 ind/ha; good category), station 1 (1520 ind/ha; good category), and station 2 (1160 ind/ha; medium category) respectively. The AGB total for all stations was about 1242,29 ton/ha, with the highest AGB was in the station 4 (455,58 ton/ha). The total of carbon stock of mangrove vegetation for all stations was about 583,85 ton/ha, with the highest carbon stock was in the station 4 (214,11 ton/ha). Meanwhile, the total of carbon absorbtion for all stations was about 1362,46 ton/ha, with the highest carbon absorbtion was in the station 4 (499,65 ton/ha). The AGB values has directly proportional to the carbon stock and carbon absorbtion.
Pengaruh Intensitas Pencahayaan Yang Berbeda Pada Kultur Spirulina platensis Terhadap Kandungan Protein, Kadar Pigmen Dan Aktivitas Antioksidan Risha Fillah Fithria; Budi Aryono; Muhammad Zainuddin
Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i4.36432

Abstract

Intensitas cahaya merupakan faktor penting dalam fotosintesis. Tujuan penelitian adalah melakukan optimasi intensitas pencahayaan kultur Spirulina platensis untuk mendapatkan pertumbuhan, protein, biopigmen dan aktivitas antioksidan tertinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan intensitas pencahayaan berpengaruh terhadap kultur Spirulina platensis. Perlakuan terbaik adalah intensitas 9000 lux yaitu pertumbuhan mutlak sebesar 1,948 d x 104 sel/ml, laju pertumbuhan 0,171 hari-1, jumlah generasi 2,215, waktu generasi 4,067 hari, yield 5,764 gr/gr, produktifitas 21,347 gr/L.hari, protein 12,61 %. Ekstrak Spirulina platensis mengandung klorofil a sebesar 9,187 mg/L, klorofil b 6,679 mg/L, total klorofil 17,167 mg/L, karotenoid 3,685 mg/L, fikosianin 0,112 mg/L, alofikosianin 0,014 mg/L, fikoeritrin 0,285 mg/L. Eksrak Spirulina platensis memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 111,5 ppm. Aktivitas perendaman radikal DPPH dari ekstrak dikarenakan adanya senyawa antioksidan dari klorofil, karotenoid dan fikobiliprotein.  Light intensity is an important factor in photosynthesis. The aim of the research was to optimize the lighting intensity of Spirulina platensis culture to obtain the highest growth, protein, biopigment and antioxidant activity. The treatment of different lighting intensity affects the culture of Spirulina platensis. The best treatment was the intensity of 9000 lux, namely absolute growth of 1.948 d x 104 cell/ml, growth rate of 0.171 day-1, number of generations of 2.215, generation time of 4.067 days, yield of 5.764 gr/gr, productivity 21.347 gr/L.day, protein 12,61%. Spirulina platensis extract contains chlorophyll a 9.187 mg/L, chlorophyll b 6.679 mg/L, total chlorophyll 17,167 mg/L, carotenoids 3.685 mg/L, phycocyanin 0.112 mg/L, allophycocyanin 0.014 mg/L, phycoerythrin 0.285 mg/L. Spirulina platensis extract has antioxidant activity with an IC50 value of 111.5 ppm. The DPPH radical scavenging activity of the extract was due to the presence of antioxidant compounds from chlorophyll, carotenoids and phycobiliproteins.
Estimasi Serapan Karbon Pada Vegetasi Mangrove Register 15, Kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung Anma Hari Kusuma; Eko Effendi; Maulana Syarif Hidayatullah; Oktora Susanti
Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i4.35605

