cover
Contact Name
Ginoga veridona
Contact Email
ginogaveridona@gmail.com
Phone
+6282298875089
Journal Mail Official
jkesproiakmi@gmail.com
Editorial Address
IAKMI South Tangerang Branch Jl.Pajajaran No. 1 Pamulang Kota Tangerang Selatan, 15417
Location
Kota tangerang selatan,
Banten
INDONESIA
Jurnal Kesehatan Reproduksi
ISSN : 2087703X     EISSN : 23548762     DOI : https://doi.org/10.58185/jkr.v14i1
Core Subject : Health,
Jurnal Kesehatan Reproduksi (Journal of Reproductive Health) is one of the journals published by Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (National Institute of Health Research and Development), Ministry of Health of the Republic of Indonesia. It is firstly published in December 2010, Jurnal Kesehatan Reproduksi (Journal of Reproductive Health) is an authoritative source of scientific information and knowledge based on research and analysis focused on sexual and reproductive health related topics. All papers are peer-reviewed by at least two referees. Jurnal Kesehatan Reproduksi (Journal of Reproductive Health) is issued 2 times a year and has been accredited by Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Indonesian Institute of Sciences) by No. 164/E/KPT/2021. Besides that, it is also listed on Sinta 2. Based on the Minutes of the Handover of the Reproductive Health Journal in December 2022, the management of the Reproductive Health Journal has been handed over from the Health Research and Development Center (NIHRD) of the Health Research and Development Agency to the Indonesian Public Health Association (IAKMI) South Tangerang branch. Therefore, all forms of accountability regarding the publication of the Reproductive Health Journal are then affiliated with IAKMI Kota Tangerang Selatan starting with the issue of Vol.13(1) in 2022. The Open Journal System (OJS) has now moved to the address https://journaliakmitangsel2.iakmi.or. id/index.php/kespro The Indonesian Public Health Association (IAKMI) of South Tangerang City is a professional organization that participates in disseminating information about public health including Reproductive Health. Hopefully, this collaboration can expand the benefits of scientific research on Reproductive Health in Indonesia.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 48 Documents
A STUDY OF MISINFORMATION EXPOSURE OF COVID-19 VACCINE AND THE WILLINGNESS TO BE VACCINATED IN TANGERANG SELATAN CITY, INDONESIA Raihana Nadra Alkaff; Narila Mutia Nasir; Dela Aristi; Jihan Fadilah Faiz
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 12 No 1 (2021): JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2021
Publisher : IAKMI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58185/jkr.v12i1.3

Abstract

Abstract   Latar Belakang: Vaksin COVID-19 sangat penting dalam upaya mengurangi penyebaran penularan. Namun, penolakan terhadap vaksin yang terjadi mungkin disebabkan oleh beredarnya misinformasi tentang vaksin COVID-19 melalui media sosial. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji paparan misinformasi vaksin COVID-19 dan faktor-faktor yang terkait serta mengidentifikasi hubungan antara paparan misinformasi vaksin COVID-19 dengan keinginan untuk divaksinasi. Metode: Studi potong lintang dilakukan pada orang berusia 18-34 tahun di Kota Tangerang Selatan. Dengan menggunakan metode convenience sampling, kami merekrut 227 responden yang mengisi kuesioner secara online melalui google form. Data dianalisis menggunakan uji chi-square, uji Fisher, dan regresi logistik. Hasil: Responden yang tidak memiliki kuota internet cenderung 2,197 kali untuk terpapar misinformasi. Responden yang temannya tidak peduli jika mereka menyebarkan misinformasi memiliki kemungkinan 2.1 kali lebih besar untuk mendapatkan misinformasi. Responden yang memiliki teman yang menyebarkan misinformasi cenderung 1,9 kali lebih besar untuk terpapar misinformasi. Studi ini tidak menemukan hubungan yang signifikan antara paparan misinformasi COVID-19 dan kesediaan untuk divaksinasi. Kesimpulan: Pengaruh teman sebaya terkait paparan misinformasi vaksin COVID-19 sangat penting. Pengembangan model pendidik sebaya sangat penting untuk mendorong kontribusi kaum muda dalam mengakhiri pandemi.   Kata kunci: Misinformasi, Vaksin COVID-19, kaum muda, Teman Sebaya, Indonesia   Abstrak   Background: COVID-19 vaccine is important to reduce the spread of transmission. However, the objection occurred might be caused by the circulation of misinformation of COVID-19 vaccine through social media. Objective: This study aimed to assess the misinformation exposure of COVID-19 vaccine and its related factors and to identify the association between misinformation exposure of COVID-19 vaccine and the willingness to be vaccinated. Method: A cross-sectional study was conducted on people age 18-34 years in Tangerang Selatan City. Using convenience sampling, we recruited 227 respondents who filled an online questionnaire through a google form. Data were analyzed using the chi-square test, fisher’s exact test, and logistic regression. Result: Respondents who did not have sufficient internet balance were 2.197 more likely to have misinformation exposure. Respondents whose friends were ignorant if they spread misinformation were 2.1 times more likely to get misinformation. Respondents whose friends disseminated misinformation were 1.9 times more likely to get exposed to misinformation of the COVID-19. This study found no significant relationship between misinformation exposure of COVID-19 vaccine and willingness to be vaccinated. Conclusion: Peer influence regarding exposure to COVID-19 vaccine misinformation is very important. Developing a peer educator model is prominent to encourage the role of young people to end the pandemic.   Keywords: Misinformation, COVID-19 Vaccine, Young People, Peer, Indonesia
HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI ORANG TUA ASUH DENGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PANTI ASUHAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2020 Kharisma Olivia Anugrah Cahyani; Farid Agushybana; Raden Djoko Nugroho
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 12 No 1 (2021): JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2021
Publisher : IAKMI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58185/jkr.v12i1.4

Abstract

Latar belakang: Permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja semakin meningkat dari tahun ke tahun. Remaja yang tinggal di panti asuhan merupakan remaja yang rawan mengalami gangguan dan masalah kesehatan reproduksi karena mereka tidak tinggal dengan orang tuanya. Tujuan: Menganalisis hubungan pola komunikasi orang tua dengan perilaku seksual berisiko (pengetahuan dan sikap) pada remaja yang tinggal di panti asuhan di Kabupaten Klaten tahun 2020. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research dengan pendekatan survei. Adapun penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional study dengan hipotesis adanya hubungan pola komunikasi orang tua dengan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi. Responden berjumlah sebanyak 40 orang remaja panti asuhan berusia 12–16 tahun. Variabel yang diuji adalah pola komunikasi, media informasi, kebiasaan bersosialisasi, dukungan orang terdekat, pengetahuan, dan sikap. Instrumen penelitian menggunakan angket dengan jenis uji univariat dan bivariat. Hasil: Analisis statistik menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan dukungan orang terdekat (p=0,859) dan pola komunikasi (p=0,140) dengan perilaku seksual berisiko (pengetahuan dan sikap) responden. Terdapat hubungan media informasi (p=0,007) dan kebiasaan bersosialisasi (p=0,032) dengan perilaku seksual berisiko (pengetahuan dan sikap) responden. Kesimpulan: Faktor yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap responden remaja mengenai kesehatan reproduksi adalah media untuk mendapatkan informasi dan kebiasaan bersosialisasi. Kata kunci: komunikasi orangtua, remaja, panti asuhan, kesehatan reproduksi, Klaten
EFFECTIVENESS OF PEER EDUCATION IN DECREASING ADOLESCENT PREGNANCY: A LITERATURE REVIEW Anak Agung Istri Dalem Cinthya Riris; Ni Kadek Diah Purnamayanti
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 12 No 1 (2021): JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2021
Publisher : IAKMI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58185/jkr.v12i1.5