Abstract

Perubahan iklim di sebabkan oleh kenaikan gas karbon dioksida (CO2) semenjak era revolusi industri dimana hal ini dicirikan dengan adanya peningkatan suhu, paras muka laut, perubahan pola curah hujan serta meningkatnya kejadian ekstrim seperti banjir, kekeringan, gelombang panas dan badai. Fenomena ini akan berdampak serius apabila berlangsung secara terus-menerus. Blue carbon (karbon biru) merupakan karbon yang diperangkap dan disimpan melalui proses fotosintesis oleh organisme autotrof dalam bentuk biomassa dan sedimen oleh ekosistem pesisir dan laut. Mangrove merupakan salah satu dari eksosistem sebagai blue carbon tersebut. Mangrove Register 15 merupakan suatu kawasan mangrove yang berada Kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Penelitian ini bertujuan menganalisis karbon tersimpan pada tegakan, nek romassa, serasah, dan substrat mangrove. Penelitian dilakukan dari bulan Maret–Mei 2021. Hasil penelitian menunjukkan karbon tersimpan pada sedimen lebih besar dibandingkan dengan karbon tersimpan pada tegakan, nekromassa, dan serasah. Karbon tersimpan pada sedimen yang tertinggi berada pada sedimen yang memili ki ukuran liat kasar karena liat kasar dapat menyimpan unsur hara yang tinggi.  Climate change is caused by an increase in carbon dioxide (CO2) gas since the industrial revolution era where it is characterized by an increase in temperature, sea level, changes in rainfall patterns and increased extreme events such as floods, droughts, heat waves and storms. This phenomenon will have a serious impact if it continues. Blue carbon is carbon that is trapped and stored through the process of photosynthesis by autotrophic organisms in the form of biomass and sediment by coastal and marine ecosystems. Mangroves are one of these ecosystems as blue carbon. Mangrove Register 15 is a mangrove area located in Pasir Sakti District, East Lampung Regency, Lampung Province. This study aims to analyze the carbon stored in stands, nec romassa, litter, and mangrove substrates. The study was conducted from March–May 2021. The results showed that carbon stored in sediments was greater than carbon stored in stands, necromass, and litter. The highest carbon stored in sediments is in sediments that have the size of coarse clay because coarse clay can store high nutrients.
Ekstraksi Garam Dari Rumput Laut Caulerpa Lentilifera Dengan Kombinasi Perlakuan Agitasi dan Non Agitasi Pada Suhu Yang Berbeda Ester Ruly Nomleni; Krisman Umbu Henggu; Firat Meiyasa
Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i4.35084

Abstract

Rumput laut Caulerpa lentilifera merupakan salah satu tumbuhan air yang bermanfaat untuk kehidupan manusia. Hal ini karena rumput laut memiliki kandungan gizi terutama serat pangan hingga kandungan mineral makro dan mikro yang cukup tinggi. Kandungan mineral makro dan mikro tersebut dapat dimanfaatkan sebagai garam fungsional. Metode ekstraksi garam rumput laut Caulerpa lentilifera yang digunakan dalam penelitian ini adalah perlakuan agitasi dan non agitasi pada suhu ekstraksi 70°C, 90°C dan 120°C. Ekstrak garam rumput laut yang dihasilkan lalu dianalisis kandungan natrium, kalium, rasio natrium-kalium (Na/K), Natrium-Klorida (NaCl), organoleptik dan rendemen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan metode ekstraksi (agitasi dan non agitasi) pada suhu ekstraksi yang berbeda (70°C, 90°C, 120°C) memberikan pengaruh terhadap kandungan kalium. Namun metode tersebut tidak turut memberikan pengaruh signifikan terhadap kandungan natrium. Kandungan natrium, kalium, dan Na:K terpilih berada pada perlakuan agitasi pada 120°C dengan rata-rata kandungan natrium sebesar 16,37 mg/kg, kalium 18,45 mg/kg, rasio Na:K 1,53 mg/kg. Sedangkan kandungan NaCl yang terkandung dalam ekstrak garam rumput laut berkisar antara 42,32-55,90 mg/kg. Penerimaan panelis (rasa, warna, aroma, tekstur) terhadap produk ekstrak garam rumput laut yang dihasilkan ialah memberikan kesan agak suka hingga sangat suka terutama pada rasa, aroma dan warna. Tingkat kesukaan tersebut terletak pada rasa asin (spesifik garam) dan terdapat sedikit rasa umami. Total rendemen ekstrak garam rumput laut Caulerpa lentilifera tertinggi diperoleh pada perlakuan agitasi dengan rata-rata rendemen mencapai 2,97%, sedangkan non agitasi hanya berkisar 1,41%.  Caulerpa lentilifera seaweed is one of the aquatic plants that is useful for human life. This is because seaweed has a high nutritional content, especially dietary fiber, due to the high content of macro and micro minerals. The macro and micro-mineral content can be used as functional salts. The salt extraction method of Caulerpa lentilifera seaweed used in this study was agitated and non-agitated at extraction temperatures of 70 °C, 90 °C, and 120 °C. The resulting seaweed salt extract was then analyzed for the content of sodium, potassium, sodium-potassium ratio (Na/K), sodium-chloride (NaCl), organoleptic and yield. The results showed that the different extraction methods (agitated and non-agitated) at different extraction temperatures (70 °C, 90 °C, and 120 °C) had an effect on the potassium content. However, this method did not have a significant effect on the sodium content. The selected sodium, potassium, and Na:K content were in agitation treatment at 120°C with an average sodium content of 16.37 mg/kg, potassium 18.45 mg/kg, Na:K ratio 1.53 mg/kg . While the NaCl content contained in the seaweed salt extract ranged from 42.32-55.90 mg/kg. The panelists' acceptance (taste, color, flavour, texture) of the resulting seaweed salt extract product was to give the impression of being somewhat like to really liking it, especially on taste, flavor, and color. The level of preference lies in the salty taste (specifically salt), and there is a slight umami taste. The highest total yield of Caulerpa lentilifera seaweed salt extract was obtained in the agitation treatment, with the average yield reaching 2.97%, while the non-agitated was only 1.41%.
Kajian Kondisi Padang Lamun di Pulau Kelapa Dua Taman Nasional Kepulauan Seribu Muhammad Raihan Faqiha Bintang Azzura; Ita Riniatsih; Gunawan Widi Santosa
Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i4.33929