Abstract

Background: Currently, the number of adolescents who have sexual intercourse is increasing and those make a higher risk of medical, psychological, and social implications. This behaviour is obviously leading to an increase the number of adolescence pregnancy. Sex education and counselling in many countries is delivered by health care professionals. In Indonesia, there are some sex education programs delivered by peer educators but their success in reducing adolescence pregnancy is unknown. Objective: The aim of this study was to analyze the effectiveness of a peer reproductive health education program in decreasing unplanned pregnancy in adolescents. Method: This integrative literature review was based on 3 databases which included Google Scholar, Pubmed and SAGE Journal. The inclusion criteria were articles published within the 2012–2018-year range, written in English, and the entire article was available and accessible. Only original articles with experimental design will be included. The quality of the selected articles was defined by using the Olsen-Baisch Scoring critical appraisal tool for integrative review. Result: Peer education builds social support and sense of belonging. The content is not only about unplanned pregnancy but also STI and HIV; responsible decision making; and body image identification. Peer educator can be the role model and have greater opportunities to counter the risk of adolescent pregnancy. Conclusion: Preventing adolescent pregnancy can save the next generation and improve adolescent health. Peer educator as part of health provider connect adolescents with their reproductive health needs. This approach would be beneficial strategy consider by health provider to protect adolescents. Keywords: adolescent, peer educator, pregnancy, sex education
PENGARUH MADU TERHADAP TINGKAT NYERI DISMENORE DAN KUALITAS HIDUP MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA Nurfitri Bustamam; Cut Fauziah; Meiskha Bahar
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 12 No 1 (2021): JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2021
Publisher : IAKMI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58185/jkr.v12i1.6

Abstract

Latar belakang: Prevalensi dismenore diperkirakan berkisar antara 45–95 persen dan 10–25 persen diantaranya merupakan dismenore primer berat. Dismenore dapat menimbulkan sejumlah masalah, antara lain limitasi aktivitas, penurunan prestasi akademik, dan kesulitan tidur. Saat ini, terdapat kecenderungan penggunaan herbal dan pengobatan alternatif untuk mengatasi dismenore primer. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh madu terhadap tingkat nyeri dismenore dan kualitas hidup mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (FKUPNVJ). Metode: Penelitian menggunakan one group pretest-posttest design. Sebanyak 30 subjek yang ditentukan dengan consecutive sampling  diminta minum madu sebanyak dua sendok makan yang dimulai dari dua hari sebelum menstruasi hingga hari ketiga menstruasi. Data diambil menggunakan kuesioner, Numeric Rating Scale, Verbal Multidimensional Scoring System, dan Brief Pain Inventory. Hasil: Hasil uji Wilcoxon menunjukkan madu dapat menurunkan intensitas nyeri (p = 0,000) dan grade dismenore (p = 0,001). Selain mengurangi derajat nyeri, madu dapat mengurangi lama waktu nyeri menstruasi dari 2 hari menjadi 1 hari (p = 0,001). Hasil uji Wilcoxon juga menunjukkan madu dapat mengurangi gangguan dismenore terhadap aktivitas secara umum, suasana hati, kemampuan berjalan, pekerjaan, hubungan dengan orang lain, tidur, dan menikmati hidup (p ≤ 0,001). Kesimpulan: madu dapat menurunkan tingkat nyeri dan meningkatkan kualitas hidup mahasiswi FKUPNVJ dengan dismenore primer.  Kata kunci: dismenore primer, kualitas hidup, madu, mahasiswi
STANDAR KUANTITAS ANTENATAL CARE DAN SOSIAL BUDAYA DENGAN RISIKO ANEMIA PADA KEHAMILAN Mitra Mitra; Novita Yanti; Nurlisis Nurlisis; Oktavia Dewi; Hastuti Marllina
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 12 No 1 (2021): JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2021
Publisher : IAKMI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58185/jkr.v12i1.8

Abstract

-
PERBEDAAN ANTARA KUALITAS HIDUP IBU PADA PERIODE KEHAMILAN AKHIR DAN NIFAS AWAL DI KOTA YOGYAKARTA Fitra Duhita; Tifa Pascariyanti Sujarwanta; Indriana Widya Puspitasari
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 12 No 1 (2021): JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2021
Publisher : IAKMI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58185/jkr.v12i1.9

Abstract

-
DETERMINAN MINAT MEMBACA BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) PADA IBU HAMIL DI 7 KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA Sugiharti Sugiharti; Siti Masitoh; Suparmi Suparmi; Heny Lestary
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 12 No 1 (2021): JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2021
Publisher : IAKMI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58185/jkr.v12i1.10

Abstract

Latar belakang: Kurangnya pengetahuan tentang tanda bahaya selama kehamilan, persalinan, dan masa nifas dapat menyebabkan kematian ibu. Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)  merupakan salah satu media promosi kesehatan yang dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang tanda bahaya maternal. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetahui determinan minat membaca Buku KIA pada ibu hamil. Metode: Studi ini merupakan studi potong lintang (cross-sectional) dengan melibatkan 509 ibu hamil yang tinggal di 7 kabupaten terpilih yaitu Kota Bandar Lampung, Kota Palembang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Karawang, Kota Semarang, Kota Surabaya, dan Kota Makasar. Analisis bivariat dan multivariat dilakukan dengan menggunakan secara berturut-turut uji chi-square dan regresi logistik ganda Hasil: Ibu hamil yang berumur lebih dari 34 tahun memiliki peluang lebih tinggi dalam memiliki minat membaca Buku KIA (OR: 1,655; 95%CI: 0,988-2,773) dibandingkan dengan ibu hamil yang berumur 20-34 tahun. Ibu hamil yang mendapatkan penyuluhan terkait Buku KIA oleh tenaga kesehatan memiliki peluang lebih tinggi dalam memiliki minat membaca Buku KIA  (OR: 2,807; 95%CI: 1,471-5,355) dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mendapatkan penyuluhan.   Kesimpulan: Umur ibu hamil dan penyuluhan terkait Buku KIA oleh tenaga kesehatan merupakan determinan minat membaca Buku KIA pada ibu hamil. Penyuluhan Buku KIA dengan sasaran semua usia ibu hamil sebaiknya dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. Kata Kunci: Buku KIA, ibu hamil, dukungan tenaga kesehatan.
DETERMINAN KULTURAL DAN STRUKTURAL DALAM KEMITRAAN BIDAN DENGAN DUKUN BAYI (BHISA/SANDO) DI KABUPATEN WAKATOBI, SULAWESI TENGGARA Luxi Riajuni Pasaribu; Lely Indrawati
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 12 No 1 (2021): JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2021
Publisher : IAKMI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58185/jkr.v12i1.11

Abstract

Abstract   Background: Births assisted by skilled health personnel in health facilities is the prevention of maternal mortality. Wakatobi District has a low coverage of birth attendance by skilled health personnel, and the community has a powerful culture in all aspects of life, including visiting traditional birth attendants known as Bhisa/Sando in caring for women from pregnant to childbirth. Objective: To identify the cultural and structural determinants that affect the partnership between Bhisa/Shando and midwives in maternal and child health services (MCH). Methods: This study used an operational research design with a qualitative approach. A total of 68 informants were involved in focus group discussions, in-depth interviews, and participatory observations. Thematic analysis was used in processing all information. Results: Cultural determinants that affect the partnership between Bhisa/Shando and midwives were hereditary traditions and a powerful belief in Bhisa/Shando's ability to take care for pregnant women, labor women, postpartum women, and newborns. Meanwhile, structural determinants included inadequate facilities and health personnel for MCH services and suboptimal supports from related parties. These results may cause the partnership between Bhisa/Shando and midwives will not be optimal. Conclusion: Cultural and structural factors have a strong influence in realizing the partnership between Bhisa/Sando and midwives. The involvement of Bhisa/Sando in MCH services conducted by midwives, adequate MCH service infrastructure, and support from community leaders, cadres, and related agencies is essential to be carried out to improve Bhisa/Sando's partnership with midwives in improving MCH services.   Keywords: Bhisa/Shando, partnership of midwives and traditional birth attendants, maternal and child health   Abstrak   Latar belakang: Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan merupakan upaya untuk mencegah kematian ibu. Kabupaten Wakatobi memiliki cakupan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah, dan masyarakatnya memiliki budaya yang sangat kuat dalam segala aspek kehidupan, termasuk mendatangi dukun bayi yang disebut sebagai Bhisa/Sando dalam menangani ibu hamil hingga bersalin. Tujuan: Mengidentifikasi determinan kultural dan struktural yang memengaruhi kemitraan antara Bhisa/Shando dengan bidan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA). Metode: Studi ini menggunakan desain riset operasional dengan pendekatan kualitatif. Total 68 informan terlibat dalam diskusi grup terarah, wawancara mendalam, dan observasi partisipasi. Analisis tematik digunakan dalam mengolah seluruh informasi. Hasil: Determinan kultural yang memengaruhi kemitraan antara Bhisa/Shando dengan bidan yaitu tradisi turun temurun dan kepercayaan yang kuat terhadap kemampuan Bhisa/Shando dalam menangani ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan bayi baru lahir. Sedangkan determinan struktural meliputi fasilitas dan tenaga kesehatan untuk pelayanan KIA yang belum memadai serta dukungan dari pihak terkait yang belum optimal. Hal ini menyebabkan kemitraan antara Bhisa/Shando dengan bidan belum optimal. Kesimpulan: faktor kulturan dan struktural berpengaruh kuat dalam mewujudkan kemitraan antara Bhisa/Sando dengan bidan. Keterlibatan Bhisa/Sando dalam pelayanan KIA yang dilakukan bidan, infrastruktur pelayanan KIA yang memadai, dan dukungan dari tokoh masyarakat, kader, dan instansi terkait perlu dilakukan untuk meningkatkan kemitraan Bhisa/Sando dengan bidan dalam meningkatkan pelayanan KIA. Kesimpulan: Kualitas hidup ibu hamil dan ibu nifas relatif sama dengan kecenderungan lebih rendah pada kualitas hidup ibu nifas   Kata kunci: Bhisa/Shando, kemitraan bidan dan dukun bayi, kesehatan ibu dan anak
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKSUAL SISWA SMP DI JAKARTA BARAT Fransisca Theresia; Francisca Tjhay; Surilena Surilena; Nelly Tina Widjaja
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 11 No 2 (2020): JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI VOLUME 11 NOMOR 2 TAHUN 2020
Publisher : IAKMI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58185/jkr.v11i2.14