Abstract

Ekosistem lamun menjadi sumber kehidupan bagi biota laut yang berasosiasi didalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekosistem padang lamun yang terdapat di Pulau Kelapa Dua, Taman Nasional Kepulauan Seribu. Stasiun pengamatan terbagi mejadi tiga stasiun, dan metode survey yang digunakan untuk pengambilan data lamun dengan menggunakan metoda line transek kuadran. Hasil penelitian ditemukan 4 jenis lamun yang tersebar pada tiga stasiun penelitian, yaitu; Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis, dan Syiringodium isoetifolium. Presentase total penutupan lamun berkisar antara 10,23-35,61%. Kerapatan lamun berkisar antara 223,63-366,75 ind/m2 dengan komposisi dan kerapatan jenis tertinggi adalah jenisThalassia hemprichii dan terendah Cymodocea rotundata.  Substrat yang ditemukan pada ketiga Stasiun adalah substrat pasir dan pecahan karang (rubble). Indeks ekologi lamun Stasiun 1 memiliki keanekaragaman lamun sedang, keseragaman sedang, dan ada yang medominasi. Stasiun 2 memiliki keanekaragaman yang rendah, keseragaman rendah, dan mendominansi. Stasiun 3 memiliki keanekaragaman sedang, kesergaman tinggi, dan tidak ada dominasi. Hasil perhitungan Indeks ekologi menunjukkan bahwa kondisi perairan padang lamun di Pulau Kelapa Dua Kepulauan, Seribu masih dalam kondisi stabil. Berdasarkan kriteria kondisi status ekosistem padang lamun Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 status ekosistem padang lamun di Pulau Kelapa Dua dikategorikan Miskin (<29,9%), yaitu berkisar 26,77%. Secara keseluruhan parameter hidro-oseanografi perairan pada ekosistem lamun dan kondisi ekologinya masih dapat mendukung pertumbuhan lamun. Seagrass ecosystems are a source of life for marine biota associated therein. This study aims to determine the condition of the seagrass ecosystem in Kelapa Dua Island, Taman Nasional Kepulauan Seribu. The observation station is divided into three stations, and the survey method used for seagrass data collection is using the quadrant line transect method. The results of the study found 4 types of seagrasses spread over three research stations, namely; Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis, and Syringodium isoetifolium. The percentage of total seagrass cover ranged from 10.23-35.61%. Seagrass density ranged from 223.63-366.75 ind/m2 with the highest species composition and density being Thalassia hemprichii and the lowest being Cymodocea rotundata. The substrate found at the three stations is a substrate of sand and rubble. Seagrass ecology index Station 1 has moderate seagrass diversity, moderate uniformity, and some are dominant. Station 2 has low diversity, low uniformity, and dominance. Station 3 has moderate diversity, high uniformity, and none dominates. The results of the calculation of the ecological index show that the condition of the seagrass meadows on Kelapa Dua Island in the Thousand Islands is still in a stable condition. Based on the criteria for the condition of the seagrass ecosystem status, Government Regulation of the Republic of Indonesia Number 22 of 2021, the status of the seagrass ecosystem on Kelapa Dua Island is categorized as poor (<29.9%), which is around 26.77%. Overall hydro-oceanographic parameters of seagrass ecosystems and their ecological conditions can still support seagrass growth.
Kelimpahan Mikroplastik pada berbagai ukuran Kerang Hijau (Perna viridis) dan Kerang Darah (Anadara granosa) yang didaratkan di TPI Bungo, Demak dan TPI Kedungmalang, Jepara, Jawa Tengah Refi Sekarwardhani; Subagiyo Subagiyo; Ali Ridlo
Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i4.32209