Abstract

Background: Inappropriate sexual behavior with negative attitudes and low knowledge can reduce the quality of life of adolescents. Risky sexual behavior increases the spread of sexually transmitted diseases and abortion. Objectives: To determine factors that influence sexual behavior of junior high school students in West Jakarta.Methods: The study design was a cross-sectional study in 541 junior high school students in West Jakarta. Thestudy sample was junior high school students in West Jakarta who attend school from June to September 2019.The research instrument used was characteristic questionnaire, sexual knowledge questionnaire, sexual attitudequestionnaire, sexual behavior questionnaire, Rosernberg Self-Esteem Scale questionnaire, and child care patternquestionnaire directly filled in by respondents. Data analysis performed was univariate, bivariate, andmultivariate. The dependent variable of research is sexual behavior. Results: There were 48% of respondents with risky sexual behavior and 2% with unsafe risky sexual behavior,79% of respondents have low sexual knowledge and 46% of respondents have negative sexual attitudes. Therewere 35% of respondents with low self-image and 26% with exposure parenting and 12% permissive parenting.Bivariate analysis showed that there was significant relationship between sexual behaviour and age, gender, classlevel, sexual knowledge, and sexual attitudes (p <0.05). Multivariate analysis showed a significant relationshipbetween age, sex, class level, sexual knowledge, sexual attitudes and sexual behaviour (p <0.05). The dominantfactor influencing sexual behavior was class level.Conclusion: Low knowledge, negative sexual attitudes, low self-image and exposure care patterns increase therisk of risky sexual behavior. Factors of sexual knowledge, sexual attitudes, age, sex, and class level can help toprevent risky sexual behaviour among junior high school adolescents. Latar Belakang: Perilaku seksual yang tidak tepat dengan sikap negatif dan pengetahuan yang rendah dapatmenurunkan kualitas hidup remaja. Perilaku seksual yang berisiko mengakibatkan peningkatkan penyebaranpenyakit menular seksual dan aborsi. Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual siswa SMP di Jakarta Barat.Metode: Desain penelitian ini adalah studi potong lintang pada 541 siswa SMP di Jakarta Barat. Sampel penelitianadalah siswa SMP Jakarta Barat yang bersekolah pada bulan Juni-September 2019. Instrumen penelitian yangdigunakan merupakan kuesioner karakteristik, kuesioner pengetahuan seksual, kuesioner sikap seksual, kuesionerperilaku seksual, kuesioner Rosernberg Self-Esteem Scale, dan kuesioner pola asuh anak yang diisi langsung olehresponden. Analisis data yang dilakukan adalah secara univariat, bivariat, dan multivariat. Variabel dependenpenelitian adalah perilaku seksual. Hasil: Empat puluh delapan persen responden memiliki perilaku seksual berisiko dan 2 persen berperilaku seksualberisiko tidak aman, 79 persen responden memiliki pengetahuan seksual rendah dan 46 persen responden memilikisikap seksual negatif. Sebesar 35 persen responden memiliki citra diri rendah dan 26 persen memiliki tipe polaasuh exposure di antaranya 12 persen pola asuh tipe permisif. Analisis bivariat menunjukkan hubungan bermakna antara perilaku seksual dengan usia, jenis kelamin, tingkat kelas, pengetahuan seksual, dan sikap seksual (p0,05).Analisis multivariat menunjukkan adanya hubungan bermakna antara perilaku seksual dengan usia, jenis kelamin, tingkat kelas, pengetahuan seksual dan sikap seksual (p0,05). Faktor dominan yang mempengaruhi perilakuseksual adalah tingkat kelas. Kesimpulan: Pengetahuan rendah, sikap seksual negatif, citra diri rendah dan pola asuh exposure meningkatkanrisiko terjadinya perilaku seksual berisiko. Faktor pengetahuan seksual, sikap seksual, usia, jenis kelamin, dantingkat kelas dapat membantu mencegah perilaku seksual berisiko pada remaja SMP.
HUBUNGAN STATUS EKONOMI TERHADAP PERNIKAHAN DINI PADA PEREMPUAN DI PERDESAAN INDONESIA Ratna Dwi Wulandari; Agung Dwi Laksono
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 11 No 2 (2020): JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI VOLUME 11 NOMOR 2 TAHUN 2020
Publisher : IAKMI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58185/jkr.v11i2.15

Abstract

Abstract Background: Early marriage practice in Indonesia is more often found in rural than in urban areas. Objective: The aim of this study is to examine the relationship of socioeconomic status and early marriage in rural areas in Indonesia. Method: This study used data from the 2017 Indonesian Demographic Health Survey. The sample was 2,252 of women aged 19 – 24 living in rural Indonesia. The variables included in the analysis were early marriage status, socioeconomic status, educational level, and working status. Analysis of collinearity, chi-square, and multiple logistic regressions were conducted in this study. Results: The socioeconomic status and educational level were significantly associated with early marriage among women aged 19 – 24 in rural Indonesia. The poorest socioeconomic women were 2.23 times more likely to experience early marriage than the richest women. Poorer women were 1.68 times more likely to experience early marriage than the richest women. Women who did not go to school, having primary to secondary level of education were more likely to experience early marriage than those having tertiary level, constituting for 10.34 times, 12.10 times and 4.52 times, respectively. Educational level was more dominant in relation to early marriage than socioeconomic status. Conclusion: Socioeconomic status and educational level are associated with early marriage. Poor young women with low educational level in rural areas should be the focus of the program target to reduce the coverage of early marriage in Indonesia. Keywords: rural area, women, early marriage, socioeconomic.   Abstrak Latar belakang: Praktik pernikahan dini di Indonesia lebih sering ditemukan di wilayah perdesaan dibandingkan perkotaan. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk menganalisis hubungan status sosioekonomi terhadap kejadian pernikahan dini di perdesaan di Indonesia. Metode: Studi ini menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017. Sampel yaitu 2.252 perempuan 19 – 24 tahun yang tinggal di perdesaan Indonesia. Variabel yang dianalisis meliputi pernikahan dini, status sosioekonomi, tingkat pendidikan, dan status bekerja. Analisis yang digunakan yaitu uji collinearity, chi-square, dan regresi logistik ganda. Hasil: Status sosioekonomi dan tingkat pendidikan berhubungan secara signifikan dengan pernikahan dini pada perempuan 19 – 24 tahun di perdesaan Indonesia. Perempuan paling miskin memiliki kemungkinan lebih tinggi 2,23 kali untuk mengalami pernikahan dini dibandingkan perempuan paling kaya. Perempuan miskin memiliki kemungkinan lebih tinggi 1,68 kali mengalami pernikahan dini dibandingkan perempuan paling kaya. Perempuan yang tidak sekolah, pendidikan SD-SLTP, dan SLTA memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami pernikahan dini dibandingkan lulusan perguruan tinggi, berturut-turut sebesar 10,34 kali, 12,10 kali, dan 4,52 kali. Faktor tingkat pendidikan lebih dominan hubungannya dengan pernikahan dini dibandingkankan dengan faktor status sosioekonomi. Kesimpulan: Status sosioekonomi dan tingkat pendidikan berhubungan dengan pernikahan dini. Remaja putri miskin dengan tingkat pendidikan rendah di perdesaan harus menjadi fokus sasaran program penurunan cakupan pernikahan dini di Indonesia. Kata Kunci: perdesaan, perempuan, pernikahan dini, sosioekonomi.