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kelimpahan mikroplastik pada kerang hijau dan kerang darah meliputi jumlah, bentuk, warna serta hubungan ukuran cangkang kerang terhadap jumlah mikroplastik pada kerang yang didaratkan di TPI Bungo, Demak dan TPI Kedungmalang, Jepara. Sampel diambil pada tanggal 6 Februari 2021. Pada penelitian ini dilakukan pemisahan jaringan lunak kerang dengan cangkangnya, 2 – 7 gram jaringan lunak kerang dilarutkan dalam 100 ml KOH 10% dan didiamkan selama 24 jam (untuk menghancurkan bahan organik). Selanjutnya larutan ZnCl2 30% sebanyak 10 ml ditambahkan pada jaringan lunak dan didiamkan selama 24 jam untuk memisahkan natan dan supernatan, kemudian di saring dengan kertas whatman no 42 menggunakan vacum pump dan diamati menggunakan mikroskop pada perbesaran 100X. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sampel kerang darah dan kerang hijau telah terkontaminasi mikroplastik. Kerang darah dan kerang hijau yang berasal dari TPI Kedungmalang ditemukan mikroplastik masing-masing sebanyak 11,2 partikel/ind dan 7,6 partikel/ind sedangkan di TPI Bungo ditemukan mikroplastik masing-masing sebanyak 3,8 partikel/ind dan 13,9 partikel/ind. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kerang darah dan kerang hijau yang didaratkan di TPI Bungo, Demak dan TPI Kedungmalang, Jepara  pada waktu penelitian sudah terkontaminasi mikroplastik dan terdapat perbedaan kelimpahan mikroplastik pada ukuran cangkang yeng berbeda.  This study aims to examine the microplastics abundance in shellfish including the number, shape, color and the relationship between shell size and the amount of microplastic in green mussels and blood clams landed at TPI Bungo, Demak and TPI Kedungmalang, Jepara. Clams sampling was carried out on February 6, 2021. In this study, the shells were separated, then 100 ml of 10% KOH solution was added and allowed to stand for 24 hours (to destroy organic matter), then added 30% ZnCl2 solution as much as 10 ml and allowed to stand for 24 hours to separate the natant and supernatant, then filtered with whatman paper no 42 using a vacuum pump and observed using a microscope. The results showed that all samples of blood mussel and green mussels were contaminated with microplastics. Blood mussel and green mussels from TPI Kedungmalang found 11.2 particles/ind and 7.6 particles/ind respectively, while at Bungo TPI found microplastics with 3.8 particles/ind and 13.9 particles respectively. Based on the results of the study, it can be concluded that blood mussel and green mussels landed at Bungo TPI, Demak and Kedungmalang TPI, Jepara at the time of the study were contaminated with microplastics and there were differences in the abundance of microplastics at different shell sizes.

Filter by Year

2012 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 12, No 4 (2023): Journal of Marine Research Vol 12, No 3 (2023): Journal of Marine Research Vol 12, No 2 (2023): Journal of Marine Research Vol 12, No 1 (2023): Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research Vol 11, No 3 (2022): Journal of Marine Research Vol 11, No 2 (2022): Journal of Marine Research Vol 11, No 1 (2022): Journal of Marine Research Vol 10, No 4 (2021): Journal of Marine Research Vol 10, No 3 (2021): Journal of Marine Research Vol 10, No 2 (2021): Journal of Marine Research Vol 10, No 1 (2021): Journal of Marine Research Vol 9, No 4 (2020): Journal of Marine Research Vol 9, No 3 (2020): Journal of Marine Research Vol 9, No 2 (2020): Journal of Marine Research Vol 9, No 1 (2020): Journal of Marine Research Vol 8, No 4 (2019): Journal of Marine Research Vol 8, No 3 (2019): Journal of Marine Research Vol 8, No 2 (2019): Journal of Marine Research Vol 8, No 1 (2019): Journal of Marine Research Vol 7, No 4 (2018): Journal of Marine Research Vol 7, No 3 (2018): Journal of Marine Research Vol 7, No 2 (2018): Journal of Marine Research Vol 7, No 1 (2018): Journal of Marine Research Vol 3, No 4 (2014): Journal of Marine Research Vol 3, No 3 (2014): Journal of Marine Research Vol 3, No 2 (2014): Journal of Marine Research Vol 3, No 1 (2014) : Journal of Marine Research Vol 2, No 4 (2013) : Journal of Marine Research Vol 2, No 3 (2013) : Journal of Marine Research Vol 2, No 2 (2013) : Journal of Marine Research Vol 2, No 1 (2013): Journal of Marine Research Vol 1, No 2 (2012): Journal of Marine Research Vol 1, No 1 (2012): Journal of Marine Research More Issue